Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Pengendalian Korosi

Dosen Pengampuh : Ir. Ishak.,MT.


NIP. 197202132002122001

Disusun oleh :

Hary Purnomo Agy 180140116

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
memberikan rahmat dan karuia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
ringkasan materi Teknik Pengendalian Korosi ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen mata kuliah Teknik
Pengendalian Korosi karena telah memberikan kesempatan untuk membuat
makalah ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua
dan teman- teman atas dukungan baik berupa doa maupun materi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
baik dalam pengembangan wawasan maupun peningkatan ilmu pengetahuan.

Batam, 13 Januari 2021

Penulis
1. Pengertian Korosi
Korosi adalah peristiwa perusakan logam oleh karena terjadinya
reaksi kimia antara logam dengan zat-zat di lingkungannya membentuk senyawa
yang tak dikehendaki. Korosi dapat terjadi karena adanya sel korosi yaitu suatu
sel yang terdiri dari 4 faktor :
a. Logam yang menjadi anoda
b. Logam yang menjadi Katoda
c. Adanya larutan elektrolit
d. Adanya konduktor listrik
Katoda adalah logam yang relatif lebih mulia, yang permukaannya
menjadi tempat berlangsungnya reaksi reduksi. Anoda adalah logam yang relatif
lebih aktif, yang menjadi pemasok elektron bagi reaksi reduksi,sehingga
terkorosi. Konduktor adalah sarana untuk transfer elektron dari anoda kekatoda.
Elektrolit adalah media yang mengandung zat-zat yang korosif seperti H+ dan
O2 yang cenderung terreduksi, disamping menjadi tempat bagi zat lain yang
dapat mengakselerasi korosi seperti Cl. Jika salah satu faktor tersebut tidak ada,
maka korosi tidak akan terjadi. Proses terjadinya korosi digambarkan sebagai
berikut :

Dua buah logam yang mempunyai potensial elektroda berbeda akan membuat
dua kutub. Potensial yang lebih rendah akan menjadi kutub anoda dan potensial
yang lebih tinggi menjadi kutub katoda. Ketika dua buah elektroda ini
dihubungkan dalam larutan elektrolit yang sama, maka akan terjadi proses
elektrokimia yaitu elektron mengalir dari anoda menuju katoda melalui
konduktor listrik.Pada permukaan katoda elektron akan berikatan dengan ion
H+ untuk menjadi netral sebagai H2 dan elektron yang terlepas di permukaan
anoda akan membuat ion-ion logam menjadi tidak stabil sehingga melarut
kedalam larutan elektrolit. Proses terlepasnya ion logam inilah yang dinamakan
korosi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada anoda :

Pada katoda : Elektron dari anoda mengadakan migrasi ke daerah katoda


melalui metal dan bereaksi dengan berbagai cara yang tergantung pada pH dan
adanya oksigen

Ion-ion hidroksil dari katoda ini dan ion-ion fero dari anoda membentuk :

Dimana 4 Fe(OH)3 ini adalah 2 Fe2O3.6H2O dinamakan korosi.

2. Konsep Dasar Proteksi Katodik

Bila suatu logam/paduan terkorosi ada bagian-bagian yang bersifat


sebagai anoda di mana korosi terjadi, dan ada bagian-bagian yang bersifat
sebagai katoda di mana korosi tidak terjadi. Korosi terjadi di mana arus listrik
meninggalkan logam menuju elektrolit, dan sebaliknya korosi tidak terjadi di
mana arus listrik masuk ke dalam logam.

Gambar 4.1. Logam Terkorosi


Dari gejala tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa jika kita dapat
memperlakukan logam secara keseluruhan sebagai katoda, maka logam tersebut
tidak akan terkorosi. Perlakuan ini berarti kita harus memindahkan atau
memisahkan bagian yang bersifat sebagai anoda tadi ke tempat lain yang masih
berada dalam lingkungan elektrolitik sama dan dihubungkan secara elektrikal
dengan logam tadi. Ini berarti kita harus menciptakan suatu anoda tambahan
baru, yang secara skematik dapat digambarkan pada gambar 4.1. Daerah anodik
sekarang terisolasi, dan logam tidak terkorosi lagi. Dengan mengisolasi anoda
dengan anoda baru ini, maka seluruh logam sekarang bersifat sebagai katoda
dan tidak terkorosi.

3. Potensial Proteksi

Suatu logam yang terkorosi dalam lingkungan basah, mempunyai suatu


nilai potensial tertentu, yang merupakan potensial campuran (mixed
potential) antara potensial anodik dan katodiknya pada rangakian terbuka
(open circuit potentals). Pada nilai potensial ini pada umumnya logam akan
terkorosi, dan nilai potensial tersebut dinamakan potensial korosi.

Apabila potensial suatu logam diturunkan, maka logam akan cenderung


bertahan sebagai logam, karena ia lebih stabil, dan sebaliknya bila potensial
dinaikkan logam akan cenderung menjadi ion (ion stabil) atau terkorosi.

Pengertian dari uraian tersebut di atas adalah bahwa setiap penurunan


potensial dari potensial korosi berarti sudah suatu perlakukan proteksi katodik, di
mana logam cenderung lebih stabil dan laju korosinya berkurang. Makin
besar arus listrik dialirkan, makin besar penurunan potensialnya dan logam
makin stabil atau tingkat laju korosinya makin rendah.

4. Prinsip Proteksi Katodik

Prinsip proteksi katodik ialah mengubah semua daerah di permukaan


logam menjadi katoda dengan cara menghubungkan anoda dari luar kepada
logam yang dilindungi dan melewatkan arus listrik DC. Anoda luar bisa berupa
anoda galvanik dimana arus yang mengalir adalah hasil dari perbedaan
potensial dua logam, atau berupa anoda arus tanding (impressed current)
dimana arus dialirkan dari sumber tenaga DC dari luar. Dalam istilah
elektrokimia, potensial listrik antara logam dan larutan elektrolit dibuat menjadi
lebih negatif, dengan memberikan elektron (bermuatan negatif), ke sebuah nilai
dimana reaksi korosi (anodik) tertahan dan hanya reaksi katodik yang
berlangsung. Jadi, proteksi katodik dapat dicapai dengan dua cara yaitu :
1. Dengan anoda galvanik (korban), “Sacrificial Anode Cathodic
Protection” (SACP).
2. Dengan arus tanding/luar, “Impressed Current Cathodic Protection”
(ICCP)

Skema sistem CP: SACP (kiri); dan ICCP (kanan).


Sumber: Deepwater Corrosion Services Ltd.

1. Sacrificial Anode Cathodic Protection (SACP)


SACP (dengan anoda galvanik (korban), menggunakan logam reaktif
sebagai anoda luar yang dihubungkan secara elektrik kepada baja yang
dilindungi. Perbedaan potensial alamiah antara anoda dan baja, seperti
diindikasikan dengan posisi relatif mereka dalam deret galvanik, menyebabkan
arus positif mengalir dari anoda kedalam elektrolit lalu ke baja. Akibatnya
semua permukaan baja menjadi bermuatan lebih negatif dan menjadi
katoda. Logam reaktif yang umum digunakan sebagai anoda korban adalah
aluminium (Al), seng (Zn) dan magnesium (Mg). Logam-logam ini kemudian
dipadu dengan unsur lain untuk meningkatkan performa jangka panjang dan
karateristik pelarutnya.
Beberapa kriteria dalam proteksi katodik menggunakan anoda korban adalah :
a. Potensial negatif (katoda) sekurang-kurangnya -0,800 volt diukur
antara permukaan struktur dengan elektroda Ag/AgCl yang dihubungkan di
dalam air laut.
b. Minimum negatif penyimpangan potensial katoda 0,3 volt yang
dihasilkan dari arus proteksi.
c. Minimum negatif penyimpangan potensial katoda 0,1 volt dengan
adanya gangguan arus dan pengukuran perubahan potensial.
d. Anoda harus menyediakan arus yang konstan.
e. Efisiensi anoda harus tinggi.

Keuntungan dilakukannya anoda korban ini adalah : Tidak diperlukan


adanya sumber energi, mudah untuk dilakukan, kemungkinan terjadinya
interferensi katodik pada struktur lain kecil, self-regulating, kemungkinan
terjadinya overprotecting kecil, distribusi potensial merata.

