BPH
Pada pasien dengan retensi urine yang dijumpai
kesulitan pemasangan kateter, lakukan :
1. Onset LUTS
2. Sistostomi dengan terlebih dahulu melakukan USG
2. Gejala LUTS ? (WISE + FUN)
memastikan tidak ada tumor di dalam buli
1. Pancaran lemah ? (Weak Stream)
2. Terputus-putus ? (Intermittensi)
7. Apakah ada Nokturia ? Berapa kali terbangun malam hari untuk BAK ?
2. Hematuria pada awal miksi, akhir miksi, atau dari awal hingga akhir ?
3. Disertai Nyeri ?
4. Disertai Clot ?
IPSS Score
20 - 35 Severe
18. Demam
Straining Nokturia
Incomplete
Emptying
Fungsi Seksual
25. Disfungsi Ereksi
Faktor Resiko
26. Kebiasaan Alkohol, Kopi, Soda
Riwayat Obat-Obatan
35. Adakah obat yang rutin dikonsumsi ?
• Obat Flu, Diuretik, Anti Hipertensi, Anti Depresan, Anti Histamin, Brochodilator
43. Riwayat Operasi dan Trauma terutama daerah Pelvis, Perineum, Urethra, Tulang
Belakang
Riwayat Keluarga
47. Riwayat Keluarga dengan keluhan serupa ?
48. Apakah pasien sudah menikah ? Sudah punya / berencana punya anak lagi ?
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Vital Sign : TD, HR, RR, Temp
Karnoffski
BMI
Abdomen :
Limfadenopati inguinal ?
Status Urologis
CVA : Scar Operasi, Bulging, Hiperemis
Nyeri ketok
Nyeri Tekan
Hidrocele ? Varicocele ?
Massa Rectum
Prostat
Apakah pole superior teraba ? Prostat kesan membesar ? TBP (Jika Pole
Konsistensi ? Nyeri tekan ? Nodul (apakah < 1/2 lobus atau > 1/2 lobus,
BCR
Penunjang
Darah
DPL SGOT/PT
PSA Meningkat Pada :
Ur/Cr PSA
1. Ca Prostat
2. Prostatitis
GDS ALP
3. DRE (3 Hari)
Asam Urat
4. Retensi Urine Akut dengan Pemasangan FC (72 Jam)
Elektrolit
5. Operasi dan Instrumentasi (Biopsi Prostat, TURP)
Albumin
PT/aPTT/INR
Urine
Urinalisa
Kultur Urine
Sitologi Urine
BTA Urine
PCR TB
Imaging 2. Hematuria
TBP
4. Residual Urine Banyak
IPP
5. Riwayat Passing Stone
Grade I : 5 mm
Grade I : 5 mm
Grade II : 5-10 mm
Grade II : 5-10 mm
Indikasi Biopsi Prostat:
Grade IV : >15 mm 2. Nodul (+)
Batu Buli
Indikasi Re-Biopsi Prostat (3-6 bulan) :
Divertikel Buli
1. PIN High-Grade, Multiple (>1 core)
PVR
setelah pemeriksaan ulang PSA 6 bulan
Indikasi Urodinamik :
2. Uroflowmetri k/p Urodinamik 1. Pasien usia < 50 tahun atau > 80 tahun
time to Qmax,
4. Qmax >= 10 ml/detik
Obstruksi Jika :
7. Riwayat Gagal Operasi Invasif Sebelumnya
1. Qmax < 10 ml/det
2. BOOI > 40
Nilai BOOI :
Nilai BCI :
< 20 : Normal
< 100 : Under Activity
4. Urehtosistografi Bipolar
4. Riwayat Instrumentasi Urethra
Gambaran BPH pada Sistografi / IVP : Fish Hook Sign / J-Shaped Ureter
Terapi
Watchfull Waiting
Indikasi :
Cara :
Distraction Technique
Atasi konstipasi
Medikamentosa
Indikasi :
IPSS > 7
LUTS Moderate
LUTS Severe
Kontrol :
6 Bulan Berikutnya
Pada Pemberian
Tamsulosin Harnal
0.2
1 x 0.2
(Ocas)
0.4 1 x 0.4
Hasil :
Prostam
Memberikan efek setelah beberapa hari
Efek Samping :
3. Gangguan Visual
Selective Alopros
Efek Samping :
3. Ginekomastia
4. Rash
Tolterodine Detrusitor
2
2 x 1-2
Hasil :
Detrusitor SR 4 1 x 2-4
Memperbaiki gejala storage. Diberikan jika dengan
pemberian a-blocker keluhan storage tidak membaik.
Fesoterodine Tidak ada di Indonesia
Propiverine Mictonorm 15 3 x 15
Evaluasi : IPSS dan PVR
Efek Samping :
1. Dry Mouth
4. Dyspepsia
7. Retensi Urine
2. Dry Eyes
5. Konstipasi
8. UTI
Hasil :
Indikasi :
HoLEP/
HoLEP HoLEP/
Urethral Lift
Stent
4. ISK Berulang
(PUL)
5. Hematuria Makros Berulang /
6. Batu Buli
1. Volume Prostat < 80 cc
(Divertikel Buli)
4. Continuous Flow
9. Perubahan Patologis
5. Tinggi Irigasi 50-60 cm (Kecepatan air 300 cc/menit)
(dalam 30 hari)
(IPSS>7) yang tidak
non bedah
(Arterial, Venous) (9%) (Secondary hem) (65,4%)
2. Menolak terapi
TURP Syndrome
Retensi Clot Impotensi (7-14%)
medikamentosa
(0.8 - 5%) (39%)
3. Pilihan Pasien
Aritmia ISK
Infark Myocard
DOT
Kapiler banyak terbuka saat TURP —> 1. Hipertensi (Sistole dan Diastole Naik)
Treatment :
3. Diuretik
4. EKG
6. Rawat ICU
TUIP dan BNI
Untuk pasien dengan keluhan sedang-berat (IPSS>7) dengan prostat volume < 30
gram dan lobus medius yang tidak besar
Laser Prostatektomi
Untuk pasien yang tidak dapat menghentikan terapi anti-koagulan
Prostat akan mengalami koagulasi pada suhu 60-65oC dan vaporasi pada 100oC
ThermoTheraphy
Nekrosis koagulasi jaringan prostat terjadi pada suhu >45oC. Angka rekurensi tinggi
dengan tehnik ini. Yang termasuk tehnik ini :
Prostate Stent
Untuk pasien yang tidak bisa menjalani operasi. Stent dipasang intraluminal di
antara leher kandung kemih dan di proksimal verumontanum. Resiko dan efek
samping berupa kesalahan posisi, migrasi, enkrustrasi, nyeri perineal dan gejala
storage (frekuensi, urgensi, nokturia)
Open Prostatectomy
Indikasi : Volume Prostat > 80 gram
Komplikasi lanjut berupa bladder neck contracture, stricture urethra (6%) dan
inkontinensia urine (10%)
Lain -Lain
TWOC
Indikasi : Pada retensi urine akut pertama yang belum ditegakan diagnosis. Pasien
diberikan a1-Blocker (Tamsulosin 0,4 mg) selama 3-7 hari kemudian dilepas kateter
dan dilakukan pemeriksaan uroflowmetri (pemeriksaan pancaran urine) dan PVR
Sistostomi : Pada Pasien Retensi yang Tidak Dapat Dilakukan Pemasangan Kateter
TURP
Idealnya untuk prostat ukuran 30-80 gram, tetapi tidak ada batasan maksimal
volume prostat yang boleh di TURP. Dapat memperbaiki gejala BPH hingga 90%
dan meningkatkan laju pancaran urine hingga 100%.
Persiapan TURP
1. Lab Lengkap
5. Konsul Anestesi
6. Stop Anti-Koagulan Minimal 5-7 Hari Sebelum Operasi dan 3-5 Hari Setelah
Operasi (Setelah Lepas Kateter, Pasien Dapat Miksi Spontan Tanpa Makroskopis
Hematuria)
1. Busi
3. Sachse Set
4. Lensa 30 dan 0
6. Mandren / Spanner
Tehnik Operasi
1. Jika menggunakan sheath TURP continuous atau jika lumen urethra sempit
sebaiknya dilakukan kalibrasi urethra dengan businasi terlebih dahulu
3. Sistoskopi
4. TURP
1. Cone Excision
3. Tehnik Operasi :
4. Alcock and Flock : Mulai dari jam 9 dan jam 3 - kemudian tergantung
keadaan
7. Sistoskopi ulang untuk menilai perdarahan aktif dan sisa chip prostat
Perawatan Post Op
• H+1 : Aff Traksi
• H+2 : Aff Irigasi
• H+3 : Aff Kateter
Kontrol Poli 4-6 minggu Post Aff Kateter atau Jika Ada Keluhan.
• Segera setelah TURP irigasi kencang sampai urine berwarna pink. Setelah
maksimal 20 menit irigasi kateter dapat diperlambat (biasanya menjadi 40-60
tetes/menit).
Di Ruang Rawat :
• Selalu pastikan irigasi nyala dan lancar, serta urine bag tidak penuh.
• Cek vital sign dengan interval 15-30 menit setelah sampai di ruang rawat.
• Pasien boleh langsung minum selama tidak ada mual atau muntah. Pasien
boleh minum bebas dan makan ringan (hanya untuk pertama kali) setelah 4-6
jam post operasi. Setelah itu diet biasa.
• Catat jumlah cairan di urine bag dan botol irigasi yang masuk setiap 4-6
jam paska operasi.
• Pasien boleh mulai duduk segera setelah efek anestesi hilang (sekitar 8 jam
post operasi). Jika pasien operasi pagi, sore sudah harus duduk dan besok
paginya sudah belajar jalan dengan membawa urine bag teririgasi. Jika pasien
operasi malam, paginya sudah harus duduk dan sorenya harus belajar jalan.
• IV line tidak perlu dipertahankan lama. IV line dipertahankan hanya jika butuh
transfusi atau subtitusi elektrolit, masih terjadi perdarahan dari kateter, atau
pasien tidak dapat minum banyak. Sebaliknya jika tidak ada indikasi, IV line bisa
segera dilepas.
Pittfall :
• Pasien merasa buli penuh meskipun irigasi tampak lancar, jernih atau
hanya berwarna pink : Selalu tanyakan apakah pasien merasa bulinya penuh /
merasa seperti ingin BAK. Jika ya, selalu raba supra symphisis untuk
memastikan buli kosong.
• Pasien merasa ingin mengejan untuk BAK. Kadang urine keluar dari
pinggir-pinggir kateter, meskipun irigasi kateter tampak lancar. Saat
pemeriksaan ternyata supra simphysis kosong : Hal ini disebabkan
involuntary detrussor spasm dan sebenarnya terjadi sumbatan pada kateter. Ini
biasanya terjadi jika median lobe yang direseksi cukup besar, trigonum tereseksi,
atau dinding buli tereseksi. Lakukan spooling untuk memastikan kateter lancar
sebelum meresepkan alagesik. Jika keluhan berat sekali, hanya sakral atau
kaudal anesthesia yang dapat meredakannya.
Catatan :
• Jika terjadi retensi :
• Jika ternyata clot dalam buli banyak dan sulit di spooling, lakukan
sistoskopi ulang dan evakuasi clot.
• Jika pasien kembali hematuria setelah sebelumnya irigasi sudah jernih : lakukan
spooling dan pastikan tidak ada clot dalam buli. Kemudian pertimbangkan untuk
lakukan irigasi kateter lagi. Jika dengan cara ini tidak membaik, pertimbangkan
untuk sistoskopi ulang.
• axax