Anda di halaman 1dari 23

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Proses kegiatan yang membedakan sebelum dan sesudah adanya Sistem
E-Procurement di Bank BTN

Menurut Christhoper & Schooner (2007), e-procurement adalah kegiatan


untuk mendapatkan barang/jasa secara transparan, efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya, PT Bank Tabungan Negara Tbk,
sebelum adanya sistem E-procutment untuk mengajukan pengadaan barang dan
jasa itu melalui melalui vendor dengan sesuai SE Direksi dengan waktu selambat
lambatnya 45 hari jam kerja seperti yang dijelaskan oleh narasumber dengan
metode wawancara :

5. Membuat
Dokumen
6. Pengadaan
Barang 4.
Mengundan
Pembuatan
g vendor utk
harga
Aanwijzing/
perkiraan
Penjelasan
sendiri (HPS)
Dokumen tsb

7. Vendor 3. Disposisi
mengirim Atasan
penawaran (Kepala
harga Divisi)

8. Negosiasi
2.
antara penawaran
Persetujuan
harga vendor
Ijin Prinsip
dengan HPS yang
Pengadaan
sudah dibuat dan
barang
di ttd kepala divisi

9. Memo 1. Memo
laporan hasil permohonan
negosiasi User
10.
Penerbitan
SPK
Menurut dari hasil analisa mengapa Bank BTN memilih memakai sistem E-
procument bahwa yang dirasakan oleh user yaitu data vendor dan project
pengadaan tidak tersentral, sulitnya monitoring progres proses pengadaan, dan
proses pengadaan masih berlangsung secara manual dimana pertemuan harus face
to face.

Nama
……………………………….
Pengadaan
Metode Penunjukan Langsung
PIC ………………………………….
   
Checklist Tahapan Paraf
  PIP Pelaksanaan Pengadaan  
  Dokumen Pengadaan  
Undangan Vendor Pengambilan Dok &
  Aanwijzing  
  BA Aanwijzing  
  Tanda Terima EE ke QCOE  
  BA Pemasukan Sampul I & II  
  Undangan Klarifikasi & Negosiasi Harga  
  BA Klarifikasi & Negosiasi Harga  
  Memo Laporan Proses Pengadaan  
  SPK/Surat Penunjukan/SPP  
Tabel manual sebelum ada E-procument

Maka PT Bank Tabungan Negara Tbk menciptakan sistem E-Procument untuk


mengurangi dokumen tercecer , Prosesnya optimalkan di kantor pusat dulu lalu
mulai ke cabang- cabang , dengan berjalannya waktu setelah adanya sistem E-
Procument PT Bank Tabungan Negara Tbk mengembangkan sistem E-
procument dengan cara sosialisai lewat workshop, latihan cara penggunaan
makanya adanya E-procument itu bisa bantu buat sistem jadi lebih baik.
Gambar 3.1 Aplikasi E-procument
sumber : https://www.btn.co.id/
Aplikasi iPROC memiliki 6 modul, yang mana modul-modul tersebut akan
dihubungkan satu sama lain:

1. Modul Manajemen Pengadaan, untuk mengelola proses pengadaan dari


tahap perencanaan hingga penghargaan vendor
2. Modul Manajemen Kontrak, hasil dari proses pengadaan diikuti dalam
modul ini, mulai dari pembuatan kontrak hingga penutupan kontrak.
3. Modul Vendor Management, untuk mengelola vendor dari proses aktivasi
dan klasifikasi
4. Modul Manajemen eCatalog, untuk mengelompokkan dan mengelola
barang dan jasa komoditas bersama dengan riwayat harga
5. Situs Vendor - pengadaan.com, untuk proses pendaftaran vendor
6. Situs Vendor - extranet, untuk pengajuan kutipan / proposal

Proses Registrasi Di Pengadaan.com http://pengadaan.com/

Registrasi
Validasi Data Verifikasi
Email Perusahaan (Pemeriksaan
Dokumen)
Perbaikan Data persetuju
Validasi perusahaan (Bila Perlu)
an
Email

Verifikasi
Registrasi Data (Pemeriksaan aktivasi
Dokumen)

