MELANOMA MALIGNA
OLEH
RODIANA KURNIASIH
2011040147
B. Etiologi
1. Sinar Matahari.
Sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah sinar UVB. Lapisan
ozon yang berada di atas bumi yang dianggap sebagai penahan sinar UVB
sampai ke bumi. Meningkatnya pemakaian bahan-bahan kimia tertentu dapat
menyebabkan lapisan ozon tersebut pecah sehingga mengakibatkan pancaran
sinar UVB langsung mengenai bumi. Hal ini akan meningkatkan kejadian
kanker kulit. Selain sinar matahari sinar pengion yang dipakai untuk
pengobatan (radiasi atau radioterapi) juga dapat menimbulkan kanker kulit.
2. Hereditas
Genetic (ada sejak lahir) apabila orangtua mempunyai riwayat kanker
kulit sehingga resiko penurunan penyakit kepada anak lebih besar.
3. Umur.
Wanita tidak sama dengan laki-laki dengan frekuensi tertinggi ditemukan
pada umur 30-60 tahun, jarang pada anak.
4. Iklim.
Perubahan iklim dan penipisan lapisan ozon dapat memungkinkan lebih
banyak sinar ultraviolet atau UV untuk mencapai permukaan bumi. Hal ini
dapat menyebabkan kanker kulit.
5. Ras Kulit.
Seseorang yang berkulit cerah dan kurang berpigmen mempunyai resiko
tinggi mendapat tumor melanoma maligna.
1. bintik atau tahi lalat berpigmen (terutama yang berwarna hitam atau biru tua)
yang semakin membesar
2. Perubahan warna pada tahi lalat, terutama pigmentasi merah, putih dan biru di
kulit sekelilingnya
3. Perubahan pada kulit diatas bintik yang berpigmen, misalnya perubahan
konsistensi atau bentuk
4. Tanda- tanda peradangan pada kulit di sekitar tahi lalat
Melanoma berasal dari melanosit yang timbul dari puncak saraf dan
bermigrasi ke epidermis, uvea, meninges, dan mukosa ectodermal. Melanosit
berada di kulit dan menghasilkan melanin pelindung yang terkandung dalam
lapisan basal epidermis di antara dermis dan epidermis. Melanoma dapat
berkembang di atau dekat lesi yang sudah ada sebelumnya atau di kulit yang
tampak sehat. Sebuah melanoma ganas yang berkembang dalam kulit yang sehat
dapat dikatakan timbul de novo, tanpa bukti adanya lesi sebelumnya. Banyak dari
melanoma yang diinduksi oleh radiasi matahari risiko terbesar yang disebabkan
paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan melanoma dikaitkan dengan
terbakar oleh sinar matahari secara akut, intens, dan berselang. Risiko ini berbeda
dibandingkan dengan kanker sel skuamosa dan basal kulit, yang terkait dengan
lama, paparan sinar matahari jangka panjang. Melanoma juga dapat terjadi
didaerah tidak terbakar kulit termasuk telapak tangan, telapak kaki, dan perineum.
Lesi tertentu dianggap prekursor lesi melanom termasuk nevus diperoleh secara
biasa nevus displastik, nevus kongenital, dan nevus biru selular. Melanoma
memiliki 2 fase pertumbuhan, radial dan vertikal. Selama fase pertumbuhan
radial sel-sel ganas tumbuh dalam mode radial pada epidermis dengan waktu
berlangsung, sebagian besar melanoma ke fase pertumbuhan vertikal,di mana sel-
sel ganas menginvasi dermis dan mengembangkan kemampuan untuk
bermetastasis.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Selain biopsi dari dugaan lesi, laboratorium dan tes diagnostik digunakan
menentukan keadaan tumor apakah telah metastase. Karena malignan melanoma
dapat metastase pada beberapa organ atau jaringan dari tubuh, dilakukan macam-
macam tes. Tes laboratorium termasuk seperti dibawah ini:
1. Tes fungsi liver untuk menentukan keadaan tumor yang telah metastasis pada
liver. Kombinasi dari elevasi LDH, alkaline phosphatase, dan SGOT
mempengaruhi liver.
2. Menghitung jumlah darah yang dilakukan untuk menentukan abnormalitas
hematologi.
3. Tes serum darah dilakukan untuk mengindentifikasi elektrolit mineral yang
abnormal.
4. Biopsi lesi adalah hanya metode definitif pada diagnosa malignan melanoma.
Eksisi biopsI adalah prosedur diagnostik dari pilihan karena dibawah ini lebih
komplit histologic evaluasi dan tingkat mikroskop. Biopsi tidak harus
dilakukan jika terduga melanoma, karena ketebalan dan dalamnya lesi tidak
dapat di kaji, membuat keputusan tentang prognosis dan pengobatan sangat
sulit.
5. CT–scan liver menentukan jika enzim hati abnormal dan menentukan luasnya
metastasis dari hati lebih akurat.
6. Rotgen dada dilakukan jika klien sulit bernafas atau hemoptisis, dimana
rangsangan paru-paru menjadi metastasis.
7. Scan tulang dilakukan untuk menentukan metastatik karena tidak dapat
menentukan nyeri tulang.
8. CT scan atau MQI dari otak yaitu menentukan pengkajian dari metastasis jika
klien sakit kepala, seizure, atau defisit neurology.
9. Biopsi jaringan dari limpa tulang belakang atau lesi kulit lain dilakukan untuk
mengidentifikasi metastasis.
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Eksisi dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan
fasia profunda tidak mempengaruhi prognosis, demikian juga di seksi getah
bening regional pada tumor yang belum menunjukkan tanda metastasis jauh.
2. Perfusi
Setelah eksisi melanoma di ekstremitas, dapat di lakukan perfusi untuk
pembertian sitostatik ajuvan. Perfusi merupakan tindakan bedah yang agak
besar sebab ekstremitas harus di kosongkan dari peredaran darah sehingga
harus di kerjakan dengan pompa pengatur suhu dan oksigenator (mesin
jantung paru).
3. Imunologi
Melanoma memperlihatkan reaksi yang tidak di mengerti yang di duga
berdasarkan pengaruh imunologik. Penggunaan vaksin sebagai terapi seperti
vaksin BCG kadang menyebabkan regresi parsial untuk waktu terbatas tetapi
tidak mempengaruhi prignosis. Setelah pembedahan perlu ditekankan
pentingnya pengawasan berkala karena walaupun di temukan pada derajat
satu, kemungkinan kambuh cukup besar.
4. Operasi Eksisi
Breslow Thickness Batas Eksisi
0.75 mm or less 1 cm
0.76 to 4.0 mm 2 cm
4.0 mm and greater 3 to 5 cm
5. Diseksi limfonodi
Lymphoscintigraphy untuk mengidentifikasi cairan nodus.
6. Kemoterapi
a. Topical atau sistemik.
b. 5-fluorouracil, doxorubicin, atau cisplatin.
c. Mencegah penyebaran tumor dan terkadang mengurangi gejala.
d. Tidak dapat mengobati melanoma yang sudah metastasis.
e. Efek samping : imunodefisiensi.
7. Radioterapi
a. Menggunakan energy tinggi dengan dosis rendah untuk melanoma dengan
kedalaman yang bervariasi.
b. Teletherapy (external source), untuk terapi jangka panjang dan efektif
sebagai paliatif.
c. Sebagai terapi adjuvant.
