Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

PERMODELAN PERSAMAAN MATEMATIKA

DOSEN :
Iqbal Tanjung, ST, MT

NAMA :Arya Repangga


NPM : 1907230106

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2020-2021
PENGARUH PENDEKATAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP
KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 15
PALEMBANG

Abstract:

This study is an experimental research that aims to determine the effect of learning with
matemtika modeling approach to argumentation abilities of students. Population in this
research was students of junior high school number 15 Palembang. The sample was
graders VIII.4 and VIII.5 that selected randomly. VIII.5 class was chosen as an
experimental class with mathematical modeling study, whereas VIII.4 class was as a
class control with conventional learning. Data collection techniques used were test,
documentation, and interviews. The test was used to determine the ability of
argumentation students after studying the mathematical approach to the material
pemodelam prism pyramid, and after the test results were analyzed, interviews of students
were conducted to test very well categorized and very less associated with the answer
when students did the test. Data analysis showed that the experimental class students'
ability arguments were better than the control class. Based on these results, it can be
concluded that learning with mathematical modeling approaches affect the ability of
argumentation students with an average of 85.63.
Keywords: Mathematical Modelling, Ability of Argumentation

Abstrak:
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pembelajaran dengan pendekatan pemodelan matemtika terhadap kemampuan
argumentasi siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 15
Palembang. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII.4 dan VIII.5 yang dipih secara
acak: kelas VIII.5 sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran pemodelan
matematika, sedangkan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
konvensional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, dokumentasi, dan
wawancara. Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan argumentasi siswa setelah
belajar dengan pendekatan pemodelam matematika. Setelah hasil tes dianalisis dan
diolah maka dilakukan wawancara terhadap siswa yang hasil tesnya berkategori sangat
baik dan sangat kurang terkait dengan jawabannya saat mengerjakan soal tes. Dari hasil
analisis data penelitian menunjukkan bahwa kemampuan argumentasi siswa kelas
eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan pemodelan matematika berpengaruh pada
kemampuan argumentasi siswa dengan rata-rata sebesar 85,63.
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016

Kata kunci : Pemodelan Matematika, Kemampuan Argumentasi

Salah satu tujuan pembelajaran dan memutuskan cara atau penyelesaian


matematika yang terdapat dalam yang tepat untuk menyelesaikan
kurikulum tingkat satuan pendidikan masalahnya. (Klipatrick dan Jane,
(Departemen Pendidikan Nasional 2006) 2002). Kemampuan berargumentasi
adalah menggunakan penalaran pada sangat erat kaitannya dengan
pola dan sifat, melakukan manipulasi kemampuan penalaran, karena tanpa
matematika dalam membuat kemampuan penalaran maka siswa tidak
generalisasi, menyusun bukti, atau dapat membangun kemampuan
menjelaskan gagasan dan pernyataan berargumentasi. (Whitenack & Yackel,
matematika. Berdasarkan tujuan 2006)
tersebut, pelajaran matematika Untuk mencapai tujuan
merupakan salah satu disiplin ilmu yang pembelajaran matematika yang salah
berhubungan dengan dunia pendidikan satunya adalah kemampuan
yang dapat mengembangkan berargumentasi, maka dibutuhkan
kemampuan berpikir dan pembelajaran yang dapat melatih
berargumentasi. Di dalam pembelajaran kemampuan argumentasi siswa, yaitu
matematika, tidak hanya sekedar belajar melalui pembelajaran pemodelan
menyelesaikan soal tetapi juga belajar matematika. Hal ini dikarenakan
berargumentasi. pembelajaran pemodelan matematika
Menurut Hartatiana (2011: 12) lebih banyak melatih kemampuan
kemampuan yang harus dipelajari dan penalaran, pemecahan masalah, dan
dikuasai oleh para siswa selama proses berargumentasi.
pembelajaran matematika dikelas salah Menurut Ang (2001) pemodelan
satunya adalah berargumentasi secara matematika adalah proses mengubah
matematis, dalam hal ini mencakup atau mewakili masalah dalam dunia
memahami pembuktian, mengetahui nyata ke dalam bentuk matematika
bagaiman membuktikan, mengikuti dan dalam upaya untuk menemukan solusi
menilai rangkaian argumentasi, dari suatu masalah. Pemodelan
memiliki kemampuan menggunakan matematika dapat dijadikan salah satu
strategi, dan menyusun argumentasi. cara menjembatani konsep matematika
Argumentasi dalam matematika sangat yang abstrak dengan masalah dari dunia
diperlukan, hal ini dikarenakan agar nyata. Masalah dunia nyata diubah
siswa dapat menjelaskan secara logis terlebih dahulu menjadi masalah

115
Wulandari, Pengaruh Pendekatan Pemodelan Matematika...

matematika, yang kemudian selama proses penalaran berjalan, maka


diselesaikan secara matematis, hasilnya kemampuan berargumentasi juga akan
diterjemahkan kembali sebagai solusi berjalan.
masalah dari dunia nyata.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
Dalam pembelajaran pemodelan
tertarik untuk melakukan penelitian
matematika siswa di tuntut untuk
tentang “Pengaruh Pemodelan
merumuskan masalah, perumusan model
Matematika Terhadap Kemampuan
matematika yang tepat untuk
Argumentasi Siswa Kelas VIII SMP
mendapatkan solusi. hal tersebut dapat
Negeri 15 Palembang”. Penelitian ini
didukung dengan menggunakan
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
argumen – argumen untuk memperkuat
pemodelan matematika terhadap
apakah model yang dibuat dan solusi
kemampuan argumentasi siswa kelas
yang didapatkan telah benar. Hal ini
VIII SMP Negeri 15 Palembang.
didukung oleh pendapat Hartatiana
(2011 : 23) yang menyatakan bahwa
salah satu langkah menumbuhkan METODE
kemampuan berargumen dalam Penelitian ini merupakan penelitian
membenarkan ide atau suatu pernyataan kuasi eksperimen, penelitian ini
adalah mencoba mencari tau bagaimana bertujuan untuk melihat pengaruh
siswa mengetahui bahwa solusi yang pembelajaran pemodelan matematika
telah didapatkan telah benar. terhadap kemampuan argumentasi siswa
Kemudian salah satu langkah pada materi bangun ruang sisi datar
pembelajaran pemodelan matematika prisma dan limas. Desain penelitian ini
menurut Bimbengut dan Hein (2010) adalah Static Group Comparison
adalah perumusan model matematika. (perbandingan kelompok statis) yang
Pada tahap perumusan model mana dalam desain ini terdapat dua
matematika di butuhkan kemampuan kelompok yang dipilih sebagai obyek
penalaran untuk menterjemahkan apa penelitian. Kelompok pertama mendapat
yang diketahui pada soal kedalam perlakuan sedangkan kelompok kedua
bentuk matematikanya. Pada tahap tidak mendapat perlakuan. Kelompok
berpikirnya siswa mengubah masalah ke kedua ini berfungsi sebagai
bentuk matematika, secara langsung di pembanding/pengontrol. Penelitian ini
pikiran siswa sudah tersimpan argument diawali dengn menentukan populasi dan
atau alasan mengapa ia mengubah memilih sampel dari populasi yang ada.
masalah ke bentuk tersebut. Sehingga

116
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016

Populasi dalam penelitian ini adalah melihat validitas dan reliabilitas soal.
siswa kelas VIII semester genap tahun Setelah mendapatkan data tes
pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 15 kemampuan argumentasi siswa data
Palembang. Sampel dalam penelitian ini tersebut di uji normalitas dan uji
adalah kelas VIII.5 sebagai kelas homogenitas. Kemudian data tersebut, di
eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai uji menggunakan uji-t guna melihat
kelas kontrol. Diasumsikan kemampuan pengaruh pembelajaran pendekatan
siswa kedua kelas sama. Hal ini di pemodelan matematika terhadap
karenakan pembagian kelas pada kemampuan argumentasi siswa.
sekolah tersebut dilakukan secara acak. Langkah-langkah pembelajaran
Kemudian variabel dalam penelitian ini yang dilakukan pada setiap pertemuan
adalah kemampuan argumentasi siswa pada dasarnya sama yang berbeda
dan perlakuan dalam penelitian adalah adalah materi pembelajarannya. Pada
pendekatan pemodelan matematika. pertemuan pertama pembelajaran
Data yang dibutuhkan dalam dimulai dengan berdoa bersama,
penelitian ini diperoleh melalu tes, kemudian dilanjutkan dengan mengingat
dokumentasi, dan wawancara. Tes kembali tentang rumus phytagoras,
dilakukan setelah pembelajaran dengan bangun ruang kubus dan balok sebagai
pendekatan pemodelan matematika apersepsi dan menginformasikan tujuan
untuk memperoleh data tes kemampuan pembelajaran. Selanjutnya, karena ini
argumentasi siswa. Dokument yang adalah pertemuan pertama, peneliti
dikumpulkan berupa Lembar Kerja menjelaskan proses pembelajaran yang
Siswa yang dikerjakan pada setiap akan ditempuh dengan menggunakan
pertemuan, dan video pada proses LKS berdasarkan langkah-langkah
pembelajaran sebagai data pendukung pembelajaran pemodelan matematika.
disamping data yang diperoleh dari hasil Materi pada pertemuan pertama ini
tes. Wawancara dilakukan setelah hasil adalah luas permukaan prisma. Dalam
tes di analisis dan diolah untuk kegiatan ini siswa dikondisikan menjadi
megetahui informasi lebih lanjut kelompok belajar.
mengenai proses pembelajaran Pertemuan kedua pembelajaran
pemodelan matematika dan pengerjaan dimulai dengan berdoa bersama,
soal. kemudian dilanjutkan dengan mengingat
Sebelum soal diberikan untuk kembali materi sebelumnya sebagai
mengetahui kemampuan argumentasi apersepsi dan menginformasikan tujuan
siswa, soal tes diujicobakan untuk pembelajaran. Materi pada pertemuan

117
Wulandari, Pengaruh Pendekatan Pemodelan Matematika...

kedua ini adalah luas permukaan limas. Jumlah seluruh siswa ada 35
Dalam kegiatan ini siswa dikondisikan orang sehingga kelompok yang
menjadi kelompok belajar. bisa dibentuk ada 8 dengan 3
Pertemuan ketiga pembelajaran kelompok beranggota 5 orang.
dimulai dengan berdoa bersama,
kemudian dilanjutkan dengan mengingat b. Kegiatan inti
kembali materi sebelumnya sebagai • Peneliti memberikan masalah-
apersepsi dan menginformasikan tujuan masalah dikehidupan sehari-hari
pembelajaran. Materi pada pertemuan yang berkaitan dengan materi
ketiga ini adalah volum prisma dan prisma dan limas. Masalah
limas. Dalam kegiatan ini siswa tersebut disajikan dalam lembar
dikondisikan menjadi kelompok belajar. kerja siswa (LKS). Pada

Pada setiap pertemuan pembelajaranya pertemuan kali ini yang akan di

menggunakan LKS. LKS ini merupakan pelajari adalah tentang luas

implementasi dari pendekatan permukaan limas, dan masalah

pemodelan matematika atau dengan kata yang peneliti ambil adalah

lain LKS ini merupakan wujud dari mengenai luas atap rumah pak

pemodelan matematika. Berikut ini Amir yang akan dipasang

adalah langkah-langkah pembelajaran genteng.

pemodelan matematika :

a. Pendahuluan
• Peneliti menyampaikan tujuan
dan motivasi pembelajaran yang
akan dicapai.
• Peneliti melakukan apersepsi
pembelajaran atau mengingakan Gambar 1. Penyajian masalah
kembali materi sebelumnya kehidupan sehari-hari pada LKS
yaitu tentang phytagoras, rumus
luas balok dan kubus, serta • Siswa berdiskusi dengan
rumus luas bangun datar. kelompoknya untuk
• Peneliti mengorgnisasi siswa menyajawab dan menemukan
untuk membentuk kelompok idea/gagasan kelompoknya
diskusi kecil yang terdiri dari 4 sendiri. Dalam proses diskusi
sampai 5 orang per kelompok.

118
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016

tersebut kegiatan yang menghitung luas atap yang akan


dilakukan antara lain : di pasang genteng. Kemudia
• Masalah dikehidupan sehari-hari siswa menyelesaikan persamaan
diterjemahkan menjadi masalah yang mereka buat.
matematika oleh siswa. Siswa
mengubah panjang, tinggi dan
luas atap rumah dengan simbol
matematika. Kemudian siswa
membuat model matematika
yang sesuai dengan
permasalahan.

Gambar 3. Siswa membuat


persamaan

Gambar 2. Siswa mengubah kedalam


bentuk matematika

• Siswa mengkonstruk sendiri Gambar 4. Siswa


ide/gagasan kelompoknya dari menyelesaikan persamaan
masalah matematika yang
dibuat. • Meminta siswa menginterpretasi
• Siswa merumuskan ide/gagasan atau menafsirkan solusi dari
tersebut kedalam persamaan persamaan yang diselesaikan
matematika dan menyelesaikan kedalam situasi pada
persamaan. Setelah siswa permasalahan dikehidupan
membuat model matematika dunia nyata. Setelah didapatkan
untuk menghitung tinggi atap hasil banyak genteng yang
dan tinggi segitiga, maka siswa dibutuhkan untuk atap rumah
membuat persamaan untuk

119
Wulandari, Pengaruh Pendekatan Pemodelan Matematika...

pak amir, siswa mengaitkannya pada kelas eksperimen dan kelas


dengan permasalahan yaitu kontrol. Data akhir yang diperoleh yaitu
banyaknya persediaan dengan data nilai tes kemampuan argumentasi
banyaknya genteng yang siswa. Berikut disajikan deskripsi data
dibutuhkan. kemampuan argumentasi siswa pada
Tabel 1.

Tabel 1

Deskripsi Data Kemampuan


Gambar 5. Siswa menafsirkan solusi Argumentasi Matematika Siswa
yang didapatkan
Kemampuan Argumentasi
• Siswa mempresentasikan hasil Kelas Kelas Kontrol
Eksperimen (Konvensional)
diskusi kelompoknya didepan Data (dengan
pembelajaran
kelas mengenai jawaban soal pemodelan
nomor 1 dan kesimpulan yang matematika)
N 35 35
mereka dapatkan hasil dari Rataan 85,63 66,63
Simpangan 6,549 9,437
pekerjaan kelompoknya Baku
mengenai banyak genteng yang Maksimum 95 81
Minimum 76 52
dibutuhkan pak Amir untuk
menutupi atap rumahnya.
• Peneliti memberikan Berdasarkaan tabel 1, diketahui jumlah

kesempatan siswa untuk data yang diperoleh dari dua kelas

bertanya dan menanggapi hasil penelitian sebanyak 70 dengan 35 data


presentasi kelompok. dari kelas eksperimen dan 35 data dari

• Peneliti memberikan penguatan kelas kontrol. Simpangan baku kelas

terhadap hasil diskusi. eksperimen 6,549 sedangkan simpangan


baku kelas kontrol sebesar 9,437. Nilai
tertinggi yang di peroleh di kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN eksperimen adalah 95 sedangkan di
Hasil kelass kontrol hanya 81. Nilai terendah
di kelas ekperimen 76 sedangkan di
Setelah diberi perlakuan pada kelas
kelas kontrol 52. Kemudian rataan skor
eksperimen, kemudian diberikan tes
postes kelas ekperimen lebih dari rataan
kemampuan argumentasi yang sama
skor tes kelas kontrol. Hal ini

120
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016

menandakan tes kemampuan jika nilai t hitung > |t tabel| maka Ho di


argumentasi kelas eksperimen lebih baik tolak dan H1 diterima.
dari kelas kontrol. Namun, data ini
Jadi, menurut pada hasil Uji-t pada
belum cukup akurat untuk menunjukkan
tabel 1.3 tersebut dapat kesimpiulannya
apakah terdapat perbedaan yang
ialah Ho ditolak, karena ternyata 9,804
signifikan antara kelas eksperimen dan
> |2,056|. Hal ini berarti terdapat
kelas kontrol. Selanjutnya, untuk
pengaruh pembelajaran dengan
mengetahui hal tersebut akan dilakukan
pendekatan pemodelan matematika
analisis data menggunakan uji t, namun
terhadap kemampuan argumentasi
sebelum dilakukan uji t, akan dilakukan
siswa.
uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas kedua data dan didapatkan
Pembahasan
hasil bahwa data kemampuan
argumentasi siswa normal dan homogen. Penelitian ini bertujuan untuk
Setelah itu baru dilakukan uji hipotesis. mengetahui kemampuan argumentasi
Hasil uji-t dapat dilihat pada Tabel 2. siswa melalui pembelajaran pendekatan
pemodelan matematika. Kemudian
dilakukan pengamatan selama proses
Tabel 2
pembelajaran berlangsung serta tes
Hasil Perhitungan T-test Data setelah pembelajaran dengan pendekatan
Kemampuan Argumentasi Siswa pemodelan matematika. Pengamatan
Berdasarkan Kelas Eksperimen dan selama proses pembelajaran ditujukan
Kelas Kontrol untuk melihat keaktifan siswa selama
proses pembelajaran dengan pendekatan
TMitung dk Signi†ikansi
pemodelan matematika, sedangkan tes
ditujukan untuk melihat kemampuan
Variansi 9,804 68 0,000 argumentasi siswa setelah memperoleh
Sama
pembelajaran dengan pendekatan
pemodelan matematika.
Hasil penelitian ini menunjukan
Berdasarkan hasil uji-t pada tabel 2,
bahwa pembelajaran dengan pendekatan
nilai t hitung data skor postesnya adalah
pemodelan matematika efektif dalam
9,804. Kemudian menurut dasar
meningkatkan kemampuan argumentasi.
pengambilan keputusan untuk Uji-t
Temuan dalam penelitian ini sejalan
berdasarkan nilai t hitung dan t tabel,
dengan penelitian yang dilakukan oleh

121
Wulandari, Pengaruh Pendekatan Pemodelan Matematika...

Ritna Vera dengan judul “Penerapan juga baik. Hal ini sejalan dengan
Pendekatan Problem Best Learning pendapat Whitenack dan Yackel (2006)
terhadap Kemampuan Argumentasi yang menyatakan bahwa kemampuan
Matematika Siswa”. Hasil penelitianya argumentasi sangat erat kaitannya
menunjukan bahwa rata-rata dengan kemampuan penalaran, sehingga
kemampuan argumentas matematika semakin baik keampuan penalaran siswa
siswa tinggi. Selain itu Ang (2006) maka semakin baik pula kemampuan
menegaskan bahwa pembelajaran argumentasi siswa.
dengan pendekatan pemodelan Kemampuan argumentasi siswa
matematika mendorong pengembangan pada kelas eksperimen yaitu kelas yang
setiap individu didalam kelas untuk mendapatkan pembelajaran pemodelan
memecahkan masalah matematika matematika lebih tinggi dari pada kelas
dalam kehidupan sehari-hari serta kontrol hal ini karenakan pembelajaran
pembenaran terhadap solusi yang pemodelan matematika pada tahap
didapatkan. Dalam pembelajaran perumusan model matematika secara
pendekatan pemodelan matematika langsung di pikiran siswa sudah
siswa diajarkan untuk mengubah tersimpang argument atau alasan
masalah sehari-hari kedalam bentuk mengapa ia mengubah masalah ke
matematika, yang kemudian di buat bentuk tersebut. Sehingga selama proses
persmaan untuk mencari solusi yang membuat model matematika
tepat untuk permasalahan tersebut. Hal kemampuan argumentasi juga akan
tersebut dapat didukung dengan berjalan untuk meyakinkan bahwa
menggunakan argumen – argumen untuk model yang mereka buat benar. Hal ini
memperkuat apakah persamaan yang sejalan dengan pendapat Hartatiana
dibuat dan solusi yang didapatkan telah (2011 : 23) yang menyatakan bahwa
benar. Setelah di dapatkan solusi dari salah satu langkah menumbuhkan
permasalahan, siswa di tuntut untuk kemampuan berargumen dalam
menginterpretasi atau mengaitkan antara membenarkan ide atau suatu pernyataan
solusi yang di dapat dengan adalah mencoba mencari tau bagaimana
permasalahan. siswa mengetahui bahwa solusi yang
Kemudian berdasarkan analisis hasil telah didapatkan telah benar.
tes siswa, kempuan penalaran siswa
Namun penelitian ini juga memiliki
dalam mengubah masalah dunia nyata
kelemahan, salah satu keterbatasan
kedalam model matematika sudah baik,
penelitian ini adalah mengenai waktu
sehingga kemampuan argumentasinya

122
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016

pembelajarannya. Pada tahap siswa Peneliti : “terus bagaimana


kamu bisa membuat model kll 1 = kll 2
mengubah masalah dunia nyata ke
+ 20?”
bentuk matematika, banyak waktu yang Siswa : “dari pembelajaran
sebelumnya bu, kan kemarin kita sudah
terbuang saat itu karena siswa tidak
belajar membuat model matematika, jadi
terbiasa membuat model matematika, waktu tes saya inget pembelajaran
sebelumnya.”
sehingga waktu untuk mengerjakan
Peneliti : “ohh baiklah,
tahapan lainnya sangat terbatas. terimakasih ya”
Siswa : “iya bu, sama – sama”.
Pembelajaran dengan pendekatan
Dari hasil percakapan diatas,
pemodelan matematika pada kelas
peneliti menyimpulkan siswa yang
eksperimen dilakukan selama 3
kemampuan arguemntasinya baik yaitu
pertemuan, kemudian dilakukan postes
siswa yang memahami maksud dari soal
pada pertemuan keempat untuk melihat
tersebut dan mampu mengubah masah
kemampuan argumentasi siswa. Setelah
kedalam bentuk matematika, sehingga
dilakukan uji tes dan setelah hasil
siswa mampu menyelesaikan soal
jawaban siswa di analisis, peneliti
tersebut dengan tepat. Selain itu peneliti
mengadakan wawancara terhadap siswa
juga mewawancarai siswa dengan
yang kategori kemampuan
kemampuan argumentasi kurang.
argumentasinya baik dan terhadap siswa
Berikut hasil wawancaranya:
yang berkategori kemampuan
argumentasinya kurang untuk mencari Peneliti : “ikhsan, setelah ibu
koreki ibu melihat jawaban kamu yang
informasi dari apa yang telah mereka
nomor 1 kamu menuliskan kll 1 + 20 >
kerjakan. Berikut hasil wawancara yang kll 2. Itu maksudnya apa ya?”
Siswa : “kan keliling pertama
dilakukan peneliti dengan salah satu
itu 20 lebih dari keliling kedua bu,
siswa yang kategori kemampuan mangkanya saya tulis kll 1 + 20 > kll 2”
Peneliti : “emm… terus
argumentasinya baik dari hasil tes. mengapa kamu mengurangkan keliling
kedua dengan 20?”
Peneliti : “Adelisya, setelah ibu
Siswa : “iya bu karena yang
koreksi jawaban nomor 1 tes kemarin,
mau dicarikan keliling pertama, jadi 20
kamu menuliskan kll 1 = kll 2 + 20,
nya dipindah ruaskan kesebelah kanan,
mengapa kamu menuliskan seperti itu?
sehingga tandanya berubah dari positif
Siswa : “iya bu karena besar
jadi negative.”
keliling pertamakan 20 lebih dari
Peneliti : “ohhh begitu ya?”
keliling kedua, artinya besar keliling
pertama itu 20 ditambah keliling Siswa : “iya bu”
kedua.” Dari percakapan datas, peneliti
Peneliti : “ohh begitu ya” Siswa
: “iya bu” menyimpulkan siswa diatas belum dapat
mengubah masalah kedalam bentuk

123
Wulandari, Pengaruh Pendekatan Pemodelan Matematika...

matematika sehingga argument yang Kurangnya partisipasi mereka saat


disampaikannya juga salah. Beberapa diskusi kelompok menyebabkan mereka
kalimat yang mendukung kesimpulan tidak bisa memahami langkah-langkah
peneliti, yaitu “kan keliling pertama itu pemodelan matematika yang seharusnya
20 lebih dari keliling kedua bu, mereka terapkan dalam menyelesaikan
mangkanya saya tulis kll 1 + 20 > kll 2” soal tes. Hal ini mengakibatkan siswa
kalimat tersebut menyatakan bahwa mengalami kesulitan dalam
pemikiran siswa 20 itu lebih dari mengerjakan soal yang diberikan.
keliling kedua. Sehingga siswa
Berdasarkan hasil analisis tes dan
menuliskannya seperti itu. Dari hal
wawancara siswa di atas, pembelajaran
diatas, karena peneliti menganggap
di kelas eksperimen dengan
siswa belum bisa memberikan argument
pembelajaran pemodelan matematika
yang benar, maka peneliti melanjutkan
baik untuk mencapai kemampuan
untuk mewawancarai mengenai proses
argumentasi karena langkah-langkah
pembelajaran siswa saat diskusi
pembelajaran pemodelan matematika
kelompok. Berikut hasil wawancara
terutama pada tahap membuat model
yang peneliti lakukan.
matematika membantu siswa untuk
Peneliti : “ketika belajar menignkatkan kemampuan argumentasi.
kelompok kemarin agung bekerja sama
Jadi bisa disimpulkan bahwa kelas
dengan teman yang lain tidak?”
VIII.5 SMP Negeri 15 Palembang,
Siswa : “iya bu, tapi lebih
banyak teman yang mengerjakan” memiliki kemampuan argumentasi yang
Peneliti : “materi waktu belajar baik melalui pembelajaran pendekatan
kelompok itu agung pelajari lagi gak
pemodelan matematika dibandingkan
dirumah?”
Siswa : “enggak bu… (sambil dengan kelas kontrol yang tidak
tertawwa kecil) belajar matematika mendapatkan pembelajaran pendekatan
disekolah saja susah apalagi mau belajar
sendiri di rumah bu” pemodelan matematika. Sehingga,

Peneliti : “ohh, baiklah pembelajaran pemodelan matematika


terimakasih ya” berpengaruh terhadap kemampuan
Siswa : “iya bu sama-sama” argumentasi siswa.
Dari hasil wawancara di atas, siswa
yang kemampuan arguemntasinya
SIMPULAN
kurang, ternyata siswa tersebut tidak
maksimal dalam mengikuti kegiatan Berdasarkan hasil dan pembahasan

pembelajaran pemodelan matematika. penelitian ini dapat disimpulkan bahwa


ada pengaruh pendekatan pemodelan

124
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016

matematika terhadap kemampuan Ang K. C. (2009). “Mathematical


Modelling and Real Life
argumentasi siswa kelas VIII SMP
Problem Solving”. Dalam B.
Negeri 15 Palembang. Rata-rata hasil tes Kaur, B. H. Yeap, dan M. Kapur
(Eds) : Mathematical Problem
kemampuan argumentasi siswa yang
Solving Yearbook 2009.
memperoleh pembelajaran pendekatan Singapore : World Scientific.
pemodelan matematika sebesar 85,63, Ang K. C. (2001). Teaching
mathematical modeling in
lebih tinggi dari rata-rata hasil tes
Singapore school. The
kemampuan argumentasi siswa yang Mathematics Educator, 6(1).
belajar dengan pembelajaran Biembengut, M. S., & Nelson, H.
(2010). “Mathematical
konvensional yaitu 66,63.
Modelling : Implikation in
Teaching”. Dalam R. Lesh, P.
Adapun beberapa saran dari
L,. Galbaraith, C. R. Haines,
peneliti setelah melakukan penelitian ini dan A. Hurford (Eds) :
Modelling Students Modeling
antara lain :
Competencies.New York :
Springer.
1. Bagi guru, agar penerapan pembelajaran
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat
pemodelan matematika dijadikan alternatif
Satuan Pendidikan. Jakarta :
dalam melatih kemampuan argumentasi Depdiknas.
siswa dengan merujuk pada langkah- Dobson, D. C. (2003). “Mathematical
Modelling Lecture Notes”.
langkah pembelajaran pemodelan
http://www.math.utah.edu/~dob
matematika. son/teach/5740/notes.pdf.
Diakses pada tanggal 26
2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan
Desember 2014.
penelitian dengan menerapkan Emzir. (2011). Metodologi Penelitian
pembelajaran pemodelan matematika Pendidikan Kuantitatif dan
Kualitatif. Jakarta : Program
terhadap kemampuan lainnya hendaknya Pasca Sarjana Universitas
lebih memperhatikan waktu pengerjaan Negeri Jakarta.
pada tahap mebuat model matematika agar Hartatiana. (2011). Pengembangan Soal
Pemecahan Masalah Berbasis
waktu yang tersedia cukup untuk Argumen untuk Siswa Kelas V
menyelesaikan tahap lainnya. di SD Negeri 79 Palembang.
Tesis. Palembang : Program
Pascasarjana UNSRI.
Hutchings, M. (2007). Introduction to
DAFTAR PUSTAKA Mathematical Arguments.
Academy press, Washington
Ang, K. C. (2006). “Mathematical
DC.
Modelling,Technology and H3
Mathematics”. The Indrawan. (2007). Pengembangan Soal
Mathematics Educator, 9 (2) PISA Berbasis Argument untuk
Siswa SMP N 18 Palembang.

125
Wulandari, Pengaruh Pendekatan Pemodelan Matematika...

Tesis. Palembang : Program


Pascasarjana UNSRI.
Killpatrick, J., & Jane, S. (2002).
Helping Children Learning
Mathematics. Academy press,
Washington DC.
Nursyahidah, F. (2012). Penenlitian
Eksperimen.
https://faridanursyahidah.files.w
ordpress.com/2012/05/penelitia
n-eksperimen_farida.pdf.
Diakses tanggal 3 mei 2015.
Sari, E. F. P. (2012). Pengambangan
Soal Matamatika Model PISA
untuk mengetahui argumentasi
siswa di SMP. Tesis. Palembang
: Program Pascasarjana UNSRI.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Penerbit Alfabeta.
Vera, R. (2010). Penggunaan Soal-Soal
Pemecahan Masalah (Problem
Solving) untuk Melihat
Kemampuan Berargument
Siswa Kelas VII SMP Negeri 4
Palembang. Skripsi. Palembang
: FKIP Universitas Sriwijaya.
Widiowati, S. (2007). Buku Ajar
Pemodelan Matematika.
Semarang : FMIPA Universitas
Diponogoro.

126

Anda mungkin juga menyukai