Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Paradigma dan Manajemen Pendidikan


Pengajar : Dr.H. Husen Saeful Insan, M.MPd.
Dr. Sri Mulyani, MPd.
Nama : Ilham Nurjaman
NIM : 41038103200076
Kelas : Kelas C Prodi Administrasi Pendidikan Pascasarjana UNINUS

SOAL UTS

1. Coba jelaskan konsep-konsep yang terkandung dalam nama mata kuliah ini lengkap
dengan analisis masing-masing konsep tersebut serta usulan perbaikan yang
diperlukan.

2. Coba jelaskan dan analisis beberapa istilah berikut lengkap dengan karakteristiknya :
a. Pengertian pendidikan,
b. Tujuan dan target serta sasaran pendidikan
c. Jenis, jalur dan jenjang pendidikan ,
d. Aliaran teori kebijakan pendidikan,tokoh dan asumsinya,
e. Aliran Teori-teori pendidikan klasik, modern serta tokohnya
f. Aliran-aliran filsafat pendidikan serta tokohnya lengkap dengan ciri dan
asumsinya.

3. Bagaimana manajemen pendidikan dalam menghadapi dan memenuhi tuntutan


global dan otonomi daerah agar mampu bersaing dan memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Apa yang seharusnya dilakukan manajemen lembaga
pendidikan formal dan non formal serta informal dalam memenuhi tuntutan dan
kebutuhan tersebut.

4. Coba jelaskan ciri-ciri Tata Kelola (manajemen) pendidikan diera globalisasi, era
sentralisasi dan desentralisasi baik regulasi maupun manajemen operasionalnya
sesuai standar nasional pendidikan.
Jawab.
1) Konsep-konsep yang terkandung dalam dalam nama mata kuliah ini. Mata kuliah ini
diberi nama Paradigma dan Manajemen Pendidikan. Ada lima konsep dalam nama
mata kuliah tersebut. Paradigma, pendidikan, paradigma pendidikan, manajemen,
dan manajemen pendidikan.
Pertama kita akan bahas konsep Paradigma. Menurut Thomas Kuhn, dalam bukunya
yang berjudul “The structure of scientific revolution”, arti dari paradigma
merupakan suatu landasan berpikir, konsep dasar, atau juga landasan berpikir yang
digunakan/ dianut yakni sebagai model atau juga konsep dasar para ilmuan di dalam
melakukan studinya. Paradigma menurut Robert Friedrichs diartikan sebagai suatu
kumpulan tata nilai yang membentuk sebuah pola pikir seseorang yakni sebagai titik
tolak pandangannya serta juga membentuk dari citra subjektif seseorang terhadap
suatu realita sehingga bisa atau dapat menentukan cara untuk dapat menangani
realita tersebut. Berdasarkan dua teori diatas, paradigma dapat kita artikan sebagai
suatu kumpulan nilai yang membentuk pola pikir seseorang yang menjadi landasan
atau konsep dasar dalam melakukan sebuah studi.
Selanjutnya adalah konsep Pendidikan. Menurut KBBI Pendidikan merupakan suatu
proses di dalam mengubah sikap dan juga tata laku seseorang atau kelompok orang
di dalam usaha untuk dapat mendewasakan manusia melalui suatu pengajaran dan
pelatihan, proses, cara perbuatan yang mendidik.
Dari kombinasi dua konsep diatas diatas maka dapat kita simpulkan bahwa
Paradigma pendidikan adalah suatu kumpulan nilai yang membentuk pola pikir
seseorang yang menjadi landasan atau konsep dasar dalam melakukan sebuah studi
tentang mengubah sikap dan juga tata laku seseorang atau kelompok orang di dalam
usaha untuk dapat mendewasakan manusia melalui suatu pengajaran dan pelatihan,
proses, cara perbuatan yang mendidik.
Berikutnya adalah konsep Manajemen. Secara etimologis, kata Manajemen ini
berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur. Namun, secara umum,
manajemen adalah sebuah ilmu dan juga seni didalam pengelolaan dari sumberdaya
untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.
George Robert Terry mengartikan manajemen sebagai proses khas dari beberapa
tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Seluruh tindakan tersebut bertujuan mencapai target dengan memanfaatkan semua
sumber daya yang tersedia.
Dari konsep tersebut dapat kita simpulkan bahwa konsep manajemen pendidikan
adalah suatu proses dari beberapa tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan yakni berubahnya sikap
dan tingkah laku para peserta didik menjadi lebih baik.

Untuk usulan perbaikan tidak ada yang perlu diperbaiki. Mata kuliah ini sangat
penting untuk para pendidik, tenaga kependidikan serta semua stakeholder dibidang
pendidikan, karena pendidikan bukanlah suatu konsep yang terhalang oleh ruang
waktu dan tempat,pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Misalnya
dari guru kepada murid, dari dosen kepada mahasiswa, dari orang tua kepada anak,
dari kakak kepada adiknya atau mungkin juga dari ketua wilayah kepada warganya.
Dengan mempelajari konsep-konsep dalam mata kuliah ini manusia akan mampu
mengatur dan memberikan pengajaran tentang hal apapun kepada orang lain.
2) A. Pengertian Pendidikan.
Menurut KBBI Pendidikan merupakan suatu proses di dalam mengubah sikap dan
juga tata laku seseorang atau kelompok orang di dalam usaha untuk dapat
mendewasakan manusia melalui suatu pengajaran dan pelatihan, proses, cara
perbuatan yang mendidik. Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan
buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua
kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau
masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia
sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha
manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung
kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.

B. Tujuan, target dan sasaran pendidikan


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Secara umum
sasaran dari pendidikan Indonesia adalah seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali.
Melalui pendidikan target yang diharapkan adalah agar manusia Indonesia menjadi
manusia yang berilmu pengetahuan, kreativitas, sehat jasmani dan rohani,
kepribadian yang baik, mandiri, dan bertanggungjawab.

C. Jenis, jalur dan jenjang pendidikan


Jenis pendidikan menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan ini
meliputi:
- Pendidikan umum; merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
- Pendidikan kejuruan; merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
- Pendidikan akademik; merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pasca
sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu.
- Pendidikan profesi; merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus.
- Pendidikan vokasi; merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal
setara dengan program sarjana.
- Pendidikan keagamaan; merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli
ilmu agama.
- Pendidikan khusus; merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik
yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar atau menengah.

Jalur pendidikan menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah wahana yang dilalui oleh peserta didik
untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri dari:
- Pendidikan formal; adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
- Pendidikan non formal; adalah jalur pendidikan di luar jalur pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
- Pendidikan informal; adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Jenjang pendidikan menurut Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang di kembangkan. Jenjang pendidikan formal yang
terdiri atas:
- Pendidikan dasar; yang merupakan jenjang pendidikan yang menjadi dasar
untuk melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah dapat berbentuk: Sekolah
Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat.
- Pendidikan menengah; merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar yang terdiri
dari pendidikan menengah umum dan pedidikan menengah kejuruan.
Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), dan bentuk lainnya yang sederajat.
- Pendidikan tinggi; merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

D. Aliran teori kebijakan pendidikan,tokoh dan asumsinya.


Kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik di bidang pendidikan. Ensiklopedia
menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum
atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di
dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.Kebijakan
pendidikan dipahami sebagai kebijakan di bidang pendidikan. Ada dua pendekatan
dalam perumusan kebijakan pendidikan, yakni:
a. Pendekatan Social Demand Approach (kebutuhan sosial)
Sosial demand approach adalah suatu pendekatan dalam perumusan kebijakan
pendidikan yang mendasarkan diri pada aspirasi,tuntutan, serta aneka kepentingan
yang didesakkan oleh masyarakat.Pada jenis pendekatan jenis ini para pengambil
kebijakanakan lebihdahulu menyelami dan mendeteksi terhadap aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat sebelum mereka merumuskan kebijakan pendidikan
yang ditanganinya.
b. Pendekatan Man-Power Approach
Pendekatan jenis ini lebih menitikberatkan kepada pertimbangan-pertimbangan
rasional dalam rangka menciptakan ketersediaan sumberdaya manusia (human
resources) yang memadai di masyarakat. Pendekatan man-power ini tidak melihat
apakah ada permintaan dari masyarakat atau tidak, apakah masyarakat menuntut
untuk dibuatkan suatu kebijakan pendidikan tertentu atau tidak, tetapi yang
terpenting adalah menurut pertimbangan-pertimbangan rasional dan visioner dari
sudut pandang pengambil kebijakan.

Mark Olsen & Anne-Maie O’Neil menyebutkan bahwa kebijakan pendidikan


merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara dalam persaingan
global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam
era globalisasi. Salah satu argument utamanya adalah bahwa globalisasi membawa
nilai demokrasi. Demokrasi yang memberikan hasil adalah demokrasi yang
didukung oleh pendidikan.

Marget E. Goertz mengemukakan bahwa kebijakan pendidikan berkenaan dengan


efisiensi dan efektivitas anggaran pendidikan. Sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, kebijakan pendidikan dipahami oleh peneliti sebagai bagian dari
kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang pendidikan. Dengan demikian
kebijakan pendidikan harus sebangun dengan kebijakan publik.

E. Aliran Teori-teori pendidikan klasik, modern serta tokohnya


Ada tiga aliran dalam teori pendidikan klasik yaitu Empirisme, Nativisme dan
konvergensi. Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang
mementingkan stimulasi ekternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan
bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan
tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari
di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal
dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program
pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama
John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak
lahir kedunia bagaikan kertas putih yang bersih. Aliran empirisme dipandang berat
sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari
lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap
tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terdapat
anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan disekitarnya tidak
mendukung.
Sedangkan aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor
pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan
tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir. Pada
hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan
pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu faktor lingkungan
termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua
orang tua. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan
oleh anak itu sendiri. Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak
lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan
perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang
dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri.
Setelah itu muncullah aliran konvergensi. Perintis aliran ini adalah William Stern
(1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun
pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses
perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan
berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan
perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak
terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut. Sebagai
contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga
hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui
situasi lingkungan, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun
mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena
itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya
bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Iggris, dan sebagainya. Kemampuan dua orang
anak (yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama) untuk mempelajari bahasa
mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan
dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua orang anak tersebut
bahasa yang sama. Oleh karena itu Stren berpendapat bahwa hasil pendidikan itu
tergantung dari pembawaan dan lingkungannya, seakan-akan dua garis menuju satu
titik pertemuan.
Berikutnya adalah aliran pendidikan modern. Pendidikan modern adalah
pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak dilahirkan hingga meninggal,
dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa khususnya agar dapat
menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sejah awal pertumbuhan dan
perkembangannya, hingga mencapai masa pubertas, agar terbentuk kepribadian
yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sejalan dengan itu, maka pendidikan
mengalami perubahan (inovasi), sebab proses pendidikan yang tidak sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman hanya akan membuat manusia Stagnan (jumud).
Oleh karena itu, pemahaman atau pandangan orang mengenai hakikat pendidikan
itu pun berubah-ubah, yang secara sederhana dapat dikatagorikan sebagai
pandangan pendidikan tradisional dan pendidikan modern.
Salah satu aliran dalam teori pendidikan modern adalah Pengajaran alam sekitar.
Salah satu usaha untuk memberikan dasar, agar pendidikan dan pengajaran berhasil
ialah mempergunakan lingkungan hidup anak sebagai tolak semua
pendidikan.Pengajaran semacam itu dinamai pengajaran heimatkunde atau
ekologi.Bapak dari pengajaran itu adalah Fr. A. Finger dari jerman. Pengajaran
alam sekitar penting artinya untuk pengajaran dan pendidikan guna kehidupan anak
sekarang dan yang akan datang.
Lalu ada juga aliran Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat decroly
dari belgia dengan pengajaran melalui pusat –pusat minat. Pendidikan menurut
decroly adalah Ecole Pour La vic, Par La Vie (sekolah untuk hidup dan oleh
hidup). Anak harus di didik, diarahkan, dan dipersiapkan dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu anak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri dan
pengetahuan tentang dunianya. Dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan dunia
harus hidup dan mengembangkan kemampuannya untuk menggapai cita-cita. Oleh
karena itu ia harus mempunyai pengetahuan yang bersifat subyektif dan obyektif
atas dirinya sendiri dan dunianya.
Lalu ada juga aliran sekolah kerja. Sekolah kerja merupakan konsep pendidikan
yang menjadi titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampilan
dalam pendidikan. Sekolah kerja menekankan agar pendidikan mengembangkan
pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan.Bapak dari sekolah kerja ialah
G.kereschensteiner dari jerman. Tujuan dari sekolah kerja ini adalah menembah
pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku buku, orang lain,
ataupun dari pengalaman sendiri.Selain itu agar anak memiliki kemampuan dan
kemahiran tertentu.Dan yang terakhir agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai
persiapan jabatan dalam mengabdi Negara. Kereschensteiner berpendapat bahwa
kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja.
Karena banyaknya macam pekerjaan yang menjadi pusat pelajaran, Maka sekolah
kerja dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sekolah perindustrian, sekolah
perdagangan, dan sekolah rumah tangga yang bertujuan untuk mendidik para calon
ibu yang diharapkan menghasilkan warga Negara yang baik.
Selain aliran dari pemikir luar negeri, ada juga aliran dari negara kita sendiri yakni
Taman Siswa yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara. Taman siswa ialah
lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ki hajar dewantara pada 3 juli 1992 di
Yogyakarta. Taman siswa merupakan badan perjuangan kebudayaan dan
pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk
mencapai cita-cita. Menurut Ki hajar dewantara pendidikan bagi tiap-tiap bangsa
berarti pemeliharaan guna mengembangkan generasi muda agar dapat berkembang
dengan sehat lahir batin. Sistem pendidikan yang di cita-citakan beliau yakni
pendidikan yang berdasarkan kebudayaan suatu bangsa kita sendiri dan
mengutamakan kepentingan masyarakat. Dasar pendidikan dan pengajaran dalam
taman siswa ialah Panca Darma Taman Siswa yang disusun tahun 1947. Dasar-
dasarnya ialah asas kemerdekaan, asas kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan dan
kemanusiaan.

F. Aliran-aliran filsafat pendidikan serta tokohnya lengkap dengan ciri dan asumsinya.
Filsafat adalah kajian kritis terhadap pemikiran yang telah diamini kebenarannya.
Sementara pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat
diikuti secara baik oleh peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya.
Filsafat pendidikan adalah kajian kritis terhadap pemikiran dan sikap yang telah
dan/atau akan dibuat melalui pencarian dan analisis konsep paling mendasar untuk
menciptakan pertimbangan yang lebih baik dan sesuai dalam skop pendidikan yang
berusaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik
dalam mengembangkan potensi dirinya dari segi keilmuan, kepribadian, dan nilai
positif lainnya. Al-Syaibani menyatakan bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas
pikiran yang teratur dan menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan (Al-Syaibani dalam Jalaluddin
& Idi, 2015, hlm. 19). Ada banyak aliran filsafat yang tumbuh seiring dengan
perkembangan zaman. Berikut adalah aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah
dikenal luas oleh para ahli pendidikan.
Perenialisme. Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang,
percaya bahwa kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agama berbagi
satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana semua pengetahuan, ajaran
dan nilai yang baik telah tumbuh.
Essensialisme. Essensialisme merupakan aliran yang ingin kembali pada
kebudayaan-kebudayaan warisan sejarah yang telah terbukti keunggulannya dan
kebaikannya bagi kehidupan manusia. Essensialisme percaya bahwa pendidikan
yang baik dan benar terdiri dari pembelajaran keterampilan dasar (membaca,
menulis, berhitung), seni, dan ilmu pengetahuan. Semua hal tesebut telah terbukti
berguna untuk manusia di masa lalu, sehingga terdapat keyakinan bahwa hal inilah
akan berguna pula pada kehidupan di masa yang akan datang (Gutek dalam
Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.44). Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang dapat memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas
(Jalaludin & Idi, 2015, hlm.100).
Progressivisme. Bagi kaum progressif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataan
adalah pengalaman transaksional yang selalu berubah (progresif). Dunia selalu
berubah dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum-hukum ilmiah
hanya bersifat probabilitas dan tidak absolut. Progressivisme percaya bahwa
pengetahuan mengenai dunia ini hanyalah sebatas sebagaimana dunia ini dialami
oleh manusia dan Itulah yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk
kita semua.
Rekonstruksionisme Sosial. Aliran ini menaruh perhatian yang besar pada
hubungan antara kurikulum sekolah dan perkembangan politik, sosial, dan ekonomi
suatu masyarakat. Rekonstruksionisme menganggap bahwa dunia dan moral
manusia mengalami degradasi di sana-sini sehingga perlu adanya rekonstruksi
tatanan sosial menuju kehidupan yang demokratis, emansipatoris dan seimbang.
Keadaan yang timpang dan hanya menguntungkan salah satu belahan dunia harus
diatasi dengan merekonstruksi pendidikan untuk memajukan peradaban. Untuk
menjamin keberlangsungan hidup manusia dan untuk menciptakan peradaban yang
lebih memuaskan, manusia harus menjadi insinyur sosial, yaitu orang yang mampu
merancang jalannya perubahan dan mengarahkan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara dinamis untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pedagogi Kritis. Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk
memandang sekolah sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah didedikasikan
untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah
tempat publik yang memberi kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar
pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang
sesungguhnya. Sekolah bukan sekedar perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga
garis depan dalam persaingan pasar internasional dan kompetisi asing.
Anarkisme Utopis: Ivan Illich. Illich, tokoh utama aliran ini, mengatakan bahwa
tujuan utama pendidikan adalah perombakan/pembaharuan berskala besar dan
segera di dalam masyarakat, dengan cara menghilangkan persekolahan wajib.
Sistem persekolahan formal yang ada harus dihapuskan sepenuhnya dan diganti
dengan sebuah pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri; akses yang
bebas dan universal ke bahan-bahan pendidikan serta kesempatan-kesempatan
belajar mesti disediakan, namun tanpa sistem pengajaran wajib (O’neil dalam
Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm. 79).
Eksistensialisme. Eksistensialisme menjadi salah satu ciri pemikiran filsafat abad
20 yang sangat mendambakan adanya otonomi dan kebebasan manusia yang sangat
besar untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari perspektif eksistensialisme,
pendidikan sejatinya adalah upaya pembebasan manusia dari belenggu-belenggu
yang mengungkungnya sehingga terwujudlah eksistensi manusia ke arah yang lebih
humanis dan beradab. Beberapa pemikiran eksistensialisme dapat menjadi landasan
atau semacam bahan renungan bagi para pendidik agar proses pendidikan yang
dilakukan semakin mengarah pada keautentikan dan pembebasan manusia yang
sesungguhnya.

3) Perspektif global merupakan pandangan yang timbul mulai permulaan abad ke-21
dari kesadaran bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan
isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari
pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan dunia, oleh karena itu
harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia. Tujuan umum pengetahuan
tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan juga untuk
menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif,
primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras dan nasionalisme yang
sempit. Dalam menghadapi globalisasi tanpa adanya persiapan yang kuat maka
globalisasi akan menjadi sesuatu yang menakutkan dan akan berubah menjadi
sesuatu yang negatif. Cara untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi globalisasi
ini adalah dengan cara meningkatkan kesadaran dan memperluas wawasan. Cara
untuk meningkatkan dan memperluas wawasan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dan cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Dengan demikian,
pentingnya wawasan perspektif global dalam pengelolaan pendidikan ialah sebagai
bagian dari upaya dalam peningkatan mutu pendidikan nasional di Indonesia. Hal ini
dikarenakan seperti yang telah dituliskan sebelumnya, dengan wawasan perspektif
global kita dapat menghindarkan diri dari cara berpikir sempit dan terkotak-kotak
oleh batas subyektif sehingga pemikiran kita lebih berkembang. Kita dapat melihat
sistem pendidikan di negara lain yang telah maju dan berkembang juga dapat
membandingkannya dengan pendidikan di negara kita, mana yang dapat diterapkan
dan mana yang sekerdar untuk diketahui saja. Kita bisa mencontoh sistem
pendidikan yang baik di negara lain selama hal itu tidak bertentangan dengan jati
diri bangsa Indonesia.
Pergeseran lain yang juga mempengaruhi system pendidikan di Indonesia adalah
dengan dimulainya era otonomi daerah. Pada awalnya penyelenggaraan pendidikan
nasional selama ini dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan sekolah
sebagai sebuah lembaga yang sangat tergantung pada keputusan birokrasi pusat
yang panjang dan terkadang kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan kondisi
sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian,
motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk
meningkatkan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pergeseran pendekatan sistem pemerintahan kita yang selama ini sentralistik
menjadi desentralistik sejak diberlakukannya UU RI NO.22 tahun 1999 tentang
otonomi daerah telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Salah satu bidang
tersebut adalah pendidikan, dimana dalam pasal 11 ayat 2 UU RI NO.22 tersebut
dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu urusan bidang pemerintahan
yang pengelolaannya didesentralisasikan. Implikasi dari desentralisasi pengelolaan
pendidikan ini adalah kewenangan yang lebih besar diberikan kepada kabupaten
atau kota untuk mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan
daerahnya. Adapun yang seharusnya dilakukan manajemen lembaga pendidikan
formal dan non formal serta informal dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan
tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah ini adalah dengan memiliki empat
kemampuan penting berikut ini:
a. Kemampuan mengantisipasi, artinya pendidikan berusaha menyiapkan anak
didik untuk dapat mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat.
b. Mmpu mengerti dan mengatasi situasi, artinya dapat mengembangkan
kemampuan dan sikap peserta didik untuk menangani dan berhadapan dengan
situasi baru. Rasa kepedulian terhadap suatu masalah serta keinginan untuk
mengatasi masalah merupakan faktor yang harus dikembangkan pada diri anak.
c. Mampu mengakomodasi, artinya dapat mengakomodasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat dan segala perubahan yang
ditimbulkannya.
d. Mampu mereorientasi, artinya persepsi dan wawasan tentang dunia perlu
diorientasikan kembali karena perkembangan IPTEK dan perubahan social yang
cepat sehingga memperoleh wawasan yang semakin luas.

4) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sangat menuntut hadirnya


perubahan paradigma pendidikan yang berorientasi pada pasar dan kebutuhan hidup
masyarakat. Pendidikan yang berorientasi pada pengetahuan bergeser menjadi
pengembangan ke segala potensi yang seimbang. Pada pendidikan orientasi
pendidikan lebih menekankan pada pemindahan informasi yang dimiliki kepada
peserta didik (bersifat kognitif). Dari keseragaman pembelajaran bersama yang
sentralistik menjadi keberagaman yang terdesentralisasi dan terindividulisasikan.
Hal ini seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dimana informasi dapat
diakses secara mudah melalui berbagai macam media pembelajaran secara mandiri,
misalnya: internet, multimedia pembelajaran, dan sebagainya. Pembelajaran dengan
model penjenjangan yang terbatas menjadi pembelajaran seumur hidup. Belajar
tidak hanya terbatas pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi, namun
belajar dapat dilakukan sepanjang hayat, yang tidak terbatas pada tempat, usia,
waktu, dan fasilitas. Menurut Sujarwo (2006) untuk membekali terjadinya
pergeseran orientasi pendidikan di era global dalam mewujudkan kualitas sumber
daya manusia yang unggul, diperlukan strategi pengembangan pendidikan, antara
lain:
a. Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang berdasarkan
pada need assessment dan karakteristik masyarakat. Partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pendidikan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi.
b. Peran pemerintah bukan sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam
pendidikan, namun pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator,
fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
c. Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada pemenuhan
kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan pasar dan tuntutan
persaingan.
d. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi
sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada,
pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain yang
sangat peduli pada pendidikan.
e. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari
instansi pemerintah maun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga di dalam
negerimaupun dari luar negeri.
f. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar
belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
g. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik jalur
pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat memanfaatkan
teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam mengembangkan potensi
diri dan lingkungannya (misal; penggunaan internet, multi media pembelajaran,
sistem informasi terpadu, dan sebagainya)

Anda mungkin juga menyukai