8. Imunoterapi
a. Non-spesifik stimulan :
BCG, Corynebacterium parvum, levimasole.
b. Interferon a-2b gives a 24% improvement in 5 YSR
c. Vaccines:
1) Viral oncosylates
2) Gangliosides
H. Fokus Pengkajian
Pengkajian terhadap pasien melanoma maligna dilakukan berdasarkan riwayat
pasien dan gejalanya. Pasien ditanya khusus mengenai gejala pruritus, nyeri tekan,
dan rasa sakit yang bukan merupakan cirri khas nevus yang benigna. Pasien juga
ditanyakan mengenai perubahan pada nevus yang sudah ada sebelumnya atau
pertumbuhan lesi baru yang berpigmen. Orang-orang yang beresiko harus diperiksa
dengan cermat.
Smeltzer (2002) memberikan panduan tentang teknik dalam melakukan
inspeksi kulit untuk menemukan iregularitas dan perubahan pada nevus. Tanda-
tanda yang menunjukkan perubahan malignan mencakup berikut ini:
1. Warna yang bervariasi
a. Warna yang terdapat menunjukkan keganasan pada lesi yang coklat atau
hitam adalah bayangan warna merah, putih dan biru. Bayangan warna
biru dianggap bisa mengkhawatirkan.
b. Daerah-daerah putih dalam lesi yang berpigmen perlu dicurigai.
c. Sebagian melanoma maligna tidak memiliki warna yang bervariasi, tapi
sebaliknya mempunyai warna yang seragam (hitam kebiruan, kelabu
kebiruan, merah kebiruan)
2. Tepi nevus harus dicatat.
3. Permukaan yang ireguler
a. Tonjolan permukaan yang tidak merata (topografi ireguler) dapat teraba
atau terlihat. Perubahan pada permukaan bisa licin hingga seperti sisik.
b. Sebagian melanoma noduler memiliki permukaan yang licin
I. Diagnosa Keperawatan
- Pendekatan
- Jelaskan dan dengan
bantu pasien menggunakan
dengan tindakan relaksasi dan non
pereda nyeri non farmakologi
farmakologi dan lainnya telah
noninvasif. menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
- Lakukan
manejemen
keperawatan :
Atur posisi
fisiologis dan Posisi
imobilisasi fisiologis akan
eksremitas meningkatkan
yang asupan O2 ke
mengalami jaringan yang
selulitis. mengalami
peradangan
subkutan.
Manejemen Lingkungan
lingkungan : tenang akan
lingkungan menurunkan
tenang dan stimulus nyeri
batasi eksternal dan
pengunjung. pembatasan
pengunjung
akan membantu
peningkatan
kondisi O2.
Ajarkan Distraksi
teknik (pengalihan
distraksi pada perhatian) dapat
saat nyeri. menurunkan
stimulus
internal dan
mekanisme
peningkatan
produkdi
endofin dan
enkefalin yang
dapat memblok
reseptor nyeri
untuk tidak
dikirim kan ke
korteks serebri
sehingga
menurunkan
persepsi nyeri.
- Kolaborasi - Analgetik
dengan dokter, memblok lintasan
pemberian nyeri sehingga
analgetik nyeri akan
berkurang.
2. Kecemasan Tujuan : - Kaji tanda - Reaksi verbal /
dan depresi Dalam waktu 1 x 24 verbal dan nonverbal dapat
b.d jam kecemasan nonverbal menunjukkan rasa
melanoma pasien kecemasan, agitasi, marah dan
yang dapat berkurang. dampingi pasien gelisah.
membawa dan lakukan
kematian dan Kriteria hasil : tindakan bila
menimbulkan Pasien mengatakan menunjukkan
cacat. kecemasan perilaku
berkurang merusak.
mengenal - Konfrontasi
perasaannya, dapat
dapat - Hindari meningkatkan rasa
mengidentifikasi konfrontasi. marah,
penyebab atau menurunkan kerja
faktor yang sama, dan
memengaruhinya mungkin
, kooperatif memperkambat
terhadap penyembuhan.
tindakan, dan
wajah rileks. - Beri dukungan - Dukungan
psikologis. psikologis sangat
penting jika akan
dilakukan
pembedahan yang
menimbulkan
cacat. Dukungan
ini mencakup
upaya membiarkan
pasien untuk
mengekspresikan
perasaannya
tentang keseriusan
neoplasma kulit,
pengertian
terhadap kekesalan
serta depresi yang
diperlihatkan
pasien, dan
penyampaian
kesan bahwa
perawat dapat
memahami semua
perasaan ini.
- Bina hubungan
saling percaya. - Mereka harus
didorong untuk
mengekspresikan
perasaan terhadap
seseorang yang
mereka percayai
untuk
mendengarkan
keprihatinan
mereka dan selalu
siap untuk
memberikan
perawatan yang
terampil, serta
penuh kehangatan
merupakan
intervensi yang
penting untuk
mengurangi
- Berikan ansietas.
kesempatan
kepada pasien - Dapat
untuk menghilangkan
mengungkapkan ketegangan
ansietasnya. terhadap
kekhawatiran yang
- Berikan privasi tidak
untuk pasien dan diekspresikan.
orang terdekat.
- Memberikan
waktu untuk
mengekspresikan,
menghilangkan
cemas dan
perilaku adaptasi.
Adanya keluarga
dan teman-teman
yang dipilih pasien
melayani aktivitas
dan penglihatan
(misalnya :
- Kolaborasi : membaca) akan
Berikan anti menurunkan
cemas sesuai perasaan terisolasi.
indikasi,
contohnya : - Meningkatkan
diazepam. relaksasi dan
menurunkan
kecemasan.
3. Kurangnya Tujuan : - Beri penekanan - Harapan yang
pengetahuan Terpenuhinya akan pentingnya terbesar untuk
tentang pengetahuan pengenalan dini mengendalikan
tanda-tanda pasien tentang tanda- tanda penyakit terletak
melanoma kondisi penyakit. melanoma. pada pendidikan
Kriteria Hasil : pasien mengenai
- Mengungkapkan pengenalan tanda
pengertian tentang – tanda dini
proses infeksi, melanoma. Pasien
tindakan yang yang beresiko
dibutuhkan dengan harus diajarkan
kemungkinan untuk memeriksa
komplikasi. kulit dan data
- Mengenal mereka sebulan
perubahan gaya sekali dengan cara
hidup / tingkah yang sistematis.
laku untuk - Identifikasi
mencegah sumber – sumber - Keterlibatan
terjadinya pendukung yang keluarga terhadap
komplikasi. memungkinkan cara – cara untuk
untuk mendeteksi
mempertahankan melanoma akan
perawatan meningkatkan
dirumah yang resiko metastasis
dibutuhkan. yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Melanoma Vaccine. Availlable:
http://www.google.com/journal/dermatology.cdlib.org/111/melanoma-
vaccine/yeh.html. (diakses 12 Desember 2013).
Anonim. 2011. Diagnosis and Managemen of Melanoma Maligna. Availlable: www.
American Academy Of Family Phisicians.com. (diakses 12 Desember 2013).
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; EGC.
Buditjahyono, Susanto. 2003. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Djuanda, Prof. Dr. dr. Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.5. Jakarta:
FKUI.
Emedcin. 2010. Malignant Melanoma. Availlable: www.emedcine. Susan M Sweeter
MD.
Doenges E, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Graham, R. 2005. Lecture Notes on Dermatologi. Ed. 8. Jakarta: Erlangga.
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
John A. Parrish. 2011. Immunosuppression, Skin Cancer, and Ultraviolet A Radiation.
Availlable: http://content.nejm.org/cgi/cont.
NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA: Defnisi dan Klasifikasi 2012 –
2014. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC.
Suriadireja, A. 2010. Mengenal Kanker Kulit Diagnosa, Pengobatan Dan
Pencegahan. Availlable: http://www.dharmais.co.id/new/content.php?
page=article&lang=id&id=15ent/full/352.