Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS
RUANG PERAWATAN LONTARA 2 ATAS DEPAN
DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2020

Nama Mahasiswa : HERIANI


Nim : R014192010
Kelompok 2

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [SYAHRUL NINGRAT, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Kolelitiasis atau yang biasa dikenal dengan batu empedu adalah pembentukan batu
empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang
membentuk cairan empedu (Bruner & Suddarth, 2013).

B. Etiologi
Menurut Hurst (2016), Empedu adalah cairan kuning - hijau yang dibuat dalam hati dan
disimpan dalam kantung empedu, kantung berbentuk seperti buahpir yang terletak di bawah
lambung. Selama proses makan, kantung empedu berkontraksi dan melepaskan bentuk pekat
empedu di dalam duodenum (bagian pertama dari usus halus) untuk membantu pencernaan
lemak, protein dan karbohidrat. Karena ketidakseimbangan kimia, jarangnyap engosongan
infeksi saluran atau empedu, maka batu empedu terbentuk di kantung empedu. Kondisi ini
dikenal sebagai kolelitiasis.
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu meliputi:
1. Faktor genetik
2. Obesitas
3. Penurunan berat badan yang cepat
4. Kehamilan
5. Obat penurun kolesterol
C. Manifestasi Klinik

Menurut Hurst (2016), Gejala kolelitiasis tidak dimulai sampai batu empedu
menyebabkan penyumbatan dalam sistem empedu. Gejala yang paling umum adalah nyeri
yang stabil di perut kanan bagian atas yang bisa menjalar ke belakang dan di antara tulang
belikat dan/atau di bawah bahu kanan. Mual, muntah, perasaan kembung dan penyakit
kuning juga mungkin terlihat jelas.
1. Mungkin tidak kentara, tidak menyebabkan nyeri dan hanya menunjukkan gejala-gejala
gastrointestinal ringan

2
2. Mungkin akut dan kronis dengan distres epigastrik (bedah, distensi abdomen, nyeri
takjelas pada kuadran kanan atas) setelah makan makanan banyak mengandung lemak
3. Jika saluran empedu tersumbat, maka kandung empedu mengalami distensi dan akhirnya
terinfeksi; mungkin terjadi demam dan teraba massa pada abdomen. Kolik bilier dengan
nyeri abdomen kanan atas, menjalar ke punggung atau bahu kanan, mual dan muntah
beberapa jam setelah makan banyak.
4. Ikterik terjadi dengan duktus kumunis empedu
5. Urine berwarna sangat gelap; feses warna pucat
6. Defisiensi vitamin A, D, E, dan K (vitamin-vitamin yang larut dalam lemak)
7. Abses, nekrosis, dan perforasi dengan peritonitis dapat terjadi jika batu empedu terus
menerus menyumbat saluran empedu
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Djuantoro (2014), pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :

1. Radiologi : pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Prosedur ini
akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien telah berpuasa pada malam
harinya sehingga kandung empedu berada dalam keadaan distensi. Pemeriksaan USG
dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus koleduktus yang
mengalami dilatasi.

2. Radiografi: Kolesistografi, ini dilakukan jika USG tidak tersedia atau hasil USG
diragukan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan
kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta
mengosongkan isinya.

3. Sonogram: dapat mendeteksi batu dan menemukan apakah dinding kandung empedu
telah menebal.

4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangio Pancreatografi) : pemeriksaan ini


memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada sel
laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop secara optik yang fleksibel ke
dalam esofagus hingga mencapai duedenum pars desendens. Kemudian bahan kontras
disuntikkan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan
memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier.

3
E. Penatalaksanaan
Menurut Djuantoro (2014), penatalaksanaan kolelitiasis yang dapat dilakukan adalah :
1. Penatalaksanaan Non-Bedah
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden serangan akut nyeri
kandung empedu dan kolelitiasis dengan penatalaksanaan suportif dan diit, dan jika
memungkinkan untuk menyingkirkan penyebab dengan farmakoterapi, prosedur-prosedur
edoskopi, atau intervensi pembedahan.
a. Menghancurkan batu empedu dengan menginfus pelarut kedalam kandung empedu
b. Mengangkat batu empedu melalui endoskopi ERCP, ESWL (Extra-corporeal Shock
Wave Lithotrypsy), ataubatudilarutkandenganeterdan ETDA
2. Penatalaksanaan Diit dan Suportif
a. Mencapai remisi dengan istirahat, cairan IV, penghisapan nasogastrik (NG),
analgesiam dan antibiotik
b. Diet segera setelah serangan biasanya cairan rendah lemak
3. Farmakoterapi
a. Analgesik seperti meperidin mungkin dibutuhkan; hindari penggunaan morfin
karena dapat meningkatkan spasme sfingter Oddi
b. Asam senodeoksikolik (chenodiol atau CDCA) adalah efektif dalamm
menghancurkan batu kolestrol utama
c. Tindak lanjut jangka panjang dan pemantauan enzim-enzim hepar harus dilakukan
4. Litotripsi
a. Litotripsi syok-gelombang ekstrakorporeal: kejutan gelombang berulang yang
diarahkan pada batu empedu yang terletak didalam kandung empedu atau duktus
empedu komunis untuk memecahkan batu empedu
b. Litotripsi syok-gelombang intrakorporeal: batu dapat dipecahkan dengan ultrasound,
tembakan laser, atau litotripsi hidrolik yang pasang melalui endoskopi yang
diarahkan pada batu empedu
5. Penatalaksanaan Pembedahan
a. Koleksistektomi: kandung empedu diangkat setelah ligasi duktus sistikus dan arteri
sistikus
b. Minikoleksistektomi: kandung empedu diangkat melalui insisi 4 cm

