Anda di halaman 1dari 14

Jika pasien dalam keadaan retensi, lakukan diversi urine

dengan pemasangan kateter urethra k/p sistostomi


terlebih dahulu sebelum melakukan anamnesis

BPH
Pada pasien dengan retensi urine yang dijumpai
kesulitan pemasangan kateter, lakukan :

Anamnesis 1. Pemasangan kateter dengan spanner / mandren

1. Onset LUTS
2. Sistostomi dengan terlebih dahulu melakukan USG
2. Gejala LUTS ? (WISE + FUN)
memastikan tidak ada tumor di dalam buli
1. Pancaran lemah ? (Weak Stream)

2. Terputus-putus ? (Intermittensi)

3. Apakah BAK harus mengejan ? (Straining)

4. Perasaan sisa/tidak tuntas setelah BAK ? (Incomplete Emptying)

5. Apakah ada Frekuensi ?

6. Apakah ada Urgensi / Kesulitan menahan BAK ?

7. Apakah ada Nokturia ? Berapa kali terbangun malam hari untuk BAK ?

3. Berapa IPSS Score ?


4. Berapa QoL ?
5. Hematuria

1. Terus menerus atau hilang timbul ?

2. Hematuria pada awal miksi, akhir miksi, atau dari awal hingga akhir ?

3. Disertai Nyeri ?

4. Disertai Clot ?

5. Bagaimana bentuk clotnya ? Bergumpal-gumpal / panjang seperti cacing ?

6. Warna merah segar atau kehitaman ?

7. Pernah sampai retensi clot ?

6. Pernah Retensi sebelumnya ?

7. Apakah ada Disuria / Nyeri Saat Miksi ?

8. BAK Seperti Lidi / Bercabang ?


9. Kesulitan BAB ?

10. BAB Berdarah ?

11. Sperma Bercampur Darah ?

12. Berapa Produksi Urine Hariannya ?

13. Berapa jumlah konsumsi cairan hariannya ?

14. Apa jenis minuman yang dikonsumsi ?

15. Nyeri pinggang

IPSS Score

16. Passing Stone


1 - 7 Mild

17. BAK Keruh


8 - 19 Moderate

20 - 35 Severe
18. Demam

19. Mual dan Muntah

20. Batuk Persisten dan Sesak

21. Penurunan Berat Badan dan


Kehilangan Nafsu Makan

22. Nyeri tulang

23. Kelemahan Otot menyeluruh

Obstruktif Iritatif Post


24. Jika keluhan Nokturia atau
(Voiding) (Strorage) Micturation
gejala storage dominan :
Berapa OABSS Score ?
Weak Stream Frekuensi Dribbling
Minta Bladder Diary (3 hari berturut-turut)
Intermitensi Urgensi Retensi

Straining Nokturia

Incomplete
Emptying
Fungsi Seksual
25. Disfungsi Ereksi

Faktor Resiko
26. Kebiasaan Alkohol, Kopi, Soda

27. Kebiasaan Minum Malam Hari

Riwayat Penyakit Dahulu


28. Riwayat DM

29. Riwayat Hipertensi

30. Riwayat Asam Urat

31. Riwayat Jantung

32. Riwayat Stroke

33. Riwayat TBC

34. Riwayat Infeksi Saluran Kemih

Riwayat Obat-Obatan
35. Adakah obat yang rutin dikonsumsi ?

• Obat Flu, Diuretik, Anti Hipertensi, Anti Depresan, Anti Histamin, Brochodilator

36. Riwayat penggunaan a-Blocker

37. Riwayat Penggunaan 5aRI

(menurunkan PSA 50% setelah pemakaian minimal 6 bulan)

38. Apakah menggunakan obat jantung dan pengencer darah ?

39. Riwayat pengobatan TBC ?

40. Penggunaan obat yang dapat menyebabkan kencing merah : Rifampisin,


Pyridium (Vitamin B12), anti-koagulan, anti-platelet

41. Adakah alergi obat ?

Riwayat Operasi dan Trauma


42. Riwayat Operasi di Urologi

43. Riwayat Operasi dan Trauma terutama daerah Pelvis, Perineum, Urethra, Tulang
Belakang

44. Riwayat Instrumentasi : Kateterisasi, Businasi

Riwayat Kemo dan Radiasi


45. Riwayat Kemoterapi ?

46. Riwayat Radiasi ?

Riwayat Keluarga
47. Riwayat Keluarga dengan keluhan serupa ?

