Anda di halaman 1dari 13

NAMA : FADHILLA RAHMI

NIM : 1913030061

MATKUL : Dasar-Dasar Hukum Ketatanegaraan Islam

JURUSAN : Hukum Tata Negara- B

Resume (Ayat-Ayat Tentang Prinsip-Prinsip dan Persyaratan Pemimpin)

A. Beriman Kepada Allah: Q.S Al-Maidah(5): 55

َ ُ‫صلَ ٰوةَ َوي ُۡؤت‬


َ‫ون ٱل َّز َك ٰوة‬ َّ ‫ون ٱل‬
َ ‫ين يُقِي ُم‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬
َ ‫وا ٱلَّ ِذ‬ َ ‫إِنَّ َما َولِيُّ ُك ُم ٱهَّلل ُ َو َرسُولُهۥُ َوٱلَّ ِذ‬
٥٥ ‫ُون‬ َ ‫َوهُمۡ ٰ َر ِكع‬

Artinya:
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk
(kepada Allah) (Q.S Al-Maidah(5): 55

Mufradat
‫هّٰللا‬
ُ ‫ = إِنَّ َما َولِيُّ ُك ُم‬sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah
َ‫ = َوالَّ ِذ ْين‬dan orang-orang
َ‫ = يُقِ ْي ُموْ ن‬melaksanakan
َ‫ = َوي ُْؤتُوْ ن‬dan menunaikan
َ‫ = َرا ِكعُوْ ن‬tunduk (kepada Allah)

Asbabun Nuzul

Ayat di atas diturunkan untuk Imam Ali AS sehubungan dengan peristiwa dimana Beliau
memberikan sedekah kepada seorang peminta-minta ketika sedang ruku’ dalam shalat. Ada
banyak hadis yang menjelaskan tentang Asababun Nuzul ayat ini . Di antara hadis-hadis
tersebut ada yang shahih dan dhaif ,walaupun begitu As Suyuthi salah seorang Ulama Ahlus
Sunnah dalam Kitabnya Lubab An Nuqul Fi Asbabun Nuzul menyatakan bahwa sanad hadis
tersebut saling kuat-menguatkan.

Diriwayatkan oleh ath-Thabarani di dalam kitab al-Ausath-dalam sanadnya terdapat rawi


yang tidak dikenal- yang bersumber dari ‘Ammar bin Yasir. Hadits ini diperkuat oleh hadits-
hadits:

1. Yang diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq dari ‘Abdulwahhab bin Mujahid, dari bapaknya,
yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas.

2. Yang diriwayatkan oleh Ibnu Marduwaih melalui rawi lain, yang bersumber dari Ibnu
‘Abbas.
3. Yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardiwaih yang bersumber dari ‘Ali. 4. Yang diriwayatkan
oleh Ibnu Jarir dari Mujahid, dari Inu Abi Hatim, yang bersumber dari Salamah bin Kuhail.
Hadits-hadits tersebut saling menguatkan. Bahwa ketika seorang peminta-minta datang
kepada ‘Ali bin Abi Thalib yang pada waktu itu sedang shalat tathawwu’ (sunat), ia
tanggalkan cincinnya dan menyerahkannya kepada si peminta-minta. Maka turunlah ayat ini
(al-Maa-idah: 55) yang mengemukakan beberapa ciri pemimpin yang wajib ditaati.

Tafsir

Dalam ayat ini Allah menegaskan lagi masalah wali, yaitu penolong dan pelindung orang
mukmin tidak lain hanyalah Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin sendiri.
Penegasan ini dimaksudkan agar orang mukmin jangan ragu dan lemah pendirian, karena
bisikan dan bujukan orang-orang yang lemah iman.

Mereka hendaklah berpendirian teguh, yakin dalam perjuangan, tidak menggantungkan


harapan kepada orang lain, selain kepada sesama mukmin dan tidak meminta pertolongan,
selain mengharapkan pertolongan Allah semata-mata.

Ayat ini menjelaskan sifat-sifat orang mukmin yang akan dijadikan pemimpin dan penolong.
Jangan sembarang orang mengaku mukmin, sebab banyak juga orang hanya mengaku
mukmin di mulut, tetapi dalam amal perbuatannya sehari-hari memperlihatkan perbuatan
orang munafik.

Kadang-kadang dia turut mengerjakan ibadah, seperti mengerjakan salat, puasa dan lain-lain,
tetapi hanya sekadar untuk menarik perhatian orang mukmin saja, sekadar berpura-pura saja,
bukan keluar dari hati sanubarinya.

Perbuatan mereka banyak didorong oleh rasa ria ingin dipuji dan dilihat orang, mereka sedikit
sekali ingat dan tunduk kepada perintah Allah. Terhadap orang-orang seperti ini haruslah
berhati-hati menghadapinya, lebih-lebih dalam menjadikan mereka sebagai pemimpin dan
penolong.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi’ ibnu Sulaiman Al-
Muradi, telah menceritakan kepada kami Ayyub ibnu Suwaid, dari Atabah ibnu Abu Hakim
sehubungan dengan firman-Nya: sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah. Rasul-Nya,
dan orang-orang yang beriman. (Al Maidah:55) Bahwa mereka adalah orang-orang mukmin
dan Ali ibnu Abu Talib.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, telah menceritakan kepada
kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Galib ibnu Abdullah, bahwa ia pernah
mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya penolong
kalian hanyalah Allah Rasul-Nya. (Al Maidah:55) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali
ibnu Abu Talib r.a. yang mengeluarkan sedekah ketika sedang rukuk dalam salatnya.1

Hadist

1
http://tafsiralquran.id
َ ‫يرةٌ إِاَّل َعلَى ۡٱل ٰ َخ ِش ِع‬
٤٥ ‫ين‬ َ ِ‫صلَ ٰو ۚ ِة َوإِنَّهَا لَ َكب‬ ْ ُ‫ٱستَ ِعين‬
َّ ‫وا بِٱلص َّۡب ِر َوٱل‬ ۡ ‫َو‬
Artinya:

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu´

Dan mintalah pertolongan atas segala urusan kalian melalui  kesabaran dengan seluruh
jenisnya dan juga shalat, sesungguhnya hal tersebut  amat berat kecuali bagi orang-orang
yang khusyu. Yaitu orang  yang takut kepada Allah dan mengharapkan apa-apa yang ada di
sisi-Nya, serta meyakini bahwa mereka benar-benar akan berjumpa dengan Tuhan mereka
setelah  kematian, dan bahwasanya mereka akan kembali kepadanya pada hari kiamat untuk
menghadapi perhitungan dan pembalasan amal perbuatan mereka.

Kesimpulan

Barangsiapa yang termasuk orang beriman, tetapi tidak melakukan shalat dan mengeluarkan
zakat, maka mereka tidak berhak memegang segala bentuk kendali kepemimpinan dan
memerintah atas orang-orang Mukmin. Shalat bukan penghalang bagi seseorang untuk
memberikan bantuan kepada kaum fakir miskin. Ayat ini menyatukan shalat dan zakat.

B. Q.S AL-Furqan(25): 74

‫ين‬ ۡ ‫ون َربَّنَا هَ ۡب لَنَا ِم ۡن أَ ۡز ٰ َو ِجنَ ا َو ُذرِّ ٰيَّتِنَ ا قُ َّرةَ أَ ۡعي ُٖن َو‬
َ ِ‫ٱج َع ۡلنَ ا لِ ۡل ُمتَّق‬ َ ‫َوٱلَّ ِذ‬
َ ُ‫ين يَقُول‬
٧٤ ‫إِ َما ًما‬
Artinya:

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.

Mufradat

‫ = والذين‬dan orang-orang yang

‫( = يقولون‬mereka) berkata

‫ = هب‬anugerahkan

‫ = وذريتنا‬dan keturunan kami

‫ = واجعلنا‬dan jadikanlah kami

‫ = للمتقين‬bagi orang-orang yang bertakwa

Tafsir
Tafsir Al-Mukhtashar
Dan juga orang-orang yang memohon kepada Allah dengan mengatakan, “wahai Tuhan
Kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan anak-anak kami apa yang dapat
menyejukkan pandangan mata kami yang disitu kami memperoleh kenyamanan hidup dan
kebahagiaan, dan jadikanlah kami teladan baik yang diikuti oleh orang-orang yang bertakwa
dalam kebaikan.”

Ibnu Katsir berkata, “Mereka (hamba yang beriman) berdo’a kepada Allah agar mendapatkan
keturunan yang taat kepada Allah dan menyembah Allah semata tidak berbuat syirik kepada-
Nya.”. Yang orang beriman harap adalah mendapatkan keturunan yang rajin ibadah dan
bertauhid kepada Allah, bukan keturunan yang berbuat syirik.2

Hadist

Ayat ini mengisyaratkan bahwa, pada prinsipnya boleh-boleh saja seseorang memohon
kepada Allah agar dijadikan imam (pemimpin). Karena ia memohon kepada Allah maka
harus menjalankan kepemimpinannya sesuai keinginan Allah. yang dilarang adalah orang
orang yang meminta jabatan yang tidak dapat menjalankan, karena tidak mempunyai potensi
dan kemampuan. Sebagaimana yang diungkapkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Yahya
bin Yahya dari Mughirah bin Abdurrahman al-Hizami dari Abu Zinad dari al- A‟raj dari Abu
Hurairah dari Rasulullah Saw. Nabi bersabda:

‫عن يحى بن يحى اخبر نا المغيره بن عبد الر حمن الحز امى عن ا بى الز نا د عن اال عر ا ج عن ابى هر يرة عن النى‬
‫صلعم قا ل من اطا ع هللا ومن عصا نى فقد عصى هللا ومن يطع اال مير فقد اطا عنى ومن يعص اال مير عصا نى (رواه‬
)‫البخا ر ى مسلم‬

Artinya: ” Barang siapa yang taat kepadaku, niscaya Dia taat kepada Allah. Dan barang siapa
yang durhaka kepadaku, niscaya Dia akan durhaka kepadaku. Barang siapa yang ta‟at kepada
pemimpin, niscaya Dia akan ta‟at kepadaku. dan barang siapa durhaka kepada pemimpin,
niscaya Dia durhaka kepadaku.”

