Anda di halaman 1dari 10

Dari uraian tentang perawat profesional serta sistem kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas,

jelaslah peran perawat profesional dalam sistem kesehatan tidak lain adalah berupaya mewujudkan
sistem kesehatan yang baik, sedemikian rupa sehingga di satu pihak penyelenggaraan pelayanan
kesehatan (health services) sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs and
demands) masyarakat, serta di pihak lain biaya pelayanan kesehatan (health cost) sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat (ability to pay).
                Di sinilah letak masalahnya, karena dalam praktek sehari-hari menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan, yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
kesehatan masyarakat, tidaklah mudah. Hal yang sama ditemukan pula pada biaya kesehatan. Tidak
mengherankan jika pada saat ini banyak ditemukan keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dan/atau

pelayanan keperawatan di Indonesia.

           Untuk dapat terselenggaranya sistem kesehatan yang baik, yang perawat profesional serta
pelayanan keperawatan merupakan salah satu dari kunci pokoknya, semua elemen peran perawat
profesional, sebagaimana yang dikemukakan oleh Doheny, Cook dan Stopper (1982), yakni (1)
pemberiasuhan keperawatan, (2) advokat, (3) konselor, (4) pendidik, (5) koordinator, (6) kolaborator, (7)
konsultan, serta (8) pembawa perubahan, harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tentu saja
aplikasinya tidak terbatas hanya pada waktu berhadapan dengan klien dikamar praktek saja (sehat atau
sakit), tetapi yang terpenting lagi adalah pada waktu menyelenggarakan sub-sistem pelayanan kesehatan
serta sub-sistem pembiayaan kesehatan secara keseluruhan.

Untuk terselenggaranya sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran
perawat profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan sedemikian rupa sehingga
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah pelayanan keperawatan, dapat
memenuhi kedelapan syarat sub-sistem pelayanan kesehatan yang baik, yakni tersedia (available),
menyeluruh (comprehensive), terpadu (integrated), berkesinambungan (countinue), wajar (appropriate),
dapat diterima (acceptable), tercapai (accesible), serta bermutu (quality)

Hal yang sama juga berlaku pula untuk sub-sistem pembiayaan kesehatan. Untuk
terselenggaranya sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, kedelapan elemen peran perawat
profesional sebagaimana dikemukakan diatas, harus dapat diarahkan pula sedemikian rupa sehingga
biaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang dalam hal ini adalah biaya pelayanan
keperawatan, dapat memenuhi keempat syarat sub-sistem pembiayaan kesehatan yang baik, yakni
tersedia (available), terjangkau (affordable), efektif (effective) dan efisien (efficient). Secara singkat peran
perawat profesional dalam sistem kesehatan dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

ELEMEN PERAN SUB-SISTEM PELAYANAN SUB-SISTEM PEMBIAYAAN

PERAWAT KESEHATAN KESEHATAN

1.    Pemberi asuhan Tersedia Tersedia

keperawatan

Menyeluruh

Terjangkau

2. Advokat Terpadu Efektif

3. Konselor Berkesinambungan Efisien


4. Pendidik Wajar

5. Koordinator Dapat diterima

6. Kolaborator Dapat dicapai

7. Konsultan Bermutu

8. Pembawa

perubahan

Jika diperhatikan sistem kesehatan sebagaimana yang ditemukan di Indonesia saat ini, secara jujur haruslah
diakui bahwa peran perawat profesional dalam turut menyempurnakan sub-sistem pelayanan kesehatan dan sub-
sistem pembiayaaan kesehatan belumlah begitu menggembirakan. Penerapan peran perawat profesional dalam
sistem kesehatan masih terbatas hanya pada waktu berhadapan dengan klien saja. Inipun masih dalam lingkup
bangsal-bangsal rumah sakit.

Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab masih rendahnya peran perawat tersebut. Beberapa
diantaranya yang dipandang penting adalah:

1.    Karena terlambatnya pengakuan body of knowledge profesi keperawatan

Untuk Indonesia pengakuan tersebut baru terjadi pada tahun 1985, yakni ketika Program Studi Ilmu Keperawatan
untuk pertama kali dibuka di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Padahal di banyak negara maju pengakuan
body of knowledge tersebut telah lama ditemukan. Setidak-tidaknya sejak tahun 1869, yakni ketika Florence
Nightingale untuk pertama kali memperkenalkan teori keperawatan yang menekankan pentingnya faktor
lingkungan. Dalam keadaan ini tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak belum
menonjol.

2.    Karena terlambatnya mengembangkan pendidikan keperawatan profesional

Benar bahwa untuk Indonesia pendidikan keperawatan dalam bentuk Sekolah Perawat Kesehatan dan/ataupun
Akademi Perawat telah lama dikenal. Tetapi pendidikan keperawatan yang selama ini dilakukan tidak didasarkan
pada body of knowledge profesi keperawatan. Pendidikan keperawatan yang dilaksanakan pada waktu itu, karena
desakan kebutuhan akan tenaga medis, ternyata lebih diarahkan pada pendidikan asisten dokter. Dalam keadaan ini
tidak mengherankan jika peran perawat dalam sistem kesehatan tampak belum optimal.

3.    Karena terlambatnya mengembangkan sistem pelayanan keperawatan profesional

Jika ditinjau pelbagai masalah profesi keperawatan yang ditemukan pada saat ini, terlambatnya mengembangkan
sistem pelayanan keperawatan dipandang merupakan masalah yang amat pokok. Karena sampai saat ini harus
diakui, kejelasan pelayanan keperawatan memang belum dimiliki. Tidak hanya yang menyangkut bentuk praktek
keperawatan, tetapi juga kewenangan para penyelenggaranya. Akibatnya tidak mengherankan jika sampai saat ini,
peran perawat profesional dalam sistem kesehatan tampak belum begitu berarti.

SARAN UNTUK LEBIH MENINGKATKAN PERAN PERAWAT

Menjadari rendahnya peran perawat dalam sistem kesehatan akan berdampak negatif tidak hanya bagi
peningkatan mutu pelayanan keperawatan, tetapi juga bagi tercapainya tujuan sistem kesehatan secara keseluruhan,
maka pelbagai upaya untuk meningkatkan peran tersebut harus dapat dilakukan. Untuk ini ada beberapa saran yang
dapat diajukan. Untuk tingkat nasional saran yang dimaksud adalah:
1.    Segera lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional

Pada saat ini pelbagai upaya untuk lebih mengembangkan pendidikan keperawatan profesional memang sedang
dilakukan. Untuk lebih meningkatkan mutu lulusan pendidikan keperawatan, sedang diupayakan mengkonversi
Sekolah Perawat Kesehatan menjadi Akademi Perawat. Kecuali itu sedang diupayakan pula peningkatan mutu
pendidikan Akademi Perawat. Untuk ini, pemerintah telah menetapkan peraturan yang mewajibkan setiap Akademi
Perawat mempunyai sekurang-kurangnya enam staf pengajar dengan latar belakang pendidikan Sarjana
Keperawatan. Disamping itu, dalam rangka menambah jumlah lulusan perawat profesional tingkat sarjana, sedang
dilakukan pula upaya untuk menambah jumlah Fakultas Ilmu Keperawatan. Diharapkan pada tahun akademik
1998/1999 yang akan datang telah dapat didirikan sekurang-kurangnya enam sampai tujuh Fakultas Ilmu
Keperawatan yang baru.

Selanjutnya, untuk lebih menyempurnakan jenjang pendidikan S-1, sedang dilakukan pula penyempurnaan dan
pengembangan sistem pendidikan yang selama ini dilaksanakan. Dalam waktu dekat pendidikan S-1 keperawatan
akan dilaksakan dalam dua tahap. Pertama, tahap pendidikan akademik yang ditempuh selama empat tahun. Lulusan
program pendidikan akademik ini akan memperoleh gelar akademik SARJANA KEPERAWATAN (SKp). Kedua,
tahap pendidikan profesi yang akan ditempuh selama satu tahun. Lulusan program pendidikan profesi ini akan
mendapat sebutan profesi NERS. Untuk terselenggaranya pendidikan profesi tersebut, program pendidikan magang
(mastery learning), yang pelaksanaannya dilakukan secara rotasi menurut percabangan ilmu keperawatan klinik,
akan segera dilaksanakan.
Untuk hasil yang optimal dari kedua tahap pendidikan ini, sedang disusun pula rencana pengembangan program
pendidikan pascasarjana keperawatan. Untuk menjamin perkembangan ilmu keperawatan, akan segera dibuka
program pendidikan magister dan doktor ilmu keperawatan. Sedangkan untuk menjamin terpenuhinya tenaga
perawat profesional yang lebih spesialistik, akan segera dibuka program pendidikan spesialisasi 1 dan spesialis 2
keperawatan.
2.    Segera lebih menantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional

Pada saat ini upaya untuk lebih memantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional sedang dilakukan. Untuk
itu Departemen Kesehatan RI, dengan bantuan Bank Dunia, sedang menyusun pelbagai ketentuan tentang registrasi,
lisensi, serta sertifikasi praktek keperawatan. Bersamaan dengan itu, Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, dengan bantuan BAPPENAS, juga sedang mengkaji pelbagai model praktek
keperawatan. Dalam kaitan lebih memantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional ini, maka uji coba
pelbagai model praktek keperawatan yang telah berhasil didentifikasi harus dapat segera dilaksanakan. Disamping
dipandang perlu pula untuk segera menyusun pelbagai standar pelayanan keperawatan.
3.    Segera lebih menyempurnakan organisasi profesi keperawatan

Menyadari bahwa peranan organisasi profesi sangat menentukan dalam menetapkan pelbagai peraturan dan
kebijakan profesi, maka dipandang perlu untuk dilakukan penyempurnaan organisasi profesi keperawatan. Untuk
tertipnya hidup dan kehidupan profesi, memang sangat diperlukan peran aktif organisasi profesi dalam menetapkan
pelbagai standar pendidikan dan pelatihan profesi, pelbagai standar pelayanan profesi, serta pelbagai mekanisme
pengawasan praktek profesi. Atau jika sekiranya upaya menyempurnakan organisasi profesi keperawatan yang ada
saat ini, karena satu dan lain hal, sulit dilakukan, patut dipertimbangkan mendirikan organisasi profesi keperawatan
baru yang lebih sesuai.

Sedangkan untuk tingkat institusi pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit, saran yang dapat diajukan
antara lain:
1.    Segera meningkatkan kemampuan perawat rumah sakit

Jika pendidikan tenaga perawat yang saat dimiliki baru sampai pada tingkat Sekolah Perawat Kesehatan dianjurkan
untuk lebih ditingkatkan menjadi tingkat Akademi Perawat. Sedangkan jika pendidikan tersebut telah sampai tingkat
Akademi Perawat dianjurkan untuk dapat lebih ditingkatkan menjadi tingkat Universitas.
2.    Segera menyempurnakan sistem pelayanan keperawatan rumah sakit
Untuk lebih meningkatkan peran perawat dalam sistem kesehatan, disarankan pengelolaan pelayanan keperawatan
dapat dilakukan secara terpisah dari pelayanan medis. Untuk ini dibentuknya satuan organisasi khusus yang
bertanggungjawab mengelola pelayanan keperawatan dipandang amat penting. Disamping, untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, terutama dalam menerapkan pelbagai standar pelayanan keperawatan,
dipandang perlu pula membentuk Komite Keperawatan Rumah Sakit.
3.    Segera memantapkan sistem pengembangan karier perawat rumah sakit

Untuk lebih meningkatkan peran perawat dalam sistem kesehatan, dipandang perlu pula untuk segera
mengembangkan sistem pengembangan karier tenaga keperawatan. Pelbagai jenjang jabatan struktural keperawatan
di rumah sakit harus segera dapat diciptakan.
4.    Segera mengembangkan sistem imbal jasa pelayanan keperawatan di rumah sakit

Betapapun terdididiknya tenaga keperawatan, dan/atau baiknya sistem pelayanan keperawatan yang berlaku, tetapi
jika tenaga perawat tersebut tidak mendapatkan imbal jasa yang layak, tentu saja perawat tidak dapat memainkan
perannya dengan baik, Untuk ini disarankan besarnya gaji yang diterima perawat perlu ditinjau kembali. Atau jika
mungkin dapat diberlakukan pula sistem imbal jasa pelayanan, sebagaimana yang telah diberlakukan pada tenaga
medis.
Diakui untuk dapat terlaksananya pelbagai saran ini, terutama saran untuk tingkat nasional, tidaklah mudah.
Diperlukan dukungan dari pelbagai pihak, terutama dari pemerintah dalam bentuk dukungan politik dan peraturan
perundang-undangan.

Sesungguhnyalah pada saat ini profesi keperawatan masih merupakan profesi yang baru di Indonesia.
Untuk keberhasilan pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama dalam menghadapi makin ketatnya persaingan
dalam era globalisasi, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan, kecuali segera meningkatkan peran perawat
tersebut

Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat

Selasa, 20 Januari, 2004 oleh: Gsianturi Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat


Gizi.net - Dari Simposium Keperawatan RS Husada
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat

Sebut satu saja pekerjaan yang sangat mulia, jawaban yang mungkin paling banyak muncul adalah perawat. Betapa tidak,
merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang sangat sulit. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam
melayani orang yang tengah menderita penyakit.

Namun, perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
Demikian dikemukakan pakar Keperawatan Murni Suliantoro dalam simposium bertema ”Upaya Memajukan
Profesionalisme dan Praktik Keperawatan” yang berlangsung di Rumah Sakit Husada, pekan lalu.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, menurut Murni, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
praktik keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi
dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.

Simposium yang menampilkan para pakar di bidang keperawatan dan kesehatan ini membahas juga pelaksanaan
keperawatan profesional terkini, isu etik dan spiritual dalam asuhan keperawatan, pemahaman profesionalisme dalam
keperawatan dan pemeliharaan kualitas rekam medis dalam menunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Kerangka Kerja
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang,
yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang Professional
Development. Kerangka kerja ini menurut Murni kini menjadi acuan dalam menyusun standar kompetensi perawat di
Indonesia.

Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan dari Universitas di Indonesia, mengemukakan bahwa setiap profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen
intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang
akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut
merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap
yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan
sikap altruis (rela berkorban).

Kemampuan atau kompetensi, menurut Budi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan
kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.

Kewenangan itu, ungkap Budi, memang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan
yang diberikan juga berjenjang.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai
penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus
dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.
Dijelaskan Budi, kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki
tingkat minimal yang harus dilampaui.

Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan
material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian
teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.
Sedangkan kewenangan formal adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik
profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila
bekerja secara perorangan atau berkelompok.

Murni mengatakan profesi keperawatan di Indonesia mempunyai peluang sekaligus tantangan dalam menunjukkan
profesionalismenya. Cepat atau lamban pengakuan dan penghargaan terhadap profesi keperawatan tergantung pada
kemampuan dan kemampuan setiap perawat dalam menghadapi masalah-masalah keperawatan baik dalam skala mikro
maupun makro.