48. Apakah pasien sudah menikah ? Sudah punya / berencana punya anak lagi ?

Riwayat Sosial Ekonomi


49. Pekerjaan

50. Tempat Tinggal

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Vital Sign : TD, HR, RR, Temp

Karnoffski

BMI

Kepala : Konjuntiva Palpebra Anemis, Sklera Ikhterik, Asimetri wajah

Thorax : Ukur JVP

Adakah Limfadenopati pada leher, supra dan infra clavicula, axilla

Bunyi Jantung Paru, Bunyi Jantung Paru Tambahan

Adakah tanda-tanda CHF, Kardiomegali, Asma, PPOK

Abdomen :

I : Scar Operasi, Distensi, Bulging, Hiperemis

A : Bising Usus normal/tidak

Pal : Teraba massa ? Nyeri tekan ?

Limfadenopati inguinal ?

Per : Apakah normal ?

Vertebra : Scar operasi, Deformitas

Extrimitas : Oedem, Parese / Plegi, Gait jalan tertentu, Deformitas

Adakah defisit neurologi ? Refleks fisiologi normal / tidak ?

Adakah refleks patologis ?

Status Urologis
CVA : Scar Operasi, Bulging, Hiperemis

Nyeri tekan, Massa, Ballotement

Nyeri ketok

SS : Scar Operasi, Bulging, Buli Kesan Retensi, Massa

Nyeri Tekan

GE : Apakah sudah di sirkumsisi ?

Adakah Phymosis ? Meatal Stenosis ? Urethra Discharge ? BXO ? Peyronie ?

Indurasi Urethra ? Teraba batu di Urethra ? Deformitas Penis ? Tumor penis ?

Testis dan Skrotum : Ruggae Scrotum normal ? Oedem Scrotum ? Hiperemis ?

Apakah Testis teraba bilateral intraskrotal ? ukurannya normal ?

Apakah sama kanan dengan kiri ? Konsistensi Testis ?

Nyeri saat perabaan ? Massa Testis ?

Hidrocele ? Varicocele ?

Hernia Scrotalis / Inguinalis Indirecta


DRE : TSA

Ampula Recti Kolaps / tidak

Massa Rectum

Prostat

Apakah pole superior teraba ? Prostat kesan membesar ? TBP (Jika Pole

superior tidak teraba TBP 50 Gram) ? Simetris ? Permukaan Rata ?

Konsistensi ? Nyeri tekan ? Nodul (apakah < 1/2 lobus atau > 1/2 lobus,

pada 1 sisi atau 2 sisi) ? Terfiksir / Mobile ?

BCR

Handscoon : Darah ? Feces ?

Penunjang
Darah
DPL SGOT/PT
PSA Meningkat Pada :

Ur/Cr PSA
1. Ca Prostat

2. Prostatitis

GDS ALP
3. DRE (3 Hari)

Asam Urat
4. Retensi Urine Akut dengan Pemasangan FC (72 Jam)

Elektrolit
5. Operasi dan Instrumentasi (Biopsi Prostat, TURP)
Albumin

PT/aPTT/INR

Urine
Urinalisa

Kultur Urine

Sitologi Urine

BTA Urine

PCR TB

Indikasi Upper Tract Imaging :

1. Gangguan Fungsi Ginjal

Imaging 2. Hematuria

1. TAUS/TRUS k/p Biopsi Prostat


3. ISK

TBP
4. Residual Urine Banyak

IPP
5. Riwayat Passing Stone

6. Riwayat Operasi Urologi


Foo
IAUI (Hudayana)

Grade I : 5 mm
Grade I : 5 mm

Grade II : 5-10 mm
Grade II : 5-10 mm
Indikasi Biopsi Prostat:

Grade III : >10 mm Grade III : 10-15 mm


1. PSA > 4 ng/dL


Grade IV : >15 mm 2. Nodul (+)

Batu Buli
Indikasi Re-Biopsi Prostat (3-6 bulan) :

Divertikel Buli
1. PIN High-Grade, Multiple (>1 core)

2. ASAP (Atypical Small Aciner Proliferation)

Tebal Dinding Posterior Buli > 6 mm


3. Pada pasien yang mengkonsumsi 5-ARI

dengan PSA yang menetap (tidak menurun)

PVR
setelah pemeriksaan ulang PSA 6 bulan

paska pemberian 5-ARI

PVR normal pria dewasa 12 cc

4. Nodul (+) saat follow up


Retensi jika PVR > 100 cc

Indikasi Urodinamik :

2. Uroflowmetri k/p Urodinamik 1. Pasien usia < 50 tahun atau > 80 tahun

Syarat : Volume Urine Minimal 150 cc


2. PVR > 300 cc

Yang dinilai : Qmax, Qave,


3. Cannot Void >= 150 cc

time to Qmax,
4. Qmax >= 10 ml/detik

5. Curiga Voiding Dysfunction / Neurogenic LUTS

lama pancaran, PVR


6. Riwayat Operasi Daerah Pelvis

Obstruksi Jika :
7. Riwayat Gagal Operasi Invasif Sebelumnya
1. Qmax < 10 ml/det

2. BOOI > 40

BOOI : PdetQmax - 2(Qmax)


BCI : PdetQmax + 5(Qmax)

PdetQmax = Detrussor Pressure


PdetQmax = Detrussor Pressure

at Maksimum Flow Rate


at Maksimum Flow Rate

Nilai BOOI :
Nilai BCI :

< 20 : Normal
< 100 : Under Activity

20-40 : Equivocal (Inkonklusif)


100 - 150 : Equivocal (Inkonklusif)

> 40 : Obstruksi > 150 : Strong Contraction


3. Urethrosistografi Retrograde
Indikasi Urethrosistografi :

Jika dicurigai Striktur Urethra


1. Urethritis

2. Riwayat Striktur Urethra

3. Riwayat Trauma Urethra

4. Urehtosistografi Bipolar
4. Riwayat Instrumentasi Urethra

Jika terpasang sistostomi 5. Riwayat Operasi Urethra


Gambaran BPH pada Sistografi / IVP : Fish Hook Sign / J-Shaped Ureter
Terapi

Watchfull Waiting
Indikasi :

LUTS Ringan (IPSS <= 7) + Tidak Mengganggu Daily Activity

Cara :

Behavioral Therapy, jangan menahan kencing terlalu lama

Mengurangi minum pada waktu yang kemungkinan akan mengganggu

(malam sebelum tidur, saat bepergian, pesta)


Kurangi kopi dan alkohol yang dapat mengiritasi buli

Teknik Relaksasi dan Double Voiding Therapy 

Urethral Milking 

Bladdery reTraining

Distraction Technique

Atasi konstipasi

Batasi obat-obat flu yang mengandung phenilpropanolamine (PPA)

Kontrol : 3 bulan, bulan ke-6, lalu setiap tahun

Follow Up : Keluhan, IPSS, PVR, k/p Uroflowmetri 


Medikamentosa
Indikasi :

IPSS > 7

LUTS Moderate

LUTS Severe

Kontrol :

4-6 Minggu Post Inisiasi

6 Bulan Berikutnya

Pada Pemberian

5aRI —> Cek PSA 3 bulan

dan 6 bulan post inisiasi

Jika diberikan Desmopresin

cek Natrium dan Bladder Diary

hari ke-3, ke-7, dan ke-30

a1-Blocker Jenis Merk Sediaan Dosis


Dagang (mg) (mg)
Cara kerja :