4
c. Koleksistektomi laparoskopi: dilakukan melalui insisi kecil atau pungsi yang dibuat
melalui dinding abdomen dalamm umbilikus

5
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab, status
perkawinan. Kolelitiasis merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi pada
individu yang berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun. Dan
wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria.
2. RiwayatKesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran
kanan atas, dan mual muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif
atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar
kemana, Safety (S) yaitu skala nyeri dan Time (T) yaitu sejak kapan klien
merasakan nyeri/gatal tersebut.Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang
menjalar kepunggung, dan bertambah berat setelah makan disertai dengan mual dan
muntah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi.
d. Riwayatkesehatankeluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis.
Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok
manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang

6
dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar disbanding
dengan tanpa riwayat keluarga.
e. Riwayat psikososial
Pola piker sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan mempercayakan
sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan yang dilakukan
oleh rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri
tidak timbul sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
f. Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit kolelitiasis. Karena kolelitiasis
dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
- Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
- Auskultasi : peristaltik (+)
- Perkusi : timpani
- Palpasi : supel, nyeritekan (+) regiokuadrankananatas, hepar-lien tidakteraba,
massa (-)
- Sistemendokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit
ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi
pembengkakan pada kandung empedu.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat berdasarkan Nanda 2018-2020 (Heardman & Kamisuru, 2018)
adalah :

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis


2. Ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh
3. Defisien volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

7
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead, Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:
Diagnosa : Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial,
atau yang digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat,
dengan berakhirnya dapat di antisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan
Batasan karakteristik NOC NIC
1. Ekspresi wajah 1. Tingkat nyeri Manajemen nyeri
nyeri 2. Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Keluhan tentang 3. Tingkat kenyamanan termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
intensitas frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
menggunakan Setelah perawatan selama 2x24 jam, 2. Observasi reaksi non verbal dari
standar skala nyeri nyeri akut klien berkurang dengan ketidaknyamanan
3. Sikap melindungi kriteria hasil: 3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
area nyeri 4. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
4. Perilaku distraksi 1. Mampu mengontrol nyeri 5. Evaluasi ketidakefektifan kontrol nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
berkurang dengan menggunakan tindakan yang tidak berhasil
manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam batas normal
Diagnosa : defisien volume cairan
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler.
Batasan Karakteristik NOC NIC
1. kelemahan Setelah perawatan selama 3x24 jam, Manajemen cairan:
2. kulit kering diagnosa dapat teratasi dengan kriteria: 1. Monitor manifestasi ketidakseimbangan
3. haus 1. Tekanandarahdalambatas normal elektrolit
4. membran mukosa 2. Keseimbangan intake dan output 2. Pertahankan kepatenan akses IV
kering dalam 24 jam 3. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan

8
3. Turgor kulit baik 4. Pertahankan pencatatan asupan dan haluaran
4. Intake cairanterpenuhi yang akurat
5. Monitor ketidakseimbangan asam basa
6. Monitor adanya kehilangan cairan dan
elektrolit, jika diperlukan
7. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
8. Monitor warna kulit dan suhu
9. Dorong konsumsi cairan
Dianosa : ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik NOC NIC
1. Kram abdomen  Setelah perawatan selama 3x24 jam, Manajemen nutrisi
2. Nyeri abdomen diagnosa dapat teratasi dengan kriteria: 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
3. Berat badan 20% 1. Asupan gizi meningkat
(pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
atau lebih di bawah 2. Asupan makanan meningkat
rentang normal 3. Asupan cairan meningkat 2. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi
badan ideal
makanan yang dimiliki pasien
3. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan
nutrisi (yaitu membahas pedoman diet dan
piramida makanan)
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi

9
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)
WEB OF CATION (WOC) KOLELITIASIS

Diet serat
Diet Sirosishati,
Obesitas Obat kontrasepsi Usia> 40 thn kolesterol
seratkolestrol hemolisis

Estrogen Fx tubuh & control Empedulito


terhadap kolestrol Pigmen empedu
genik
(bilirubin) tak
as. empedu ternjugasi

Kolesterol Prespitasi
(pengendapan)
Super saturasi kolestrol
Batu pigmen
Pembentukan Kristal kolestrol

KOLELITIASIS
Batu kolestrol (batu empedu)

Batu terdorong menuju duktus sistikus

Obstruksi duktus sistikus

Distensi kandung kemih Iritasi duktus sistikus akibat gesekan


dengan batu

Fundus empedu menyentuh dinding


abdomen pada kartilago kosta 9 & 10 Respon inflamasi

Perubahanhemodinamik
Perubahan hemodinamik
Gesekan empedu dgn dinding abdomen

Defisien volume Penumpukan cairan diintrasisial


Nyeri cairan
Tekanan intra abdomen

Ketidakseimbanga
n nutrisi Mual muntah Penekanan lambung
10
DAFTAR PUSTAKA

Bruner, & Suddarth. (2013). Brunner & Suddarth .(2013). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC. Jakarta: EGC.
Heardman, T. H., & Kamisuru, S. (2018). NANDA-1 diagnosis keperawatan : defenisi dan
klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-Surgical
Nursing Ninth edition. Canada: Elsevier.
Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Djuantoro, D. (2014). Buku Ajar Ilustrasi Patofisiologi. Tangerang. Binarupa Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai