Anda di halaman 1dari 10

Persalinan Kala II Lama

1. Pengertian Partus Lama

Partus lama merupakan fase laten lebih dari 8 jam yang persalinannya telah berlangsung
12 jam atau lebih bayi belum lahir, disertai dengan dilatasi serviks di kanan garis waspada
pada persalinan fase aktif. (Saifuddin, 2006 hal. 184)

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida, dan
lebih dari 18 jam pada multigravida. Bila kemajuan persalinan tidak berlangsung baik selama
periode itu, situasi tersebut harus segera dinilai, permasalahannya harus dikenali dan diatasi
sebelum waktu 24 jam.

Secara umum, persalinan yang abnormal terjadi apabila terdapat permasalahan


disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Partus lama juga merupakan
perlambatan kecepatan dilatasi serviks atau penurunan janin.

2. Penyebab Partus Lama

Partus lama terjadi karena abnormalitas dari dilatasi serviks. Pembukaan serviks
berlangsung lambat, karena tidak terjadinya penurunan kepala untuk menekan serviks
tersebut. Pada saat yang sama terjadi edema pada serviks sehingga akan lebih sulit terjadi
dilatasi serviks, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya tindakan sectio secarea.

Beberapa faktor yang berhubungan dengan partus lama antara lain:

