Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia saat ini sedang diterpa isu penurunan kualitas lingkungan hidup

yang semakin hari tampak nyata. Penurunan kualitas lingkungan hidup ini terjadi

di daerah-daerah atau kota-kota yang sedang berkembang. Kegiatan pembangunan

dengan berbagai aktivitas masyarakat mempunyai pengaruh langsung terhadap

daya dukung lingkungan sehingga terjadi pergeseran keseimbangan lingkungan

yang tidak proporsional, tidak efisien dan kurangnya tingkat kesadaran

masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, sehingga menimbulkan

permasalahan lingkungan hidup yang cukup serius. Menurut Undang-Undang

No.23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Rifo, 2014), ini kok

dapusnya di tengah tengah? Taro di akhir kalimat aja Lingkungan hidup

merupakan kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup

termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi

melangsungkan perikehidupannya dan kesejahteraan manusia maupun makhluk

hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

Fenomena persampahan yang berada pada 384 kota di Indonesia, tercatat

meningkat dari 80,2 ton/hari pada tahun 2008, menjadi 89,6 juta ton/hari pada

tahun 2010 (Waryono, 2010:2). Sebagai salah satu negara berkembang dengan

jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di

Indonesia menjadi sangat kompleks. Hampir setiap tempat di Indonesia, sistem

1
2

pembuangan sampah dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih

lanjut. Sistem pembuangan semacam itu, selain memerlukan lahan yang cukup

luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan air, selain lahannya

juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor penyakit

menular (Chandra, 2007:13). Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya

pencemaran pada udara, tanah, dan air. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku dalam

pengelolaan sampah. Perilaku menusia yang tidak bertanggung jawab terhadap

sampah, dapat menyebabkan munculnya masalah kerusakan lingkungan. Bila

perilaku manusia hanya mengarah lebih pada kepentingan pribadinya, tanpa

mempertimbangkan kepentingan bersama, maka dapat mengakibatkan kerusakan

lingkungan. Perilaku atau tindakan yaitu suatu sikap yang secara otomatis

terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap

menjadi suatu tindakan nyata diperlukan fasilitas pendukung, antara lain fasilitas

persampahan (Raharjo, 2014).

Menurut defenisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,

tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007:111).

Masalah sampah di Indonesia merupakan masalah yang rumit karena kurangnya

pengetahuan masyarakat terhadap akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh

sampah, kurangnya biaya pemerintah untuk mengusahakan pembuangan sampah

yang baik dan memenuhi syarat. Oleh karena itu, untuk menghindari kerusakan

lingkungan maka sampah harus dikelola dengan baik (Wibowo, 2009). Setiap

manusia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan


3

hidup. Cara yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang sesuai dan

diterima oleh orang-orang di sekitarnya termasuk bagai. Melakukan tindakan yang

sesuai dengan norma dalam psikologi sosial disebut konformitas (Levianti, 2008).

Setiap manusia berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat

bertahan hidup. Cara yang termudah adalah dengan melakukan tindakan yang

sesuai dan diterima oleh orang-orang di sekitarnya. Melakukan tindakan yang

sesuai dengan norma dalam psikologi sosial disebut konformitas (Levianti, 2008).

Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dalam psikologi

sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006). Menurut Asmalia (2014) bahwa

konformitas mengandung dua unsur yaitu selaras (congruence) dan gerak

(movement), maksudnya selaras adalah persetujuan atau kesamaan antara respon

oleh individu dengan respon yang secara sosial dianggap benar, sedangkan gerak

adalah perubahan respon dalam kaitannya dengan standar sosial konformitas ini

tidak hanya mengandung unsur keselarasan, tetapi juga mengandung unsur gerak,

yaitu perubahan respon. Apabila tidak ada perubahan respon, maka keselarasan

tidak dapat dikatakan sebagai konformitas. Menurut Chaplin (2009)

konformitas, dalam kamus psikologi, diartikan sebagai kecenderungan individu

untuk memperoleh sikap dan tingkah laku yang sudah berlaku atau dianut oleh

lingkungan sekitarnya. Myers (2014) mengungkapkan bahwa konformitas adalah

suatu perubahan sikap percaya sebagai akibat tekanan dari kelompok. Sedangkan

menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas merupakan suatu pengaruh sosial

dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku agar sesuai dengan norma
4

sosial yang ada. Menganut pada norma kelompok acuan, menerima ide atau

aturan-aturan yang menunjukkan bagaimana remaja berperilaku.

Jadi konformitas adalah suatu bentuk penyesuaian diri dengan cara meniru

sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata atau tidak.

Hurlock (2009) menambahkan bahwa perkembangan menuju kedewasaan ialah

mampu mengadakan penyesuaian diri secara mandiri sehingga ketika ada

persoalan yang sulit mampu mengatasi persoalan tersebut dengan sendiri. Untuk

dapat melakukan konformitas kita pasti harus melakukan penyesuaian diri

terhadap lingkungan. Menurut Gunarsa (2004) penyesuaian diri merupakan faktor

penting dalam kehidupan manusia. Sehingga penyesuaian diri dalam hidup harus

dilakukan supaya terjadi keseimbangan dan tidak ada tekanan yang dapat

mengganggu suatu dimensi kehidupan.

Ali dan Ansori (2011) menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan

perilaku yang diperjuangkan individuagar dapat berhasil menghadapi kebutuhan

internal, ketegangan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas

keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar

atau lingkungan tempat individu berada. Menurut Davidoff (dalam Mu’tadin,

2002) penyesuaian diri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara

kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan.

Adapun alasan dilakukan penelitian pada masyarakat sekitar sungai karang

mumus adalah karena sungai ini terkenal sebagai sungai yang kotor dan penuh

akan sampah yang dibuang oleh masyarakat yang ada dipinggiran sungai tersebut.
5

Berdasarkan rangkaian permasalahan yang diuraikan diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh konformitasi dan

penyesuaiaan diri terhadap perilaku membuang sampah” pada masyarakat sekitar

Sungain Karang Mumus kota Samarinda..

Ngga ada hasil wawancaranya ni di?

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh

konformias dan penyesuaian diri terhadap perilaku membuang sampah pada

masyarakat sekitar Sungai Karang Mumus Kota Samarinda.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

konformiitas dan Penyesuaian diri pada masyarakat sekitar sungai karang mumus

kota Samarinda.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya, yaitu:


6

1. Penelitian ini diharapkan diharapkan dapat memperkaya penelitian-

penelitian psikologi lainnya sehingga dapat dipergunakan sebagai referensi

atau bahan pembanding bagi peneliti-peneliti berikutnya yang ingin

mengkaji masalah yang berkaitan dengan konformitas dan penyesuaian

diri.

2. Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan pada lingkungan sekitar.

Terutama bagi masyarakat sekitar Sungai Karang Mumus di Kota

Samarinda yang terkait erat dengan perilaku konformitas dan penyesuaian

diri.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang pengaruh motivasi berprestasi,

belajar berdasarkan regulasi diri, dan prestasi belajar terhadap orientasi tujuan

belum ada sebelumnya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian yang

terkait dengan penelitian ini yaitu:

1. Karina ayu lestari dan Nailul Fauziah (Universitas Diponegoro),

2016,Hubungan antara konformitas dengan motivasi belajar pada siswa DI

SMA MUHAMMADIYAH Kudus, menggunakan sampel yaitu siswa di

SMA Muhamadiyah Kudus, menggunakan metode kuantitatif, hasil

hubungan positif yang signifikan antara konformitas dan motivasi belajar.

2. Sofy ariany hasan dan Muryantinah mulyo handayani (Universitas

Airlangga), 2014, Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan

penyesuaian diri siswa tuna rungu di sekolah inklusi, menggunakan


7

metode kuantitatif, hasil terdapat hubungan yang signifikan antara

dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri.

Berdasarkan uraian di atas, meskipun telah ada beberapa penelitian yang

berkaitan dengan “konformitas, penyesuaian diri dan perilaku membuang

sampah”, namun belum ada yang melakukan penelitian dengan judul yang sama.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas juga menggunakan subjek

penelitian yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai