Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN

PRAKTIKUM SISTEM
PROTEKSI

NAMA : Andrian Putra

NOMOR BP : 1701031026

KELAS : III B REGULER

NO JOB : 02

NAMA PERCOBAAN : Karakteristik Sekering

TANGGAL PRATIKUM : 04 Mei 2020

TANGGAL PENYERAHAN : 08 Mei 2020

INSTRUKTUR : 1. Firmansyah, ST.,MT

2. Junaidi Asrul, SST.,MT

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI PADANG

2020

BAB I
TUJUAN

1. Karakteristik objek yang akan dilakukan :


a. Menentukan karakteristik Sekering/Fuse
b. Dapat menentukan tipe/jenis Sekering/Fuse yang digunakan sesuai dengan
karakteristik bebannya.
c. Dapat menentukan kapasitas Sekering/Fuse sesuai dengan karakteristik
bebannya.
2. Relevansi

Melalui percobaan / pengujian ini, Sekering dapat digunakan dan bekerja


sesuai setting dan rating yang digunakan, sehingga keandalan dan keamanan
sistem dapat dipertahankan.
3. Pendataan

Pengambilan data dilakukan berdasarkan besaran-besaran yang diminta pada


karakteristik yang diinginkan, berupa Arus (I), Tegangan (V), waktu trip (T trip),
dan daya sesaat akan trip (Ptrip).
4. Solusi

Solusi yang dimaksud disini adalah selesai melakukan perobaan, maka


praktikan mampu untuk mengambilkan suatu alternatif yang tidak mengurangi
fungsi dan faedahnya, yaitu menentukan karakteristik Sekering yang akan
dipasang pada system pengaman agar pada saat terjadi gangguan arus hubung
singkat dan arus beban lebih pada Sekering dapat bekerja untuk melepaskan
rangkaian dari beban, sehingga system terpisah dari gangguan.

BAB II
PENDAHULUAN
2.1 Definisi

Sekering atau Fuse adalah suatu alat yang digunakan sebagai pengaman
dalam suatu rangkaian listrik apabila terjadi kelebihan muatan listrik atau suatu
hubungan arus pendek. Fuse ini terdiri dari kawat halus pendek dan akan terputus
atau meleleh saat dialirkan arus listrik yang berlebihan. Saat fuse terputus, maka
arus listrik berlebihan tersebut tidak akan merusak komponen lainnya pada sebuah
rangkaian elektronik. Biasanya fuse terdiri dari dua terminal yang dipasangkan
secara seri didalam rangkaian elektronik yang akan dilindunginya.

Apabila terputus, maka fuse menjadi “Open Circuit”, fungsi untuk


memutuskan hubungan aliran listrik masuk ke dalam rangkaian tersebut.

Gambar 1. Simbol Sekering

2.1.1 Fungsi Sekering

a. Sebagai Pencegah terjadinya kebakaran

Ketika rangkaian listrik yang digunakan pada kendaraan mobil, motor atau
rangkaian listrik dirumah dan rangkaian elektronik terjadi hubung singkat atau
konslet, maka arus listrik yang mengalir pada rangkaian akan membesar, sehingga
menyebabkan panas pada kabel penghantar, jika keadaan ini berlangsung lama,
maka kabel akan terbakar dan membakar material yang ada di sekitarnya yang
mudah terbakar seperti kertas, kain, plastik dan sebagainya.

Dengan dipasang sekering pada rangkaian listrik, maka kebakaran akan


dapat dihindari. Hal itu dikarenakan ketika terjadi hubung singkat pada rangkaian
listrik, maka dalam waktu seper sekian detik arus listrik akan terputus dengan
cepat, sehingga pada kabel penghantar tidak terjadi panas yang berlebihan dan
kebakaran pun dapat dihindari.

b. Sekering berfungsi juga untuk mengamankan rangkaian listrik atau peralatan


lainnya dari kerusakan akibat dari arus berlebih.

c. Membatasi arus yang mengalir dalam rangkaian.

2.1.2 Jenis-jenis Sekering

a. Berdasarkan bentuk sekeringnya, ada beberapa jenis sekering yaitu :

1. Fuse Tabung

Fuse jenis ini berbentuk tabung dan dilindungi oleh sebuah kaca
transaparan. Fuse bentuk tabung ini biasanya komponen sering digunakan sebagai
komponen peralatan listrik rumah tangga.

Gambar 2. Fuse Tabung

Demikian adaya fuse ini sebagai komponen peralatan eletronik, sangat penting
sekali mencegah korsleting listrik bahkan kebakaran.

2. Fuse Blade
Komponen ini memiliki bentuk yang pipih, cara pemasangan sekering ini
sangat mudah, yaitu dengan menancapkan saja. Biasanya, sekering ini dilapisi
plastik transparan yang memiliki warna untuk memudahkan identifikasi.

Gambar 3. Fuse Blade

Selain untuk memudahkan identifikasi, perbedaan warna pada sekering ini juga
memiliki kapasitas yang bervariasi.

