id
BAB IV
A. Deskripsi Data
1) karakteristik mahasiswa yang terdiri dari jenis kelamin dan umur 2) Pola
1. Karakteristik Mahasiswa
sebagai berikut:
1) Jenis Kelamin
2) Umur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
IMT nya kurang sebanyak 35 orang (56,5%) dan sebagian kecil responden
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Jika p value pada hasil uji
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka data terdistribusi normal. Uji
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Mahasiswa Tingkat 1A Akper Kab.
Lamongan Tahun 2014
P
No Uraian Kolmogorov-Smirnov
Statistic df Sig.
1. Pola Makan 0,103 62 0,167
2. Aktivitas Fisik 0,111 62 0,057
3. Indeks Massa Tubuh 0,111 62 0,058
Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji normalitas dengan uji p
normal karena nilai p>0,05. Pola Makan p=0,167, Aktivitas Fisik p=0,057
2. Uji Homogenitas
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pola Makan, Aktivitas Fisik
dan Indeks Massa Tubuh.
Variabel F df 1 df 2 Sig
Pola Makan 1,043 2 59 0,359
Aktivitas Fisik 0,276 2 59 0,760
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1,043 dan nilai signifikansi sebesar 0,359, dan Aktivitas Fisik F sebesar
0,276 dan nilai signifikansi sebesar 0,760. Hal ini berarti nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan variansi populasi sama.
C. Pengujian Hipotesis
antara Pola Makan dengan Indeks Massa Tubuh. Semakin tinggi Pola
Indeks Massa Tubuh. Semakin berat Aktivitas Fisik maka Indeks Massa
ANOVAb
Total 23.500 61
sama antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa
Tubuh, dimana variabel Pola Makan mempunyai pengaruh > dari pada
Tabel 4.10 Hasil Nilai R dan R2 dari Pola Makan dan Aktivitas Fisik
Model Summaryb
(dimanipulasi).
Coefficientsa
Unstandardized Standardized 95% Confidence
Coefficients Coefficients Interval for B Collinearity Statistics
Std. Lower Upper Toleranc
Model B Error Beta t Sig. Bound Bound e VIF
1 (Constant) .121 .267 .455 .651 -.413 .655
Pola Makan .318 .106 .320 3.006 .004 .106 .529 .999 1.001
Aktifitas Fisik .581 .133 .466 4.371 .000 .315 .847 .999 1.001
a. Dependent Variable: IMT
Y’ = 0,121 + (0,318x1) + (0,581x2) + e
Interpretasi :
(Pola Makan dan Aktivitas Fisik) maka nilai Indeks Massa Tubuh
sebesar 0,121.
0,318.
0,581.
variabel indeks massa tubuh. Adapaun cara untuk mencari sumbangan efektif
(nilai komponen), crossproduct, sumbangan efektif total (R2) dan nilai regresi.
Tabel 4.12 Tabel Nilai Koefisien, Crossproduct dan Regresi Pola Makan dan
Aktivitas Fisik Terhadap Indeks Massa Tubuh
= 31,36 %
= 1,8 %
R2
tubuh) adalah :
1,8 % x 100%
SRX2 =
33,11
= 5,29%
Jadi dapat disimpulkan bahwa sumbangan relatif pola makan terhadap indeks
B. Pembahasan
makan diatas AKG mempunyai Indeks Massa Tubuh yang tinggi. Dari hasil Uji
0,330 dan p = 0,009 (p ≤ 0,05), itu berarti semakin tinggi AKG pola makanya
maka Indeks Massa Tubuhnya semakin tinggi, dan semakin kurang AKG maka
Asupan zat-zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan remaja
(Sulistyoningsih, 2011:34). Pola makan dengan AKG yang tinggi akan berdampak
langsung pada tubuh remaja yaitu menaikkan berat badanya, sehingga apabila
berat badanya semakin besar maka Indeks Massa Tubuhnya juga semakin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bertambah, hal ini dikarenakan perhitungan Indeks Massa Tubuh adalah dengan
kecukupan gizi yang kurang pada remaja pada dasarnya dikarenakan perilaku
yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi
yang dianjurkan. Kebiasaan makan yang buruk bisa dikarenakan kebiasaan yang
juga tidak baik, yaitu remaja lebih suka makan jajanan yang minim kandungan
berstatus pelajar. Ada dua aspek kunci yang berhubungan antara pendapatan
dengan pola konsumsi makan, yaitu pengeluaran makanan dan jenis makanan
yang dikonsumsi. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi maka dia
Dari data diatas diketahui bahwa seluruh responden adalah pelajar yang masih
belum mempunyai pendapatan sendiri, selain itu pola makan pada remaja yang
tidak terpantau oleh orangtua pada umumnya remaja makan dengan tidak
sayuran. Yang mana pola makan di usia remaja ini merupakan faktor yang ikut
ditentukan oleh daya beli keluarga atau orang tua anak, karena keputusan
commit to
konsumsi untuk anak sangat dipengaruhi user
oleh daya beli (Sumarwan, 2007). Uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang dimiliki oleh remaja akan dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsinya.
Biasanya remaja memilih makanan sesuai dengan uang saku mereka. Dengan
uang saku yang sedikit, biasanya remaja akan memilih makanan yang terjangkau
oleh mereka, seperti makanan ringan dan jajanan gorengan yang kandungan
kebutuhan gizi siswa, karena kebiasaan jajan salah satunya makanan ringan pada
remaja dapat mempengaruhi status gizi remaja tersebut, karena sedikit sekali
mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu vitamin dan mineral.
kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut.
Kekurangan zat gizi seperti zat besi dapat menimbulkan anemia dan keletihan,
Remaja lebih banyak membutuhkan zat besi dan wanita lebih banyak lagi
membutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang bersama darah haid. Dampak
negatif kekurangan mineral kerap tidak terlihat sebelum mereka mencapai usia
dewasa. Sebagai contoh, kalsium sangat penting dalam pembentukan tulang pada
usia remaja dan usia dewasa muda. Kekurangan kalsium selagi muda merupakan
penyebab osteoporosis di usia lanjut, dan keadaan ini tidak dapat ditanggulangi
commit to user
dengan meningkatkan konsumsi zat ini ketika tanda penyakit ini nampak. Selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat
dan kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi.
tabel 4.1 didapatkan responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari
berat badan berbanding lelaki dengan asupan kalori yang sama (Gayle Galletta,
2005). Secara rata-rata, lelaki mempunyai massa otot yang lebih banyak dari
wanita. Lelaki menggunakan kalori lebih banyak dari wanita karna digunakan
untuk melakukan pekerjaan yang lebih berat dari pada wanita, bahkan saat
istirahat karena otot membakar kalori lebih banyak berbanding tipe jaringan yang
berbanding lelaki dengan asupan kalori yang sama. Anak perempuan yang biasa
zat besi. Asupan makanan yang tinggi kandungan zat besi seperti daging, hati, dan
sayuran hijau daun serta makanan tambahan zat besi berupa tablet dapat
dikonsumsi setiap hari. Hal itu membantu meningkatkan kadar darah merah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh, dimana aktivitas mahasiswa
yang tinggi mempunyai indeks massa tubuh yang tinggi dengan nilai r=0,320 dan
p=0,011. Aktivitas fisik olahraga merupakan salah satu komponen yang berperan
dalam penggunaak energi. Penggunaan energi tiap jenis aktivitas itu berbeda
tergantung dari tipe, lamanya dan berat orang yang melakukan aktivitas tersebut.
Semakin berat aktivitas, semakin lama waktunya dan semakin berat orang yang
remaja yang tinggi, karena semakin tinggi aktivitas olahraga, semakin tinggi pula
energi yang dibutuhkan. Aktivitas yang berat akan berakibat banyaknya energi
yang dikeluarkan. Bila pemasukan energi kurang maka tubuh akan memecah
perkotaan, sarat dengan alat bantu elektronik sehingga meminimalkan gerak fisik.
pangan padat dan kaya akan lemak, menyebabkan obesitas yang pada gilirannya
yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya kurang aktif (sedentary life)
atau tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi makanan
yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas (Tarwoto at all, 2010:20).
aktivitas yang lebih rendah kendati laju metaboliknya lebih tinggi dari pada orang
dalam hubungan antara aktivitas dan obesitas .Ketiadaan aktivitas fisik dapat
memiliki keterbatasan fisik yang disebabkan oleh gangguan fungsi respirasi dan
berbahaya jika keadaan ini disertai dengan akivitas fisik yang tinggi. Namun
keberadaan tingkat kebugaran yang tinggi dan obesitas jarang terjadi pada
sebagian besar masyarakat yang memiliki pola hidup kurang aktif (Gibney et al,
2009).
3. Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh
nilai F=9,437, p=0,000<0,05, R=0,492 dan R2 =0,21 maka Pola Makan dan
Massa Tubuh, dimana pola makanmempunyai pengaruh > daripada aktivitas fisik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih sulit diprediksi daripada
tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet, latihan fisik, dan pola hidup
massa tubuh remaja, karena usia remaja merupakan usia yang produktif dengan
banyak aktivitas yang dilakukan, seperti olahraga, ataupun energi yang digunakan
saat belajar, sehingga mereka membutuhkan banyak energi yang diperoleh dari
kalori makanan yang mereka makan, oleh karena itu meskipun mereka banyak
makan dan asupan gizi tetapi tetap saja indeks massa tubuhnya kurang karena
kalori yang masuk hilang menjadi energi yang digunakan untuk aktivitas.
berat badan juga meningkat pada usia remaja. Pertumbuhan berat badan ini lebih
sulit diprediksi daripada tinggi badan, dan lebih mudah dipengaruhi oleh diet,
dari kalori makanan yang mereka makan, apabila kebutuhan kalorinya kurang
maka energi akan dihasilkan dengan menyerap dari cadangan lemak dalam tubuh,
dengan indeks massa tubuh kurang. Seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(tinggi dan berat badan) yang sangat pesat pada usia remaja yang dikenal dengan
istilah growth spurt. Growth spurt merupakan tahap pertama dari serangkaian
(Latifah, 2008).
dengan kecukupan gizi yang dianjurkan, dimana remaja menginginkan tubuh yang
langsing sehingga melakukan diet yang keras dengan pengaturan makanan yang
salah. Remaja kadang mencoba untuk melakukan diet secara ektrem. Hal ini
sangat tidak disarankan karena dapat mengurangi asupan nutrisi yang seharusnya
penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh,
oleh keadaan hormonal tubuh, perilaku, dan emosi sehingga kebutuhan tubuh
akan zat-zat gizi harus terpenuhi dengan baik. Kebutuhan tenaga remaja sangat
tergantung pada tingkat kematangan fisik dan aktivitas yang dilakukan. Selain
commit
badan. Remaja putri cenderung lebih aktiftodalam
user perilaku penurunan berat badan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dibanding remaja putra. Hal ini disebabkan karena rendahnya kepercayaan diri
yang tidak sehat seperti diet berlebihan, puasa menggunakan laksatif dan
memuntahkan makanan.
tentang bentuk tubuh yang ideal, remaja putera menyikapinya dengan positif.
Pada masa remaja kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar
fisik seperti bermain, berolahraga, atau membantu orang tua. Pada usia remaja
Biasanya anak laki-laki lebih aktif dan lebih banyak bergerak sehingga lebih
kerja yang akan menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena
kemampuan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia,
dimana energi tersebut diperoleh dari makanan sehari-hari dan bilamana jumlah
makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan tubuh, maka energi didapat dari
Siswa yang cenderung dengan angka kecukupan gizi (AKG) defisit tingkat
energi dan gizi untuk mendukung aktivitasnya yang tinggi misalnya belajar,
daya tahan terhadap penyakit akan berkurang sehingga siswa rentan terkena
penyakit.
tersebut adalah sebagai berikut: Dalam penelitian kali ini, terdapat keterbatasan
yang diakui oleh peneliti yakni keterbatasan waktu dalam pengambilan data pola
makan responden, dikarenakan penelitian ini dilakukan hanya tiga hari sehingga
peneliti tidak dapat mengetahui secara pasti kebiasaan makan responden sehari-
hari.
commit to user