Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan
yang membentuk darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem
transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2
bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskuli.Dalam arti lain
hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran mengenai sel darah,
organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta
organ pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada
akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang
mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah
beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika.
Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata
Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka menunjukkan,
peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit.
Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil
apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.
Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika
keadaannya telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap.
Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang
terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi
mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi
keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya
pada lapisan paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak
terjadi pada saat dan tempat yang tepat, maka keseluruhan darah pada
makhluk tersebut akan membeku dan berakibat pada kematian.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hematologi rutin / hdl ?
2. Apa yang dimaksud dengan hemoglobin ?
3. Apa yang dimaksud dengan hematokrit ?

1
C. MANFAAT MAKALAH
1. Bagi penulis : makalah ini dapat memberikan wawasan yang baru dalam
hal pemeriksaan diagnostik dan juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
2. Bagi pembaca : makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca serta
dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMATOLOGI


1. Tes Hematologi Rutin
Hitung darah lengkap -hdl- atau darah perifer lengkap –dpl-
(complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis
pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. Hdl
merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. Hdl digunakan
sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti
anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya.Hdl memeriksa jenis sel
dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit
(platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:

1. Jumlah sel darah putih


2. Jumlah sel darah merah
3. Hemoglobin
4. Hematokrit
5. Jumlah dan volume trombosit

Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal

Parameter Laki-laki Perempuan


Hitung sel darah putih (x 103/μl) 7.8 (4.4–11.3)
Hitung sel darah merah (x 106/μl) 5.21 (4.52–5.90) 4.60 (4.10–5.10)
Hemoglobin (g/dl) 15.7 (14.0–17.5) 13.8 (12.3–15.3)
Hematokrit (%) 46 (42–50) 40 (36–45)
Mcv (fl) 88.0 (80.0–96.1)
Mch (pg) 30.4 (27.5–33.2)
Mchc 34.4 (33.4–35.5)
Rdw (%) 13.1 (11.5–14.5)
Hitung trombosit (x 103/μl) 311 (172–450)

Spesimen

Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama
untuk meminimalisasi perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi

3
pengambilan, waktu pengambilan, serta kondisi pasien (puasa, makan). Cara
pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya tidak menekan lokasi
pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan pertama,
serta penggunaan antikoagulan (edta, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot.

a. Hemoglobin
Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai
polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar
haemoglobin. Stuktur hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai
globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146
mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang
sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual
cara sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida.
Cara sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi
hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan
sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara sahli tidak
dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%.
1. Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan
kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar
sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini
hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara
ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
2. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian
basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar
hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru
lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu
berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun
dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5
g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada
pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara
11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar

4
antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14
g/dl.
3. Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai
rujukan ditentukan 10 g/dl.
4. Penurunan hb terdapat pada penderita: anemia, kanker, penyakit ginjal,
pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga
disebabkan oleh obat seperti: antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat
kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan
trimetadion.
5. Peningkatan hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, ppok, gagal
jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan
hb adalah metildopa dan gentamicin.
6. Metode Pemeriksaan
1) Metode: Sahli
Prinsip : darah + larutan HCL 0,1 N akan terbentuk hematin
asam yang berwarna coklat tua. warna tersebut di tambahkan
aquadest, hingga warnaya sama dengan warna pada batang standart.
cara kerja :
a) isi tabung sahli dengan larutan HCL 0,1 N sampai angka 2 g %.
b) hisaplah darah dengan pipet sahli sampai tepat pada tanda 20
cmm/ 0,02 ml.
c) bersihkan bagian luar pipet dengan kapas/tissue kering
d) tiup darah dari pipet ke dalam larutan HCL 0,1 N dalam tabung
sahli.
e) bilas pipet sahli beberapa kali dengan larutan HCL dalam
tabung sahli ( hisap dan tiup beberapa kali ).
f) biarkan 10 menit untuk terbentuknya hematin asam yang
sempurna.
g) encerkan larutan hematin asam dengan aquadest tetes demi tetes
sambil di aduk sampai warna larutan sama dengan warna batang
standart.
h) baca meniskus larutan pada tabung sahli (g% atau g/dl).

5
2) Metode : cyanmethemoglobin
Prinsip : semua bentuk HB kecuali sulfhemoglobin
diubah menjadi methemoglobin dala larutan kalium ferisianida dan
di ubah menjadi cyanmethemoglobin oleh larutan kalium sianida dan
di baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
cara kerja :
a) kedalam tabung reaksi di masukkan 5,0 ml larutan drabkin.
b) dengan pipet hemoglobin diambil 20 ml darah EDTA sebelah
luar yang pipet di bersihkan, lalu darah itu di masukkan
kedalam tabung kolori meter dengan membilasnya beberapa
kali.
c) campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali,
tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan
hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. diamkan selama 5
menit.
d) bacalah dalam spektrofotometer pada panjang gelombang 540
nm. sebagai blanko di gunakan larutan drabkin.
e) kadar HB ditentukan dengan absorbasi cyanmethemoglobn atau
di baca dari kurvesera.
Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen
pada tempat tinggal, misalnya hb meningkat pada orang yang tinggal di
tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, hb juga dipengaruhi
oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).

b. Hematokrit
Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell
volume, pcv) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang
dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu
tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi
eritrosit dalam darah.
Nilai hematokrit atau pcv dapat ditetapkan secara automatik
menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran

6
hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan
mikrohematokrit atau kapiler.

Nilai normal hmt:


Anak : 33-38%
Laki-laki dewasa : 40-50%
Perempuan dewasa : 36-44%

1. Penurunan hmt, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah


akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma
multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit b
dan c, kehamilan, sle, athritis reumatoid, dan ulkus peptikum.
2. Peningkatan hmt, terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera,
diare berat, asidosis diabetikum,emfisema paru, iskemik serebral,
eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar.
3. Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter
dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit
ada dua metode, yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual
hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung.
Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
4. Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan
isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis.
Larutan pengencer yang digunakan adalah:
1) Larutan hayem : natrium sulfat 2.5 g, natrium klorid 0.5 g, merkuri
klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia,
larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan
precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
2) Larutan gower : natrium sulfat 12.5 g, asam asetat glasial 33.3 ml,
aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
3) Natrium klorid 0.85 %
Nilai rujukan

1. Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μl)

7
2. Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μl)
3. Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μl)
4. Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μl)
5. Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μl)
6. Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μl)

4) Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia,


leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena
berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan.
5) Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi,
dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler
c. Leukosit
Leukosit Adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limfatik
untuk jenis tak bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan
tubuh terhadap infeksi.
1. Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik
atau mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem
pertahanan tubuh, terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan
asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator yang baik untuk
mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari
keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi,
sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam
yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara
bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500-
11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar
antara 5000 — 10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan
aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan
jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan
jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung
leukosit, yaitu cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah

8
(hematology analyzer) dan cara manual dengan menggunakan pipet
leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya
lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih
kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai ± 10%.
Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk
memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di indonesia yang
memakai alat ini.

Nilai normal leukosit:


Dewasa                : 4000-10.000/ µl
Bayi / anak          : 9000-12.000/ µl
Bayi baru lahir    : 9000-30.000/ µl

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan


tersebut disebut leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik
maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik
yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan
haid.

Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi


atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis,
tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis
hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik,
anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun
gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-
obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida,
sulfonamide, haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama
ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan
streptomycin.

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari


5000/µl darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang

9
paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan
netropenia.

Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi


tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, sle, reumaotid artritis, dan
penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia
dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama saetaminofen,
sulfonamide, ptu, barbiturate, kemoterapi kanker, diazepam, diuretika,
antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan
antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol).

2. Hitung jenis leukosit


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai
jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya
memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah
neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis
leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan
proses penyakit.  Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif
dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari
masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit
total (sel/μl).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan
apus darah yang diwarnai dengan pewarna giemsa, wright atau may
grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit
hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam
persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah
dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.

Tabel 2. Hitung jenis leukosit

Kurang dari nilai


Jenis Nilai normal Melebihi nilai normal
normal
Basofil 0,4-1% Inflamasi, leukemia, Stress, reaksi
tahap penyembuhan hipersensitivitas,

10
kehamilan,
infeksi atau inflamasi
40-100/µl hipertiroidisme
1-3% Umumnya pada keadaan Stress, luka bakar, syok,
Eosinofil atopi/ alergi dan infeksi hiperfungsi
100-300/µl parasit adrenokortikal.
55-70%

Inflamasi, kerusakan
(2500-7000/µl)
jaringan, peyakit

Bayi baru lahir 61% hodgkin, leukemia


Infeksi virus,
mielositik, hemolytic
Neutrofil autoimun/idiopatik,
Umur 1 tahun 2% disease of newborn,
pengaruh obat-obatan
kolesistitis akut,
Segmen 50-65% (2500-
apendisitis, pancreatitis
6500/µl)
akut, pengaruh obat