Contohnya seperti warna orange 5 A, cokelat 7.5 A, merah 10 A, biru 15 A,


kuning 20 A, transparan 25 A, dan hijau 30 A.

3. Fuse Kotak

Fuse ini memiliki bentuk yang hampir sama seperti jenis blode. Namun
pada sekering ini mempunyai jendela transparan diatasnya. Untuk ukurannya,
sekering kotak juga lebih besar dibanding jenis blade.

Gambar 4. Fuse Kotak


Sekering ini juga memiliki perbedaan warna yang memiliki kapasitas bervariasi.
Contohnya seperti warna merah muda 30 A, hijau 40 A, merah 50 A, kuning 60
A, hitam 80 A, dan biru 100 A.

4. Fuse Pelat

Fuse ini sering digunakan sebagai pengaman pada arus listrik utama.
Selain itu, sekering jenis pelat ini memilki kapasitas Ampere yang besar biasanya
30 A ke atas. Kita dapat melihat kapasitasnya dibawah pelat penghubung.

Gambar 5. Fuse Pelat

Sekering jenis ini dilengkapi pelindung dari plastik hitam yang tidak transparan.
Untuk pemasangannya pun lebih sulit dibandingkan yang lainnya, karena pelat
penghantar harus dikunci kedua kutubnya dengan baut.

b. Berdasarkan dari cara pemutusannya, sekering bekerja dibagi menjadi dua


macam yaitu:

1. Sekering Patron Lebur


Adalah alat pengaman arus lebih yang mempunyai elemen yang dapat
lebur atau putus jika arus yang melaluinya melebihi harga tertentu dari pengaman
lebur tersebut. Untuk mengamankan arus yang mengalir dalam penghantar dan
aparatur digunakan dalam pengaman lebur dan sakelar maksimum
Gambar 6. Sekering Patron Lebur

Kode warna yang digunakan untuk menandai patron lebur dengan


kapasitas maksimum menghantarkan arus sebagai berikut :

Gambar 7. Kode Warna Sekering


2. Sekering otomatis
Sebuah sekering otomatis pada dasarnya terdiri dari sakelar yang
dioperasikan secara otomatis yang dikendalikan oleh umpan balik dari beban. Hal
ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada saat arus terlalu banyak ditarik oleh
beban atau terlalu banyak mengalir dalam garis, sakelar otomatis ditutup untuk
sementara waktu dan sakelar kemudian secara otomatis dihidupkan setelah jumlah
waktu tertentu.
Gambar 8. Sekering Otomatis

c. Berdasarkan bentuk fisiknya, sekering tegangan rendah terdiri dari :

1. Type ulir
Sekering jenis ini meruapakan sekering dengan kapasitas pemutusan rendah
yang terdiri dari 2 model yaitu :

a. Type D (Diazed) memiliki bentuk fisik seperti gallon air mineral berdimensi
kecil yang terbuat dari bahan keramik, bagian dasar dan atas sekering terbuat
dari bahan logam yang berfungsi sebagai penyalur arus listrik yang
dihubungkan oleh kawat pengaman yang dipasang dalam sekering diazed
antara bagian dasar dan atas sekering. Sekering Diazed dilengkapi dengan
rumah sekering (fuse holder), adaptor dan tutup (fuse Cap).
b. Type DO (Neozed) memiliki bentuk fisik seperti type D dengan bentuk yang
menyerupai botol susu berukuran mini, gawai tersebut dapat mengamankan
gangguan hubungan arus pendek dan beban lebih pada kabel atau jaringan.

Penggolongan sekering Diazed dan Neozed berdasarkan faktor peleburan dan


penggunaannya adalah :

a. Kelas g ( faktor peleburan kecil )


b. Kelas a ( faktor peleburan besar )
Sedangkan penggolongan menurut IEC yaitu :

a. Kelas gl : untuk perlindungan arus kerja kurang dari 100 A


b. Kelas ggl : untuk perlindungan arus kerja 100 A atau lebih

Gambar 9. (a) Diazed (b) Neozed

Tabel 1. Klasifikasi Pengaman Lebur Type Ulir

Ukuran Ukuran
Sekering Arus Kerja ( A ) Tanda Warna Sekering
Diazed Neozed
2 Merah Muda

4 Coklat

6 Hijau D 01
10 Merah

16 Abu – Abu

20 Biru

25 Kuning
D II
35 Hitam

50 Putih

63 Tembaga
D III D 02

80 Perak

D IV 100 Emas D 03

2. Type Pisau

Sekering jenis ini merupakan sekering dengan kapasitas pemutusan tinggi


memiliki bentuk kotak atau bulat berbahan keramik dengan pisau kotak pada
kedua ujungnya. Sekering jenis ini sering disebut pula HRC fuse ( High Rupturing
Capacity fuse ).

3.Type Tabung
Sekering tipe tabung ini merupakan pengaman lebur dengan
kapasitas pemutusan yang variatif mulai yang rendah sampai yang tinggi.

d. Berdasarkan waktu kerjanya, sekering dapat dibedakan menjadi dua jenis,


yaitu:

1. Sekering dengan aksi cepat, dengan simbol F.


2. Sekering dengan aksi lambat, dengan simbol T.

2.2 Rangkaian Ekivalen

2.2.1 Prinsip Kerja Fuse

Fuse merupakan alat perlindungan yang paling umum. Fuse tersebut di


pasang dalam rangkaian listrik, pada saat aliran arus melebihi beban
maksimumnya maka fuse akan putus atau juga meletus. Elemen di dalam fuse
mencair, membuka rangkaian serta juga mencegah komponen lain rusak oleh
karena arus yang berlebih. Ukuran elemen metal fuse tersebut membedakan
nilainya. Kelebihan panas, serta panasnya itu yang menyebabkan rangkaian putus
bukan karena arusnya.

Satuan fuse adalah mA (mili Ampere) dan A (Ampere). Fuse dengan nilai
limit 500 mA akan putus ketika dialiri lebih dari 500 mA, demikian juga jika fuse
15 A akan putus jika dialiri arus lebih 15 A. Jika sebuah fuse tidak putus ketika
dialiri arus lebih dari nilai yang tercantum (I output > I fuse limit). Fuse tersebut
harus segera diganti karena kemungkinan rusak dan dapat membahayakan.

2.2.2 Struktur Fuse

Gambar 10. Struktur Fuse Patron Lebur

Gambar 10 merupakan struktur salah satu jenis fuse yaitu fuse patron lebur.
2.3 Rumus

Persamaan yang digunakan didalam perhitungan sebagai berikut.

T℃ = Selisih Suhu

= Takhir - Tawal....................................................................(1)

............................................................(2)

Keterangan persamaan 1 dan 2 yaitu:

T℃ = Suhu Akhir (℃)

T = Setelan Durasi sekering putus


t = Waktu Putus (Trip)
ITrip = Arus Sekering Putus (short current)
IFL = Arus nominal maksimum yang bisa dibebani

= Tou atau factor elemen fuse

2.4 Karakteristik

Karakteristik sekering menunjukkan hubungan antara arus dan waktu

putus berbanding terbalik, artinya baik arus yang melalui patron lebur makin

besar maka waktu pemutusan semakin singkat, sehingga patron lebur ini

merupakan gawai proteksi arus lebih ( GPAL ) dengan karakteristik waktu

terbalik ( invers ).

Arus penguat sebuah pengaman lebur tidak sama dengan arus yang

menyebabkan pengaman putus, sebuah proteksi harus dapat dibebani dengan


arus nominalnya secara kontinu tanpa batas waktu. Arus nominalnya kira-kira

70% dari batas arus maksimalnya ( Ig ). Kalau dibebani dengan batas ini terus-

menerus lama- kelamaan pengaman akan putus.

Gambar 11. Cara Kerja Fuse


Gambar 12. Karakteristik Fuse

2.5 Teori Tambahan

2.5.1 Rating Standar Fuse

a. Low Voltage ( 240V, 660V dan 1000V )


Yaitu 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, 63A, 80A, 100A, 125A
dan seterusnya.

b. Medium Voltage ( 3,6KV, 7,2KV, 12,0KV, 15,5KV, 17,5KV, 24,0KV )


Yaitu 3,15A, 4A, 5A, 6,3A , 8A, 10A, 16A, 20A, 25A, 31,5A , 35,5A 40A, 50A,
63A, 80A, 90A, 100A, 125A, 160A, 200A, 250A dan seterusnya.

c. High Voltage ( 36KV, 72,5KV dan seterusnya)


Yaitu 3,15A, 4A, 5A, 6,3A , 8A, 10A, 16A, 20A, 25A, 31,5A , 35,5A 40A, 50A,
63A, 80A, 90A dan seterusnya.
2.5.2 Cara Menentukan Kapasitas Fuse

Besar sekering dalam suatu rangkaian harus disesuaikan dengan besarnya alat
pemakai listrik yang ada dalam rangkaian itu.

Penjelasannya sebagai berikut.

Isekering > Inominal atau Isekering = 20 % sampai 30 % > Inominal

Sebagai contoh nominal motor listrik besarnya 4 A, maka besarnya arus sekering
yang dipergunakan 20 %

I = In +[(20%)In]

= 4 + [(0,2)4]

= 4 + 0,8

= 4,8

Maka rating sekering yang digunakan adalah 6 A.


BAB III
DAFTAR MATERIAL

Alat dan komponen yang digunakan dalam percobaan untuk pengukuran


sehingga memperoleh berupa data.

Tabel 2. Daftar Material

Nama Komponen Spesifikasi Jumlah


Power supply 220 Volt AC 1 Buah
Trafo arus 220 Volt, 10 A / 10 V, 1 Buah
200 A
Auto Travo 220 Volt, 10 A / 0 - 200 1 Buah
V, 10 A
Amperemeter 1 – 16 A 1 Buah
Stop watch 1 – 16 1 Buah
Rele Kontaktor 10 A / 1 Phasa 1 Buah
Themal OverLoad Relay 2,5 A 1 Buah
buah Sekering/Fuse Type G : 2 A 1 Buah
Kabel penghubung - Secukupnya

BAB IV
GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN
A

Up Stream /
Fuse-A Back up
Protection

Down Stream /
0 – 220 Vac A1 Fuse-B Main Protection
Up Stream /
Back up
Protection

A2 Fuse-C

Down Stream /
Main Protection

A3

Gambar 13. Rangkaian Percobaan dari Job Sheet

Gambar 14. Rangkaian pada Sketch Up

Sekering yang digunakan pada gambar sketch up pada gambar 14 yaitu sekering
jenis Type G : 2 A sesuai dengan Daftar Material pada Job Sheet.
A

A1 A2 A3

Gambar 15. Rangkaian dibuat pada Microsoft Visio


BAB V

LANGKAH KERJA

5.1 Karakteristik Sekering

a. Rangkailah semua peralatan seperti yang tertera pada gambar diagram


rangkaian percobaan, Periksakan rangkaian pada instruktur yang
bersangkutan.
b. “ON” kan Switch Power Supply AC kemudian atur kedudukan sekunder Auto
Trafo untuk mendapatkan arus yang diinginkan (lihat tabel evaluasi).
c. Mengatur arus yang mengalir pada rangkaian : 100% x IRating Fuse, 150% x
IRating Fuse , 200% x IRating Fuse , 250% x IRating Fuse , 300% x IRating
Fuse , 350% x IRating Fuse , 400% x IRating Fuse , 450% x IRating Fuse ,
500% x IRating Fuse .catat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
memutuskan sekering. (Catat kondisi rangkaian dan sekering dalam masing-
masing kondisi).

5.2 Koordinasi Sekering (Deskriminasi Pengaman)

a. Rangkailah semua peralatan seperti yang tertera pada gambar diagram


rangkaian percobaan, Periksakan rangkaian pada instruktur yang
bersangkutan.
b. “ON” kan Switch Power Supply AC kemudian atur kedudukan sekunder
Auto Trafo untuk mendapatkan arus yang diinginkan (lihat tabel evaluasi).

Mengatur arus yang mengalir pada rangkaian : 100% x IRating Fuse, 150% x IRating
Fuse , 200% x IRating Fuse , 250% x IRating Fuse , 300% x IRating Fuse , 350% x IRating
Fuse , 400% x IRating Fuse , 450% x IRating Fuse , 500% x IRating Fuse .catat
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memutuskan sekering. (Catat kondisi
rangkaian dan sekering dalam masing-masing kondisi).
BAB VI
TABULASI DATA

Tabel 3. Tabulasi Data

Hasil Pengukuran Hasil Perhitungan


Arus
Arus
rating Suhu Suhu Keteranga
Pemutusa Wakt IR waktu
sekrin Awal Akhir Suhu n
n (A) u (pemutusan (detik
g (A) (celcius (celcius Akhir
(detik) ) )
) )

Belum
4 4 ~ 27,6 36 4 ~ 8,4
Putus

4 6 16,5 27,6 39,2 6 192,5 11,6 Putus

4 8 14,3 27,6 41,8 8 20,42 14,2 Putus

4 10 11,3 27,6 42,3 10 7,64 14,7 Putus

4 12 1,1 27,6 45,2 12 0,452 17,6 Putus

4 14 0,19 27,6 49,7 14 0,0532 22,1 Putus

4 16 0,08 27,6 51,9 16 0,0162 24,3 Putus

4 18 0,06 27,6 53,8 18 0,009 26,2 Putus

4 20 0,05 27,6 54,7 20 0,005 27,1 Putus

Tabel 4. Hasil Perhitungan


epsil
Arus
Arus R L on
Pemu (Ir/In Tma
Nomin (ohm τ t t/ τ pang Tmin
tusan (induktansi) )^2 x
al (A) ) kat
(A)
t/T

