Analisis Kadar Vitamin C PDF
Analisis Kadar Vitamin C PDF
BAB VII
ANALISIS KADAR VITAMIN C
A. Pre-lab
1. Jelaskan prinsip analisis kadar vitamin C metode titrasi 2,6-diklorofenol?
( )
Kadar vitamin C (mg/g) =
3. Reaksi apakah yang terjadi antara reagen dengan sampel saat pengujian? jelaskan
reaksi yang terjadi tersebut dengan singkat!
Reaksi yang terjadi antara reagen dengan sampel saat pengujian yaitu reaksi
reduksi 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C dalam larutan asam. Asam askorbat
akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat
reaktif. Selanjutnya semidehidroaskorbat mengalami reaksi disproporsionasi membentuk
dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi
membentuk asam oksalat dan asam treonat (Hashmi, 2004).
1
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
Reaksi:
B. Diagram Alir
Ditimbang 50 mg
50 ml larutan NaHCO3 0,84%
Dikocok kuat
Hasil
2
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
Asam metafosfat 15 gr
Hasil
Asam askorbat
Ditimbang 50 mg
Dipipet 1 ml
Hasil
Larutan blanko
Dititrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol hingga warna merah muda mantap
Hasil
3
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
Sampel
Ditimbang 100 gr
Ditimbang 10 gr
Dihomogenkan
Larutan sampel
Larutan sampel
5 ml asam metafosfat-asetat
Hasil
4
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
Tinjauan Reagen
1) Asam Askorbat
Asam askorbat atau vitamin C memiliki rumus kimia C 6H8O6 merupakan senyawa
organik derivat heksosa. Adapun sifat fisik dan kimia senyawa ini antara lain berwujud
padat, tidak berbau, dan berwarna putih. Selain itu, senyawa ini memiliki berat molekul
176,12 g/mol, memiliki suhu kritis 7830C (1441,40F), spesifik gravitasi 1,65 dan sangat
larut dalam air serta sedikit larut dalam aseton dan alkohol yang mempunyai berat
molekul rendah. Asam askorbat ini dengan logam membentuk garam, peka terhadap
panas, tidak larut dalam lemak serta sangat mudah teroksidaasi dalam keadaan larutan,
ada katalisator Fe dan Cu, enzim askorbat oksidase, sinar serta suhu tinggi menjadi asam
dehidroaskorbat. Namun senyawa ini juga mudah tereduksi menjadi asam askorbat
kembali. Asam askorbat dalam analisa kadar vitamin C ini berfungsi untuk standarisasi
larutan 2,6-diklorofenol (Counsell, 2004).
2) Asam Metafosfat
Asam metafosfat memiliki rumus kimia HPO3. Senyawa asam ini mudah larut dalam air
dan bersifat sangat beracun. Fungsi asam metafosfat dalam penentuan kadar vitamin C
metode titrasi adalah untuk mengurangi oksidasi Vitamin C oleh enzim-enzim oksidasi
dan pengaruh glutation yang terdapat dalam jaringan tanaman sehingga kadar vitamin
C dapat diketahui (Andarwulan, 2011).
4) Larutan NaHCO3
Natrium bikarbonat adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air.
Adapun sifat fisik dan kimia senyawa ini antara lain berwujud cair, tidak berbau, dan
berwarna putih. Selain itu, senyawa ini memiliki berat molekul 84,01 g/mol, spesifik
gravitasi 2,159 dan larut dalam air. Banyak digunakan di dalam industri makanan/biskuit
(sebagai baking powder) dalam produk bakery, pengolahan kulit, farmasi, tekstil,
kosmetika, pembuatan pasta gigi, pembuatan permet (candy) dan industri pembuatan
5
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
batik. Dalam analisis vitamin C larutan NaHCO3 berfungsi untuk menetralkan pH sampel
(Legowo, 2004).
6
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
( )
Kadar Vitamin C (mg/g) =
1. Jeruk Manis
( ) ( , , ) ,
Kadar Vitamin C (mg/g) = = = 1,9497 mg/g
,
2. Tomat
( ) ( , , ) ,
Kadar Vitamin C (mg/g) = = ,
= 0,6227 mg/g
3. Jeruk Nipis
( ) ( , , ) ,
Kadar Vitamin C (mg/g) = = ,
= 1,5806 mg/g
Pertanyaan:
a. Mengapa ekstraksi dan titrasi saat pengujian harus dilakukan dengan cepat?
hubungkan dengan karakteristik vitamin C!
Proses ekstraksi dan titrasi saat pengujian harus dilakukan dengan cepat karena untuk
mencegah oksidasi vitamin C. Vitamin C yang mempunyai karakteristik mudah rusak
atau mudah teroksidasi karena panas, cahaya, suhu, logam, atau enzim askorabt
oksidase menyebabkan proses ekstaksi dan titrasi hasus dilakukan dengan cepat.
Dengan proses yang cepat maka dapat meminimalisir kerusakan vitamin C dan
mencegah oksidasi vitamin C karena dapat meminimalisir kontak dengan oksigen
sehingga tidak mempengaruhi hasil akhir yang didapatkan (Lee, 2004).
7
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
d. Saat dilakukan titrasi pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan warna menjadi
merah muda. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Saat dilakukan titrasi pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan warna menjadi
merah muda karena terdapat reaksi antara asam askorbat dalam sampel yang telah
dititrasi dengan kelebihan dye yang tidak tereduksi. Dengan adanya reaksi tersebut
maka dapat menyebabkan perubahan warna pada 2,6-diklorofenol indofenol atau dye
dari biru menjadi merah muda dalam kondisi asam.
PEMBAHASAN
1. Prinsip
Prinsip analisis vitamin C dengan metode titrasi 2,6-diklorofenol indofenol yaitu
menetapkan kadar vitamin C pada bahan pangan berdasarkan titrasi dengan 2,6-
diklorofenol indofenol dimana terjadi reaksi reduksi 2,6–diklorofenol indofenol dengan
adanya vitamin C dalam larutan asam. Asam askorbat mereduksi 2,6-diklorofenol
indofenol dalam suatu larutan yang tidak berwarna. Titik akhir titrasi ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah muda dalam kondisi asam.
2. Reaksi
Reaksi yang terjadi antara reagen dengan sampel saat pengujian yaitu reaksi
reduksi 2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C dalam larutan asam. Asam askorbat
akan mendonorkan satu elektron membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat
reaktif. Selanjutnya semidehidroaskorbat mengalami reaksi disproporsionasi
8
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
Selanjutnya diencerkan dengan asam metafosfat sampai tanda batas 100 ml. Asam
metafosfat berfungsi untuk mencegah oksidasi vitamin C. Kemudian digojog supaya
homogen dan didapatkan larutan sampel. Setelah itu dipipet sebanyak 2 ml dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu ditambah lagi dengan 5 ml asam metafosfat untuk
mencegah oksidasi vitamin C dalam larutan sampel. Larutan sampel tersebut dititrasi
9
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan kadar vitamin C dari masing-
masing sampel. Penentuan kadar vitamin C yaitu dengan menggunakan rumus: Kadar
( )
Vitamin C (mg/g) = , dimana Vt merupakan volume titrasi sampel,
Pada sampel jeruk manis didapatkan berat sampel sebanyak 10,0973 gram, setelah
dilakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda maka didapatkan
volume titrasi sampel sebanyak 5,6 ml dan volume blanko sebanyak 1,5 ml. Dari data
tersebut maka dapat diketahui kadar vitamin C pada jeruk manis yaitu sebesar 1,9497
mg/g. Hasil tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan data dari literatur.
Menurut Cioroi (2006), kadar vitamin C dalam buah jeruk segar yaitu 56,02 mg/100gr
atau setara dengan 0,5602 mg/g. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar vitamin C
pada jeruk hasil percobaan yang dilakukan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
dari literatur.
Pada sampel tomat didapatkan berat sampel sebanyak 10,0193 gram, setelah
dilakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda maka didapatkan
volume titrasi sampel sebanyak 2,8 ml dan volume blanko sebanyak 1,5 ml. Dari data
tersebut maka dapat diketahui kadar vitamin C pada tomat yaitu sebesar 0,6227 mg/g.
Hasil tersebut cukup berbeda jika dibandingkan dengan data dari literatur. Menurut
Radzevicius (2013), kadar vitamin C dalam tomat yaitu 16,20 mg/100gr atau setara
dengan 0,1620 mg/g. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar vitamin C pada tomat
hasil percobaan yang dilakukan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil dari
literatur.
Pada sampel jeruk nipis didapatkan berat sampel sebanyak 10,0973 gram. Untuk
sampel jeruk nipis sebenarnya tidak dilakukan titrasi karena reagen yang digunakan
habis. Namun data yang digunakan yaitu data dari kelas lain (hari kamis). Dari data yang
10
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
didapatkan tersebaut maka setelah dilakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna
menjadi merah muda maka didapatkan volume titrasi sampel sebanyak 5,6 ml dan
volume blanko sebanyak 1,5 ml. Dari data tersebut maka dapat diketahui kadar vitamin C
pada jeruk nipis yaitu sebesar 1,5806 mg/g. Hasil tersebut sangat berbeda jika
dibandingkan dengan data dari literatur. Menurut Shrestha (2012), kadar vitamin C
dalam jeruk nipis yaitu 79,60 mg/100gr atau setara dengan 0,7960 mg/g. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa kadar vitamin C pada jeruk hasil percobaan yang dilakukan jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil dari literatur.
Dari ketiga sampel yang diuji banyak terjadi perbedaan dengan literatur.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan jenis
sampel atau varietas sampel yang digunakan, penanganan pasca panen, penyimpanan.
Sampel yang berbeda varietas memiliki kandungan yang berbeda-beda, begitu pula
pada kandungan vitamin C di dalamnya. Selain itu pada proses ekstraksi sampel ada
kekeliruan dimana seharusnya setelah sampel dihancurkan, sampel ditambah dengan
asam metafosfat-asetat untuk mencegah oksidasi vitamin C baru kemudian disaring.
Namun hal yang dilakukan justru terbalik, setelah sampel dihancurkan, sampel disaring
lalu ditambah asam metafosfat-asetat. Kesalahan tersebut dapat menyebabkan tingkat
oksidasi yang besar karena setelah sampel dihancurkan tidak langsung diberi larutan
asam metafosfat-asetat. Sehingga saat proses titrasi ada zat pereduksi lain yang ikut
dalam proses titrasi yang menyebabkan tingginya kadar vitamin C dalam sampel.
Secara umum faktor yang berpengaruh selama analisis vitamin C dengan metode
titrasi 2,6-diklorofenol indofenol yaitu suhu, panas, cahaya, logam, dan enzim askorbat
oksidase. Semakin tinggi suhu pada proses analisis maka semakin cepat kerusakan
vitamin C karena terjadi oksidasi yang cepat. Adanya panas dan cahaya matahari juga
dapat mempercepat kerusakan vitamin C karena proses oksidasi vitamin C. Adanya
enzim askorbat oksidase dalam sampel juga akan mempercepat proses oksidasi dimana
akan terjadi pemecahan senyawa-senyawa yang sederhana dimana nantinya akan
mengganggu dalam penetapan kadar vitamin C (Rachmawati dkk, 2005).
11
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa prinsip
analisis vitamin C dengan metode titrasi 2,6-diklorofenol indofenol yaitu menetapkan
kadar vitamin C pada bahan pangan berdasarkan titrasi dengan 2,6-diklorofenol
indofenol dimana terjadi reaksi reduksi 2,6–diklorofenol indofenol dengan adanya
vitamin C dalam larutan asam. Asam askorbat mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol
dalam suatu larutan yang tidak berwarna. Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan
warna menjadi merah muda dalam kondisi asam. Reaksi yang terjadi antara reagen
dengan sampel saat pengujian yaitu reaksi reduksi 2,6-diklorofenol indofenol dengan
vitamin C dalam larutan asam. Asam askorbat akan mendonorkan satu elektron
membentuk semidehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif. Selanjutnya
semidehidroaskorbat mengalami reaksi disproporsionasi membentuk dehidroaskorbat
yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk asam oksalat
dan asam treonat.
12
Wahyu Erwin Firmansyah
THP-FTP-UB-2014
DAFTAR PUSTAKA
13