Hal yang tidak kalah penting, kata Murni, adalah penyelenggaraan pendidikan yang bertanggung jawab. Dalam
pengabdiannya, perawat dituntut bekerja secara profesional, memiliki sifat ”caring”, bertanggung jawab dan bertanggung
gugat. Setiap perawat harus berusaha selalu meningkatkan kemampuannya baik dari segi keterampilan di mana era
globalisasi diharapkan kemampuan profesionalisme perawat dengan basis kompetensi seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. (tom)

                                                          Tren Keperawatan


 
Setelah tahun 2000, diberbagai dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki
era globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak
tenaga profesional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi
suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat tradisional berubah
menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak
pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang berupa
masalah urbanisasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian
penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga, dan umur
harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan
dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah modern, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan, meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi
itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis
menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional.
Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan
dapat memenuhi standar global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan profesional, kemampuan intelektual dan
teknik serta peka terhadap aspek sosial budaya, memiliki wawasan yang luas dan
menguasai perkembangan iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang profesional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak faktor yang dapat menyebabkan
masih rendahnya peran perawat profesional, diantaranya:
1.     Keterlambangatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada
tahun 1869.
2.     Keterlambatan pengembangan pendidikan keperawatan profesional.
3.  Keterlambatan sistem pelayanan keperawatan, (standar, bentuk praktik keperawatan,
lisensi). Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia
kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi
tercapainya tujuan kesehatan “Sehat Untuk Semua pada tahun 2010”, maka solusi
yang harus ditempuh adalah:
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan profesional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan
pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan profesional dibidang keperawatan.
Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik
dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan sistem pelayanan keperawatan profesional
Departemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi,
sertifikat praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera dilakukan untuk
menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan
dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi
kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang
dapat dirasakan manfaatnya. Restukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan
tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi
anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang
lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri maupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat
penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan profesional. Nilai profesional yang
melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam:
1.     Nilai Intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari:
a. Body of knowledge
b. Pendidikan spesialisasi
c. Menggunakan pengetahuan dalam berfikir secara kritis dan kreatif
2.     Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistik, dan memperhatikan kode
etik keperawatan. Menurut Beaucham & Walters (1989) pelayanan profesional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah:
a. Beneficience
Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakuakn
yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
    Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, sosial budaya, keadaan
ekonomi dan sebagainya, tetapi memperlakuakn klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang perasaan ingin membantu), selalu
berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta
memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
d. Otonomi, kendali dan tanggung gugatan
   Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan
tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri
sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi
melibatkan kemandirian, kesediaan mengambil resiko dan tanggung jawab serta
tanggung gugat terhadap tindakannya sendiri begitu pula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu
atau seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk
mengendalikan praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakuakannya terhadap klien.
                                                                  profesi perawat
Profesi Perawat. Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya, secara bertahap
mulai berkembang. Pengertian perawat dan keperawatan itu sendiri diartikan oleh pakar keperawatan
dengan berbagai cara dalam berbagai bentuk rumusan, seperti oleh Goodrich, Imogene King, Virginia
Henderson, dan sebagainya.
 Masih banyak di kalangan masyarakat kita bahwa profesi perawat bila di rumah
sakit adalah 'pembantu dokter'. Seorang perawat banyak diartikan serta
dipersepsikan sebagai seseorang yang hanya menuruti kata dokter dan bisa di
suruh-suruh seenaknya. Semua itu jelas salah total. Dan asumsi yang masih
banyak di masyarakat ini memang harus dikikis habis. perawat itu bukan
pembantu dokter melainkan sebuah profesi yang sebenarnya setingkat dengan
dokter. Bila dokter adalah dalam hal medisnya sedangkan perawat dengan
profesi perawat tentunya bertugas dan berperan di bidang keperawatan itu
sendiri.

Kita sedikit mengulas kembali bahwasannya pengertian keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada individu,
keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini, maka keperawatan dan
juga profesi perawat dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker, dokter
gigi, radiologi, dan lain-lain. Maka untuk itulah dikatakan bahwa perawat adalah sebuah profesi.
Yah...Profesi perawat.
Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah profesi karena memiliki beberapa hal. Beberapa hal
yang menjadikan keperawatan sebagai profesi adalah sebagai berikut :
1. Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing). Landasan ilmu
pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah diantaranya cabang ilmu
keperawatan klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu keperawatan
komunitas , cabang ilmu penunjang.
2. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah profesi salah
satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan pada tiap
negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu
berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan di negara Indonesia
memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah
nasional dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi. Perawat sebagai
profesi karena Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan keperawatan telah
dikembangkan dengan mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda
mulai dari jenjang D III Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.
4. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi.
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan
Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian asuhan keperawatan (askep)
dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan
kesehatan. Pelayanan / askep yang dikembangkan bersifat
humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien, berpedoman pada
standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
5. Mempunyai perhimpunan Organisasi Profesi. Perawat dikatakan sebagai profesi
karena keperawatan memiliki organisasi profesi sendiri yaitu PPNI. Profesi
perawat diakui karena memang keperawatan harus memiliki organisasi profesi
yakni yang disebut dengan PPNI. organisasi profesi ini sangat menentukan
keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi
serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional
dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di Indonesia.
6. Pemberlakuan Kode etik keperawatan. Profesi perawat dikatakan sebagai
sebuah profesi karena dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat
profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional keperawatan
sesuai kode etik keperawatan.
7. Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung jawab
untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam memberikan askep
dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui proses keperawatan,
penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan praktik keperawatan dalam
bentuk legislasi keperawatan ( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 ).
Apa Sih Profesi Keperawatan Itu?

Keperawatan adalah sebuah profesi, di mana di dalamnya terdapat sebuah “body


of knowladge’ yang jelas. Profesi Keperawatan memiliki dasar pendidikan yang
kuat, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal ini menyebabkan
Profesi Keperawatan selalu dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk
berpartisipasi aktif dalam Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam
upaya meningkatakan profesionalisme Keperawatan agar dapat memajukan
pelayanan masyarakat akan kesehatan di negeri ini.
Berdasarkan pemahaman tersebut dan untuk mencapainya, dibentuklah suatu
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan, yang bertujuan untuk memelihara dan
meningkatakan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Dalam melaksanakan hal
ini tentunya dibutuhkan sumber daya pelaksana kesehatan termasuk di
dalamnya terdapat tenaga keperawatan yang baik, baik dalam kuantitas maupun
dalam kualitas.
PENDIDIKAN KEPERAWATAN
  Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem  Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:
 
1. Pendidikan Vokasional; yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan
jenjangnya untuk memiliki keahlian ilmu terapan keperawatan yang
diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu
pengetahuan tertentu
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus.
4. Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program
pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.
Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi
Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi
Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), bersama dukungan dari Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah menyusun dan memperbaharui
kelengkapan sebagai suatu profesi. 
 
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan
berbagai dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun
1983 saat deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia
yang dikawal oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan
indonesia, serta dukungan penuh dari pemerintah kemendiknas dan kemkes saat
itu serta difasilitasi oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat
bahwa pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh
karena itu harus berada pada pendidikan jenjang Tinggi.dan sejak itu pulalah
mulai dikaji dan dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia
yang pertama yaitu di Universitas Indonesia yang program pertamannya dibuka
tahun 1985.
 
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas
melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui
dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah
Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar
borang akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut
mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan menjadi
dokumen negara yang berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan
keperawatan Indonesia.
 
Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan
keilmuan keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah
ini sekilas saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah
Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang, Gelar
akademik dan Level KKNI;
 
Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:
5. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu
sebagai perawat
6. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang
mengcakup program sarjana, magister, doktor.
7. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi perawat.
Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:
8. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat
sebutan Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep)
9. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya
mendapat sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)
10. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar
(M.Kep)
11. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:
1) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)
2) Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
3) Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
4) Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
5) Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
      5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)
 
Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah
sebagai berikut:
12. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5
13. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
14. Magister keperawatan - Level KKNI 8
15. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
16. Doktor keperawatan - Level KKNI 9
Kutipan dari Naskah Akademik Pendidikan keperawatan Indonesia oleh
PPNI,AIPNI,AIPDIKI dan dukungan dari Kemendiknas (Project HPEQ 2009-
2015)
- Sunardi- Bidang Oragnisasi, Anggota Komponen I HPEQ wakil PPNI

Anda mungkin juga menyukai