Batang 0-5% (0-500/µl)


20-40%

1700-3500/µl

Bbl 34% Kanker, leukemia, gagal


Limfosit Infeksi kronis dan virus ginjal, sle, pemberian
1 th 60% steroid yang berlebihan

6 th 42%

12 th 38%
2-8%
Infeksi virus, parasit,
Leukemia limfositik,
Monosit 200-600/µl anemia hemolitik, sle<
anemia aplastik
ra
Anak 4-9%

A. Antikoagulan Untuk Pemeriksaan Hematologi


1. Tabung hampa udara (vacutainer tube) yang berisi Antikoagulan EDTA
(Tutup Ungu) dan Natrium Sitrat (Tutup Biru).

11
Antikoagulan adalah bahan yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah. Pemeriksaan di dalam laboratorium klnik tidak hanya satu atau
dua, tetapi banyak pemeriksaan, tergantung pada banyak spesimen yang
masuk dan jenis pemeriksaan yang diminta, sehingga tidak semua
spesimen yang datang bisa langsung diperiksa. Penambahan antikoagulan
bertujuan supaya darah tidak membeku, sehingga kondisi darah dapat
dipertahankan walau tidak langsung diperiksaan atau pemeriksaan
memakan waktu yang lama. Setelah dilakukan pemeriksaan, darah yang
berantikoagulan bisa disimpan dalam lama waktu tertentu, sehingga
apabila harus dilakukan pemeriksaan ulang atau pemeriksaan tambahan
lainnya dapat digunakan kembali.
Ada banyak jenis antikoagulan, namun tidak semuanya dapat digunakan
karena ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk/morfologi
eritrosit atau leukosit. Antikoagulan yang dapat digunkan :
2. Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat (EDTA)
Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi
bentuk yang bukan ion sehingga pembekuan dapat dicegah. EDTA tidak
mempengaruh terhadap besar dan bentuk dari Eritrosit dan leukosit. Selain
itu EDTA juga dapat mencegah penggumpalan trombosit, sehingga sangat
baik sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan trombosit. Antikoagulan
EDTA sangat luas pemakaiannya, dapat digunakan untuk kebanyakan
pemeriksaan hematologi. Dengan antikoagulan EDTA, sel-sel darah dapat
bertahan lebih lama dibanding dengan antikoagulan lain.

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),


dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari
ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan
dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in
Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).

Jumlah EDTA yang Digunakan

1) EDTA kering: 1 mg EDTA/1 ml darah

12
2) EDTA cair: 0.01ml EDTA/1 ml darah

EDTA cair (laruatan EDTA 10 %) lebih sering digunakan. Pada


penggunaan EDTA kering, wadah yang berisi darah dan EDTA harus
digoyang(homogenkan) selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat larut.
Penggunaan EDTA kurang atau lebih dari ketentuan seharusnya dihindari.
Penggunaan EDTA yang kurang dari ketentuan dapat menyebabkan darah
membeku. Sedangkan penggunaan yang lebih dari ketentuan dapat
menyebabkan eritrosit mengkerut sehingga nilai hematokrit rendah dari nilai
yang sebenarnya.Saat ini sudah tersedia,Tabung darah/tabung hampa udara
(vacutainer tube) yang berisi EDTA. Tabung EDTA bertutup lavender (Ungu)
atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan EDTA

a. Penentuan kadar Hb
b. Penentuan Hematokrit
c. Penentuan Laju Endap Darah (LED)
d. Penentuan Resisitensi osmotik darah
e. Penentuan golongan darah
f. Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
g. Pembuatan apusan darah
3. Natrium Sitrat (Trisodium Citrat)
Natrium Sitrat(Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan 3,2
% dan 3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara mengikat ion
kalsium. Antikoagulan Natrium Sitrat tidak toksis sehingga dapat juga
digunakan untuk transfusi darah.
Banyaknya Natrium Sitrat yang Digunakan
a. Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal
proses pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit, Volume: 1
volume antikoagulan : 9 volume darah
b. Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan pemeriksaan Laju Endap Darah
dan Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya : 1 volume antikoagulan :

13
4 volume darah Saat ini sudah tersedia Tabung darah/tabung hampa
udara (vacutainer tube) yang berisi Natrium sitrat. Tabung sitrat
3,2% bertutup biru terang dan tabung sitrat 3,8% bertutup hitam.
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan
Natrium Citrat
1. Penentuan Laju Endap Darah
2. Eritrosit Sedimen Rate (ESR)
3. Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
4. Agregasi Trombosit
5. Penentuan golongan darah
6. Transfusi darah
4. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun di
laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-pemeriksaan di
laboratorium karena mahal harganya. Heparin berdaya seperti antitrombin.
Heparin bekerja dengan cara menghentikanpembentukan trombin dari
prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari
fibrinogen.Heparin tidak mempengaruhi bentuk eritrosit maupun trombosit.
Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium heparin
karena antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion
dalam darah. Banyaknya Heparin yang Digunakan:
a. Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah
b. Heparin Cair : 15 IU +/- 2.5 IU/ml darah

Saat ini telah tersedia tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer


tube) yang berisi heparin. Tabung heparin bertutup Hijau muda (Lithium
heparin) dan Hijau (Lithium heparin dengan gel).

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Heparin

1) Penentuan hemoglobin
2) Penentuan hematokrit
3) Penentuan resistensi osmotic

14
4) Penghitungan sel-sel darah
5) Penentuan golongan darah
6) Transfusi darah

Heparin tidak bisa digunakan untuk membuat apusan darah karena


menyebebabkan dasar yang biru kehitaman bisa dicat dengan cat wright stain.

5. Natrium Oxalat
Bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat yang
mengendap. Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N
Banyaknya Na-Oxalat yang Digunakan
1) Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT) : 1 volume darah: 9 volume
darah
2) Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Na-Oxalat
3) Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT)
6. Double Oxalat
Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari
Heller dan Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan ammonium
oxalat dengan perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan eritrosit
mengkerut, sedangkan ammonium oxalat menyebabkan eritrosit mengembang.
Campuran kedua garam tersebut bertujuan untuk menghindari perubahan
perubahan volume eritrosit.
Banyaknya Antikoagulan Double Oxalat yang digunakan:
1) Double oxalat kering : 2 mg Double oxalat / 1 ml darah
2) Double oxalat cair 2%: 0.1 ml Double oxalat/ 1 ml darah

Double oxalat digunakan dalam bentuk kering. Sebelum ditambahkan


darah, double oxalat cair yang dimasukkan kedalam tabung penampung darah
harus di keringkan terlebih dahulu pada suhu yang kurang 600C, menghindari
perubahan menjadi Karbonat (Sifat antikoagulannya hilang).

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Double


Oxalat

15
1) Penentuan hemoglobin
2) Penentuan hematokrit
3) Penentuan Laju Endap Darah (LED)
4) Penentuak resistensi eritrosit
5) Penentuan golongan darah
B. Pemeriksaan Gula darah sewaktu
Pemeriksaan GDS adalah Suatu tindakan untuk mengetahui hasil atau nilai
gula darah pada pasien yang dilakukan sewaktu dan tanpa persiapan
apapun
Tujuan Pemeriksaan GDS
1. Pemeriksaan laboratorium harian
2. Acuan tidakan medis
3. Pengobatan yang tepat
4. Pemilihan diet yang tepat
5. Pencegahan resiko hiperglikemi
Alat dan bahan:
• Mesin gluco test
• Strip stick GDS
• Jarum / lancet GDS
• Alkohol swab
• Perlak dan pengalas

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hitung darah lengkap atau darah perifer lengkap adalah jenis


pemeriksaan yang memeberikan informasi tentang sel-sel darah pasien.
Hdl merupakan tes laboratorium yang paling umum di lakukan. Hdl

16
memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit.

B. Saran
Saran penulis untuk pembaca: dalam melakukan tindakan
sebaiknya harus dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan yang dapat
merugikan pasien maupun diri senndiri.

DAFTAR PUSTAKA

Dharma r, immanuel s, wirawan r. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin.


Cermin dunia kedokteran. 1983; 30: 28-31.

Gandasoebrata r. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: dian rakyat; 2009. Hal.


11-42.

17
Ronald as, richard amcp, alih bahasa : brahm u. Pendit dan dewi wulandari,
editor : huriawati hartanto, tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi
11. Jakarta: egc; 2004.

Sutedjo ay. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium.


Yogyakarta: amara books; 2008. Hal. 17-35.

Theml h, diem h, haferlach t. Color atlas of hematology; principal microscopic


and clinical diagnosis. 2nd ed. Stuttgart: thieme; 2004.

Vajpayee n, graham ss, bem s. Basic examination of blood and bone marrow. In:
henry’s clinical diagnosis and management by laboratory methods. 21 st ed. Editor:
mcpherson ra, pincus mr. China: saunders elsevier; 2006. Hal. 9-20.

18

Anda mungkin juga menyukai