Ibnu Abbas, Al-Hasan As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa yang
dimaksud ialah para pemimpin yang mengikuti kami dalam kebaikan.

Selain mereka mengatakan, yang dimaksud ialah para pemberi petunjuk yang mendapat
petunjuk dan para penyeru kebaikan; mereka menginginkan agar ibadah mereka berhubungan
dengan ibadah generasi penerus mereka, yaitu anak cucu mereka. Mereka juga menginginkan
agar hidayah yang telah mereka peroleh menurun kepada selain mereka dengan membawa
manfaat, yang demikian itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik akibatnya. Karena itulah
disebutkan di dalam Sahih Muslim  melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
2
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, 1421 H.
َ ‫ أَ ْو‬،ُ‫ أَ ْو َعلَ ٍم َي ْنتَفِ ُع ِب ِه َمنْ َب ْع َده‬،ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬
"‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة‬ ٍ ‫"إِ َذا َماتَ ابْنُ آ َد َم ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِاَّل ِمنْ ثَاَل‬
َ ‫ َولَ ٍد‬:‫ث‬
ٍ ِ‫صال‬
Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak
saleh yang mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang bermanfaat sesudah dia tiada, atau
sedekah jariyah.

Kesimpulan

Dalam ayat ini, Allah memberikan suatu petunjuk yang sangat jelas bagi umat manusia, bagi
umat islam diseluruh dunia tentang membina visi rumah tangga muslim. Ada Empat hal yang
menjadi poin utama bagaimana Allah membimbing kita dalam hidup berumah tangga, yaitu
1. Pasangan
2. Keturunan
3. Menyejukan
4. Pemimpin umat

C. Tidak Fasiq: Q.S Al-Maidah(5) : 51

‫ض هُمۡ أَ ۡولِيَ ٓا ُء‬


ُ ‫ى أَ ۡولِيَ ٓا ۘ َء بَ ۡع‬ َ ٰ َّ‫وا ۡٱليَهُ و َد َوٱلن‬
ٓ ٰ ‫ص َر‬ ْ ‫وا اَل تَتَّ ِخ ُذ‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫۞ ٰيَٓأَيُّهَ ا ٱلَّ ِذ‬
ٰ
٥١ ‫ين‬َ ‫ض َو َمن يَتَ َولَّهُم ِّمن ُكمۡ فَإِنَّهۥُ ِم ۡنهُمۡۗ إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡه ِدي ۡٱلقَ ۡو َم ٱلظَّلِ ِم‬ ٖ ۚ ‫بَ ۡع‬

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin
bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi
pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Mufradat

‫ = اَل تَتَّ ِخ ُذوا‬janganlah kamu menjadikan

‫( = أَ ْولِيَا ۘ َء‬sebagai) pemimpin (mu)

‫ض ُه ْم‬
ُ ‫ = بَ ْع‬sebagian dari mereka

‫ = أَ ْولِيَا ُء‬adalah pelindung

‫ = اَل يَ ْه ِدي‬tidak memberi petunjuk

Asbabun Nuzul

Asbab al-Nuzul surat ini, surat al-Maidah ayat 51 turun berkaitan dengan peristiwa Abdullah
bin Ubay bin Salul, seorang tokoh munafik Madinah dan Ubadah bin Shamit, seorang tokoh
Muslim dari Bani Khazraj terlibat saling perjanjian untuk saling membela dengan kaum
Yahudi Qainuqa, yang ketika itu Bani Qainuqa baru terlibat pertempuran dengan Rasulullah
Saw, Ubadah bin Shamit berangkat menghadap Rasulullah SAW untuk membersihkan diri
dari ikatan perjanjian dengan kaum Yahudi tersebut, dia ingin berlindung di bawah naungan
Allah dan Rasulnya, tetapi di lain pihak Abdullah bin Ubay menyatakan bahwa dia tidak
ingin membatalkan perjanjian tersebut. Dan tenyata Abdullah bin Shamit tidak bisa
memegang perjanjian dengan kaum Yahudi tersebut dan tidak pula secara terang-terangan
berpihak kepada umat Islam.3

Munasabah Ayat

Kaitan antar-ayat ini dengan ayat-ayat sebelumnya (ayat 51-53) adalah tentang adanya orang
yang beriman menjadikan orang Nasrani dan Yahudi sebagai wali (pemimpin, pelindung,
sahabat dekat, atau orang kepercayaan). Kemudian ditegaskan bahwa barang siapa
melakukan hal itu, maka ia termasuk golongan mereka. Setelah itu, akan terlihatlah
orangorang nifaq (munafiq) yang mendekati Yahudi dan Nasrani meminta perlindungan
kepada mereka. Orang-orang yang seperti itu akan dihapus seluruh amalnya dan menjadi sia-
sia segala sesuatu yang mereka lakukan.

Dalam ayat ini (ayat 54) digambarkan bahwa kejadian yang lebih parah akan terjadi yaitu
murtadnya orang-orang Islam. dari empat ayat ini dapat disimpulkan bahwa sebelum
seseorang murtad (keluar dari Islam), pertama akan diawali oleh menjadikan orang Yahudi
dan Nasrani sebagai wali, kemudian pada tahap kedua adanya ketakutan datangnya bencana
sehingga meminta perlindungan kepada mereka (Yahudi dan Nasrani), barulah pada tahap
ketiga terjadilah peristiwa murtad.

Tafsir

Pada tafsir al-Misbah, penafsiran Surat al-Maidah ayat 51 arti kata perkata serta
pengembangan dari artikata tersebut dibahas secara detail, bertujuan untuk menemukan
kejelasan dan ketepatan dalam menafsirkan ayat dalam ayat yang ditafsirkan. Dalam
perspektif ayat ini, kata awliya’ diartikan sebagai pemimpin. Pada hakikatnya arti tersebut
bukanlah arti yang sebenarnya. Kata ‫ اولياء‬adalah bentuk jamak dari kata ‫ )ولي‬waly). Kata ini
diambil dari akar kata yang terdiri dari huruf wawu, lam dan ya’ dengan arti dasar dekat.2
Selanjutnya pemahaman dari arti kata tersebut berkembang seperti, pendukung, pembela,
pelindung, yang mencintai, lebih utama dan lain sebagainya dengan ikatan makna kedekatan.
Ayah bagi seorang anak adalah waliy, karena ayah dekat dengan anak. Waliyullah di
predikatkan pada seorang yang amat taat dan tekun beribadah kepada Allah, karena dekatnya
dia dengan Allah. Seorang yang sangat dekat dan karib dengan sahabatnya, saling terbuka
dan tidak ada lagi saling menyimpan rahasia, dimakan waliy karena kedekatan mereka.

Makna ini tidak juga terealisasi pada pemaknaan pemimpin. Pemimpin seharusnya dekat
dengan yang dipimpin (rakyat dan bawahan), dan seharusnya seorang pemimpin yang
pertama kali mendengar keluhan dari rakyatnya dan yang pertama kali memberikan bantuan.
Dengan demikian kata awliya’ dalam ayat ini mencakup semua pengembangan makna yang
telah disebutkan.

3
A. Mudjah Mahalli, Azbabun-Nuzul, Studi Pendalaman al-Qur’an
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah mengutip pendapatnya Thaba’thaba’i mengenai
awliya’. Menurut Thaba’thaba’i kata awliya’ mempunyai makna sebuah bentuk kedekatan
dari sesuatu yang menjadikan jarak dengan yang lain hilang, dan dari sesuatu yang berjarak
menjadi mendekat, sehingga tujuan yang didekati menjadi tidak berjarak. Pada konteks
ketaqwaan dan pertolongan, maka kata awliya’ bisa bermakna penolong. Jika dalam konteks
pergaulan dan kasih sayang, awliya’ adalah sosok yang menarik jiwa seseorang dan tidak ada
lain kecuali dia seorang saja, permintaannya dipenuhi, kehendannya dituruti dan perintahnya
diikuti. Pada konteks kekeluargaan, awliya’ yang mewarisi tidak ada yang bisa mengahalagi
pewarisan itu.4

Pemahaman makna awliya’ pada konteks ayat ini berkonotasi global, fokusnya adalah bahwa
awliya’ lebih pada peleburan perbedaan menjadi sebuah rasa kasih dan sayang, menyatunya
jiwa, tak ada perselisihan dan kemiripan tingkah laku. Sehingga dua orang yang saling
mencintai sama halnya dengan satu jiwa, satu perbuatan dan satu kehendak dengan satu
perbuatan tanpa perbedaan dalam kehidupan dan pergaulan. Hal ini dinyatakan juga dalam
ayat tersebut bahwa: “barang siapa diantara kamu yang menjadikan mereka awliya’ maka dia
termasuk bagian dari mereka”. Dengan kata lain bahwa dia termasuk golongan yang
dicintainnya, dipilihnya, dan atau ditiru sikapnya.

Memilih awliya’ dari non-Muslim dalam ayat ini dilarang, Quraish Shihab menyampaikan
pernyataan ini dalam Al-Qur’an antara lain, pertama, larangan tegas dengan pernyataan
bahwa janganlah menjadikan Yahudi dan Nashrani sebagai pemimpin. Kedua, mereka
(Yahudi dan Nashrani) adalah pemimpin sebagian yang lain, dan ketiga, ancaman bagi yang
menjadikannya pemimpin adalah termasuk dari golongannya. Akan tetapi larangan tersebut
diatas tidak bersifat mutlak, demikian pula tidak mutlak pada pengembangan makna yang
dikandung dalam kata awliya’.

Senada dengan pemikiran Quraish Shihab mengenai pemaknaan dari kata awliya’
sebagaimana disampaikan oleh al-Sya’rawi dengan lebih spesifik. Menurut al-Sya’rawi kata
awliya’ terkadang di-idhofah (sandar) kan kepada Allah sebagai Khaliq dan terkadang kepada
makhluk. Namun sesungguhnya Allah SWT melalui metode-Nya ingin mengangkat
pemimpin berdasarkan keimanan makhluk-Nya kepada diri-Nya. Barang siapa yang
menjadikan mereka penolong, dan Allah tidak akan memberikan pertolongan bagi orang yang
menjadikan non-Muslim sebagai pemberi pertolongan bagi mereka dan bisa memberikan
sesuatu untuk mereka (muslim). Allah memperingatkan kita menambahkan penjelasan
dengan ayat setelahnya, itu artinya menjauhkan harapan untuk meminta pertolongan pada
orang kafir dan menjadikan diantara penolong/pemimpin.5

Hadist

َ َ‫وا ۡٱل ِك ٰت‬


‫ب‬ ْ ُ‫ين أُوت‬
َ ‫وا ِدينَ ُكمۡ هُ ُز ٗوا َولَ ِعبٗ ا ِّم َن ٱلَّ ِذ‬ْ ‫ين ٱتَّ َخ ُذ‬ ْ ‫وا اَل تَتَّ ِخ ُذ‬
َ ‫وا ٱلَّ ِذ‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
٥٧ ‫ين‬ َ ِ‫وا ٱهَّلل َ إِن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمن‬ َ َّ‫ِمن قَ ۡبلِ ُكمۡ َو ۡٱل ُكف‬
ْ ُ‫ار أَ ۡولِيَٓا ۚ َء َوٱتَّق‬

4
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 3, 123, dan lihat Husain Thaba’thaba’i, Al-Mizan fi Tafsir Al-Quran
5
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an dan Rasionalitas al-Qur’an: Studi Kritis Tafsir al-Manar 99.
Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang
yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang
telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.

Kesimpulan

Ayat ini adalah satu dari belasan ayat yang berhubungan dengan larangan mengangkat
pimpinan dari kalangan non muslim. Oleh karena itu, penafsirannya harus dipadukan satu
sama lain. Kecuali itu, penafsiran surah Al-Maidah ayat 51 ini pun tidak bisa hanya sepotong
ayat. Sebab, potongan ayat selanjutna (sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian
yang lain) adalah alasan atau dasar adanya larangan tersebut.

D. Hadist Tentang Larangan Meminta Jabatan

‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫ي عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ عَنْ النَّبِ ِّي‬


َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ِّ ‫س ِعي ٍد ا ْل َم ْقبُ ِر‬
َ ْ‫ب عَن‬ ٍ ‫س َح َّدثَنَا ابْنُ أَبِي ِذ ْئ‬ َ ُ‫َح َّدثَنَا أَ ْح َم ُد بْنُ يُون‬
‫ستْ ا ْلفَا ِط َمةُ َوقَا َل ُم َح َّم ُد بْنُ بَشَّا ٍر‬ َ ‫ض َعةُ َوبِ ْئ‬ ِ ‫ستَ ُكونُ نَدَا َمةً يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة فَنِ ْع َم ا ْل ُم ْر‬
َ ‫ست َْح ِرصُونَ َعلَى اإْل ِ َما َر ِة َو‬ َ ‫إِنَّ ُك ْم‬
ُ‫ي عَنْ ُع َم َر ْب ِن ا ْل َح َك ِم عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ قَ ْولَه‬ ِّ ‫س ِعي ٍد ا ْل َم ْقبُ ِر‬َ ْ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُح ْم َرانَ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ا ْل َح ِمي ِد بْنُ َج ْعفَ ٍر عَن‬
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Dzi'b dari Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau bersabda: “ kalian akan rakus terhadap jabatan, padahal
jabatan itu akan menjadi penyesalan dihari kiamat, ia adalah seenak-enak
penyusuan dan segetir-getir penyapihan”. Muhamad bin Basyar berkata; telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Humran telah menceritakan kepada
kami Abdul Hamid bin Ja'far dari Sa'id Al Maqburi dari Umar bin Al Hakam dari Abu
Hurairah seperti diatas.6

Kandungan Hadits
1) Mengemban jabatan kekuasaan merupakan sebuah tanggung jawab yang teramat
besar karena akan menimbulkan celaan, penyesalan dan siksaan di hari kiamat kelak.
Kecuali bila ia mengembannya berlaku adil dan melaksanakan semua kewajibannya.
Akan tetapi orang seperti ini sangatlah sedikit. Bagaimana mungkin ia mampu berbuat
adil jika sebuah perkara berkaitan dengan kerabat, sahabat, dan orang-orang yang ia
cintai.
2) Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin t berkata, “Seseorang yang meminta jabatan seringnya
bertujuan untuk meninggikan dirinya di hadapan manusia, menguasai mereka,
memerintah dan melarangnya. Tentunya tujuan yang demikian ini jelek adanya. Maka
sebagai balasannya, ia tidak akan mendapatkan bagiannya di akhirat. Oleh karena itu,
seseorang dilarang untuk meminta jabatan.” (Syarh Riyadhush Shalihin, 2/469)

6
 http://www.asysyariah.com/syariah/hadits/712-hukum-meminta-jabatan-hadits-edisi-6.html
3) Bagi siapa yang meminta jabatan pemerintahan maka ia tidak boleh diberi jabatan
itu. Islam tidak memberikan jabatan kekuasaan kepada orang yang memintanya,
menginginkannya dan berambisi untuk mendapatkannya. Orang yang paling berhak
mendapatkan jabatan kekuasaan adalah orang yang menjauhkan diri dan tidak suka
menerimanya.
4) Dalam Syarah Ijmali
Secara umum hadis ini menunjukkan larangan dari meminta jabatan, dengan
ungkapan yang indah seperti tersebut dalam hadis ini. Ada sebuah ancaman yang jelas
bagi orang-orang yang memaksa untuk meminta jabatan, yaitu engkau ditinggalkan
oleh Allah SWT, lalu dirimu dikuasai oleh setan, maka setan akan menjerumuskanmu
kepada hal-hal yang tidak diperbolehkan syari’at islam. Sedangkan pertolongan yang
menyelamatkan itu semuanya pasti dari Allah SWT (secara hakikat). Dari ungkapan
yang Rasululloh SAW ucapkan dalam hadis ini menunjukkan bahwa hukum asal dari
meminta jabatan itu dilarang, dan setiap yang dilarang itu hukumnya adalah haram,
sebagaimana yang disebutkan dalam qawa’idh ushul fiqih bahwa hukum asal yang
dilarang itu menunjukkan kepada haram, kecuali ada dalil yang memalingkannya.
5) Barangsiapa diangkat untuk mengemban suatu jabatan dengan tanpa memintanya
maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan menyiapkan
untuknya seorang penasehat shalih yang dapat menyuruh dan membantunya dalam
berbuat makruf serta melarang dan berusaha untuk menjauhkan dirinya dari perbuatan
mungkar.
6) Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam kitab Fathul Baari (XIII/126), "Sesungguhnya
para pemimpin yang hanya merasakan kenikmatan dan kebahagiaan dari jabatannya
serta tidak pernah mendapatkan kesusahan dan kesulitan, maka semasa di dunia ia
harus dipecat dari jabatan hingga ia merasakan kesulitan, maka semasa di dunia ia
harus dipecat dari jabatan hingga ia merasakan kesulitan, atau ia akan mendapat
siksaan yang lebih berat di akhirat nanti. Nasallahu al-'afwa (kita memohon ampunan
kepada Allah). Saya katakan, "Inilah maksud dari sabda Rasulullah saw, "Sungguh
hal itu ibarat sebaik-baik penyusuan dan dan sejelek-jelek penyapihan'."
7) Beliau juga menukil perkataan al-Muhallab dalam Fathul Baari (XIII/126),
"Ambisi untuk mendapatkan suatu jabatan merupakan penyebab timbulnya
peperangna di kalangan manusia hingga terjadi pertumpahan darah dan perampasan 
harta, pemerkosaan dan penyebab utama terjadinya kerusakan besar di muka bumi."
Saya katakan, "Inilah makna dari sabda Rasulullah saw, 'Kalian nantinya akan
berambisi untuk menjadi penguasa...,7

Kesimpulan
a. Hakim adalah orang yang memutuskan hukum di pengadilan disebut juga
dengan Qadhi, yang merupakan pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh
Undang-Undang untuk mengadili
b. Peranan hakim menjadi kunci dari citra yang diemban dari lembaga peradilan,bila
hakim-hakim yang ada merupakan representasi dari orang yang memiliki akhlak yang
baik maka citra peradilan akan menjadi baik pula,akan tetapi bila terdapat hakim yang
7
Effendi, Satria Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana
kurang mencerminkan akhal yang baik,maka citra peradilan pun akan tercoreng
dengan olah dari oknum hakim tersebut.
c.Meminta jabatan merupakan larangan keras oleh Allah , sebab jika diberi jabatan
dengan meminta, maka akan ditelantarkan oleh Allah, akan tetapi jika diberi jabatan
tanpa meminta, maka akan ditolong oleh Allah .8

E. Q.S Ali Imran: 28 dan 118


Ayat 28:

‫س‬ َ ِ‫ين َو َمن يَ ۡف َع ۡل ٰ َذل‬


َ ‫ك فَلَ ۡي‬ َ ۖ ِ‫ون ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬ ِ ‫ين أَ ۡولِيَ ٓا َء ِمن ُد‬ َ ‫ون ۡٱل ٰ َكفِ ِر‬َ ُ‫اَّل يَتَّ ِخ ِذ ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬
ۗ
‫ص ي ُر‬ ِ ‫وا ِم ۡنهُمۡ تُقَ ٰى ٗة َوي َُح ِّذ ُر ُك ُم ٱهَّلل ُ نَ ۡف َس ۗۥهُ َوإِلَى ٱهَّلل ِ ۡٱل َم‬
ْ ُ‫ِم َن ٱهَّلل ِ فِي َش ۡي ٍء إِٓاَّل أَن تَتَّق‬
٢٨

Artinya:
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah
ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.
Dan hanya kepada Allah kembali(mu).

Ayat: 118

ۡ‫وا َم ا َعنِتُّم‬ ْ ‫وا بِطَانَ ٗة ِّمن ُدونِ ُكمۡ اَل يَ ۡألُونَ ُكمۡ َخبَ ااٗل َو ُّد‬ ْ ‫وا اَل تَتَّ ِخ ُذ‬ ْ ُ‫ين َءا َمن‬َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
‫ت إِن‬ ِ ۖ َ‫ص ُدو ُرهُمۡ أَ ۡكبَ ۚ ُر قَ ۡد بَيَّنَّا لَ ُك ُم ٱأۡل ٓ ٰي‬ َ ‫ت ۡٱلبَ ۡغ‬
ُ ‫ضٓا ُء ِم ۡن أَ ۡف ٰ َو ِه ِهمۡ َو َما تُ ۡخفِي‬ ِ ‫قَ ۡد بَ َد‬
١١٨ ‫ون‬ َ ُ‫ُكنتُمۡ تَ ۡعقِل‬

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-
hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.9

Mufradat ayat 28
‫ = يتخذ‬mengambil/menjadikan
‫ = أولياء‬pemimpin
‫ = ومن‬dan barang siapa
8
Biek, Syaikh Muhammad al-Khudari Terjemahan Ushul Fikih  Pustaka Amani
9
Departemen Agama RI., Al Quran dan Terjemahnya, Yayasan Penerjemah Al Quran,
‫ = تتقوا‬kamu memelihara diri

Mufradat ayat 118


‫ = دونكم‬selain kamu/diluar golonganmu
‫ = يألونكم‬mereka henti-hentinya kepadamu
‫ = خباال‬menarik/menimbulkan kemudharatan
‫ = عنتم‬menyusahkan kamu

Asbabun Nuzul Ayat 28


1. Dalam  tafsir AtTabari (3/228) dikatakan bahwa ayat ini turun berkaitan dengan
Al-Hajjaj bin Amr, yang mempunyai teman orang-orang Yahudi yaitu Ka’ab bin
Al-Asyraf, Ibnu Abi Haqiq dan Qais bin Zaid kemudian ada beberapa sahabat
yang menasehatinya dan berkata :”Jauhilah mereka dan engkau harus berhati-hati
karena mereka nanti akan memberi fitnah kepadamu  tentang agama dan kamu
akan tersesatkan dari jalan kebenaran.”  Namun sahabat yang dinasehati
mengabaikan nasehat ini, dan mereka masih tetap memberi sedekah kepada
orang-orang Yahudi dan bersahabat dengan mereka, maka kemudian turun ayat
tersebut.
2. Sedangkan dalam tafsir Al-Qurthubi (4/58) disebutkan bahwa  Ibnu
Abbas a berkata bahwasanya ayat ini turun kepada Ubadah bin Shamit,
bahwasanya beliau mempunyai beberapa sahabat orang Yahudi dan ketika
Nabi n keluar bersama para sahabatnya untuk berperang (Ahzab) Ubadah berkata
kepada Rasulullah “wahai Nabi Allah aku mambawa lima ratus orang Yahudi 
mereka akan kelur bersamaku dan akan ikut memerangi musuh.” Maka kemudian
turunlah ayat tersebut.
3. Ayat ini turun berkaitan dengan orang yang beriman (Al-Hajjaj bin Amr), yang
mempunyai teman orang-orang Yahudi yaitu Ka’ab bin Al-Asyraf (pemuka
Yahudi yang terkenal sebagai penafsir), Ibnu Abi Haqiq dan Qais bin Zaid
kemudian ada beberapa sahabat (Rifa’ah bin Al-Mundzir, Abdullah bin Zubair
dan Sa’ad bin Khattamah) yang berkata :”Jauhilah mereka dan kalian harus
berhati-hati karena mereka nanti akan memberi fitnah kepada kalian tentang
agama kalian dan kalian akan tersesatkan dari jalan kebenaran,  para sahabat yang
laianya mengabaikan nasehat tersebut begitu saja, dan mereka masih tetap
memberi sedekah kepada orang-orang Yahudi dan bersahabat dengan mereka,
maka turunlah ayat ini ”.

Asbabun Nuzul Ayat 118

Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya


(Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Ibnu Jarîr dalam Jâmi’ al-Bayâni fi at-
Ta’wîl al-Qur’âninya, dan menisbahkan kepada Muhammad ibn Ishâq dalam Tafsîr
Muhammad Ibn Ishâqnya:
“Dikemukakan oleh Ibnu Jarîr dan Ibnu Ishaq yang bersumber dari ‘Abdullah bin ‘Abbas.
‘Abdullah bin ‘Abbas berkata: “Ada beberapa orang laki-laki muslim yang mengadakan
hubungan erat dengan beberapa orang laki-laki Yahudi, karena dahulu pada zaman Jahiliyah
pernah menjadi tetangga dan bersekutu dalam berbagai peperangan. 

Tafsir Ayat 28

Janganlah kamu -wahai orang-orang mukmin- menjadikan orang-orang kafir sebagai


pemimpin-pemimpin yang kalian cintai dan kalian bela dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia telah berlepas diri dari Allah dan
Allah pun telah berlepas diri darinya. Kecuali jika kalian berada di wilayah kekuasaan
mereka sehingga kalian mencemaskan keselamatan diri kalian, maka tidak ada salahnya
apabila kalian menghindari kejahatan mereka dengan menunjukkan kelembutan dalam
berbicara dan keramahan dalam bersikap, dengan tetap menyimpan rasa permusuhan dengan
mereka. Allah memperingatkan kalian agar takut kepada-Nya. Dan janganlah kalian
menjerumuskan diri kalian ke dalam murka-Nya dengan cara melakukan perbuatan maksiat.
Hanya kepada Allah sajalah tempat kembalinya seluruh makhluk di hari kiamat untuk
menerima balasan atas amal perbuatan mereka.10

Tafsir Ayat 118

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang yang tidak
beriman sebagai kawan dekat atau teman setia yang kalian beritahu perihal rahasia-rahasia
dan urusan-urusan pribadi kalian. Karena mereka tidak pernah berhenti mengupayakan
kehancuran dan kerusakan perkara kalian. Mereka senantiasa mengharapkan terjadinya
sesuatu yang merugikan dan menyulitkan kalian. Rasa benci dan permusuhan terlihat jelas
melalui ucapan-ucapan mereka yang menjelek-jelekkan agama kalian, mengadu domba
kalian, dan menyebarkan rahasia-rahasia kalian. Tetapi kebencian yang mereka sembunyikan
di dalam dada mereka jauh lebih besar. Kami telah menjelaskan kepada kalian -wahai orang-
orang mukmin bukti-bukti nyata yang menunjukkan kemaslahatan kalian di dunia dan di
akhirat, jika kalian memahami apa yang Rabb kalian turunkan kepada kalian.11

Hadist

‫ارات‬ َ ‫َواَل يجوز تَوْ لِيَة ال ِّذ ِّم ّي فِي َش ْيء من واليات ْال ُمس لمين إِاَّل فِي جباي ة ْال ِج ْزيَ ة من أه ل ال ِّذ َّمة أَو جباي ة َم ا ي ُْؤ َخ ذ من تِ َج‬
‫ َواَل تَوْ لِيَة َش ْيء من أُ ُم ور‬،‫ فَأَما َما يجبى من ْال ُمسلمين من خراج أَو عشر أَو غير َذلِك فَاَل يجوز تَوْ لِيَة ال ِّذ ِّم ّي فِي ِه‬.‫ْال ُم ْشركين‬
.‫لن يَجْ َعل هللا ْلل َكافِ ِرينَ على ْال ُمؤمنِينَ َسبِيال} َومن ولى ِذ ِّمي ا على ُمس لم فق د جع ل لَ هُ َس بِيال َعلَ ْي ِه‬ْ ‫ { َو‬:‫ قَا َل تَ َعالَى‬،‫ْال ُمسلمين‬
Tidak boleh mengangkat dzimmi untuk jabatan apapun yang mengatur umat Islam kecuali
untuk memungut upeti penduduk kalangan dzimmi atau untuk memungut pajak transaksi
jual-beli penduduk dari kalangan musyrikin. Sedangkan untuk memungut upeti, pajak seper
sepuluh, atau retribusi lainnya dari penduduk muslim, tidak boleh mengangkat kalangan
dzimmi sebagai aparat pemungut retribusi ini. Dan juga tidak boleh mengangkat mereka
.untuk jabatan apapun yang menangani kepentingan umum umat Islam

10
Ibnu Kas\i>r ad-Dimasyqi, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}i>m (Beirut: Dar alFikr, 1992), I/439
11
Ridwan Yahya, Kepimpinan dalam Al Quran, h. 62.
ٖ ۚ ‫ضهُمۡ أ ۡولِيَ ٓا ُء بَ ۡع‬
‫ض َو َمن‬ ٓ ٰ ‫ص َر‬
َ ُ ‫ى أَ ۡولِيَٓا ۘ َء بَ ۡع‬ َ ٰ َّ‫وا ۡٱليَهُو َد َوٱلن‬
ْ ‫وا اَل تَتَّ ِخ ُذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬ َ ‫۞ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ٰ
٥١ ‫ين‬ َ ‫يَتَ َولَّهُم ِّمن ُكمۡ فَإِنَّهۥُ ِم ۡنهُمۡۗ إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يَ ۡه ِدي ۡٱلقَ ۡو َم ٱلظَّلِ ِم‬
Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian
yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Kesimpulan

1. larangan memberikan loyalitas dan kasih sayang kepada orang kafir


2. bolehnya bertaqiyah (menyembunyikan keimanan karena takut) karena lemahnya
umat islam kala itu.
3. Ayat ini adalah larangan dari Allah ’azza wa jalla  kepada orang-orang mukmin untuk
menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong, pelindung, dan mencintainya.
4. Allah melarang hamba-hambanya yang beriman untuk berwala’ (memberikan
loyalitas) kepada orang-orang kafir dan mengambil mereka sebagai wali.

Anda mungkin juga menyukai