10,0 1,00 0,10


4 4 1 ~ 36 ~ ~ 27,6
00 0 0

6,66 1,00 0,15 1100 11,6


4 6 2,25 16,5 39,2 27,6
7 0 0 05,5 08

5,00 1,00 0,20 4,26


4 8 4,00 14,3 41,8 71,5 27,6
0 0 0 9

4,00 1,00 0,25 3,81


4 10 6,25 11,3 42,3 45,2 27,6
0 0 0 1

3,33 1,00 0,30 3,66 1,29


4 12 9,00 1,1 45,2 27,6
3 0 0 63 9

-
2,85 1,00 0,35 12,2 0,54
4 14 0,19 49,7 0,61 27,6
7 0 0 5 283
0

-
2,50 1,00 0,40 16,0
4 16 0,08 51,9 0,2 1,60 27,6
0 0 0 0
9

-
2,22 1,00 0,45 20,2 0,13
4 18 0,06 53,8 2,01 27,6
2 0 0 5 332
5

-
2,00 1,00 0,50 25,0
4 20 0,05 54,7 0,1 2,30 27,6
0 0 0 0
2

Lanjutan Tabel 4

K, (Itr/In) Itrip Trip


1,00 ~ ~
1,50 30,248 2,1653
2,00 14,834 0,994
2,50 16,551 0,5488
3,00 6,770 0,41067
3,50 -3,714 0,3536
4,00 -11,183 0,2835
4,50 -15,751 0,23289
5,00 -20 0,1897
Keterangan :
R dan L diukur menggunakan RLC meter
T merupakan selisih antara waktu sekering dinyalakan dengan waktu putus
sekering.
t merupakan waktu putus (trip) sekering.

Pertanyaan

a. Jelaskan Cara Kerja Rangkaian Percobaan

b. Pada Percobaan karakteristik Dingin, bagaimana pengaruh perubahan


temperatur terhadap kenaikan besaran arus yang diberikan.

c. Jelaskan hubungan antara kenaikan besaran arus terhadap perubahan


temperatur. Nyatakan dalam persamaan (Rumus).

d. Pada Percobaan karakteristik Panas, bagaimana pengaruh perubahan


temperatur terhadap kenaikan besaran arus yang diberikan.

e. Jelaskan hubungan antara kenaikan besaran arus terhadap perubahan


temperatur. Nyatakan dalam persamaan (Rumus).

Jawaban

a. Cara kerja rangkaian percobaan karakteristik sakering adalah fuse 1 melindungi


perangkat fuse 2 dan 3. Bila fuse 1 mendeteksi arus lebih dari rating fuse 1 maka
fuse 1 akan putus/membuka sehingga arus tidak sampai pada fuse 2. Jika fuse 2
mendeteksi arus lebih yang melebihi ratingnya maka fuse 2 putus dan arus tidak
sampai ke fuse 3. Jadi prinsip kerjanya fuse 1 pengaman bagi rangkaian fuse 2 dan
3, sedangkan fuse 2 pengaman rangkaian dan fuse 3 begitu juga pada fuse 3 hanya
pengamankan rangkaian saja.

b. pengaruh pada kenaikan tidak sangat signifikan sebab perubahan temperatur itu
di picu oleh panas sehingga meningkatkan temperatur terhadap kenaikan harus.
Untuk lebih jelas di lihat pada percobaan apakah karakteristik dingin bisa
menyebabkan kenaikan temperatur terhadap kenaikan arus.

c. Persamaan I = f(T)

Jika nilai T (temperatur) naik pada saat V konstan, maka arus akan meningkat.

d. pengaruhnya sangat besar hal ini dipacu dari panas bahwa panas dapat
mengakibatkan perubahan temperatur menjadi tinggi dengan berdampak pada
kenaikan besaran arus diberikan. Semakin panas temperatur maka semakin cepat
pula sekering trip dan putus sedangkan arus yang mengalir melebihi arus
nominalnya.

e. soal pada e sama dengan soal c sehingga jawaban sama.


BAB VII

ANALISA

7.1 Analisa Rangakaian

Pada percobaan proteksi kali ini adalah melakukan untuk dapat mengetahui
karakteristik dari Sekering (fuse). Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
sumber 1 fasa dan tiga buah sekering dengan nilai 4A yang akan dilakukan
pengujian secara berurutan. Alat ukur yang dipakai antara lain adalah
Amperemeter yang berfungsi untuk mengukur dan memvariabelkan nilai arus
agar tidak terlalu besar maupun terlalu kecil saat melewati sekering. Serta
menggunakan alat pengukur suhu untuk dapat mengetahui temperature dari fuse
dan juga dibutuhkan sebuah stopwatch yang bertujuan untuk dapat mengetahui
waktu trip dari fuse.

Pada percobaan ini juga menggunakan tahan geser yang nilainya dapat
divariabelkan atau dapat diatur sehingga nantinya tidak akan terjadi lonjakan arus
yang terlaku besar. Tahanan geser divariabelkan untuk dapat menghasilkan arus
beban yang diinginkan. Pengaturan nilainya juga diseimbangkan dengan
memvariabelkan Tegangan yang diberikan pada sumber atau power supply.
A

A1 A2 A3

Gambar 16. Analisa Rangkaian

Arus mengalir dari sumber tegangan power masuk ke Amperemeter


Utama, dengan 1 dengan yang lain dalam posisi paralel bagitu juga pada tahanan
geser. Setelah amperemeter pengukur arus yang melewati tahanan geser, kembali
ke polaritas negatif power suplay.

7.2 Analisa Data

Pada percobaan yang dilakukan, diambil dua data percobaan, yaitu data
pengukuran dan data perhitungan terhadap karakteristik Fuse. Bila fuse dalam fase
karakteristik panas maka akan lebih cepat melakukan memutusan dari pada berada
dalam karakteristik dingin. Waktu trip karakteristik panas lebih cepat memutuskan
rangkaian ketika terjadi gangguan, yaitu hanya dala hitungan detik saja.

