Anda di halaman 1dari 2

Heboh Kasus Fetish Gilang Bungkus Kain Jarik

  Gilang Aprilian Nugraha Pratama, salah satu mahasiswa Unair yang diduga pelaku tindak pidana
pelecehan seksual ‘bungkus kain jarik’ yaitu melecehkan korban-korbannya dengan membungkus mereka
menggunakan kain jarik. Kasus ini menjadi viral bahkan menjadi trending topik se-Indonesia di platform
twitter. Kasus ini bermula dari salah satu korban berinisial MF yang berani speak up dengan membuat
thread atau utas di platform twitter untuk menceritakan kronologis yang terjadi yang kemudian diviralkan
oleh netijen Indonesia. Setelah itu, beberapa korban lainnya juga turut serta menyuarakan kejadian yang
menimpa mereka.
MF mengatakan awal mereka berkenalan melalui media sosial instagram karena Gilang mem
follow akun pribadi MF dan meminta follback. Setelah itu MF di dm oleh Gilang, awalnya Gilang
memperkenalkan dirinya yang merupakan mahasiswa Unair kemudian ia menyampaikan tujuannya men
dm MF untuk meminta bantuan pada MF agar bersedia membantunya mengerjakan riset tugas akhirnya.
Gilang menjelaskan bahwa dalam penelitian itu, MF diminta untuk membungkus diri dengan lakban dan
kain jarik. Gilang ingin tahu reaksi yang ditimbulkan dari penelitiannya. Awalnya, MF sempat menolak.
Namun, ia luluh karena rasa kasihan. MF pun mau menuruti intruksi perintah Gilang melalui whatsapp.
Dengan bantuan seorang kawannya, tubuh MF kemudian dililit lakban, hingga mata dan mulutnya
tertutup. Badannya lalu dibungkus jarik rapat-rapat. Proses pembungkusan yang didokumentasikan itu
berlangsung selama tiga jam. Foto dan videonya kemudian dikirimkan kepada Gilang dengan dalih
laporan penelitian. Namun alih-alih berterima kasih atau meminta maaf, Gilang malah mengirimkan
pesan bernada godaan kepada MF. Tak hanya itu, Gilang kemudian meminta MF mengulangi adegannya
dari awal karena terjadi kesalahan. MF pun keberatan dan akhirnya menolak.

Tindakan Gilang telah melanggar pancasila sila ke 2 karena telah melakukan tindakan tidak
beradab yaitu tindakan pelecehan seksual kepada oranglain. Dan juga Gilang dijerat Pasal 27 ayat (4) Jo
Pasal 45 ayat (4) UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE
dan atau Pasal 29 Jo Pasal 45B UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE dan atau perbuatan tidak
menyenangkan Pasal 335 KUHP. Pasal 45 Ayat (4) UU ITE berbunyi, Setiap orang yang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Johnny Eddizon Isir mengatakan kasus Gilang sudah mulai
diselidiki oleh pihaknya sejak 31 Juli. Enam hari kemudian Gilang diamankan di rumahnya Desa Terusan
Mulya, Dusun Marga Sari, Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, 6 Agustus.
"Berdasarkan laporan polisi per tanggal 31 Juli 2020 kita melakukan penyidikan. Dalam
waktu enam hari kemudian jajaran Satreskrim Polrestabes Surabaya didukung Polres Kapuas, Polda
Kalteng berhasil menangkap GA di tempat tinggalnya, pada Kamis 6 Agustus," kata Isir, Sabtu (8/8).
Keesokan harinya, oleh petugas, Gilang lalu diterbangkan menuju Surabaya untuk diperiksa lebih lanjut.
Polisi juga telah memeriksa lima orang saksi korban dan sejumlah ahli. Petugas juga menyita sejumlah
barang bukti yakni handphone, kain bermotif jarik, tali rafia, tali pramuka dan beberapa lakban. Dia
dijerat pasal dalam UU ITE dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara. Dan dari pihak Unair sendiri
memutuskan untuk men DO Gilang karena dianggap telah melakukan pelanggaran kode etik dan
pencemaran nama baik universitas tersebut.

Untuk mencegah kasus seperti ini terjadi lagi perlu diterapkan pendidikan seks sejak dini dan
juga harus berani menolak untuk dimintai bantuan jika sekiranya mencurigakan. Jika suatu saat diminta
menjadi partisipan sebuat riset yang memakai perlakuan tertentu, mintalah informed consent. Pelajari
baik-baik dan baru setuju. Jika ragu langsung tolak karena riset ilmiah sangat menghormati otonomi
partisipan untuk membuat keputusan. Bahkan undur diri di tengah proses pun diperbolehkan. Berbuat
baik dan menolong orang itu bagus tapi jangan lupa untuk selalu waspada karena sekarang sudah banyak
orang jahat yang menyalahgunakan kebaikan oranglain.

Anda mungkin juga menyukai