Anda di halaman 1dari 8

The Journal of Fisheries Development, Januari 2016 Volume 2, Nomor 2 Hal : 61 - 68

Kendala dan Strategi Pengelolaan Sampah


Pulau Barrang Lompo

Wero Febriadi Mandala 1


1
Program Studi Budidaya Perairan Universitas Yapis Papua

Abstrak

Penelitian ini ingin mengetahui komposisi sampah daratan dan perairan pulau kecil
padat penduduk serta kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sampah sehingga dapat
dirumuskan strategi yang tepat untuk mengelola sampah di pulau tersebut. Data yang
diperoleh adalah data komposisi sampah rumah tangga dan sampah lautan serta kendala
yang dihadapi pengelolaan yang ada saat ini. Hasil di lapangan menunjukkan bahwa
sampah rumah tangga dominan organik sedangkan sampah lautan dominan plastik.
Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sampah di Pulau Barrang Lompo adalah
perilaku penduduk, kurangnya kepedulian pemerintah, tidak ada pendampingan pada
kegiatan pengelolaan yang telah dilaksanakan, belum ada peraturan pengelolaan sampah
yang mengatur tentang pemilahan, larangan, dan sanksi, sampah kiriman, sampah lautan
yang dominan bukan termasuk plastik untuk ditabung di bank sampah, jumlah penduduk
semakin meningkat serta tingkat pendidikan penduduk yang umumnya masih rendah.
Strategi yang tepat untuk mengelola sampah di pulau ini berdasarkan komposisi sampah
dan kendala yang ada adalah penanganan secara preventif, daur ulang, dan pengomposan.

Kata Kunci : Pengelolaan, Sampah, Pengomposan, Kendala, Strategi

PENDAHULUAN saluran air lainnya karena terbawa air


hujan atau angin ke laut dan
Sampah merupakan salah satu pergerakan arus membawanya hingga
sektor penyumbang gas rumah kaca ke pantai, kolom air, dasar perairan
karena menghasilkan gas metana. atau tetap mengapung dan selanjutnya
Selama ini, sampah yang berada di disebut sampah lautan.
daratan adalah masalah yang tidak Pertumbuhan industri, dan
pernah dapat terselesaikan. Sampah ini urbanisasi pada daerah perkotaan
akan mengalir melalui sungai atau dunia yang tinggi meningkatkan
volume dan tipe sampah. Aturan
pengelolaan sampah yang kurang tepat
serta keterbatasan kapasitas dan
Korespondensi: sumber dana meningkatkan dampak
1
Wero Febriadi Mandala, Program Studi sampah yang merugikan kesehatan
Budidaya Perairan Uniyap. Alamat : Jl. Sam
Ratulangi No 11 Dok V Atas Jayapura-Papua
manusia dan lingkungan, terutama di
Email : febriadimandala@yahoo.com
daerah perkotaan. Hal ini merupakan
masalah utama bagi Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah, terutama di
negara-negara berkembang (UNEP,

61
Wero Febriadi Mandala, Kendala dan Strategi Pengelolaan Sampah Pulau Barrang Lompo

2013). termasuk tinggi, memerlukan


Selama ini, sampah merupakan pengelolaan dan memiliki peluang
masalah daratan yang terus meningkat perendaman pada tahun 2100. Pulau
karena pertumbuhan penduduk dan ini memiliki indeks kerentanan 8,33
menjadi perhatian utama pihak terkait. termasuk kategori kerentanan sedang
Pengelolaan sampah yang dilakukan yang akan berubah secara cepat jika
pemerintah biasanya berada di kota tidak dilakukan pengelolaan (Tahir
dan memiliki Tempat Pemrosesan dkk, 2009). Prioritas pengembangan
Akhir (TPA). Hal ini tidak berlaku di infrastruktur persampahan dan MCK
pulau kecil karena keterbatasan sarana di Pulau Barrang Lompo adalah
dan prasarana. serta kurangnya prioritas kedua setelah pengembangan
pengawasan dan pengendalian oleh infrastruktur air bersih (Burhanuddin
pihak terkait. Padahal untuk pulau dkk, 2012). Kurangnya fasilitas
kecil, permasalahan yang ada lebih persampahan di Pulau Barrang Lompo
kompleks. membuat kejadian kecacingan pada
Pada pulau-pulau kecil terjadi murid sekolah dasar dipengaruhi oleh
pembuangan sampah dan penerimaan sarana pembuangan sampah. Kejadian
sampah secara langsung sepanjang kecacingan pada rumah tanpa sarana
tahun. Sampah yang diterima pembuangan sampah yang tidak
merupakan sampah yang terbawa oleh memenuhi syarat lebih tinggi
arus maupun gelombang setiap hari. dibandingkan dengan yang memiliki
Hal ini menyebabkan adanya sampah sarana pembuangan sampah sementara
di daerah pantai di seluruh pantai yang yang memenuhi syarat (Nur dkk,
ada di dunia yang akan mempengaruhi 2013).
ekosistem perairan. Kondisi pulau Pulau Barrang Lompo tidak
yang luas lahannya tidak memiliki TPA sehingga penduduknya
memungkinkan untuk pembangunan membuang sampah di laut atau
TPA membuat penduduk pulau kecil dibakar. Tempat sampah masing-
menjadikan laut sebagai tempat masing rumah tangga terbuat dari
sampah mereka. Akumulasi sampah di jerigen bekas yang diberi tali sehingga
Samudera Pasifik merupakan bukti pada saat akan membuang sampah ke
laut sebagai tempat sampah terbesar di arah laut tali tersebut ditarik sampai ke
dunia yang berlokasi di bagian utara pinggir pantai dan sampah lalu
Samudera pasifik, North Pacific Gyre, dibuang di laut. Selain jerigen, ada
ditemukan pertama kali oleh seorang pula drum bekas dari logam atau
pelaut, Kapten Charles Moore Tahun plastik yang diberi pegangan. Jika
1997 (Kristanti, 2010). drum terbuat dari logam, penduduk
Pulau Barrang Lompo adalah salah akan membakar sampah mereka di
satu pulau kecil di Kecamatan Ujung dalamnya sedangkan jika terbuat dari
Tanah, Kotamadya Makassar, dengan plastik akan dibawa ke penggir pantai.
luas 0,49 km2 dan ketinggian <500 Tetapi bagi penduduk yang rumahnya
meter dari permukaan laut. Pulau ini agak jauh dari pantai dan lebih dekat
berjarak 13 km dari Kota Makassar. ke lahan kosong, akan membuang
Jumlah penduduk Pulau Barrang sampah mereka ke lahan kosong atau
Lompo adalah 4.561 jiwa dan 1.103 juga langsung membakarnya di lokasi
KK serta kepadatan penduduk 9.308 tersebut. Penduduk tidak menimbun
jiwa/ km2. Laju pertambahan sampah mereka karena tanah yang
penduduk Pulau Barrang Lompo dapat dijadikan tempat menimbun

62
The Journal of Fisheries Development, Januari 2016 Volume 2, Nomor 2 Hal : 61 - 68

tidak ada yang terdekat dari rumah. Populasi dan sampel


Pulau Barrang Lompo memerlukan Sampel adalah sampah dan
suatu penanganan yang optimal karena penduduk. Populasi pertama, sampah,
merupakan salah satu pulau tujuan yakni seluruh sampah yang dihasilkan
para wisatawan termasuk di dalamnya Rumah tangga Pulau Barrang Lompo
sebagai pusat penelitian yang serta yang berada di perairan sekitar
berkaitan dengan pesisir dan laut. Pulau Barrang Lompo. Sampel
Pada prinsipnya pengelolaan sampah yang dihasilkan penduduk
sampah haruslah dilakukan sedekat sebanyak 12 KK. Sampah lautan
mungkin dengan sumbernya. terdiri dari sampah di pantai di ambil
Pengelolaan sampah besar di tingkat pada pantai bagian Utara, Timur,
lingkungan terkecil, seperti RT atau Selatan, dan Barat pulau, Sampah di
RW, dengan membuatnya menjadi dasar perairan diambil pada perairan
kompos dapat mengurangi volume dangkal di bagian Utara, Timur,
sampah yang diangkut ke TPA, tetapi Selatan, dan Barat pulau terutama
dalam hal ini pulau tidak memiliki daerah ekosistem lamun dan terumbu
TPA, sehingga perlu ada model karang dan sampah apung diambil
pengelolaan sampah yang tepat bagi dengan menggunakan sero di atas
pulau kecil yang berkelanjutan dan kapal bergerak di bagian Utara, Timur,
dapat diterima oleh semua lapisan Selatan, dan Barat pulau. Populasi
masyarakat khususnya yang tinggal di kedua adalah penduduk di Pulau
pulau tersebut dan dapat dijadikan Barrang Lompo dengan sampel kepala
contoh bagi pulau-pulau kecil lain rumah tangga yang mewakili
yang memiliki masalah yang serupa. penduduk serta pengunjung.
Penelitian ini ingin mengetahui
komposisi sampah daratan dan
perairan pulau kecil padat penduduk Pengumpulan Data
serta kendala yang dihadapi dalam Sampah penduduk diambil selama
pengelolaan sampah sehingga dapat tujuh hari 12 KK. Sampah yang
dirumuskan strategi yang tepat untuk dihasilkan ditimbang kemudian
mengelola sampah di pulau tersebut. dilakukan pemilahan untuk
mengetahui komposisi sampah.
Komposisi sampah dilautan
METODOLOGI PENELITIAN menggunakan pedoman OSPAR
(Chesire et. al., 2009). sampah pantai
Lokasi dan rancangan penelitian diambil dengan membentangkan
transek garis 100 m sejajar garis
Penelitian ini merupakan
pantai. Sampah yang berada di sebelah
penelitian eksploratif menggunakan
kiri kanan transek garis mulai dari
metode gabungan yakni kuantitatif dan
batas air pasang dan batas pantai.
kualitatif agar dapat diketahui jumlah
Sampah kemudian dicatat jenis dan
dan komposisi timbulan sampah serta
dihitung berat berdasarkan jenis yang
dinamika realitas sosial yang ada
sama. Semua sampah berukuran >2,5
sehingga kendala dan strategi
pengelolaan dapat dirumuskan. cm, yang berada pada area sampling,
dikumpulkan dalam kantong. Sampah
pantai yang ditemukan di pantai
diambil sebanyak tiga kantong plastik
sampah dan dilakukan pengulangan

63
Wero Febriadi Mandala, Kendala dan Strategi Pengelolaan Sampah Pulau Barrang Lompo

tiga kali. Sampah di dasar perairan tinggal dan menetap dan dapat
diambil dengan membentangkan mewakili pulau, pengurus dan nasabah
transek garis sepanjang 100 m pada Bank Sampah Samaturu, pemilik
dasar perairan sejajar pantai. Pada kapal, guru, dan siswa sekolah. Total
permukaan diberi tanda untuk kuesioner 110 buah dengan jumlah
menentukan awal dan akhir transek pertanyaan 50 terkait komposisi
serta mencatat titik koordinatnya. Dua sampah yang dihasilkan, kendala dan
penyelam berenang bersisian dan pengelolaan sampah. Pertanyaan yang
mencatat sampel yang berada dua dipersiapkan berdasarkan skala Likert
meter di sisi kanan dan kiri transek untuk mengetahui kekuatan persepsi
garis. Sampah dicatat dan dihitung masyarakat pada setiap topik.
berdasarkan jenisnya. Sampah kecil
dikumpulkan dan dicatat komposisi Analisis data
serta beratnya. Penentuan lokasi
Penentuan sampel timbulan
sampel berdasarkan keberadaan
sampah yang representatif berdasarkan
ekosistem lamun dan terumbu karang.
persamaan berikut (Kementerian
Sampah pantai yang ditemukan di
dasar perairan diambil sebanyak tiga Pekerjaan Umum, 2012):
kantong plastik sampah dan dilakukan
pengulangan tiga kali. Pengambilan S = Cd √ Ps
sampel sampah apung di perairan
menggunakan sero saat air pasang Efektivitas pengelolaan (bank
dengan jarak 500 m dari pantai di sampah) yang ada saat ini dihitung
bagian Utara, Timur, Selatan, dan menggunakan Overall Equipement
Barat. Pengambilan sampel dilakukan Effectiveness (Kristina, 2014):
dari titik terluar hingga mendekati
pantai. Sampel sampah yang OEE = Availabillity x Performance
ditemukan dicatat dan dihitung. X Quality
Pengambilan sampel dilakukan
pengulangan selama tiga hari dengan
interval waktu tiga hari. Sampah Proyeksi penduduk dihitung
pantai yang ditemukan mengapung di menggunakan metode geometrik:
perairan diambil sebanyak tiga Pn = Po (1+r) n
kantong plastik sampah dan dilakukan
pengulangan tiga kali. Kecepatan dan Jawaban responden akan dianalisis
arah arus dihitung pada saat menggunakan analisis menggunakan
pengambilan sampel sampah apung Severity Index
menggunakan layang arus dan
kompas. ∑ସ௜ୀ଴ ܽ௜x௜
Survey kegiatan masyarakat dalam ܵ‫=ܫ‬ ‫ ݔ‬100
4 ∑ସ௜ୀ଴ x௜
mengelola sampah meliputi
pengangkutan sampah, kegiatan 3R,
metode pembuangan sampah, dan Untuk menentukan strategi yang
dampak potensial sampah terhadap tepat dianalisis menggunakan SWOT.
lingkungan diamati dan dipantau.
Wawancara dilakukan terhadap
kelembagaan pemerintah, tokoh
masyarakat, dan penduduk yang

64
The Journal of Fisheries Development, Januari 2016 Volume 2, Nomor 2 Hal : 61 - 68

HASIL DAN PEMBAHASAN lautan paling banyak pantai dan di


permukaan air. Sedangkan di dasar
Sampah penduduk perairan pada ekosistem padang lamun
dan ekosistem terumbu karang hanya
Timbulan sampah dari 12 KK
sedikit. Sampah plastik yang berupa
selama seminggu diperoleh 262,1 kg
pembungkus dan kantung adalah jenis
maka rata-rata sampah yang dihasilkan
sampah lautan yang dominan dari
setiap KK selama pengambilan data
seluruh sampah yang disampling pada
adalah 3,12 kg/KK/hari. Jika
pantai, dasar perairan, dan permukaan
diasumsikan jumlah anggota setiap
perairan Pulau Barrang Lompo.
rumah tangga di Pulau Barrang
Organik adalah jenis sampah lautan
Lompo sebanyak enam orang maka
terbanyak kedua yang disusul oleh
jumlah sampah yang dihasilkan setiap
gabus dan puntung rokok.
penduduk adalah 0,52 kg/orang/hari.
Pengelolaan sampah yang pernah
Nilai ini lebih tinggi dari standar
ada hingga saat ini di Pulau barrang
SNI S04-1993-03 yang menyatakan
Lompo ada dua yakni pengomposan
bahwa sampah yang dihasilkan oleh
dan bank sampah. Pengomposan sudah
setiap orang pada rumah permanen
tidak dilakukan lagi karena kompos
adalah 0,35 – 0,4 kg.orang/hari.
yang dihasillkan tidak sesuai dengan
Dengan jumlah penduduk 4.561 jiwa,
yang diharapkan akibat kesalahan
diperoleh jumlah timbulan total untuk
prosedur. Hasil perhitungan efektivitas
Pulau Barrang Lompo 2.371,72 kg
Bank Sampah Samaturu diperoleh
kg/hari.
OEE=12,5%. Jika dibandingkan
Sampah yang dihasilkan rumah
dengan nilai pada Base Line
tangga yang disampling terbagi dua
Efektivitas Bank Sampah, OEE <40%,
jenis yakni sampah organik dan
meiliki indikator warna merah, sistem
anorganik. Dari hasil penimbangan di
bank sampah dianggap memiliki skor
lapangan sebanyak 56,19% sampah
yang sangat rendah, dan sulit
yang dihasilkan rumah tangga
ditingkatkan, diperlukan penelitian
merupakan sampah organic. Sampah
yang mendalam. Indikator warna
organik ini terdiri dari sisa makanan,
merah, berdasarkan Skala
daun kering, dan pembungkus
Adaptabilitas Bank Sampah
makanan berupa daun pisang.
menunjukkan bank sampah dianggap
Sedangkan sampah anorganik
tidak mampu beradaptasi. Indikator
diperoleh data sebanyak 43,81% yang
warna merah juga menunjukkan
berupa plastik kemasan makanan
perilaku warga sangat tidak
ringan, gelas plastik, kertas, karton,
mendukung (diam dan tidak peduli),
popok, ranting kayu, rak telur, kain,
penduduk tidak termotivasi,
kaleng susu dan cat kapal, sandal
pemerintah daerah dan lembaga
karet, serta kaca.
masyarakat tidak peduli (tidak ada
rencana kegiatan), sedangkan dari sisi
Sampah lautan pengurus dan pengepul bank sampah
Jumlah dan berat sampah lautan tidak menunjukkan arti.Analisis
yang ditemukan pada empat lokasi jawaban responden menggunakan
sampling yakni pantai, ekosistem Severity Index menunjukkan bahwa
padang lamun, ekosistem terumbu penduduk tidak setuju dengan
karang, dan di permukaan air (apung) pengelolaan sampah dengan bank
berbeda pada setiap lokasi. Sampah sampah karena tidak mengerti cara

65
Wero Febriadi Mandala, Kendala dan Strategi Pengelolaan Sampah Pulau Barrang Lompo

kerja dan keuntungan bank sampah disebabkan karena tidak adanya sarana
dan beralasan sampah hanya sedikit. dan prasarana kebersihan berupa TPA,
Sampah rumah tangga paling petugas kebersihan, serta larangan
banyak adalah organik karena 56% membuang sampah di laut, kurangnya
rata-rata sampah rumah tangga di kepedulian pemerintah dalam menjaga
Indonesia adalah sisa makanan. keberlanjutan program pengelolaan
Sampah lautan yang jumlahnya paling yang telah ada, tidak ada
banyak ditemukan adalah jenis plastik. pendampingan pada kegiatan
Kayu adalah sampah lautan yang pengelolaan yang telah dilaksanakan,
paling berat ditemukan pada pantai. belum ada peraturan pengelolaan
Jumlah sampah lautan paling banyak sampah yang mengatur tentang
dan paling berat yang berada di pantai pemilahan, larangan, dan sanksi,
dibandingkan jika berada di ekosistem sampah lautan yang datang dan
padang lamun dan terumbu karang. sampai di pulau (kiriman) akibat
Tetapi bila sampah tersebut terbawa arus, jumlahnya akan terus
mengapung di perairan jumlahnya bertambah serta terakumulasi dengan
banyak dikarenakan berat sampah di sampah yang dibuang penduduk,
permukaan air (apung) lebih ringan sampah lautan yang dominan adalah
akibat terbawa arus dibandingkan di jenis sampah plastik yang bukan
ekosistem padang lamun dan termasuk plastik untuk ditabung di
ekosistem terumbu karang yang bank sampah, sampah rumah tangga
sampahnya tenggelam dan berada dominan organik sisa makanan,
pada substrat. Sampah plastik yang jumlah penduduk yang akan terus
berada di dasar perairan berat dan meningkat serta tingkat pendidikan
tenggelam karena pada saat terbawa penduduk yang umumnya hanya tamat
arus, pasir masuk dan mengisi ruang SD.
kosong di dalamnya. Komposisi Berdasarkan hasil analisa SWOT,
sampah di Pulau Barrang Lompo strategi yang tepat untuk pengelolaan
dipengaruhi oleh aktivitas rumah sampah Pulau Barrang Lompo adalah
tangga, tingkat pendapatan, pekerjaan, pencegahan terhadap sampah yang
konsumsi produk dan sampah kiriman. semakin meningkat melalui penguatan
Penduduk Pulau Barrang Lompo perilaku bersih sebagai kebutuhan,
umumnya membuang sampah dengan pemilahan sampah pada sumber,
dua cara yakni dibakar atau dibuang himbauan dan sosialisasi yang terus
ke laut dengan alasan tidak tahu harus menerus sambil melalukan daur ulang
membuang sampah ke mana, plastik dan pengomposan. Ketiga hal
merupakan kebiasaan, ada lahan ini perlu dilakukan sekaligus
kosong, tidak ada tempat sampah dan mengingat jumlah penduduk yang
petugas kebersihan, tidak ada TPA, terus meningkat setiap tahunnya.
tetangga juga membuang sampah ke Berdasarkan data tahun 2013, jumlah
laut, tidak ada yang melarang, sampah penduduk Pulau Barrang Lompo
hanya sedikit, dan sampah nanti akan adalah 4.561 jiwa dengan kepadatan
terbawa air laut sehingga pantai tetap penduduk 9.308 jiwa/km2. Padahal
bersih. kepadatan penduduk ideal untuk
Kendala pengelolaan sampah di mendapatkan ruang hidup adalah 500
Pulau Barrang Lompo adalah perilaku jiwa/km2 (BPS, 2013). Jika
penduduk yang membuang sampah di diproyeksikan 25 tahun yang akan
laut serta dengan cara membakar datang jumlah penduduk akan

66
The Journal of Fisheries Development, Januari 2016 Volume 2, Nomor 2 Hal : 61 - 68

mencapai 7.340 jiwa pada tahun 2038 A., Varadarajan, S., Wenneker, B.,
yang artinya memiliki kepadatan Westphalen, G. 2009. UNEP/IOC
penduduk 14.980 jiwa/km2. Hal ini Guidelines on Survey and
membutuhkan perhatian lebih bagi Monitoring of Marine Litter.
Pemerintah Kota untuk memberikan UNEP Regional Seas Reports and
solusi yang tepat bagi penduduk Pulau Studies, No. 186; IOC Technical
Barrang Lompo Series No. 83, Nairobi,
Kenya/Paris Cedex, France,
(http://www.unep.org/regionalseas
PENUTUP /marinelitter/publications/docs/Ma
rine_Litter_Survey_and_Monitorin
Kesimpulan g_Guidelines.pdf, diakses 13
Maret 2014)
Kesimpulan dari penelitian ini
adalah: Sampah penduduk penduduk Kementerian Pekerjaan Umum. 2012.
dominan adalah organik sedangkan Materi Bidang Sampah I.
sampah lautan yang dominan adalah Diseminasi dan Sosialisasi
plastik. Kendala utama pengelolaan Keteknikan Bidang PLP,
sampah di Pulau Barrang Lompo Direktorat Jenderal Cipta karya,
adalah perilaku penduduk yang Jakarta
membuang sampah ke laut. Strategi Kristanti, E. Y. 2010. “Pulau Sampah
yang tepat untuk mengelola sampah di Rakasa Siap Jadi saingan Hawaii”.
pulau ini berdasarkan komposisi Viva News (Online),
sampah dan kendala yang ada adalah (http://dunia.news.viva.co.id/news/
pencegahan secara preventif, daur read/161675-pulau-sampah-
ulang, dan pengomposan. raksasa-siap-jadi-saingan-hawaii,
diakses 10 Maret 2014)
DAFTAR PUSTAKA Kristina, H. J. 2014. Model
Konseptual untuk Mengukur
Burhanuddin, F. Selintung, M. dan Adaptabilitas Bank Sampah di
Wikantari, R. 2012. Prioritas Indonesia. Jurnal TI Undip, Vol
Pengembangan Infrastruktur IX, No. 1, Januari 2014, Online
Berkelanjutan di Pulau Barrang (http://ejournal.undip.ac.id/index.p
Lompo dengan Menggunakan hp/jgti/article/view/6027/5163,
Metode Analisis AHP (Analytic diakses 05 Pebruari 2014)
Hierarchy Process). J. J. Sains dan Nur, M. I., La Ane, R., dan Selomo M.
Teknologi,. Juni 2012. Vol. I. No 2013. Faktor Risiko Sanitasi
1:70-80, Online Lingkungan Rumah terhadap
(http://ejournal.undip.ac.id/index.p Kejadian, Kecacingan pada Murid
hp/ijms/article/view/1620, diakses Sekolah Dasar di Pulau Barrang
04 Maret 2014) Lompo Kota Makassar Tahun
Cheshire, A.C., Adler, E., Barbière, J., 2013, Online
Cohen, Y., Evans, S., Jarayabhand, (http://repository.unhas.ac.id/bitstr
S., Jeftic, L., Jung, R.T., Kinsey, eam/handle/123456789/6049/jurna
S., Kusui, E.T., Lavine, I., l.pdf?sequence=1, diakses 28
Manyara, P., Oosterbaan, L., Januari 2014)
Pereira, M.A., Sheavly, S., Tkalin,

67
Wero Febriadi Mandala, Kendala dan Strategi Pengelolaan Sampah Pulau Barrang Lompo

Tahir, A., Boer, M., Susilo, S. B., dan


Jaya, I. 2009. Indeks Kerentanan
Pulau-Pulau Kecil: Kasus Pulau
Barrang Lompo-Makassar. Jurnal
Ilmu Kelautan Desember 2009
Vol. 14 (4) : 8 – 13 , Online
(http://ejournal.undip.ac.id/index.p
hp/ijms/article/view/1620, diakses
04 Maret 2014)
United Nations Environment
Programme. 2013. UNEP Year
Book. Emerging Issues in Our
Global Environment, Online
(http://www.unep.org/pdf/uyb_201
3.pdf, diakses 03 Desember 2013)

68

Anda mungkin juga menyukai