Anda di halaman 1dari 29

Ruptur uretra

Oleh :
Mafida Rista Azizah (201810401011015)
1 Lilian Rahma Ananda (201810401011074)

Pembimbing :
dr. Gunandar Rachmadi,Sp.U
BAB I
2
PENDAHULUAN
3 Latar Belakang

Kasus trauma di UGD 


10% cedera sistem urogenital

1. Ruptur uretra anteror


2. Ruptur uretra posterior

Angka kematian 
20% frakur pelvis, 16 % fraktur pubis
unilateral, 41% fraktur pubis bilateral
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
5 Anatomi
6 Definisi

Ruptur uretra merupakan terjadinya robekan karena


trauma atau jejas baik langsung maupun karena adanya
fraktur tulang panggul yang mengakibatkan memar
dinding dengan atau tanpa robekan mukosa baik parsial
ataupun total
7 Klasifikasi

Ruptur uretra anterior

• Kontusio dinding uretra

• Incomplete disruption

• Complete disruption

Ruptur uretra poserior

• Tipe I  cedera tarikan uretra

• Tipe II  Cedera pada proksimal diafragma genitourinaria

• Tipe IIICedera uretra pada proksimal dan distal diafragma


genitourinaria
8 Epidemiologi

 Cedera organ terbanyak pada fraktur


pelvis adalah pada uretra posterior
(5,8%-14,6%), diikuti oleh cedera hepar
(6,1%-10,2%) dan cedera lien (5,2%-5,8%)

 Cedera uretra pada wanita dengan


fraktur pevis 4-6%

 Rata-rata pada usia 33 tahun

 Pada anak” <12 tahun 8%


9 Etiologi

Cedera Cedera
eksternal iatrogenic
Pemasangan
Fraktur pelvis kateter
uretra

Straddle
Businasi
injury

Operasi
Trans-uretra
10
Patofisologi
 Ruptur Uretra Anterior

Uretra anterior terbungkus di dalam korpus spongiosum penis. Korpus


spongiosum bersama dengan corpora kavernosa penis dibungkus oleh
fasia Buck dan fasia Colles.

Jika terjadi rupture uretra beserta korpus spongiosum darah dan urin
akan keluar dari uretra tetapi masih terbatas pada fasia Buck  secara
klinik terlihat hematom yang terbatas pada penis.

Tetapi jika fasia Buck ikut robek ekstravasasi urin dan darah hanya
dibatasi oleh fasia Colles  sehingga darah dapat menjalar hingga
skrotum atau ke dinding abdomen Karena itu robekan ini memberikan
gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly hematoma.
11

 Ruptur Uretra Posterior

Ruptur uretra posterior hampir selalu disertai fraktur tulang pelvis.


Akibatnya terjadi robekan pars membranasea karena prostat dengan
uretra prostatika tertarik ke kranial bersama fragmen fraktur,
sedangkan uretra membranasea terikat pada diafragma urogenital.

Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit.

Pada ruptur total, uretra terpisah seluruhnya dan ligamentum


puboprostatikum robek sehingga vesica urinaria dan prostat terlepas
ke kranial
12 Manifestasi Klinis

Ruptur uretra Ruptur uretra


anterior posterior
 Kontusio uretra   Syok
Perdarahan
peruretra dan  Gejala khas 
Hematuria Perdarahan
 Robekan corpus peruretra
spongiosum 
Hematuria penis, Retensi urin
Butterfly hematoma Floating prostate
dan tidak dapat miksi
dalam hematome
13 DIAGNOSIS

Penegakkan
diagnosis

Pemeriksaan
Pemeriksaan
anamnesis Penunjang
fisik (Radiologi)

-Inspeksi : darah pada


Riwayat Gejala : meatus uretra
X-ray pelvis
trauma atau Uretrografi
bloody uretra eksternus/bloody uretral
instrumentasi discharge, adanya
discharge/hem
aturia, nyeri hematoma/ekimosis
penis, butterfly
perut bagian hematom
bawah, retensi
uri -Palpasi : full blast (+),
RT: Floating Prostat
Posisi yang benar pada
uretrografi retrograde.
Angle of pelvis
obliq.Tangan pemeriksa
menjauh dari sinar X-ray.

14

Uretrografi
Contusio Uretra : tidak ada ekstavasasi
Ruptur Uretra Anterior : ekstravasasi kontras pars bulbosa
Ruptur uretra Posterior : ekstravasasi kontras pars prostato-membranasea
15
16 Uretrogram

Urethrogram retrograde
pada pria: obliq view,
1. Balloon of catheter in
navicular fossa,
2. Penile uretra,
3. Bulbous uretra,
4. Membranous uretra,
5. Impression of
verumontanum in
prostatic uretra,
6. Filling of utricle (not
usually seen),
7. Air bubbles in contrast
17 Uretrogram Goldman Tipe I

Uretrhal stretch injury (Peregangan uretra)


18 Uretrogram Goldman Tipe II

Ruptur uretra pada bagian proksimal hingga diafragma


urogenital
19 Uretrogram Tipe III

ruptur uretra pada bagian proksimal dan distal hingga diafragma


urogenital
20 Uretrogram Goldman Tipe IV

Bladder base injury (Trauma dasar dari buli-buli)


21 Uretrogram Tipe V

trauma straddle uretra anterior


22 TATALAKSANA TRAUMA
URETRA ANTERIOR

1. Sistostomi Suprapubik

2. Evaluasi 4-6 bulan dengan Uretrografi

ulang  Striktur  Ureteeroplasti End to

end atau sache


23 TATALAKSANA TRAUMA
URETRA POSTERIOR

1. Tatalaksana gawat darurat  Resusitasi

2. Sistostomi Suprapubik

3. Primary Endoskopi Realignment (PER)

4. Evaluasi 4-6 bulan dengan Uretrografi ulang 

Striktur  Ureteroplasti End to end atau sache


24 TATALAKSANA TRAUMA
URETRA Pada Perempuan

1. Tatalaksana gawat darurat  Resusitasi

2. Sistostomi Suprapubik

3. Cedera Uretra Distal  penjahitan transvaginal

4. Cedera sampai uretra proximal/leher buli 

Operasi rekonstruksi retropubis


25

Sistostomi dan endoscpoic


realigment
26 Komplikasi Ruptur Uretra Anterior

Infeksi,
hematom,
epididimis
Akut
Abses
Komplikasi periuretral, fistel
Ruptur Uretra uretrokutan
Anterior

Kronis Striktur Uretra


27 Komplikasi Ruptur Uretra Posterior

Striktur

Disfungsi Ereksi

Inkontinensia urin
28 KESIMPULAN
1. Trauma uretra adalah suat kegawatdaruratan urologi dimana terdapat trauma
atau cedera yang mengenai uretra yang terjadi akibat tenaga/tekanan dari
luar atau akibat instrumentasi pada uretra

2. Secara klinis dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori besar berdasarkan lokasi


anatomi trauma menjadi ruptur uretra anterior dan ruptur uretra posterior. Hal ini
karena keduanya menunjukkan perbedaan dalam hal etiologi trauma,
manifestasi klinis, tatalaksana, serta prognosisnya.

3. Pemilihan tindakan pembedahan dilakukan sesuai dengan indikasi yang


ditemukan saat dilakukan pemeriksaan fisik maupun uretrografi. Bila dilakukan
penanganan awal yang baik dan tepat, maka dapat memberikan prognosis
yang baik.
29

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai