Primary Survey
Airway and C-Spine Control : Gurgling, Snooring, Stridor (Jaw Thrust-Chin Lift)
Urin
Urinalisa
Imaging
X-Schedel Ap/Lat
X Thorax AP
X-Pelvic AP
Anamnesis Singkat
1. Mekanisme dan Jenis Trauma
1. Tipe trauma (Motor Vehicle Accident / Crushed Injury / Fall / Rapid
Deceleration / Direct Trauma / Penetrating Trauma)
2. AMPLE
A : Allergy
M : Medication
L : Last Meal
E : Environtment
Abdomen : Jejas, scar op, bulging, distensi, bising usus, nyeri, defans muskuler
Butterfly Hematom :
Status Urologi Menandakan Ruptur
CVA : Jejas, Hematom, Scar Operasi, Bulging, Hiperemis
Urethra Anterior.
Nyeri Tekan, Massa, Ballotement
Mekanisme paling
Nyeri Ketok
sering Straddle Injury.
SS : Jejas, Hematom, Scar Operasi, Bulging, Buli Kesan Retensi
Paling sering
Massa, Nyeri Tekan
melibatkan Urethra
GE : Meatal Bleeding, Deformitas Penis, Hematom Penis, Indurasi
pars Bulbosa
Perineum : Hematom (Butterfly Hematom)
Skrotum : Hematom
2. Ukuran luka
Butterfly
Hematom
Floating Prostat
Organ yang biasanya terlibat :
2. Rectum
4. Urethra
PFUDD (Pelvic Fracture - Urethral Distraction Defect)
Imaging
X-Pelvic AP
2. Pasien posisi miring 30-40 derajat dengan kaki 2. Ekstravasasi Urethra Anterior / Posterior
bagian bawah fleksi 90 derajat pada sendi lutut 3. Masih ada kontras yang naik ke buli / tidak
Percobaan pemasangan kateter diperbolehkan yaitu jika kondisi pasien memungkinkan dan
dilakukan dengan guiding fluoroskopi saat melakukan urethrografi retrograde. Percobaan
pemasangan kateter hanya boleh 1 kali oleh orang yang berpengalaman.
2. Lateral Compression
3. Vertical Shear
Klasifikasi Marvin Tile :
Berdasarkan Stabilitas Horizontal dan Vertikal dibagi menjadi :
2. Rotationally UNstable but Vertically Stable
Striktur Penile Urethra dan Urethra pars Bulbosa bagian distal > 2 cm
—> Augmented Urethroplasty (Graft atau Flap) supaya tidak terjadi
penile shortening
2. USG Urethra dengan probe linear 7.5-10 Hz (untuk melihat ketebalan fibrosis)
2. Crural Separation
6. Omental Wrap
7. Identifikasi ujung proksimal dari striktur. Buat marker pada daerah tersebut
Perawatan Post Op :
1. Pasien pulang 3 hari post op
Kriteria Keberhasilan :
Pasien tidak memerlukan lagi instrumentasi baik businasi maupun kateter paska
lepas kateter. Pada Reseksi Anastomosis Urethra (EPA) keberhasilan 90-98%.
2. Fistula Urethrocutan
3. Penile Shortening
4. Incontinence
5. Disfungsi Ereksi
Bagan Trauma Urethra EAU 2019
2 hari - 6 minggu
Organ yang terlibat : 1. Lower Rib + Pleura + Paru
3. Intraperitoneal :
1. Solid Organ
3. Omentum
4. Vertebra
5. Ginjal
Imaging
Jika pasien hemodinamik stabil :
severe and less predictable than blunt trauma. In urban settings, the percentage of penetrating injuries can be
3. All Penetrating Trauma
as high as 20% or higher [30, 31]. Bullets have the potential for greater parenchymal destruction and are most
4. Pediatrik dengan hematuria baik
often associated with makroskopik maupun
multiple-organ injuries mikroskopik
[32]. Penetrating (>5direct
injury produces RBC)
Classification systems
The most commonly used classification system is that of the AAST [20] (Table 4.1.1). This validated system has
Derajat Trauma Ginjalclinical relevance and helps to predict the need for intervention [15, 33, 34]. It also predicts morbidity after blunt
15.4 Renal Trauma
or
207
penetrating injury and mortality after blunt injury [15].
Proposals for changes to the AAST classification include a substratification of the intermediate grade injury into
III V
Fig. 15.4.6I–V. AAST renal injury grading scale (Moore 1989)
(© Hohenfellner 2007)
15.4.5.3
grade 4a (low-risk cases likely to be managed non-operatively) and grade 4b (high risk-cases likely to benefit
resuscitation of shock as required. In many cases,
physical examination is carried out simultaneous to
Diagnosis: Initial Emergency Assessment
Initial assessment of the trauma patient should include
from angiographic embolisation, repair or nephrectomy), based on the presence of radiographic risk factors,
stabilization of the patient. When renal injury is sus-
pected, further evaluation is required for a prompt di-
Cara Buat Diagnosis including peri-renal haematoma, intravascular contrast extravasation and laceration complexity [35], as well as
securing the airway, controlling external bleeding, and agnosis.
a suggestion that grade 4 injuries comprise all collecting system injuries, including ureteropelvic junction (UPJ)
Blunt Abdominal Trauma dengan Hemodinamik (stabil/unstable)
injury of any severity and segmental arterial and venous injuries, while grade 5 injuries should include only hilar
Shock (Hemorrhagic)
injuries, including thrombotic events [36].
Trauma Ginjal (R/L) AAST Grade (1-5)
special consideration should be given to pre-existing renal disease [37]. In patients with a
solitary kidney, the whole functioning renal mass may be endangered [38, 39]. Since pre-existing abnormality
2. Pemeriksaan Status Lokalis (Flank Bulging, Hematom)
makes injury more likely following trauma, hydronephrosis due to UPJ abnormality, calculi, cysts and tumours
3. Bed Rest hingga urine makroskopis
may complicate jernih
back, flanks upper abdomen, or bullet entry or exit wounds. In stab wounds, the extent of the
6. Imaging : CT Scanentrance
ulangwound48-72 may not accurately reflect the depth of penetration.
jam atau jika perburukan keluhan atau klinis
Blunt trauma to the back, flank, lower thorax or upper abdomen may result in renal injury. Flank
pain, ecchymoses, abrasions, fractured ribs, abdominal distension and/or a mass and tenderness, raise the
suspicion of renal involvement.
Komplikasi yang dapat terjadi ketika memilih tatalaksana konservatif :
Early Complication (< 1 Bulan)
1. Persisten Bleeding
2. Urinoma
Indikasi Re-Imaging :
4. Fistula Reno-Cutan
2. Hemodinamik menjadi tidak stabil
6. Hidronefrosis
4. Hematom flank yang meluas
1. Re-Bleeding
2. PyeloNefritis Kronis
4. AV Fistula
5. Pseudo Aneurisma
Alternatif lain laparotomi ekplorasi adalah dengan konsul radiologi intervensi untuk
dilakukan emboliasi selektif dengan syarat hemodinamik stabil.
Operatif
Indikasi Operasi
1. Hemodinamik unstable meskipun sudah resusitasi agresif
1. Vaskular
2. Parenkim dengan :
Indikasi Relatif :
Pembagian Zona Retroperitoneal
1. Bersamaan dengan Laparotomi Eksplorasi
pada Trauma Vaskular
2. Ekstravasasi Urine
Jika saat laparotomi : Zona 2 hematom non ekspanding dan non pulsating —> lakukan One Shot IVP
One Shot IVP dilakukan di atas meja operasi dengan menyuntikan 2 mL/KgBB kontras IV kemudian
dilakukan foto setelah 10 menit. Yang dinilai :
McAninch Procedure :
4. Palpasi Aorta —> Insisi Peritoneum Posterior di atas Aorta ke arah cranial
hingga 10 cm dari Lig. Traitz
• Arteri Renalis Kiri akan berada di posterior dan sedikit lebih superior dari Vena
Renalis Kiri
• Arteri Renalis Kanan berada di superior dan medial dari Vena Renalis Kanan
7. Pasang Vessel Loop pada kedua Vena dan Arteri Renalis yang terlibat trauma
kemudian tarik ke arah superior
8. Exposed Retroperitoneal :
• Kiri : Insisi white line of Told di lateral Colon Descenden kemudian sisihkan
Colon Descenden ke arah medial untuk expose hematom di dalam Fascia
Gerota
10. Jika perdarahan (+) : Tarik Vessel Loop ke Superior kemudian Klem Arteri
Renalis dengan Bulldog Clamp atau dengan Rummel Torniquet. Atau jika
memungkinkan di tahan perdarahannya dengan jari.
3. Jika tampak laserasi pada pyelum, jahit dengan chromic cut gut 4/0 secara
continuous
4. Jika ginjal yang rusak cukup besar, lakukan pasrtial nefrektomi dengan insisi
ginjal sampai ke PCS. Jahit PCS (Kalikorraphe) dengan chromic cut gut 4/0
secara continuous. Kemudian lakukan Renorraphe dengan benang 3/0 SAS
secara interupted dengan aproksimasi kapsul ginjal (bagian tengahnya diberikan
sponge gelatin atau ditambal dengan omentum / lemak perirenal )
2. DOT
2. Abses
4. Abses
4. Infeksi sampai Sepsis
6. Hidronefrosis
6. Batu
7. AV Fistula
EndoUrologi 8. Hipertensi
Pemasangan DJ Stent diindikasikan pada :
2. AV Fistula
3. Pseudo Aneurisma
Follow Up
1. Kontrol setiap bulan
4. Evaluasi CT Scan dan Fungsi Ginjal (Paling baik dengan Renogram. Alternatif
lain : Ur/Cr, BNO-IVP, CT Scan Kontras) 3 Bulan Paska Trauma (Literatur lain
6 Bulan Paska Trauma)
Buli
Imaging
1. Sistografi dengan pengisian minimal 300 cc
3. Sistoskopi
Indikasi Imaging :
3. Bed Rest
Operatif
1. Pada Intraperitoneal Bladder Rupture : Laparotomi
3. Identifikasi muara ureter dari dalam buli, sondase / RPG pastikan ureter aman
5. Buli dijahit 2 lapis (mukosa dan seromuskular) dengan benang short absorbable
suture (SAS). Mukosa secara continuous, seromuskuler secara interrupted.
6. Jika Ruptur Buli Kompleks : Pertimbangkan untuk pasang Sistostomi (FC 14 Fr)
3. Jangan ganggu hematom pelvis jika ada karena dapat menyebabkan perdarahan. Jika perdarahan
terjadi dan profuse dari pelvis segera konsul orthopaedi untuk kemungkinan fiksasi pelvis.
Namun jika hemodinamik menjadi tidak stabil, packing pelvis, beritahu anestesi untuk tranfusi
sesuai kondisi, stop tindakan, rawat ICU. Oprasi ulang setelah 24-48 jam. Alternatif lain adalah
setelah
di packing dan stop tindakan, konsul ke radiologi intervensi untuk dilakukan embolisasi.
Follow Up
Kateter dipertahankan 7-10 (literatur lain hingga 14) hari. Jika ruptur bulinya simple
langsung dicabut. Jika kompleks dilakukan sistografi terlebih dahulu. Jika masih
ada ekstravasasi, pertahankan kateter 2 minggu lagi, kemudian sistografi ulang.
8. Riwayat Hemodialisa
14. Imaging yang ada : Adakah hidronefrosis atau kelainan lain di Urologi
Pemeriksaan Fisik :
1. Abdomen :
2. CVA :
3. SS :
4. GE :
2. Vagina
Pada fistula Vesiko Vagina new Onset (< 2 minggu) dan < 3.5 mm : Pasang ulang FC, evaluasi
dengan sistografi ulang 2 minggu setelahnya —> Jika Fistula persisten : Repair Fistula Vesiko
Vagina dengan peritoneal atau Martius Flap
Pada Fistula Uretero Vagina : Pasang DJ Stent ulang, Evaluasi RPG setelah 4-6 minggu —> Jika
Fistula Persistent : Uretero-Ureterostomi
Ureter
Pada kasus trauma buli, jangan lupa untuk evaluasi muara ureter dan lakukan RPG
untuk memastikan ada tidaknya keterlibatan ureter. RPG dapat dilakukan secara
open atau dengan sistoskopi terlebih dahulu. Alternatif lain adalah dengan
penyuntikan indigo karmin atau methylen blue IV.
consensus.
compression of the bladder should be utilized.
6. Coverage the repair dengan omentum
Upper Ureter
4.3 Bladder7. Trauma
Pasang drain (Drainage)
Disruption of the upper ureter or the UPJ is repaired with
4.3.1 Classification
primary anastomosis of the ureter to the renal pelvis or, when
The AAST proposes a classification of bladder trauma, based on the extent and location of the injury [189].ureterocalycostomy. Proximal ureteral injuries can
necessary,
Post Operative Care
Practically the location of the bladder injury is important as it will guide further management (Table 4.3.1):
1. Jika dilakukan reimplantasi ureter, kateter pertahankan 2 minggu. Jika tidak
Intraperitoneal;
Extraperitoneal;
memanipulasi buli (uretero-ureterostomi), kateter dilepas 3 hari post op
Combined intra-extraperitoneal.
2. Anamnesis keluhan dan pemeriksaan Fisik luka operasi setiap kali kontrol
3. Pertahankan
Table 4.3.1: Classification DJbased
of bladder trauma Stenton4-6
modeminggu
of action + RPG evaluasi sebelum cabut DJ Stent
4. USG dan cek Ur/Cr pada bulan ke-3, ke-6, dan 1 tahun post op
Non-iatrogenic trauma
blunt
penetrating
Iatrogenic trauma
external
internal
foreign body
Penis
Fraktur penis terjadi akibat adanya robekan pada tunika albuginea penis
Anamnesis
1. Ada bunyi “pop” saat kejadian ?
2. Apakah segera setelah kejadian penis mengecil dengan cepat dan muncul
bengkak di penis ?
Pemeriksaan Fisik
GE : Meatal bleeding
Pemeriksaan Penunjang
1. USG Penis dengan Probe Linear 7.5-10 Hz
2. MRI
3. Cavernosography
b. Corpus Cavernosum
1. Retrograde Urethrografi
Retrograde urethrografi dikerjakan hanya jika terdapat kecurigaan trauma urethra (tidak
rutin harus selalu dilakukan). Pada pasien tanpa adanya hematuria, meatal bleeding, dan
tidak ada gejala voiding maka tidak perlu dilakukan urethrografi
Operasi
Tindakan yang dilakukan : Eksplorasi Penis + Repair Tunika Albuginea
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi post op atau jika dilakukan konservatif :
1. Hematom penis
2. Abses penis
3. Fibrosis
5. Disfungsi Ereksi
6. Disrupsi urethra yang tidak terdeteksi —> Striktur Urethra —> Fistula
Urethrocutan
Microscopic dorsal vascular and neural reanastomosis is the best method of repair.
Reanastomosis of the corporal arteries is not recommended.
Skrotum
Pemeriksaan Fisik
Saat melakukan pemeriksaan fisik, jika pasien nyeri dapat dilakukan bius lokal
dengan spermatic cord block agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih baik dan
pasien tenang.
Imaging
1. USG Skrotum dengan dan tanpa Doppler
Treatment
Operasi (Tidak ada pilihan konservatif) : yang dikerjakan adalah eksplorasi
skrotum dengan informed consent sampai dilakukan orchidektomi jika testis non
vital.
Tehnik operasi :
4. Evakuasi hematom
7. Lakukan orchidopexy
8. Eksplorasi testis kontra lateral dan lakukan hal yang sama (?)