Menghambat reseptor a1-Adrenergic (Epinephrine)


Terazosin Hytrin
1, 2 1 x 1-2
(Prostat reseptor a1a)
Hytroz
—> menghambat

 kontraksi otot polos prostat, bladder Doksazosin Cardura 1, 2 1 x 1-2
neck, dan urethra —> mengurangi resistensi tonus bladder
neck dan urethra.
Alfuzosin Xantral 10 1 x 10
Berperan pada komponen Dinamik (otot polos prostat)

Tamsulosin Harnal
0.2
1 x 0.2

(Ocas)
0.4 1 x 0.4
Hasil :
Prostam
Memberikan efek setelah beberapa hari

Memperbaiki gejala storage dan voiding


Silodosin Urief 4 2x4
Mengurangi skor gejala berkemih 30-45% (EAU 30-40%)
atau Penurunan Skor IPSS 4-6 angka

Memperbaiki Qmax 15-30% (EAU 20-25%)

Efek Samping :

1. Ejakulasi Retrograde (Tidak ganggu libido dan ereksi)

2. Hipotensi Postural / Orthostatik

3. Gangguan Visual

4. Intraoperative Floppy Iris Syndrome (IFIS)

5a-Reductase Inhibitor (5aRI) Jenis Merk Sediaan Dosis


Dagang (mg) (mg)
Cara kerja :

Menghambat Testosteron menjadi DHT dengan menghambat Dutaseride


Avodart 0.5 1 x 0.5
enzim 5a-Reductase —> Menginduksi proses apoptosis sel
epitel prostat setelah pemakaian minimal 6 bulan —> akan 5aRI type 1
and type 2
mengurangi volume prostat 20-30% dan menurunkan PSA
sebanyak 50%.
Finasteride
Finpro
5 1x5
Berperan pada komponen Statik (volume prostat)
Prostacom

Selective Alopros

5aRI type 2 Proscar


Hasil :

Efek klinis baru terlihat setelah pemakaian minimal 6 bulan

Efek Samping :

1. Disfungsi Ereksi (Penurunan Libido, ED)

2. Ejaculation disorder (retrograde, failure, decrease semen)

3. Ginekomastia

4. Rash

Antagonis Reseptor Muskarinik (Anti-Kolinergik) Jenis Merk Sedia Dosis


Dagang an (mg)
Cara kerja :
(mg)
Menghambat stimulasi cholino-reseptor muskarinik (M2 dan
M3) —> Mengurangi kontraksi otot polos buli
Solifenacin Vesicare 5, 10 1 x 5-10

Tolterodine Detrusitor
2
2 x 1-2

Hasil :
Detrusitor SR 4 1 x 2-4
Memperbaiki gejala storage. Diberikan jika dengan
pemberian a-blocker keluhan storage tidak membaik.
Fesoterodine Tidak ada di Indonesia

Propiverine Mictonorm 15 3 x 15
Evaluasi : IPSS dan PVR

Kontraindikasi Relatif : PVR > 150 cc

Efek Samping :

1. Dry Mouth
4. Dyspepsia
7. Retensi Urine

2. Dry Eyes
5. Konstipasi
8. UTI

3. Blurred Vision 6. Life Threatening Aritmia 9. Gangguan Kognitif


Phosphodiesterase 5 Inhibitor (PDE 5 Inhibitor) Jenis Merk Dagang Dosis
Cara kerja :
Tadalafil Cialis 1 x 5 mg
Meningkatkan konsentrasi dan memperpanjang aktifitas

cGMP intraseluler —> munurunkan tonus otot polos Sildenafil not for BPH not for BPH
detrussor, prostat, dan urethra

Verdenafil not for BPH not for BPH

Hasil :

Memberikan efek setelah 1 minggu

Mengurangi skor gejala berkemih 22-37%

Meningkatkan Qmax 2,4 ml/detik

Paling baik diberikan pada pria usia lebih muda + indeks


massa tubuh rendah dengan keluhan LUTS berat (dengan
atau tanpa disfungsi ereksi)

a1-Blocker + 5aRI Merk Dagang Dosis


Hasil :
Duodart 0.5 + 0.4
Lebih baik dibanding monoterapi pada resiko retensi urine
akut dan kemungkinan diperlukannya terapi bedah. Efek
samping meningkat.
Stop a1-Blocker setelah terapi
kombinasi selama 6-9 bulan
Indikasi :

Pasien dengan LUTS sedang-berat (IPSS>7) dan


mempunyai resiko progresi (usia lanjut, volume prostat
besar, PSA > 1,3 ng/dL) yang direncanakan pengobatan
jangka panjang (minimal 1 tahun)

a1-Blocker + Antagonis Reseptor Muskarinik Jenis Merk Dagang Dosis


Hasil :
Tidak ada di Indonesia
Mengurangi gejala storage (frequensi, urgensi, nokturia),
IPSS, dan episode inkontinensia, terutama jika ditemukan
detrussor overactivity.

Indikasi :

Pasien dengan keluhan storage yang tidak membaik setelah


pemberian a1-Blocker

Evaluasi : IPSS dan PVR


Kecil Sedang Besar Tidak dapat Tidak Bisa
(<30 gr) (30-80 gr) (>80 gr) Stop Anti- Anesthesi
Koagulan

TURP TURP Open Prostat


Operatif
Indikasi :
TUIP TUMT TUMT
BPH yang menimbulkan
TUNA TUNA
komplikasi yaitu :

HoLEP/
HoLEP HoLEP/

1. Retensi Urine Akut


HoLRP HoLRP
2. Retensi Berulang
Green Light
Green Light Green Light
3. Gagal Medikamentosa
(PVP) (PVP) (PVP)
(Gagal TWOC)

Urethral Lift
Stent
4. ISK Berulang

(PUL)
5. Hematuria Makros Berulang /

Refrakter Meskipun on 5aRI


Mengurangi Resiko TURP Syndrome :

6. Batu Buli
1. Volume Prostat < 80 cc

7. Renal Insufisiensi ec BPH


2. Bipolar

8. Perubahan Patologis Buli


3. Monopolar dengan Glisin

(Divertikel Buli)
4. Continuous Flow

9. Perubahan Patologis
5. Tinggi Irigasi 50-60 cm (Kecepatan air 300 cc/menit)

Upper Tract (Hidronefrosis)


6. Reseksi < 1 Jam (90 Menit)

7. Stop reseksi jika perforasi kapsul


Indikasi Relatif

Intra (Durente) Op Early Post Op Late (Delay) Post Op


1. Keluhan LUTS sedang-berat

(dalam 30 hari)
(IPSS>7) yang tidak

membaik dengan terapi


Perdarahan
Perdarahan Retrograde Ejaculation

non bedah
(Arterial, Venous) (9%) (Secondary hem) (65,4%)
2. Menolak terapi
TURP Syndrome
Retensi Clot Impotensi (7-14%)
medikamentosa
(0.8 - 5%) (39%)
3. Pilihan Pasien

Perforasi Kapsul ISK (22%) dan Retensi


Sepsis

Perforasi Bladder Neck Failure to Void


Bladdder Neck Contracture

(Under Trigonum) (AUR) (13%) (4,7%)

Perforasi Buli Pulang dg FC Stricture Urethra (3,8%)

Cidera Muara Ureter Kematian (1%) Inkontinensia (2,2%)

Perforasi Rectum Hematuria

Aritmia ISK

Infark Myocard

DOT

Patofisiologi TURP Sindrome :


TURP Syndrome Intra Operatif :

Kapiler banyak terbuka saat TURP —> 1. Hipertensi (Sistole dan Diastole Naik)

Tekanan positif —> Cairan masuk 2. Bradicardia

intravaskular —> Terjadi hiponatremia 3. Mual dan Muntah

dilusional 4. Penurunan Kesadaran

Treatment :

1. Stop tindakan dan kontrol perdarahan (hemostasis)

2. Oksigenasi + Pasang Pulse Oxymetri

3. Diuretik

4. EKG

5. Cek AGDA, CK, CK-MB, Elektrolit

6. Rawat ICU
TUIP dan BNI
Untuk pasien dengan keluhan sedang-berat (IPSS>7) dengan prostat volume < 30
gram dan lobus medius yang tidak besar

Laser Prostatektomi
Untuk pasien yang tidak dapat menghentikan terapi anti-koagulan

Laser yang populer digunakan sekarang Thulium:YAG (Tm:YAG)

Prostat akan mengalami koagulasi pada suhu 60-65oC dan vaporasi pada 100oC

ThermoTheraphy
Nekrosis koagulasi jaringan prostat terjadi pada suhu >45oC. Angka rekurensi tinggi
dengan tehnik ini. Yang termasuk tehnik ini :

1. Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT)

2. Transurethral Needle Ablation (TUNA)

3. High Intensity Focused Ultrasound (HIFU)

Prostate Stent
Untuk pasien yang tidak bisa menjalani operasi. Stent dipasang intraluminal di
antara leher kandung kemih dan di proksimal verumontanum. Resiko dan efek
samping berupa kesalahan posisi, migrasi, enkrustrasi, nyeri perineal dan gejala
storage (frekuensi, urgensi, nokturia)

Open Prostatectomy
Indikasi : Volume Prostat > 80 gram

Approach : Transvesica (Hryntschack / Frayer) : Lobus Medius Besar, Indentasi

Prostat Besar, Ada Batu Buli

Retropubic (Millin) : Kontrol Perdarahan Lebih Baik

Angka komplikasi : Perdarahan membutuhkan transfusi (7-14%)

Mortalitas perioperatif (30 hari pertama) 0,25%

Komplikasi lanjut berupa bladder neck contracture, stricture urethra (6%) dan
inkontinensia urine (10%)

Lain -Lain
TWOC
Indikasi : Pada retensi urine akut pertama yang belum ditegakan diagnosis. Pasien
diberikan a1-Blocker (Tamsulosin 0,4 mg) selama 3-7 hari kemudian dilepas kateter
dan dilakukan pemeriksaan uroflowmetri (pemeriksaan pancaran urine) dan PVR

CIC / Kateter Menetap : Pada Retensi Kronik

Sistostomi : Pada Pasien Retensi yang Tidak Dapat Dilakukan Pemasangan Kateter
TURP

Idealnya untuk prostat ukuran 30-80 gram, tetapi tidak ada batasan maksimal
volume prostat yang boleh di TURP. Dapat memperbaiki gejala BPH hingga 90%
dan meningkatkan laju pancaran urine hingga 100%.

Persiapan TURP

1. Lab Lengkap

2. Rontgen Thorax + Konsultasi Paru

3. EKG + Konsultasi Jantung

4. Konsul IPD jika diperlukan (hipertensi, DM)

5. Konsul Anestesi

6. Stop Anti-Koagulan Minimal 5-7 Hari Sebelum Operasi dan 3-5 Hari Setelah
Operasi (Setelah Lepas Kateter, Pasien Dapat Miksi Spontan Tanpa Makroskopis
Hematuria)

7. High Risk : ICU Post Op

8. Persiapan darah jika dirasakan butuh

Alat yang disiapkan :

1. Busi

2. TURP Set termasuk cutting loop dan roller

3. Sachse Set

4. Lensa 30 dan 0

5. Ellick Evacuator / Tommy Syringe

6. Mandren / Spanner

7. FC 24 Fr 3 way dengan Irigasi Set

Tehnik Operasi

1. Jika menggunakan sheath TURP continuous atau jika lumen urethra sempit
sebaiknya dilakukan kalibrasi urethra dengan businasi terlebih dahulu

2. Injeksi jelly intra urethra

3. Sistoskopi

1. Buli : Trabekulasi, Sakulasi, Divertikel, Batu, Massa, Bladder Neck Tinggi

2. Ureter : Muara Ureter

3. Prostat : Kissing Lobe (Saat Buli Kosong/Setengah Penuh), Veromontanum

4. TURP

1. Batas Reseksi : Proximal Baldder Neck, Terluar Kapsul Prostat, Distal


Veromontanum. Reseksi apikal secara hati-hati dengan memperhaikan
sphinchter eksterna

2. Langkah - langkah TURP :

1. Cone Excision

2. Excavation of the capsule

3. Resection apical tissue

3. Tehnik Operasi :

1. Barnes : Lobus medius - Lobus lateral dari bawah ke atas

2. Mauer Mayer : Lobus medius dulu (dari jam 6) - Lateral Bergantian


(AUSTEG dari bawah ke atas seperti Barnes, ICTEC dari jam 9 dan
jam 3 kemudian ke bawah seperti Alcock and Flock)

3. Nesbit : Arah jam 12 - Lobus lateral arah jam 12 sampai 9 kemudian


12 sampai 3 - kemudian sisanya (median lobe dan apikal) dimulai dari
samping vero ke arah jam 12

4. Alcock and Flock : Mulai dari jam 9 dan jam 3 - kemudian tergantung
keadaan

3. Evaluasi : Nilai keadekuatan reseksi (terutama daerah bladder neck dan


apikal) saat buli kosong

4. Evakuasi Chip Prostat dengan Ellick Evacuator / Toomy Syringe

5. Kontrol Perdarahan dengan roller ball / mushroom head. Kontrol perdarahan


secara sistematis khususnya arah jam 5,7, dan 12 (beberapa sumber lain jam
10) dimana terdapat arteri Badenoch

6. Jika ada perdarahan aktif intra op :

1. Maju lewat bleeding point lalu mundur perlahan-lahan

2. Jika perdarahan masih tertutup jaringan prostat, reseksi prostat sampai


terlihat bleeding point

3. Jika perdarahan masif karena robekan kapsul prostat luas : Stop


tindakan, pasang kateter 3-way traksi maksimal dan irigasi

7. Sistoskopi ulang untuk menilai perdarahan aktif dan sisa chip prostat

8. Pasang Kateter 3-way ballon 40 cc dan traksi kateter.

Perawatan Post Op

• H+0 : Traksi (+) Irigasi (+)

• H+1 : Aff Traksi

• H+2 : Aff Irigasi

• H+3 : Aff Kateter

Kontrol Poli 4-6 minggu Post Aff Kateter atau Jika Ada Keluhan.

Evaluasi keluhan, IPSS, PVR, Uroflowmetri.

Jika Tidak Ada Keluhan Stop Follow Up



Post Operative Care
Di Kamar Operasi :
• Paska TURP glands penis di bebat jika tampak perdarahan. Bebat tampon
dilepas setelah maksimal 20 menit.

• Segera setelah TURP irigasi kencang sampai urine berwarna pink. Setelah
maksimal 20 menit irigasi kateter dapat diperlambat (biasanya menjadi 40-60
tetes/menit).

• Kosongkan urine bag saat pasien pindah dari OK ke RR.

Di Ruang Recovery (RR) :


• Kosongkan lagi urine bag saat pasien pindah dari RR ke ruangan.

• Pastikan irigasi kateter lancar.

Di Ruang Rawat :
• Selalu pastikan irigasi nyala dan lancar, serta urine bag tidak penuh.

• Cek vital sign dengan interval 15-30 menit setelah sampai di ruang rawat.

• Pasien boleh langsung minum selama tidak ada mual atau muntah. Pasien
boleh minum bebas dan makan ringan (hanya untuk pertama kali) setelah 4-6
jam post operasi. Setelah itu diet biasa.

• Catat jumlah cairan di urine bag dan botol irigasi yang masuk setiap 4-6
jam paska operasi.

• Pasien boleh mulai duduk segera setelah efek anestesi hilang (sekitar 8 jam
post operasi). Jika pasien operasi pagi, sore sudah harus duduk dan besok
paginya sudah belajar jalan dengan membawa urine bag teririgasi. Jika pasien
operasi malam, paginya sudah harus duduk dan sorenya harus belajar jalan.

• Irigasi dilepas setelah urine jernih (biasanya 12 jam post operasi).

• Analgetik jangan rutin diresepkan karena pada dasarnya semua tindakan


transurethra merupakan prosedur yang tidak nyeri kecuali terjadi luka pada
dinding buli atau trigonum tereseksi.

• IV line tidak perlu dipertahankan lama. IV line dipertahankan hanya jika butuh
transfusi atau subtitusi elektrolit, masih terjadi perdarahan dari kateter, atau
pasien tidak dapat minum banyak. Sebaliknya jika tidak ada indikasi, IV line bisa
segera dilepas.

Pittfall :
• Pasien merasa buli penuh meskipun irigasi tampak lancar, jernih atau
hanya berwarna pink : Selalu tanyakan apakah pasien merasa bulinya penuh /
merasa seperti ingin BAK. Jika ya, selalu raba supra symphisis untuk
memastikan buli kosong.

• Pasien merasa ingin mengejan untuk BAK. Kadang urine keluar dari
pinggir-pinggir kateter, meskipun irigasi kateter tampak lancar. Saat
pemeriksaan ternyata supra simphysis kosong : Hal ini disebabkan
involuntary detrussor spasm dan sebenarnya terjadi sumbatan pada kateter. Ini
biasanya terjadi jika median lobe yang direseksi cukup besar, trigonum tereseksi,
atau dinding buli tereseksi. Lakukan spooling untuk memastikan kateter lancar
sebelum meresepkan alagesik. Jika keluhan berat sekali, hanya sakral atau
kaudal anesthesia yang dapat meredakannya.

Catatan :
• Jika terjadi retensi :

• spooling dengan sebelumnya dimasukan terlebih dahulu 20 cc NaCl


0.9% ke buli sebelum aspirasi/ spooling.

• Jika gagal spooling, langkah berikutnya adalah mengganti kateter. Cek


apakah ada chip prostat atau clot yang menhalangi ujung kateter.

• Jika ternyata clot dalam buli banyak dan sulit di spooling, lakukan
sistoskopi ulang dan evakuasi clot.

• Sistoskopi evaluasi dan evakuasi clot :

• Keluarkan clot dengan sheath TURP dan dengan Ellick Evacuator.

• Lakukan sistoskopi evaluasi dengan buli kosong (hanya sedikit terisi)


untuk mencari sumber perdarahan.

• Jika sumber perdarahan terdapat diantara sisa-sisa prostat, lakukan


reseksi prostat lagi hingga tampak point bleeding (sumber perdarahan),
kemudian koagulasi sumber perdarahan.

• Jika pasien kembali hematuria setelah sebelumnya irigasi sudah jernih : lakukan
spooling dan pastikan tidak ada clot dalam buli. Kemudian pertimbangkan untuk
lakukan irigasi kateter lagi. Jika dengan cara ini tidak membaik, pertimbangkan
untuk sistoskopi ulang.

• Jika saat sistoskopi perdarahan profuse, lakukan open kontrol


perdarahan dengan cara Millin (sangat jarang terjadi). Evakuasi clot
setelah kapsul prostat diinsisi, kemudian lakukan packing bed prostat
dan lakukan tampon perdarahan. Identifikasi perdarahan, jahit dengan
figure of 8.

• Jika masih terdapat rembesan perdarahan, pasang dan tinggalkan 2


buah tampon vagina yang dijahitkan satu sama lain pada bed prostat.
Pasang sistostomi sebagai back up supaya tidak terjadi retensi clot.
Bookin OK 24 jam kemudian untuk lakukan lepas tampon dengan
general anesthesia.

• Jika ternyata masih terjadi perdarahan, segera lakukan prostatectomy


Millin.

• axax

Anda mungkin juga menyukai