Shafiah - 12014008 - Sejarah Peradaban Islam Di Jawa
Shafiah - 12014008 - Sejarah Peradaban Islam Di Jawa
DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
Nama :
Shafiah
NIM:
12014008
PSIKOLOGI ISLAM
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan penyusunan
makalah pada mata perkuliahan Sejarah Peradaban Islam ini.
Penyusunan makalah sudah saya lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari
banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Untuk itu saya pun tidak lupa
mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang sudah membantu saya dalam rangka
menyelesaikan makalah ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, saya sadar sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa serta aspek-aspek lainnya. Maka dari
itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberikan kritik ataupun sarannya demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya Shafiah, selaku penyusun, sangat berharap semoga dari makalah yang
sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan saya bisa menginspirasi para pembaca
untuk mengangkat berbagai permasalah lainnya yang masih berhubungan pada makalah-makalah
berikutnya.
Shafiah,
A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar
handal yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute pelayaran
dan perdagangan antar kepulauan Indonesia dengan daerah di daratan Asia tenggara. Wilayah barat
Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil yang dijual disana menarik para pedagang dan menjadi lintasan penting antara
Cina dan India.
Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu bersamaan. Pada abad ke-7
sampai ke-10 M. Kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya sampai ke Malaka dan Kedah. Pada
abad ke-11 Islam sudah masuk di pulau Jawa. Sejak masuk di Jawa, Islam bertemu dengan nilai-nilai
Hindu-Budha yang sudah mengakar kuat di masyarakat. Tentu saja nilai-nilai Hindu-Budha juga
sebelumnya telah mengakomodasi religi animisme dan dinamisme sebagai nilai-nilai awal yang telah
ada. Lalu bagaimana Islam masuk ke Jawa, bagaimana penyebaran Islam di Jawa dan siapa saja yang
berperan dalam penyebaran Islam di Jawa akan dibahas dalam pembahasan di makalah ini.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Teori-teori Masuknya Islam di Jawa?
b. Bagaimanakah Teori-teori Penyebaran Islam di Jawa?
c. Bagaimanakah Peran walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa?
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa kesulitan yang ditemukan dalam rangka menulis sejarah masuknya Islam di
Jawa. Kesulitan utamanya adalah kurangnya bukti-bukti otentik yang dapat dipercaya yang
menunjukan tentang masuknya Islam di Jawa. Namun demikian, hal itu tidak berarti bahwa tidak
dimungkinkan adanya pembuktian.
Sumber pertama berbentuk artefak melalui penelitian arkeologi dan sumber kedua adalah dari
teks-teks historiografi tradisional. Telaah sumber sejarah dalam bentuk artefak mengandalkan pada
apa yang telah diteliti pada arkeolog, sedangkan untuk sumber tradisional tulisan ini langsung
menelaah teks-teks babad.
Masuknya islam di Jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang sangat
beragam. Ada yang mengatakan Islam masuk ke Jawa sebagaimana Islam datang ke Sumatra yang
diyakini abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi.
Dalam bentuk artefak didapatkan bukti-bukti dalam bermacam bentuk sebagai berikut:
a. Makam
Agama Islam di Jawa telah ada sejak zaman Majapahit dengan bukti sejarah yang paling
faktual adalah ditemukannya Batu Nisan kubur Fatimah binti Maemun di Leren Gresik yang
berangka tahun 475 H (1082 M). Sartono Kartodijo mengatakan mungkin ini merupakan bukti
yang kongkret bagi kedatangan islam di Jawa.[4] Pada nisan makam itu tercantum prasasti
berhuruf dan berbahasa Arab, yang menyatakan bahwa makam itu adalah kubur Fatimah binti
Maimun bin Hibatallah yang meninggal pada tanggal 7 Rajab 475 H bertepatan dengan tanggal 1
Desember 1082 M, yang berarti masih dalam zaman Kediri
Di kampung Dapuro kota Gresik juga terdapat makam kuno, yaitu kubur Malik Ibrahim
yang meninggal tanggal 12 Rabi’ul Awal bertepatan tanggal 8 April 1419.
Sementara itu, Ricklefs dalam uraiannya mengatakan bahwa serangkaian batu nisan yang
sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan di Jawa Timur, yaitu di Trowulan dan Troloyo
didekat situs istana Majapahit yang bersifat Hindu-Budha. Batu-batu Jawa Timur tersebut
memberi kesan bahwa beberapa orang anggota kaum elite Jawa memeluk agama Islam pada masa
kerajaan Majapahit yang beragama Hindu-Budha sedang berada di puncak kejayaannya.
b. Masjid
Sumber sejarah dalam bentuk arkeologi yang berupa bangunan masjid juga ditemukan di
Jawa. Berdirinya masjid disuatu wilayah akan memberikan petunjuk adanya komunitas muslim di
wilayah tersebut. Untuk menyebut masjid-masjid di Jawa yang awal memang membutuhkan
penelitian tersendiri. Namun jika kita lihat dari corak arsitekturnya, masjid-masjid di Jawa pada
garis besarnya beratap tumpang, berdenah persegi, berukuran relatif besar, terdiri atas ruang
utama-pawestren-serambi, mempunyai ruang mihrab, tempat mengambil air wudlu, kolam
didepan serambi, dan mempunyai pagar keliling. Lebih jauh G.F. Pijper menjelaskan bahwa ciri
khas masjid di jawa ialah dibangun di sebelah barat alun-alun, sebuah lapangan persegi yang
ditanami rumput, dan terdapat hampir di semua kota kabupaten atau kecamatan.
c. Ragam Hias
Dengan diterimanya ajaran Islam sebagai penuntun hidup yang baru di Jawa, lahirlah
beberapa ragam hias baru yaitu kaligrafi dan stiliran. Epitaph pada beberapa nisan kubur Troloyo
menunjukan adanya kesalahan-kesalahan penulisan tanda vokal, dan bentuk huruf Arab yang
tidak “mengalir” dengan luwes.
Selain munculnya ornamentasi dengan menggunakan huruf-huruf Arab, muncul pula
ragam hias baru, yaitu stiliran/penggayaan terhadap ragam hias binatang. Dalam ragam hias baru
ini binatang sebagai motif utama digayakan dengan menggunakan ragam hias tumbuhan
sedemikian rupa sehingga seringkali untuk mengidentifikasikannya harus dilakukan pengamatan
secara cermat.
d. Tata kota
Dalam masa Islam, di Jawa muncul kota-kota baru di wilayah pantai dan pedalaman
seperti Demak, Cirebon, Banten, Pajang, dan Kota Gede. Kota-kota itu ada yang masih hidup
terus, ada pula yang sudah mati hampir tidak berbekas lagi. Akan tetapi dari data arkeologi yang
terkumpul dapat diketahui komponen utama kota-kota tersebut yaitu: kraton, alun-alun, masjid
agung, pasar, pemukiman penduduk, pemakaman serta sarana pertahanan keamanan.
Hingga kini belum ada kesepakatan di antara para ahli mengenai awal masuknya Islam ke
Jawa. Ada sejumlah teori yang dikemukakan, diantaranya:
1. Islam sudah masuk ke Wilayah Jawa semenjak abad ke -9 atas dasar inskripsi di Leren, Gresik
yang menjelaskan adanya seseorang yang bernama Fatimah binti Maimun, yang wafat pada tahun
1082
2. Islam sudah berada di Jawa semenjak abad ke-14 berdasarkan batu nisan yang terdapat di
Trowulan. Batu nisan tersebut menunjukan angka 1368 M yang memberi indikasi bahwa pada
tahun itu sudah ada orang Jawa dari kalangan kerajaan yang memeluk Islam atas perlindungan
kalangan kerajaan.
3. Islam sudah berada di Jawa pada abad ke-15 berdasarkan batu nisan dari makam Maulana Malik
Ibrahim yang meninggal pada 1419 M. Beberapa pandangan menyatakan bahwa ia adalah seorang
kaya berkebangsaan Persia yang bergerak di bidang perdagangan rempah-rempah.
4. Islam masuk ke Jawa berasal dari Arab secara langsung. Pendapat ini didasarkan atas kenyataan
bahwa mayoritas penduduk Indonesia berasal dari Mazhab Syafi’i, suatu mazhab yang pada
waktu itu sangat dominan di wilayah Semenanjung Arabia bagian selatan.
5. Islam masuk ke wilayah Jawa melalui jalur India. Pandangan ini antara lain dikemukakan oleh
Snouck Hurgronje ketika memberikan kuliah perpisahan di Universitas Leiden. Ia mengatakan
bahwa Sumatera dan Jawa mengenal Islam lewat kontak yang terjadi dengan pedagang-pedagang
dari India.
6. Masuknya islam ke Jawa melalui Kamboja. Pendapat ini didasarkan pada adanya hubungan
antara kepulauan Nusantara dengan kerajaan Campa. Pada tahun 1471 M, kerajaan tersebut
mengalami kekalahan dari orang-orang Vietnam Utara sehingga keluarga kerajaan mengungsi ke
wilayah Malaka.
7. Islam masuk ke wilayah Jawa berasal dari Cina. Pandangan ini didasarkan cerita dari Jawa Timur
yang berasal dari Serat Kandha yang menyatakan bahwa Raden Patah adalah anak seorang wanita
Cina.
8. Teori lain yang bersifat merangkum teori-teori tersebut menyatakan bahwa asal-usul Islam adalah
dari para guru Sufi yang dalam perjalanan mereka ke wilayah Nusantara dapat melalui lautan
Hindia atau melalui jalur perdagangan sutra. Dikawasan Timur Tengah, mereka menempuh
perjalanan sungai ke Kanton, dan dari sinilah mereka menempuh perjalanan selanjutnya ke
wilayah Campa, Malaysia, dan Sumatera
2. Saluran Tasawuf
Tasawuf yang diajarkan memiliki persamaan dengan aliran pikiran penduduk pribumi
yang sebelumnya menganut agama Hindu seperti yang dilakukan Sunan Bonang.
3. Saluran Pendidikan
Ini dilakukan baik melalui pesantren maupun pondok yang diselenggarakan guru-guru
agama, kyai-kyai dan ulama-ulama.
4. Saluran politik
Di Jawa demi menambah orang yang memeluk agama Islam, banyak kerajaan Islam yang
memerangi kerajaan Islam seperti yang dilakukan kerajaan Demak.
5. Saluran kesenian
Saluran yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sebagian diambil dari Maha
Barata dan Ramayana karena wayang sangat kuat pengaruhnya dalam kehidupan orang jawa.
Karena di dalamnya terdapat unsur hiburan dan tuntunan, dan ini juga diperlihatkan orang Jawa
meniati untuk menyediakan tempat khusus untuk pagelaran Jawa.
6. Saluran pernikahan
Jika pedagang luar cukup lama tinggal di suatu tempat, sering terjalin hubungan
perkawinan antara orang asing yang dihormati serta berguna itu, dengan puteri atau saudara
perempuan setempat. Hukum perkawinan Islam memungkinkan untuk itu.
Walisongo sangat berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa, diantaranya sebagai berikut:
4. Sunan Bonang
Nama Alinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putera Sunan Ampel. Sunan
Bonang terkenal sebagai Ahli ilmu kalam dan tauhid.
Sekembalinya dari Persia untuk berguru ke Syeh Maulana Ishak ke tanah jawa, beliau
berdakwah didaerah Tuban. Caranya berdakwah cukup unik dan bijaksana, beliau menciptakan
gending dan tembang yang disukai rakyat. Dan beliau ahli membunyikan gending yang disebut
bonang, sehingga rakyat tuban dapat diambil hatinya untuk masuk masjid
Beliau membunyikan bonang rakyat yang mendengar seperti terhipnotis terus melangkah
kemasjid karena ingin mendengar langsung dari dekat. Dengan cara ini sedikit demi sedikit dapat
merebut simpati rakyat, lalu baru menanamkan pengertian sebenarnya tentang islam.