Aktivasi Persetujuan Perbaikan


Data
perusahaan
(Bila Perlu)
Status Vendor di Pengadaan.com
Verifikator Pusat menentukan area register vendor yang daftar , yang
kemudian akan diaktifkan oleh Branch Verifikator sesuai dengan area
register yang telah ditentukan.
Status vendor Fill Registration Form :
– Vendor Sedang dalam Proses Pengisian awal Form di
pengadaan.com
Status vendor Fix Registration :
– Vendor sudah selesai pengisian form tapi di kembalikan setelah di
verifikasi, karena ada data-data yang kurang, dan vendor
melakukan perbaikan data-datanya
Status vendor Active :
– vendor sudah selesai pengisian form, dan sudah melengkapi semua
data-data dan sudah di verifikasi oleh pengadaan.com

PR (Purchase Request) adalah sebuah dokumen yang berisi permintaan pembelian


yang diajukan oleh siapa saja untuk pengadaan barang atau jasa. Dokumen ini
akan diteruskan kepada departemen atau divisi purchasing agar dilakukan proses
penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan.
Gambar 3.2 PR (Purchase Request)
Sumber : sumber : https://www.btn.co.id/
Undangan/
Draft RFQ Approval RFQ Pengumuman

Pemasukan Klarifikasi &


Evaluasi
Penawaran Negosiasi

Approval
Usulan
Usulan Pengumuman
Penetapan
Penetapan

RFQ atau Request for Quotation adalah permintaan yang diajukan oleh pembeli


terhadap barang/jasa untuk mendapatkan penawaran terbaik sesuai spesifikasi dan
anggaran.

– Penilaian Evaluasi Teknis dilakukan oleh buyer & user, dengan


penginputan nilai akhir dilaksanakan oleh buyer

– Pembatalan RFQ mengembalikan Nilai RKAP dan notifikasi ke user

– Negosiasi dilakukan oleh buyer

– Metode approval panitia menggunakan all for one

1. Proses :
– Kadep Procurement
– Buyer
Metode & Pelaku Pengadaan
2. Penunjukkan langsung
– User atau Panitia
3. Pemilihan Langsung
– Panitia
4. Lelang
– Panitia
Batasan Pengadaan :
Pusat
– Penunjukkan langsung : s/d 500 jt (kapan nilai >500 jt bisa tunjuk
langsung) harus dengan justifikasi
– Pemilihan langsung : > 500 jt s/d 2,5 M (kapan nilai >2,5 M jt bisa
pemilihan langsung) harus dengan justifikasi
– Lelang : > 2,5 M
Cabang & Wilayah
– Penunjukkan langsung : s/d 500 jt (kapan nilai diatas 500 jt bisa
tunjuk langsung)
– Pemilihan langsung : 500 jt s/d batas kewenangan cabang
– Lelang : dilakukan dipusat
Jaminan penawaran min 2% sudah termasuk PPN utk nilai >500jt

3.2 Cara pemaksimalan sistem E-Procurement

3.2.1 Hasil kuesioner sistem E-Procurement


Gambar 3.1 Hasil Kuesioner

Hasil dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument


didapatkan hasil bahwa sebesar 69,2% mengatakan setuju bahwa E-Procument
pada Bank BTN sudah berjalan dengan baik dan 30,8% mengatakan tidak setuju
bahwa E-Procument pada Bank BTN sudah berjalan dengan baik karena ada
kendala dibeberapa bagian. Karna system E-Procument adalah metode yang
tergantung dengan aplikasi maka sangat bergantung pada kecepatan internet.
Kesulitan nya juga karena belum semua divisi yang memakai ini jadi dari segi
keefisienan atau ke seragaman kerja juga kurang. Dan dari 30,8% tersebut yang
sangat paling dirasakan yaitu karena belum semua vendor terdaftar atau ikut serta
dalam menggunakan system E-Procument ini , jadi beberapa pengadaan barang
dan jasa masih terbatas fariasi pengadaannya.

Gambar 3.2 Hasil kuesioner

Dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument didapatkan


hasil bahwa sebesar 69,2% setuju proses pelaksanaa sistem E-Procument sudah
sesuai dengan tujuan yang di tetapkan, 15,4% sangat setuju setuju proses
pelaksanaa sistem E-Procument sudah sesuai dengan tujuan yang di tetapkan, dan
15,4% tidak setuju proses pelaksanaa sistem E-Procument sudah sesuai dengan
tujuan yang di tetapkan.

Gambar 3.3 Hasil Kuesioner

Dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument didapatkan


hasil bahwa 53,8% sangat setuju sistem E-Procument pada Bank BTN dapat
memudahkan pengadaan barang dan jasa serta 46,2% setuju sistem E-Procument
pada Bank BTN dapat memudahkan pengadaan barang dan jasa.
Dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument didapatkan
hasil bahwa 69,2%% setuju bahwa mereka mengetahui perbedaan pengadaan
barang dan jasa sebelum dan sesudah adanya E-Procument, 23,1% mengatakan
sangat setuju bahwa mereka mengetahui perbedaan pengadaan barang dan jasa
sebelum dan sesudah adanya E-Procument, dan 7,7% mengatakan tidak setuju
bahwa mereka mengetahui perbedaan pengadaan barang dan jasa sebelum dan
sesudah adanya E-Procument
Dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument didapatkan
hasil bahwa 46,2 % sangat setuju sistem dalam proses pelaksanaanE-Procument
yang terjadi saat ini masih memiliki kekurangan dan 53,8% setuju sistem dalam
proses pelaksanaanE-Procument yang terjadi saat ini masih memiliki kekurangan
pada Bank BTN.

Dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument didapatkan


hasil bahwa 69,2% % mengatakan setuju sistem E-Procument sudah memperbaiki
tingkat kecepatan waktu proses dari pengadaan barang dan jasa dan 30,8%
mengatakan tidak setuju sistem E-Procument sudah memperbaiki tingkat
kecepatan waktu proses dari pengadaan barang dan jasa.
Dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument didapatkan
hasil bahwa 61,5% mengatakan setuju proses monitoring dan audit sudah berjalan
dengan optimal dan 38,5% mengatakan tidak setuju sistem proses monitoring dan
audit sudah berjalan dengan optimal.

Dari 13 responden yang menjawab kuesioner sistem E-Procument didapatkan


hasil bahwa 84,6% mengatakan setuju akses informasi dalam E-Procument sudah
memenuhi kebutuhan secara real time, 7,7% mengatakan sanga setuju akses
informasi dalam E-Procument sudah memenuhi kebutuhan secara real time, dan
7,7% mengatakan tidak setuju akses informasi dalam E-Procument sudah
memenuhi kebutuhan secara real time.

Berdasarkan dari hasil pertanyaan mengenai saran agar agar E-


Procurement ini berjalan dengan lancar dan baik pendapat dari para karyawan
adalah bahwa aplikasi ini sudah terintegrai baik dengan Peraturan Internal
Pengadaan dan adanya monitoring aktif oleh seluruh pengguna dan diminta
seluruh vendor untuk ikut mendaftar sehingga bisa menggunakan media yang
sama dalam penggunaannya. Dibagian penginformasian hanya diperlukan
sosialisasi menyeluruh dan berperiode agar semua user memahami dengan
maksimal.

Serta apa yang harus dilakukan supaya sosialisasi E-Procurement pada


Bank BTN berkembang atau berjalan dengan target yang di inginkan yaitu
Aplikasi dapat dibuat user friendly dan adanya ebook penggunaan aplikasi yang
mudah dimengerti, Dilakukan workshop kembali cara penggunaannya untuk
pengguna internal BTN khususnya yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa,
Ketegasan Top Manajemen untuk memerintahkan penggunaan e-Procurement
untuk segala jenis pengadaan, tanpa ada pengecualian, Lebih sering
menggunakan pengadaan melalui eprocurement. Selain cepat tapi juga bisa
menghemat kertas/paperless

Kemudian, dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa


penggunaan E-Procurement sendiri di Bank BTN dianggap sudah efektif hanya
saja kurang sosialisasi untuk semua bagian divisi. Pengaruh yang dirasakan juga
jauh lebih baik dari konvensional.

3.2.2 Kesimpulan Hasil cara pemaksimalan sistem E-Procurement


Didapatkan hasil dari rata rata jawaban responden bahwa Sistem E-
Procurement dari Bank BTN sudah berjalan dengan baik dan proses implementasi
dari Sistem E-Proc sudah sesuai tujuan yang di tetapkan, yaitu untuk
memudahkan pihak yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa. Namun dalam
proeses pelaksanaan Sistem E-Procurement masih memiliki kekurangan yang
terjadi pada pihak user dikarenakan sosisalisasi penggunaan yang belum merata
dan dianggap sulit.

Sesuai dengan prinsip pengadaan barang dan jasa yang efisien dan efektif ,
penggunaan E-Procurement ini sudah memenuhi target. Namun, masih terhalang
di bagian pemerataan informasi yang menyangkut pihak user terkait penggunaan.
Langkah yang dapat diterapkan adalah bagaimana cara implementasi yang
serentak di keseluruhan sector.

Dari hasil analisa data juga didapatkan bahwa lebih dari 50% karyawan
mengatakan penggunaan sistem e-procurement sudah merasakan banyak
keuntungan.

Dari pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bhawa efektivitas yang didapat
tidak hanya dari segi harga barang namun dari kecepatan waktu juga tidak
memrlukan kkurun waktu yang lama untuk mendapat persetujuan harga. Dan
karna metode ini menggunakan kemajuan teknologi , jadi tidak menggunakan
tambahan biaya seperti kertas dan alat tulis lain. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan.

Menurut Pujawan & Goyal (2005), terdapat banyak manfaat yang bisa
direalisasikan dengan mengimplikasi e-procurement dalam proses pengadaan.
Beberapa keuntungan tersebut antara lain:

1) Proses-proses administratif dapat berlangsung lebih cepat, akurat, dan


murah, mengundang supplier untuk memasukkan proposal atau penawaran
tidak lagi dilakukan lewat surat atau fax, tetapi dapat dilakukan dengan
fasilitas yang ada di website.
2) Pengadaan yang menggunakan sistem lelang bisa mendapatkan
keuntungan berupa harga yang jauh lebih murah karena supplier akan
sedapat mungkin menurunkan harga penawaran agar dapat menjadi
pemasok perusahaan (pemenang).
3) K/D/L/I dapat memperoleh calon-calon supplier yang lebih banyak dari
berbagai tempat sehingga berpeluang untuk melakukan transaksi dengan
supplier yang lebih berkompeten.
4) K/D/L/I maupun supplier dapat menyelidiki transaksi maupun proses-
proses fisik seperti pengiriman barang, sehingga kedua belah pihak lebih
cepat mengetahui jika munculnya masalah yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
a. Cara Memaksimalkan Penggunaan dari Sistem E-Procument di
Bank BTN Pusat

Dari analisa yang di dapat dalam yang mempengaruhi implementasi


Sistem E-Procument di Bank BTN menurut hasil wawancara dengan
karyawan ada factor penting yang harus diperhatikan saat menerapannya
yaitu di antaranya adalah penyusunan ulang proses pengadaan. Prosedur
dan praktik dari pengadaan barang/jasa saat ini belum sesuai dengan
tujuan dan sasaran, sebab itu inisiatif baru berupa implementasi e-
Procurement dibutuhkan untuk melakukan penyusunan ulang proses
pengadaan barang/jasa. Kemudian pengukuran kinerja, pengukuran
kinerja merupakan kunci dari perubahan dan dapat mengarahkan perilaku
seseorang. Kapabilitas pengukuran yang rendah membuat manajemen
hanya mempunyai sedikit alat ukur dalam menilai kemajuan organisasi.
Selanjutnya strategi impelementasi.Pembuatan dokumentasi dan strategi
eksekusi merupakan faktor keberhasilan yang penting sebelum adanya
penyebaran solusi e-Procurement. Dan juga perubahan program oleh
manajemen. Diperlukannya perubahan dalam mendukung proses bisnis
memiliki hubungan secara langsung dengan kecepatan adopsi
eProcurement.

Kemudian dari itu setelah dilakukan wawancara dari beberapa karyawan


yang sudah penulis kumpulkan, maka di dapatkan hasil cara
memaksimalkan Sistem E-Procurement ini adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan monitoring aktif oleh pengguna aplikasi agar
terintegrasi baik dengan peraturan internal pengadaan
2. Sosialisasi diperbaharui menjadi lebih baik dan merata kepada
pengguna baik pihak ketiga maupun internal BTN terutama
yang terlibat dalam pengadaan
3. Komitmen untuk implementasi menyeluruh serta hilangkan
proses pengadaan manual.
4. Membuat SLA (Service Level Agreement) proses pangadaan
melalui aplikasi E-Procument. Baik dari segi mengatur waktu
,maintenance, denda, ketentuan maintenance.
5. Perlu adanya ketegasan top manajemen untuk memerintahkan
penggunaan E-Procurement untuk segala jenis pengadaan tanpa
ada pengecualian.
6. Agar dilakukan sosialisai berkala baik melalui pertemuan
langsung atau tidak langsung.
7. Sosialisasi kepada user untuk mulai melakukan permohonan
pengadaan melalui aplikasi E-Procurement.
8. Agar dilakukan workshop kembali dengan pihak penyediaan
jasa E-Procurement sehingga lebih optimal dalam
melakukanenhancement.

b. Saran implentasi Sistem E-Procurement


1. Pihak kantor harus mengadakan sosialisasi beserta workshop berkala
untuk user dalam mengajarkan atau memberi penjelasan bagaimana
cara penggunaan E-Procurement ini dapat digunakan di kantor pusat
maupun cabang secara merata.
2. Transfer karyawan dari pihak pusat yang sudah menggunakan E-
Procument kepada pihak kantor cabang sebagai mentor agar E-
Procument dapat di implementasikan penggunaannya di seluruh
kantor cabang mengingat banyak ke efisisenan yang dapat di peroleh
demi kinerja yang optimal
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan teknologi berbasis internet yang digunakan
perusahaan sebagai sarana meningkatkan layanan kepada customer dan
karyawan yang lebih baik dan transparansi public, berupa penerapan
system E-Procurement dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa, telah
emmbawa banyak manfaat juga bagi perusahaan terutama dalam hal
efektivitas dan efesiensi pengadaan barang dan jasa public.
Penerapan system E-Procurement yang dikembangkan oleh Bank
BTN (layanan perbankan) perusahaan sejak tahun 2017, memberikan salah
satu bukti bahwa penerapan system baru ini dalam hal pengadaan barang
dan jasa berbasis internet mempunyai berbagai masalah dan salah satunya
adalah kurang nya informasi dan pelatihan dalam menghadapi perubahan
system dan penggunaan system tersebut. Kekurangan informasi tersebut
membawa dampak berupa kesenjangan kemajuan digital antara
penggunaan system E-Procurement di kantor pusat dengan kantor cabang.
Kesenjangan dalam iplementasi system E-Procurement bukanlah
masalah sederhana yang dapat dibiarkan begitu saja sehingga hal tersebut
akan teratasi dengan sendirinya bila hal tersebut tidak di upayakan oleh
berbagai pihak. Kekurangan informasi yang berarti kurangnya pendidikan
mengenai system E-Procurement, perusahaan pun mengadakan berbagai
seminar dan pelatihan untuk karyawan dapat melakukan perkembangan
model aplikasi sitem E-Procurement tersebut demi pengoptimalan kinerja
user.
Keseluruhan hasil uji dalam penelitia ini menunjukkan bahwa
sebanyak 69,2% mengatakan setuju bahwa E-Procument pada Bank BTN
sudah berjalan dengan baik, dan mereka setuju proses pelaksanaa sistem
E-Procument sudah sesuai dengan tujuan yang di tetapkan. Karyawan juga
merasa sistem E-Procument pada Bank BTN dapat memudahkan
pengadaan barang dan jasa dan sebesar 69,2% setuju bahwa mereka
mengetahui perbedaan pengadaan barang dan jasa sebelum dan sesudah
adanya E-Procument. Namun faktanya juga yang didapatkan bahwa 53,8%
setuju sistem dalam proses pelaksanaan E-Procument yang terjadi saat ini
masih memiliki kekurangan pada Bank BTN. Pendapat karyawan sebagi
user juga didapatkan hasil bahwa 69,2% mengatakan setuju sistem E-
Procument sudah memperbaiki tingkat kecepatan waktu proses dari
pengadaan barang dan jasa dan 30,8% mengatakan tidak setuju sistem E-
Procument sudah memperbaiki tingkat kecepatan waktu proses dari
pengadaan barang dan jasa.
Dari data tersebut didapatkan hasil bahwa tidak semua user
merasakan adanya kekurangan lebih spesifik di bagian tingkat kecepatan
waktu proses dari pengadaan barang dan jasa, dimana sesuai teori
sesungguhnya bahwa system E-Procument ini dapat memudahkan
pekerjaan dan efesiensi bahkan dalam bidang penggunaan waktu. Hal
tersebut juga memungkinkan kurang pemaksimalan penggunaan , maka di
perlukan sosialisasi bagaimana system E-Procument ini dapat di
implementasi secara tepat dan dipahami merata oleh seuruh karyawan baik
di kantor pusat maupun di kantor cabang.
Dengan adanya hasil penelitian dari analisa data yang
pengembangan evaluasi diri dengan memperbanyak ilmu atau sosialisasi
tersebut, Maka dapat disimpulkan bahwa implementasi system E-
Procument yang sedang dijalankan oleh Bank BTN saat ini akan dikatakan
berhasil jika seluruh karyawan sudah merasa bahwa keefisienan
penggunaan system E-Procument ini sudah merata di berbagai lini
perkantoran baik yang di kantor pusat maupun di kantor cabang sehingga
penediaan barang dan jasa tersebut dapat diatasi.
Sesuai dengan tujuan penelliti bahwa ini merupakan penelitian
evaluasi, maka dengan adanya pendapat kurangnya sosialisasi tersebut,
dapat ditentukan tindakan apa yang seharusnya diambil oleh para user dan
pengembang system E-Procument yaitu divisi pengadaan dan penyediaan
barang/jasa.

B. SARAN
Berdasarkan beberapa keterbatasan penelitian dan hasil yang didapat dari
penelitian ini, maka saran yang bisa penulis berikan diantaranya :
1. Melihat hasil penelitian yang berupa kekurangan informasi sehingga
timbulnya perbedaan persepsi dalan ke efektifitas penggunaan system
E-Procument yang digunakan user dan penyediaan barang dan jasa,
sebaiknya Bank BTN dapat lebih meningkatkan sosialisai dan
workshop system E-Procument yang sedang berjalan.
2. Adanya kesenjangan digital yang terjadu pada sebagian besar penyedia
barang/jasa dan panitia pengadaan, dapat disebabkan oleh berbagai hal
misalnya langkanya vemdor yang sudah memakai system yang sama,
kebiasaan penggunaan teknologi yang memadai dalam hal akses
internet, hendaknya menjadikan mereka yang terlibat dalam kegiatan
pengadaan barang dan jasa meningkatkan upaya dalam mengatasi
kendala tersebut. Kesadaran akan keterbukaan teknologi menjadi unsur
utama dalam penerepan system E-Procument.
3. Perubahan system konvensional ke system on-line tentunya membawa
dampak bagi semua pihak yang selama ini terlibat dalam suatu
kegiatan pengadaan barang dan jasa. Hal ini juga yang terjadi pada
kegiataan pengadaan barang dan jasa di lingkup perkantoran. Bisa jadi
bahwa sitem konvensional menjadi cara yang paling baik bagi
beberapa pihak yang kurang setuju dengan system baru, sedangkan
tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa pihak yang lain lebih
memilih system baru karena boleh manfaat secara langsung karena
mengingkan system ini menggunakan media elektronik yang paper less
sehingga ramah lingkungan. Untuk itu masih memungkin bagi
perusahaan untuk menguji keefktivitasan dan efesiensi pengadaan
barang dan jasa diukur dari system yang digunakan secara berkala.
4. Keberhasilan sebuah system baru akan dapat diukur dengan jelas bila
dari sisi waktu implementasi dan proses penerapannya telah berjalan
cukup matang dan sesuai rencana. Maka perlu dilakukan seminar dan
workshope secara berkala guna mengasah dan menambah ilmu dalam
implementasi system E-Procument
Daftar pustaka

Indah Sutria Dewi, N., Sujana, E. S., Aristia Prayudi, M., & Jurusan Akuntansi
Program, A. S. (2017). Pengaruh Faktor-Faktor Keberhasilan Pada
Implementasi E-Procurement Terhadap Pencegahan Fraud (Studi Pada
Pemerintah Kabupaten Badung). Tahun, 8(2).

Anda mungkin juga menyukai