Tetapi cara ini juga memiliki keterbatasan, yaitu:

Arus terbatas, anoda yang habis harus diganti, anoda akan menambah berat dari
struktur.
2. Impressed Current Cathodic Protection (ICCP)
ICCP (dengan arus tanding/luar) menggunakan anoda inert (pelarutan nol
atau rendah) dan sumber tenaga DC luar (AC yang disearahkan, rectified) untuk
mengalirkan arus dari anoda luar ke permukaan katoda (baja). Anoda yang
digunakan dapat berupa besi cor berkadar silikon (Si) tinggi, grafit, atau titanium
(Ti). Pengkorosian terjadi karena adanya perpindahan elektron terjadi dari anoda
(besi) ke katoda. Maka pada aplikasi ini besi dipaksa menjadi katoda
dengan membalikkan arus elektron sehingga bergerak dari anoda (yang inert
atau tidak mudah bereaksi) menuju besi. Metode impressed current ini biasanya
digunakan pada lingkungan yang memiliki resistivitas yang tinggi.
Keuntungan digunakannya metode ini adalah :
Level dari proteksi dapat diatur, Arus yang digunakan tinggi, Area
proteksi yang luas, Dapat memproteksi struktur yang tidak di coating dengan
baik.
Beberapa kerugian apabila menggunakan metode ini :
Kemungkinan terjadinya interferensi sangat besar, Perlu perawatan yang
baik, Kemungkinan terjadinya overprotection sangat besar, Adanya biaya untuk
menjalankan energi eksternal, Dibutuhkannya energi listrik (DC) yang cukup
besar.
Proteksi katodik ini banyak digunakan pada industri-industri, terutama pada pipa-
pipa yang perananannya sangat penting dalam produksi.

5. Keperluan Dasar Proteksi Katodik


Syarat paling penting dari proteksi katodik adalah logam yang dilindungi
terpapar dalam elektrolit. Untuk masing-masing sistim proteksi katodik,
keperluan dasarnya adalah:
SACP:
• Anoda korban,
• Kontak langsung (lasan) antara anoda, konduktor dan struktur,
• Koneksi yang aman dan hambatan yang minimum antara
konduktor ke struktur dan konduktor ke anoda.
ICCP:
• Anoda inert (tunggal atau kluster yang terkoneksi dalam backfill,
atau biasa disebut groundbed),
• Sumber tenaga DC (transformer-rectifier, TR),
• Konduktor yang terisolasi dengan baik, hambatan yang
minimum dan koneksi yang aman antara anoda dan sumber
tenaga,
• Koneksi yang aman dan hambatan yang minimum antara sumber
tenaga ke struktur.

6. Aplikasi Proteksi Katodik

Aplikasi proteksi katodik sangat luas, dapat untuk mengendalikan korosi


semua strutur logam asal berada dalam lingkungan elektrolit: dalam tanah, air,
larutan kimia. Ini berarti bahwa proteksi katodik secara praktis tidak dapat
diterapkan untuk pengendalian korosi di udara.
Semua bentuk korosi dapat dikendalikan dengan proteksi katodik,
termasuk korosi merata, korosi sumuran (pitting), korosi celah, korosi tegangan,
(SCC), korosi lelah, korosi kavitasi, korosi oleh bakteri, dsb.
1. Struktur Yang Dapat Diproteksi Katodik
a. Struktur dalam tanah dalam air
Jaringan pipa dan tanki bahan bakar, struktur bangunan logam, tulangan
beton, kabel komunikasi, dasar tanki yang berkontak tanah, kaki-kaki menara,
casing pipa sumur bor, tiang pancang jembatan. dermaga, sheet pile, pipa dalam
laut dan dasar laut, intake screen, pompa-pompa intake. pintu-pintu air kanal. Dll.
b. Struktur diatas tanah
Bagian dalam tanki air, kondenser dan heat-exchanger, tanki-tanki air
panas, tanki-tanki reservoir air di apartemen, tanki- tanki atau bejana dalam
proses. Dll.
c. Struktur terapung
Kapal tanker, kapal keruk, anjungan lepas pantai, dok apung, barges,
ponton, peralatan bantu navigasi, dll.

2. Sistem Anoda korban vs Arus tanding


a. Sistem anoda korban
Keuntungan :
Tidak perlu tenaga listrik dari luar, pemasangan relatif mudah, tidak ada
bahaya interaksi, murah untuk struktur kecil, daerah pada struktur, bahaya over-
proteksi ringan, distribusi arus merata, tidak perlu pemeliharaan kecuali inspeksi
rutin, tidak perlu biaya operasi.
Kerugian :
Keluaran arus anoda terbatas, pada hal makin lama makin diperlukan
arus lebih besar karena degradasi lapis lindung, tidak efektif untuk lingkungan
dengan resistivitas lingkungan tinggi, untuk struktur yang besar diperlukan anoda
banyak jumlahnya.
b. Sistem arus tanding
Keuntungan :
Sistem instalasi dapat memproteksi struktur yang besar. Sistem dapat
didisain yang beubah dengan waktu, keluaran arus proteksi mudah diatur sesuai
dengan keperluan, sistem dapat didisain untuk masa guna lebih dari 20 tahun,
biaya awal lebih murah.
Kerugian :
Kemungkinan ada interaksi terhadap struktur lain tergantung dari
keberadaan sumber listrik luar, perlu pemeliharaan dan inspeksi rutin yang
cermat, perlu biaya operasi, dapat terganggu oleh kegagalan catu daya listrik.

3. Keperluan arus proteksi


Sebagian besar proteksi katodik diterapkan untuk struktur dari baja,
oleh karena itu data keperluan arus proteksi yang dianggap sudah mapan adalah
untuk baja, meskipun angkanya mempunyai selang yang agak panjang. Nilai-nilai
yang diperoleh berdasarkan pengalaman dari banyak praktisi lapangan telah
didokumentasikan, dan pada umumnya angkanya tidak berbeda jauh. Bahkan
untuk lingkungan laut, sudah ada data untuk seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Sebagai pedoman, berikut ini disampaikan perkiraan keperluan rapat
arus proteksi yang diperlukan untuk struktur baja untuk dalam berbagai
lingkungan.
Tabel. 5.1. Perkiraan keperluan arus proteksi baja dalam berbagai lingkungan.

Tabel 5.2. Kriteria Desain Untuk Lingkungan Laut


Tabel. 5.3. Klasifikasi Korosi Ditinjau Dari Resistivitas Tanah

7. Rancang Bangun Proteksi Katodik


Rancang bangun proteksi katodik adalah penerapan teori korosi dan
teknologi pengendalian korosi kedalam praktek lapangan. Secara teori, untuk
menghasilkan proteksi yang sempurna, seluruh permukaan struktur logam harus
diturunkan potensialnya, sehingga memenuhi krteria secara merata. Dalam
praktek sanagat sukar mencapai kondisi tersebut, karena kemungkinan adanya
variasi lingkungan dan kondisi permukaan logam sangat besar ditambah struktur
yang makin kompleks, sehingga distribusi arus per satuan luas tidak merata.

Data yang diperlukan


Sebelum rancang bangun dilakukan pertama-tama harus diketahui data
utama, di antaranya :
a. Struktur yang akan diproteksi (bahan, geometri, fabrikasi, dll.) Lapis
lindung (bahan dan kualitasnya).
b. Umur struktur. Sejarah kegagalan.
c. Kondisi lingkungan (geologi, tanah, air, resistivitas, pH, komposisi
kimia, bakteri, dll.)
d. Struktur lain di sekitarnya (yang berdekatan, yang memotong, ddl.).
Interferenssi (AC-DC).
e. Umur proteksi yang dikehendaki. Standar-standar yang digunakan. Dan
lain-lain, termasuk kondisi non-teknis.

Tahap Rancang Bangun


Tahap-tahap yang baik dalam membuat rancang bangun adalah sebagai berikut :
a. Rancang bangun awal (preliminary design) dibuat atas dasar data yang
dan mengacu kepada kasus-kasus yang sama.
b. Rancang bangun dimodifikasi bila perlu, disesuaikan dengan perubahan-
peruhana konstruksi yang sering terjadi dalam praktek.
c. Setelah konstruksi lengkap terpasang, dibuat rancang bangun proteksi
katodik akhir.
d. Modifikasi masih mungkin dilakukan bila ternyata proteksi katodik kurang
sempurna.
Contoh Rancang Bangun

Misalnya data yang diberikan untuk disain proteksi katodik kostruksi


pipa gas dalam tanah sbb :

Ukuran pipa : dia. 18” x 50 km (t= 0,375”). Lapis lindung pipa : pita polietilen
(polyethylene tape wrap ) overlap 5 cm, lulus uji holiday detector.ROW tanah
persawahan, perkebunan, ada river crossing, beberapa road crossing. Di sebelah
kanan pipa ada pipa lain dia. 14” pada jarak sekitar 2m sejajar pipa baru, yang
diproteksi katodik dengan anoda korban. Umur proteksi yang diminta 20 tahun.
Resistivitas tanah rata-rata 2000 ohm-cm. Asumsi keperluan arus proteksi baja 20
mA/m2. Coating breakdown untuk umur 20 tahun 2,5%. Keperluan arus proteksi
0,5 mA/m2.

Kesimpulan dari data :


Sistem yang harus diterapkan adalah sistem anoda korban, karena di
sebelahnya ada pipa yang juga menggunakan anoda korban. Anoda yang harus
digunakan adalah anoda Mg. tipe potensial 1.5V dengan backfill, dilihat dari
resistivitas tanah (anoda Zn boleh diusulkan). Keperluan arus proteksi umumnya
20 mA/m2 untuk kondisi telanjang. Lapis lindung baik, biasanya cacat dianggap
antara 0,5% - 1% pada saat awal, rata-rata 2,5% untuk jangka waktu 20 tahun.
Dalam hal ini pemilik telah menentukan keperluan arus proteksi
0,5mA/m 2, yaitu standar yang digunakan Pertamina untuk pipa baru dengan lapis
lindung baik, untuk umur proteksi 20 tahun. (Untuk coating baik, menurut ISO
15589-1 (2003) untuk umur disain 20 tahun arus proteksi disain 0,6 mA/m2, jadi
ausmsi tersebut diatas sangat wajar).
Selanjutnya kita melakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut.
- Keperluan arus proteksi
Luas permukaan yang diproteksi total = π x 18 x 0,0254 x 60.000 = 86137 m2.
Keperluan arus proteksi total, I = 86137 x 0,5 = 43068 mA = 43,068 A
- Tipe berat dan jumlah anoda Mg
Berat total anoda Mg. W = (I x umur proteksi)/ (kapasitas x faktor guna)
= (43,068 A x 20 Y x 8760 Jam/Y)/(1200 A.jam/kg x 0.8)
= 7860 kg.
Karena 1 tahun = 24 jam/hari x 365 hari = 8760 jam
Untuk menentukan ukuran anoda ada pedoman (Rule of Thumb) :
Resitivitas tanah :
sampai 1500 ohm-cm ~ 25 kg
sampai 2500 ohm-cm ~ 15 kg
lebih dari 2500 ohm-cm ~ 8 kg

Untuk ini kita menentukan untuk menggunakan anoda tipe berat 15 kg,
dan setelah mengecek yang ada di pasaran ternyata yang cocok adalah tipe berat,
w = 14,5kg, dengan data. Ukuran anoda Mg. : diameter D = 15 cm, Panjang L =
51 cm Dengan backfill : D = 20 cm, L = 60 cm. Jumlah total anoda, N = W/w =
7860/14,5 = 543 buah. Penyediaan anoda sebaiknya ditambah 10% untuk
keamanan dan pemasanga di tempat-tempat kritis, seperti river crossing dsb.
Pemesanan anoda = 543 x 110% = 598 buah.
Jarak pemasangan anoda : 60.000 m / 543 ~ 110 m. Dilapangan kita belum
tentu (pada umumnya sukar) untuk secara eksak mengenai jarak ini, karena
kondisi lapangan sangat menentukan. Modifikasi lapangan sering dilakukan, dan
hal ini biasa bila menyangkut anoda korban.
- Keluaran arus anoda
Keluaran arus anoda, I = E/R. dimana E = 0,7 V, sedang R adalah
tahanan anoda yang harus dihitung, menurut rumus :

Rh = tahanan anoda bila dipasang horizontal


Rv = tahanan anoda bila dipasang vertical
Jadi : Iah = 0,7/ 7,88 = 88,83 mA
Iav = 0,7/11,58 = 60,45 mA

Keluaran arus total, Ih = 543 x 88,83 = 48235 mA


Iv = 543 x 60,45 = 32824 mA
Kesimpulan : Kalau anoda dipasang horizontal arus anoda cukup. Kalau anoda
dipasang vertkal arus anoda kurang. Jadi, sebaiknya anoda dipasang horizontal,
dan ini lebih baik dari pemasangan secara vertikal. Tetapi karena kondisi setempat
yang tidak memungkinkan dapat saja anoda dipasang vertikal. Inilah sebabnya
kita perlu cadangan anoda tambahan, karena modifikasi lapangan hampir selalu
terjadi dalam hal proteksi katodik.

Anda mungkin juga menyukai