Kegiatan Bersih
Kegiatan Bersih
Oleh: Andhini T. Putri, Nurita W. Regina, Ridwanda BD. Tsabitah, Geri W. Jalu, Dimas
Riztiardhana
Perilaku prososial merupakan suatu tindakan individu untuk menolong orang lain dan
sering kali dilakukan tanpa memberi manfaat langsung pada orang yang menolong. Secara
teoritis, struktur elemen perilaku prososial dapat dilihat berdasarkan tiga tingkat
analisisnya, yaitu level mikro, meso dan makro. Artikel ini akan menjelaskan prososial
pada level mikro. Perilaku prososial pada level mikro menjelaskan tentang fungsi
disposisional yang membuat individu cenderung melakukan perilaku prososial. Selain itu,
adanya perbedaan individual yang dapat menjelaskan permulaan munculnya
kecenderungan prososial pada manusia juga dijelaskan dalam level mikro ini.
Salah satu contoh tindakan yang mencerminkan perilaku prososial yang dibahas pada
artikel ini adalah apa yang dilakukan oleh Pandawara Group. Pandawara Group sendiri
adalah sekelompok anak muda dari Bandung yang melakukan aksi bersih-bersih
lingkungan. Grup ini beranggotakan lima personil yang mana kelimanya merupakan teman
baik dan sering menghabiskan waktu bersama. Inspirasi untuk membersihkan sungai
awalnya datang dari pengalaman pribadi mereka saat menjadi korban banjir. Aksi ini
mereka ambil karena merasa masyarakat Indonesia kurang peduli lingkungan.
Data yang dihimpun CNN Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia
ternyata kurang peduli akan kebersihan. Hal itu berdampak pada lingkungan sekitar dan
juga kesehatan. Data riset Kementerian Kesehatan juga menunjukkan bahwa hanya 20
persen dari total masyarakat Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan dan
kesehatan. Ini berarti, dari 262 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 52 juta orang yang
memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap
kesehatan.
Penelusuran Pandawara Group terhadap kepedulian hidup bersih ini berujung pada masalah
sampah. Mereka menemukan banyak sampah yang dibuang di sungai. Mereka kemudian
berinisiatif untuk terjun langsung mengurangi sampah yang ada, sampah yang mereka
yakini menjadi penyebab banjir dimusim hujan. Sebagai bentuk edukasi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia yang kurang terhadap lingkungan, akhirnya
mereka membuat konten yang menginspirasi, khususnya pada anak muda agar lebih peduli
terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Mereka terus fokus membersihkan sungai-sungai
di sekitar rumah mereka.
Tindakan yang Pandawara Group tunjukkan ini merupakan salah satu contoh perilaku
prososial. Meski memiliki motivasi tersendiri atas Tindakan yang mereka lakukan, perilaku
prososial pada dasarnya memiliki faktor yang berbeda-beda. Pada level mikro dan faktor-
faktor yang muncul dalam kegiatan prososial Pandawara Group adalah, yang peratama,
faktor evolusioner. Faktor evolusioner merupakan teori yang dikemukakan oleh Charles
Darwin yang dibagi kedalam dua kategori. Kategori tersebut antara lain, Inclusive
Fitness dan Kin Selection, serta Altruisme Resiprokal. Pada Inclusive
Fitness (kekhususan) ini akan memunculkan proses Kin Selection (seleksi keluarga), yaitu
proses selektif yang menguntungkan kolega dan pihak-pihak yang memiliki satu materi
genetik yang sama. Kegiatan yang dilakukan Pandawara Group ini bertolak belakang
dengan teori tersebut karena kegiatan yang dilakukan oleh pandawara lebih didasarkan atas
rasa peduli pada lingkungan yang harapannya dapat meminimalisir dampak banjir bagi
semua orang. Jadi, bukan terkhusus pada seseorang yang memiliki ikatan genetik dengan
anggota grup pandawara.
Kemudian Altruisme Resiprokal (timbal balik) yakni adanya anggapan bahwa kita
menolong seorang itu karena nanti mereka juga akan menolong kita sehingga kita pun akan
mendapatkan keuntungan. Dalam teori Inclusive fitness, Kin Selection, dan teori altruisme
resiprokal, kegiatan prososial yang dilakukan oleh Pandawara Group ini lebih mengarah
pada teori altruisme resiprokal. Hal ini dibenarkan dengan adanya perilaku mereka yang
melakukan kegiatan bersih-bersih sungai yang mengharapkan adanya dampak baik untuk
lingkungan setempat agar tidak terkena banjir lagi.
Faktor kedua dari perilaku prososial di level mikro ini adalah faktor biologis. Ada beberapa
aspek yang mendasari faktor biologis yaitu, struktur saraf dan mirror system, hormon
oksitosin, dan juga hereditas. Jika dikaitkan dengan factor biologis ini, Pandawara Group
cenderung melakukan perilaku prososial karena hormon oksitosin. Hereditas sendiri adalah
faktor keturunan jadi orang cenderung melakukan perilaku prososial karena adanya sifat
menurun dari orang tua sehingga tidak mungkin muncul pada perilaku bersih-bersih sungai
yang dilakukan dalam kasus ini. Kegiatan bersih-
bersih sampah ini juga dapat dikategorikan dalam struktur neurologis dan pada teori
biologis karena perilaku yang ditunjukkan berkaitan dengan hasil observasi yang
terkoneksi pada pikiran mereka. Pandawara Group menganggap bahwa sampah yang ada
merupakan sesuatu yang harus ditangani dan akhirnya mendorong mereka untuk memiliki
pergerakan dengan melakukan tindakan bersih-bersih agar terciptanya lingkungan yang
bersih dan nyaman.
Ketiga adalah faktor empati. Orang yang mempunyai rasa empati besar memungkinkan
untuk melakukan tindakan prososial. Empati juga berkaitan dengan kegiatan yang
dilakukan oleh Pandawara Group. Rasa empati yang dimiliki oleh para anggotanya
menggerakan mereka untuk melakukan kegiatan bersih-bersih sehingga dapat dikatakan
bahwa mereka memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sekitar. Mungkin kita juga
bisa menyalurkan rasa empati dalam diri kita untuk meniru kegiatan positif yang dilakukan
oleh Pandawara Group ini.
Keempat adalah faktor kepribadian. Kepribadian juga merupakan faktor penyebab perilaku
prososial dari penelitian yang ada orang yang orang-orang yang mudah bekerja sama dan
bersifat baik, serta terbuka atau memiliki ketertarikan pada hal-hal baru lebih cenderung
melakukan perilaku prososial. Teori kepribadian ini mengaitkan dengan teori Big Five
Personality yang sudah ada, yaitu openness, conscientiousness, extraversion,
agreeableness, Neuroticism. Perilaku pandawara mereka berlima mempunyai
sifat agreeableness (mudah bekerja sama dan bersifat baik) serta oppeness (terbuka atau
memiliki ketertarikan pada hal-hal baru).
Faktor kelima adalah kelekatan dan hubungan. Kelekatan dan hubungan merupakan faktor
yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku prososial karena orang cenderung
berusaha memenuhi permintaan dan kewajiban terhadap orang lain. Hal ini sangat
berkaitan dengan perilaku prososial yang dilakukan Pandawara Group karena, mereka
berlima memiliki kesamaan dalam persahabatan dan sama-sama pernah terdampak banjir
yang diakibatkan oleh penumpukan sampah di sungai. Kesamaan inilah yang akhirnya
membuat mereka banyak melakukan kegiatan bersih-bersih sampah dan juga banyak
menjalin hubungan kerja sama dengan pemerintah dan juga para influencer untuk bersama-
sama menciptakan lingkungan yang bersih dan terbebas dari banjir.
Terakhir adalah faktor proses perkembangan individu. Perkembangan individu pada teori
terletak pada tempramen, sosialisasi, sosial kognitif, dan program intervensi, usia yang
menimbulkan perilaku prososial. Keterkaitan proses perkembangan individu ini
menyebabkan sekelompok remaja merasakan hal yang sama, yaitu terjadinya banjir di
daerah rumahnya masing-masing. Dari apa yang mereka rasakan dan alami itu kemudian
timbulah tindakan dan perilaku bersih-bersih sungai agar terciptanya lingkungan yang
bersih dan bebas banjir.
Kasus dalam artikel ini menunjukkan bahwa perilaku prososial yang dilakukan oleh
Pandawara Group adalah perilaku yang seharusnya dapat kita terapkan dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari. Terlepas dari kegiatan bersih-bersih sampah ataupun kegiatan-
kegiatan lain yang dapat mengajak masyarakat Indonesia untuk berbenah, adanya
kesadaran dari dalam diri kita untuk melakukan perilaku prososial tersebut merupakan
sesuatu yang perlu dimiliki setiap orang
Referensi
CNN, I. (2018). kesadaran masyarakat indonesia akan kebersihan masih rendah. Dikutip
dari CNN Indonesia [online] melalui situs
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180423183600-255-292946/kesadaran-
masyarakat-indonesia-akan-kebersihan-masih-rendah
Subhan, E. H., Meutia, N., Rahma, F., Ardinityas, P., Bagus, T., Muh, A., Wenty, M.,
Reza, F. M., Irmawati, Ridhoi, M., Joevarian, H., Sukma, B. N., Abdan, S. M., Zainal, A.,
& Clara, M. (2018). Psikologi sosial; Pengantar dalam teori & penelitian (P. Ardinityas,
A. Zainal, & M. M. N (eds.)). Salemba Humanika.
P
andawara Group (Sumber: Kompas)