5. Sunan Drajad
Nama aslinya adalah Raden Qasim, beliau adalah pitera sunan ampel dari Dewi Candra
wati. Beliau berdakwah di daerah Derajat, sehingga dikenal dengan Sunan Drajat. Cara
menyebarkan agama Islam dilakukan dengan cara menabuh seperangkat alat gamelan,gending
dan tembang macopat setelah itu baru deberi ceramahIslam. Dan beliau mendirikan pesantren
untuk menyiarkan Islam. Beliau wafat pada tahun 1462 M dan dimakamkan didesa Drajad
kecamatan Paciran Lamongan.
6. Sunan Kalijaga
Nama Aslinya adalah Raden Sahid, beliau Putera Raden Sahur Putera Temanggung
Wilatikta Adipati Tuban.
Raden Said sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan orang tua, tapi
tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencari
makanan dari gudangn kadipaten dan dibagikannya kepada rakyatnya. Tapi ketahuan ayahnya
hingga dihukum yaitu tanyannya dicambuk 100 kali sampai banyak darahnya dan diusir.
Beliaupun mengembara dan bertemu dengan orang berjubah putih dia adalah Sunan
Bonang. Lalu Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruhnya menunggui tongkatnya
didepan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid
disebut dengan Sunan Kali Jaga.
Beliau dikenal sebagai seorang yang dapat bergaul dengan segala lapisan masyarakat.
Beliau adalah mubalig keliling. Dengan memanfaatkan kesenian rakyat yang ada beliau dapat
mengumpulkan rakyat untuk kemudian diajak mengenal Islam.Beliau adalah penabuh gamelan,
dalang, menciptakan tembang yang ahli. Kesemuanya itu untuk kepentingan dakwah dan beliau
tidak secara langsung menentang adat istiadat rakyat, agar mereka tidak lari dari Islam dan
enggan mepelajari Islam.
7. Sunan Kudus
Menurut salah satu sumber beliau adalah putera Raden Utsman yang bergelar Sunan
Ngudang dari Jipang Panolan. Nama aslinya Raden Ja’far Shadiq.
8. Sunan Muria
Beliau adalah putera dari Sunan Kali Jaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden
Umar Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat mengambil
ikan tidak sampai airnya keruh. Itulah cara yang digunakan disekitar Gunung Muria dalam
menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau adalah para pedagang, nelayan dan rakyat
jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang mempertahankan kesenian gamelan dan wayang
sebgai alat dakwah dan beliau pula yang meciptakan tembang Sinom.Beliau banyak mengisi
tradisi Jawa dengan nuansa Islami seperti nelung dino, mitung dino, nyatus dino dan lain
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Masuknya islam di Jawa sampai sekarang masih menimbulkan hasil telaah yang sangat beragam.
Ada yang mengatakan Islam masuk ke Jawa sebagaimana Islam datang ke Sumatra yang diyakini
abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi.
2. Teori-teori penyebaran Islam di Jawa
a. Melalui perdagangan (Arab, Persia dan India)
b. Saluran Tasawuf
c. Saluran Pendidikan
d. Saluran politik
e. Saluran kesenian
f. Saluran pernikahan
3. Walisongo adalah tokoh-tokoh penyebar Islam di Jawa abad berhasil mengkombinasikan aspek-
aspek sekuler dan spiritual dalam memperkenalkan Islam pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Darori dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, 2000.
Anasom dkk, Membangun Negara Bermoral, Semarang: Pustaka Rizki Putra dan PPIBJ IAIN
Walisongo, 2004.
Sutrisno, Budiono Hadi, Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di Tanah Jawa, Yogyakarta: Grha
Pustaka, 2007.
Syukur, Fatah, sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.