1) Disproporsi Sefalopelvik
Merupakan kondisi dimana jika kepala bayi lebih besar dari pelvis, hal ini
menjadi penyebab janin kesulitan melewati pelvis. Disproporsi sefalopelvik juga bisa
terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal
dengan janin besar, atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit.
2) Malpresentasi dan malposisi
Mal presentasi adalah bagian terendah janin yang berada disegmen bawah rahim
bukan belakang kepala. Sedangkan malposisi adalah penunjuk (presenting part) tidak
berada di anterior. Dalam keadaan normal presentasi janin adalah belakang kepala
dengan penunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saat masuk PAP), dan
posisi anterior (setelah melewati PAP) dengan presentasi tersebut, kepala janin akan
masuk panggul dalam ukuran terkecilnya. Sikap yang tidak normal akan
menimbulkan mal presentasi pada janin dan kesulitan persalinan. Sikap ekstensi
ringan akan menjadikan presentasi puncak kepala (dengan penunjuk ubun-ubun
besar), ekstensi sedang menjadikan presentasi dahi (dengan penunjuk sinsiput), dan
ekstensi maksimal menjadikan presentasi muka (dengan penunjuk dagu). Apabila
janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi maka dapat terjadi persalinan yang
lama atau bahkan macet. Pada penelitian yang dilakukan oleh Evy Soviyati
menyatakan bahwa terdapat 65,4% ibu mengalami lama persalinan lebih dari 18 jam
dengan malposisi sedangkan 60,7% ibu mengalami lama persalinan lebih dari 18 jam
mengalami posisi normal. Analisis Odd Ratio sebesar 1,2 artinya ibu yang mengalami
malposisi saat bersalin beresiko 1,2 kali lebih besar mengalami partus lama.
3) Kerja uterus yang tidak efisien
Disfungsi uterus mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasikan, inersia uteri,
dan ketidakmampuan dilatasi serviks menyebabkan partus menjadi lama dan
kemajuan persalinan mungkin terhenti sama sekali. Keadaan ini sering sekali disertai
disproporsi dan malpresentasi.
4) Primigraviditas
Pada primigravida lama rata-rata fase laten adalah 8 jam, dengan batas normal
sebelah atas pada 20 jam. Sedangkan fase aktif pada primigravida lebih dari 12 jam
merupakan keadaan abnormal. Hal yang lebih penting dari fase ini adalah kecepatan
dilatasi serviks. Laju yang kurang dari 1,2 cm per jam membuktikan adanya
abnormalitas dan harus menimbulkan kewaspadaan dokter yang akan menolong
persalinan tersebut.
5) Ketuban pecah dini
Pecahnya ketuban dengan adanya serviks yang matang dan kontraksi yang kuat
tidak pernah memperpanjang waktu persalinan, akan tetapi bila kantong ketuban
pecah pada saat serviks masih keras, dan menutup maka sering terjadi periode laten
yang lama, hal ini dikarenakan oleh ukuran Pintu Atas Panggul (PAP) yang sempit
sehingga berpegaruh terhadap persalinan yaitu pembukaan serviks menjadi lambat
dan seringkali tidak lengkap serta menyebabkan kerja uterus tidak efisien.
Ketidakmampuan serviks untuk membuka secara lancar dan cepat serta kontraksi
rahim yang tidak efisien inilah dapat menyebabkan terjadinya partus lama. Penelitian
yang dilakukan oleh Mokhammad Nurhadi pada 62 responden menyatakan lama
persalinan responden yang mengalami KPD saat inpartu 46%, jauh lebih tinggi di
bandingkan dengan yang belum inpartu 15% yang artinya kelompok yang mengalami
KPD saat belum inpartu jauh lebih beresiko mengalami partus lama dibandingkan
yang tidak mengalami KPD.
6) Analgesik dan anastesi yang berlebihan dalam fase laten
Kadang-kadang besar gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot abdomen sangat
menurun sehingga kelahiran pervaginam spontan tidak terjadi. Analgesik epidural
yang berlebihan cenderung mengurangi reflex keinginan untuk mengejan terlebih
mengingat saat fase laten keadaan portio masih tebal dengan pembukaan kurang dari
4 cm, hal ini akan menyebabkan portio semakin lama untuk menipis sehingga
pembukaan menjadi lebih lamban. Analgesik epidural menurunkan kadar oksitosin
alamiah dan merelaksasikan otot dasar pelvis yang normalnya keras, bentuk
penghilangan nyeri ini berhubungan dengan penurunan kontraksi dan peningkatan
penggunaan oksitosin intravena (IV), epidural meningkatkan insiden malrotasi,
persalinan lama dan intervensi yang bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kyo Hoon Park dan kawan – kawan tentang studi
komparatif induksi persalinan pada ibu nulipara dengan KPD dibandingkan dengan
ibu ketuban utuh dilihat dari lama persalinan dan cara melahirkan menyatakan bahwa
persalinan dengan induksi pada wanita nulipara dengan KPD dan pembukaan serviks
yang tidak baik berhubungan dengan lama waktu persalinan di kala II dan beresiko
tinggi terhadap persalinan sesar karena persalinan tak maju di bandingkan dengan
lama persdalinan dan cara melahirkan pada wanita dengan ketuban utuh.
7) Kelainan tenaga (Power)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan penyulit pada
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan dengan tenaga yang kurang dari
ibu bersalin, sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan. Hal ini
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulrina Ardiyanti dan Susi
Susanti yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara his dengan
kejadian persalinan lama. His merupakan kontraksi otot-otot rahim dalam persalinan.
Sifat his yang baik dan sempurna yaitu kontraksi yang simetrus, fundus dominan
(kekuatan paling tinggi berada pada fundus uteri). Adanya kontraksi diikuti dengan
adanya relaksasi dan pada setiap his menyebabkan terjadinya perubahan pada
serviks, yaitu menipis dan membuka, hal ini berarti his memiliki peranan penting
dalam membantu penurunan kepala janin sehingga tidak terjadi partus lama.
Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Evy Soviyati yaitu
dari 44 ibu yang memiliki kekuatan (power) pada saat mengedan kurang baik,
terdapat 37 (84,1%) mengalami lama persalinan >18 jam sedangkan dari 43 ibu yang
memiliki kekuatan (power) mengedan baik 17 (39,5%) mengalami lama persalinan >
18 jam. Dari presentasi tersebut, dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara
kekuatan (power) dengan lama persalinan.
8) Kelainan Janin (Passanger)
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan dalam
letak atau bentuk janin. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Evy Soviyati menyatakan bahwa terdapat 65,4% ibu mengalami lama persalinan lebih
dari 18 jam dengan malposisi sedangkan 60,7% ibu mengalami lama persalinan lebih
dari 18 jam mengalami posisi normal. analisis Odd Ratio sebesar 1,2 artinya ibu yang
mengalami malposisi saat bersalin beresiko 1,2 kali lebih besar mengalami partus
lama. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Yuliasari dan kawan – kawan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara janin besar dengan kejadian partus lama
dengan OR 2,005 yang artinya ibu yang memiliki tafsiran janin besar lebih berisiko
2,005 kali mengalami kejadian partus lama dibandingkan ibu yang tidak memiliki
tafsiran janin besar.
9) Kelainan Jalan Lahir (Passage)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan
persalinan yang menyebabkan kemacetan.

3. Tanda dan Gejala Partus Lama

a. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat, dan
meteorismus. Didaerah lokal sering di jumpai edema serviks, cairan ketuban berbau,
terdapat mekonium.
b. Pada janin
1) Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung frekuensinya
sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama
kala dua.

- Jika terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea; kecuali jika syarat-syaratnya
dipenuhi, lakukan ekstraksi vakum atau forceps.

2) Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah, pikirkan
kemungkinan gawat janin.

3) Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan
adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang mungkin menyebabkan gawat janin.
Perbaiki keadaan umum dengan : - Memberikan dukungan emosi. Bila keadaan masih
memungkinkan anjurkan bebas bergerak, duduk dengan posisi yang berubah (sesuaikan
dengan penanganan persalinan normal). - Berikan cairan baik secara oral atau parenteral
dan upayakan buang air kecil (hanya perlu katerisasi bila memang diperlukan).
(Saifuddin, 2006 hal. 184-185).

4. Diagnosis Partus Lama

Tanda dan Gejala Diagnosis


Pembukaan serviks tidak membuka (kurang Belum in partu, false labor
dari 3 cm) Tidak didapatkan kontraksi uterus
Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm Prolonged latent phase
sesudah 8 jam in partu
Pembukaan serviks melewati garis waspada
partograf :
- Frekuensi dan lamanya kontraksi - Inersia Uteri
kurang dari 3, kontraksi per 10 menit
dan kurang dari 40 detik.
- Secondary arrest of dilatation atau - Disproporsi sefalopelvik
arrest of descent.
- Secondary arrest of dilatation dan - Obstruksi
bagian terendah dengan kaput, terdapat
moulase hebat, edema serviks, tanda
ruptura uteri imminens, fetal dan
maternal distress.
- Kelainan presentasi (selain vertex) - Malpresentasi
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II Lama (Prolonged Second Stage)
mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan

5. Penanganan Partus Lama

Bagaimana bidan menghadapi persalinan lama atau persalinan macet. Bidan di daerah
pedesaan dengan polindesnya diharapkan dapat mengambil bagian terbesar pada pertolongan
persalinan normal dengan menggunakan partograf World Health Organisation (WHO).
Kewaspadaan dalam pertolongan persalinan sudah dilakukan sejak semula, dengan melakukan
observasi (kontraksi,his, penurunan bagian terendah, pembukaan) sehingga setiap saat
keadaan ibu dan janin dapat diketahui dengan pasti. Jika kala II dibiarkan berlangsung lama
maka janin akan mengalami peningkatan hipoksia dan gawat janin.

Puncak kewaspadaan ini dilaksanakan dengan melakukan rujukan penderita kepusat


pelayanan dengan fasilitas setelah melampaui garis waspada agar penderita diterima dipusat
pelayanan dalam keadaan optimal. Bidan diharapkan bekerjasama dengan dukun melalui
pendidikan dukun sehingga dapat mengenal penderita untuk dilakukan rujukan medis.

a. Penanganan Umum

1) Nilai cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda vital tingkat
hidrasinya.
2) Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung frekuensinya
sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama kala
II.

3) Memperbaiki keadaan umum

- Dengan memberikan dukungan emosional, bila keadaan masih memungkinkan anjurkan


bebas bergerak duduk dengan posisi yang berubah.

- Berikan cairan searah oral atau parenteral dan upaya buang air kecil.

- Berikan analgesia : tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kg BB), jika


pasien merasakan nyeri yang sangat.

b. Penanganan khusus

1) Persalinan palsu / belum inpartu (False labor)

Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya
infeksi saluran kencing. Ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara
adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan.

2) Fase laten yang memanjang (Prolonged latent phase)

Diagnosis fase laten yang memanjang dibuat secara retrospektif. Bila his terhenti
disebut persalinan palsu atau belum inpartu. Bila mana kontraksi makin teratur dan
pembukaan bertambah sampai 3 cm, pasien tersebut dikatakan masuk fase laten.
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada kemajuan, lakukan
pemeriksaan dalam :
- Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks tidak didapatkan tanda
gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum dalam keadaan
inpartu.
- Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drips
oksi dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau NaCl mulai dengan 8 tetes per
menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat maksimum 40 tetes per
menit atau berikan preparat prostaglandin lakukan penilaian 4 jam.
- Bila didapatkan adanya tanda amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin 5 unit
dalam 500 cc dekstrose mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15 menit di tambah
4 tetes sampai his yang adekuat (maksimum 40 tetes per menit) atau di berikan
preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr Intra Vena (IV)
sebagai dosis awal dan 1 gr Intra vena (IV) setiap 6 jam dan gentamisin 2 X 80
mg.
3) Fase aktif yang memanjang (prolonged active phase)
Bila tidak didapatkan adanya chefalo pelvik disproporsi (CPD) atau adanya obstruksi :
- Berikan penanganan kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan.
- Bila ketuban utuh, pecahkan ketuban
Bila kecepatan permukaan serviks pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm per jam
lakukan penilaian kontraksi uterus.
4) Disproporsi sefalopelvik (CPD)
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi
CPD akan didapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik adalah
dengan melakukan partus percobaan (trial of labor). Kegunaan pelvimetri klinis terbatas :
- Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan seksio sesarea
- Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin lakukan
seksio sesarea).
5) Obstruksi (partus macet)
Bila ditemukan tanda – tanda obstruksi :
- Bayi hidup lakukan SC
- Bayi meninggalkan lakukan kraniotomi/embriotomi (bila tidak mungkin, lakukan
seksio sesarea).
6) Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi atau obstruksi bisa disingkirkan,
kemungkinan penyebab persalinan lama adalah inersia uteri.
- Pecahkan ketuban dan lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc
dekstrosa (atau NaCl) atau prostaglandin.
- Evaluasi kemajuan persalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his
adekuat :
a. jika tidak ada kemajuan, lakukan seksio sesarea
b. jika ada kemajuan, lanjutkan infuse oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam
7) Kala II yang memanjang (prolonged espulsive phase)
Menghadapi persalinan lama dalam Kala II, dan tidak mungkin untuk merujuk
penderita atau terjadi gawat janin diusahakan mengakhiri persalinan dengan episiotomi
dan dorongan (eksresi) yang dilakukan dengan hati hati dan tarikan (Ekstraksi) vakum
atau tarikan cunam.
Adapun syarat-syarat terpenuhi jika terdapat penyimpangan, dapat di usahakan
mengakhiri persalinan.
- Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan infus
oksitosin.
- Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala
a. Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala di
station (0), dilakukan ekstraksi vakum atau cunam.
b. Kepala diantara 1/5-3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala
diantara station (0)-(-2), dilakukan ekstraksi vakum.
c. Kepala lebih dari 3/5 diatas simfisis pubis, atau bagian tulang kepala diatas
station
(-2), lakukan secsio sesarea.(Saifuddin, 2006)

DAFTAR PUSTAKA
Sari, Sri Yoelinda. Manajemen Asuhan Kebidanan Dengan Partus Lama Di Rsia Sitti Fatimah
Makassar. Makassar. 2010
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2173/3/BAB%20II.pdf
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3912/1/SRI%20YOELINDA%20SARI%20S.pdf
http://digilib.unisayogya.ac.id/3781/1/NASKAH_HERMIA%20FITHRI%20LAILATUL
%20HIDAYATI.pdf

Anda mungkin juga menyukai