Tabel 3. Tabulasi Data

IR (A) t (s)
6 16.5
8 14.3
10 11.3
12 1.1
14 0.19
16 0.08
18 0.06
20 0.05
Karakteristik Sekering
25

20

15 Arus Pemutusan (A)


Waktu (detik)
10

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 17. Karakteristik Arus Pemutusan terhadap Waktu

Penjelasan gambar 17 yaitu mendesripsikan karakteristik fuse ketika terjadi


saat pemutusan dengan arus pemutusan pada fuse terhadap waktu fuse saat
melakukan trip. Semakin besar arus pemutusan maka semakin cepat pula fuse
melakukan trip atau putus, hal ini sama persis terjadi pada MCB tapi MCB hanya
trip saja dan dapat digunakan kembali secara manual, tidak mengalami kerusakan.

Tabel 4. Hasil Perhitungan

Irt (A)
6 192.5
8 20.42
10
12 0.452
14 0.0532
16 0.0162
18 0.009
20 0.005
Karakteristik Sekering
250

200

150 Irt (A)


t (s)
100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 18. Karakteristik Arus Pemutusan terhadap Waktu pada


PerhitunganSama seperti pada gambar 17, dimana arus pemutusan besar maka
fuse akan cepat pula dalam melakukan trip atau pemutusan dalam satuan detik.

Ttrip
35

30
f(x) = 44.77 exp( − 0.44 x )
25

20

15

10

0
1 2 3 4

Gambar 19. Karakteristik Itrip Perhitungan

Pada gambar 19 menjelaskan waktu Irip sekering terhadap persamaan t/ τ.


7.3 Analisa Perbandingan

Tabel 3. Tabulasi Data

a. Perhitungan nilai suhu akhir

T℃ = Selisih Suhu

= Takhir - Tawal

a. Tawal = 27,6℃

Takhir = 36℃

T℃ = Takhir - T awal

= 36℃ - 27,6℃

= 8,4℃

b. Tawal = 27,6℃

Takhir = 39,2℃

T℃ = Takhir - T awal

= 39,2℃ - 27,6℃

= 11,6℃

c. Tawal = 27,6℃

Takhir = 41,8℃

T℃ = Takhir - T awal

= 41,8℃ - 27,6℃

= 14,2℃

d. Tawal = 27,6℃

Takhir = 42,3℃
T℃ = Takhir - T awal

= 42,3℃ - 27,6℃

= 14,7℃

e. Tawal = 27,6℃

Takhir = 45,2℃

T℃ = Takhir - T awal

= 45,2℃ - 27,6℃

= 17,6℃

f. Tawal = 27,6℃

Takhir = 49,7℃

T℃ = Takhir - T awal

= 49,7℃ - 27,6℃

= 22,1℃

g. Tawal = 27,6℃

Takhir = 51,9℃

T℃ = Takhir - T awal

= 51,9℃ - 27,6℃

= 24,3℃

h. Tawal = 27,6℃

Takhir = 53,8℃

T℃ = Takhir - T awal

= 53,8℃ - 27,6℃
= 26,2℃

i. Tawal = 27,6℃

Takhir = 54,7℃

T℃ = Takhir - T awal

= 54,7℃ - 27,6℃

= 27,1℃

b. Perhitungan tho (τ)

Sebelum menghitung nilai waktu pada tabel 3 maka terlebih dahulu


menghitung nilai (τ) sebagai berikut.

a. τ = 1/RL = 1/10 x1 = 1/10 = 0,1

b. τ = 1/RL = 1/6,667 x1 = 1/6,667 = 0,15

c. τ = 1/RL = 1/5x1 = 1/5 = 0,2

d. τ = 1/RL = 1/4x1 = 1/4 = 0,25

e. τ = 1/RL = 1/3,333x1 =1/3.333 =0,30

f. τ = 1/RL = 1/2,857x1 = 1/2,857 = 0,35

g. τ = 1/RL = 1/2,5x1 =1/2,5 = 0,4

h. τ = 1/RL = 1/2,222x1 = 1/2,222 = 0,45

i. τ = 1/RL = 1/2x1 = 1/2 = 0,5


c. Perhitungan nilai waktu (s)

0,14 x T
t= {[Itrip ¿ ¿ ¿ IFL ¿τ −k ]¿

t = Waktu Putus (Trip)

T = Setelan durasi sekering putus

Itrip = Arus sekering putus (Short Current)

IFL = Arus nominal maksimum yang bisa dibebani

a. T = 0,100

Itrip = 4 A

IFL = 4 A

τ = 0,1

k = 1,05

0,14 x
t= {[4 ¿ ¿ ¿ 4 ¿0,1−1,05 ]¿

0,14 x
t= [1−1,05]

0,014 x
t= [−0,5]

t = nilai di anggap tak terhingga (~)

b. T = 16,5

Itrip = 6 A

IFL = 4 A
τ = 0,15

k = 1,05

0,14 x 16,5
t= {[6 ¿ ¿¿ 4 ¿0,15 −1,05]¿

2,31
t= [1,062−1,05]

2,31
t= [0,012]

t = 192,5 s
c. T = 14,3

Itrip = 8 A

IFL = 4 A

τ = 0,2

k = 1,05

0,14 x 14,3
t= {[8 ¿ ¿¿ 4 ¿0,2 −1,05]¿

2,002
t= [1,148−1,05]

2,002
t= [0,098]

t = 20,42 s
d. T = 11,3
Itrip = 10 A

IFL = 4 A

τ = 0,25

k = 1,05

0,14 x 11,3
t= {[10 ¿ ¿ ¿ 4 ¿0,25−1,05]¿

1,582
t= [1,257−1,05 ]

1,582
t= [0,207]

t = 7,64 s

e. T = 1,1

Itrip = 12 A

IFL = 4 A

τ = 0,30

k = 1,05

0,14 x 1,1
t= {[12 ¿ ¿ ¿ 4 ¿0,30−1,05]¿

0,154
t= [1,39−1,05]

0,154
t= [0,340]
t = 0,452 s
f. T = 0,19

Itrip = 14 A

IFL = 4 A

τ = 0,35

k = 1,05

0,14 x 0,19
t= {[14 ¿ ¿ ¿ 4 ¿0,35 −1,05]¿

0,0266
t= [1,55−1,05]

0,0266
t= [0,5]

t = 0,0532 s
g. T = 0,08

Itrip = 16 A

IFL = 4 A

τ = 0,4

k = 1,05

0,14 x 0,08
t= {[16 ¿ ¿ 4 ¿0,4 −1,05]¿
¿

0,0112
t= [1,741−1,05]
0,0112
t= [0,691]

t = 0,0162 s

h. T = 0,06

Itrip = 18 A

IFL = 4 A

τ = 0,45

k = 1,05

0,14 x 0,06
t= {[18 ¿ ¿ ¿ 4 ¿0,45−1,05]¿

0,0084
t= [1,967−1,05 ]

0,0084
t= [0,917]

t = 0,009 s
i. T = 0,05

Itrip = 20 A

IFL = 4 A

τ = 0,5

k = 1,05
0,14 x 0,05
t= {[20 ¿ ¿ ¿ 4 ¿0,5 −1,05]¿

0,007
t= [2,236−1,05 ]

0,007
t= [1,186]

t = 0,005 s
d. Perhitungan IR (Arus Pemutusan)

Irating = 4 A

a. 100 % x Irating

100/100 x 4 = 1 x 4 = 4 A

b. 150 % x Irating

150/100 x 4 = 1,5 x 4 = 6 A

c. 200 % x Irating

200/100 x 4 = 2 x 4 = 8 A

d. 250 % x Irating

250/100 x 4 = 2,5 x 4 = 10 A

e. 300 % x Irating

300/100 x 4 = 3 x 4 = 12 A

f. 350 % x Irating

350/100 x 4 = 3,5 x 4 = 14 A

g. 400 % x Irating

400/100 x 4 = 4 x 4 = 16 A

h. 450 % x Irating
450/100 x 4 = 4,5 x 4 = 18 A

i. 500 % Irating

500/100 x 4 = 5 x 4 =20 A

Tabel 4. Hasil Perhitungan

a. Perhitungan (Ir/In)2

In = Arus Nominal (A)

Ir = Arus Pemutusan (A)

/ = Tanda Bagi

a. In = 4 A

Ir = 4 A

(Ir/In)2 = (4/4)2

=1

b. In = 4 A

Ir = 6 A

(Ir/In)2 = (6/4)2

= 36/16

= 2,25

c. In = 4 A

Ir = 8 A

(Ir/In)2 = (8/4)2

= 64/16

= 4,00
d. In = 4 A

Ir = 10 A

(Ir/In)2 = (10/4)2

= 100/16

= 6,25

e. In = 4 A

Ir = 12 A

(Ir/In)2 = (12/4)2

= 144/16

= 9,00

f. In = 4 A

Ir = 14 A

(Ir/In)2 = (14/4)2

= 196/16

= 12,25

g. In = 4 A

Ir = 16 A

(Ir/In)2 = (16/4)2

= 256/16

= 16,00
h. In = 4 A

Ir = 18 A

(Ir/In)2 = (18/4)2

= 324/16

= 20,25

i. In = 4 A

Ir = 20 A

(Ir/In)2 = (20/4)2

= 400/16

= 25,00

b. Perhitungan Waktu

nilai pada tabel no 4 khususnya nilai perhitungan waktu sama dengan nilai
perhitungan waktu pada tabel 3 hal ini di karena kan nilai Itrip, Ifl, τ sama.

c. Perhitungan t/ τ

a. t = ~

τ = 0,100

t/ τ = ~/0,100 = ~

b. t = 1,65

τ = 0,150

t/ τ = 1,65/0,150 = 110005,5

c. t = 14,3
τ = 0,200

t/ τ = 14,3/0,200 = 71,5

d. t = 11,3

τ = 0,250

t/ τ = 11,3/0,250 = 45,2

e. t = 1,1

τ = 0,300

t/τ = 1,1/0,300 =3,6663

f. t = 0,19

τ = 0,350

t/τ = 0,19/0,350 =0,54283

g. t = 0,08

τ = 0,400

t/τ = 0,08/0,400 =0,2

h. t = 0,06

τ = 0,450

t/ τ = 0,06/0,450 =0,13332

i. t = 0,05

τ = 0,500

t/ τ = 0,05/0,500 =0,1

d. Perhitungan epsilon pangkat (t/ τ)

a. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (~) = ~


b. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (110005,5) = 11,608

c. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (71,5) = 4,269

d. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (45,2) = 3,811

e. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (3,6663) = 1,299

f. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (0,54283) = -0,610

g. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (0,13332) = -2,0150

f. Epilon Pangkat (t/ τ) = LN (0,1) = -2,302

LN = Lusion dalam Ms.excel

e. Perhitungan Itrip

a. Ir (Log(t/ τ) = 4 (Log(~) = ~

b. Ir (Log(t/ τ) = 6 (Log(110005,5) =30,246

c. Ir (Log(t/ τ) = 8 (Log(71,5) =14,834

d. Ir (Log(t/ τ) = 10 (Log(45,2) = 16,551

e. Ir (Log(t/ τ) = 12 (Log(3,6663) = 6,770

f. Ir (Log(t/ τ) = 14 (Log(0,542) = -3,714

g. Ir (Log(t/ τ) = 16 (Log(0,2) = -11,183

h. Ir (Log(t/ τ) = 18 (Log(0,13332) = -15,751

i. Ir (Log(t/ τ) = 20 (Log(0,1) = -20

F. Perhitungan Itr/In

a. Itr/In = 4/4 = 1

b. Itr/In = 6/4 = 1,5

c. Itr/In = 8/4 = 2
d. Itr/In = 10/4 = 2,5

e. Itr/In =12/4 = 3

f. Itr/In = 14/4 = 3,5

g. Itr/In = 16/4 = 4

h. Itr/In = 18/4 = 4,5

i. Itr/In = 20/4 = 5

g. Perhitungan Ttrip

Ttrip = ((0,14 (Tmax – Tmin ) / (((Itr/In)^2) – (Itr/In))

a. Ttrip = ((0,14 (36 – 27,6 ) / (1 – 1) = ~

b. Ttrip = ((0,14 (39,2 – 27,6 ) / (2,25) – (1,50) = 2,165

c. Ttrip = ((0,14 (41,8 – 27,6) / (4) – (2) = 0,994

d. Ttrip = ((0,14 (42,3 – 27,6 ) / (6,25) – (2,5) =0,5488

e. Ttrip = ((0,14 (45,2 – 27,6 ) / (9) – (3) = 0,410

f. Ttrip = ((0,14 (49,7 – 27,6 ) / (12,25) – (3,5) = 0,3536

g. Ttrip = ((0,14 (51,9 – 27,6 ) / (16) – (4) = 0,2835

h. Ttrip = ((0,14 (53,8 – 27,6 ) / (20,25) – (4,5) = 0,2328

i. Ttrip = ((0,14 (54,7 – 27,6 ) / (25) – (5) = 0,1897

Data pada pengukuran dengan data pada perhitungan tidak jauh beda, hanya
beberapa data yang berbeda.
BAB VIII

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum pengujian Sekering, maka dapat diperoleh beberapa


kesimpulan, diantaranya :

a. Semakin cepat waktu pemutusan sekering maka sekering dapat dikatakan


dalam kondisi baik dan prima serta semakin baik dalam mengamankan
rangkaian bila terjadi arus berlebih.
b. Pada sekering jika diberi arus yang melebihi arus nominal maka kawat
sekering akan putus atau melebur.
c. Waktu saat peleburan kawat tergantung pada besarnya arus yang diberikan,
semakin besar arus maka waktu yang diperlukan untuk melebur semakin
cepat.
d. Temperatur panas dapat memicu kenaikan arus terhadap fuse.
DAFTAR PUSTAKA

https://teknikelektronika.com/mengukur-pengertian-fungsi-fuse-sekering/

https://pendidikan.co.id/pengertian-fuse-sekering-fungsi-jenis-prinsip-dan-
cara-mengukurnya/

ttps://pendidikan.id/main/forum/diskusi-pendidikan/mata-pelajaran/1768-
pengertian-dan-fungsi-fuse-sekering-serta-cara-mengukurnya

http://blog.unnes.ac.id/antosupri/fungsi-fuse-sekering/

https://abdulelektro.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai