SOAL UTS
1. Coba jelaskan konsep-konsep yang terkandung dalam nama mata kuliah ini lengkap
dengan analisis masing-masing konsep tersebut serta usulan perbaikan yang
diperlukan.
2. Coba jelaskan dan analisis beberapa istilah berikut lengkap dengan karakteristiknya :
a. Pengertian pendidikan,
b. Tujuan dan target serta sasaran pendidikan
c. Jenis, jalur dan jenjang pendidikan ,
d. Aliaran teori kebijakan pendidikan,tokoh dan asumsinya,
e. Aliran Teori-teori pendidikan klasik, modern serta tokohnya
f. Aliran-aliran filsafat pendidikan serta tokohnya lengkap dengan ciri dan
asumsinya.
4. Coba jelaskan ciri-ciri Tata Kelola (manajemen) pendidikan diera globalisasi, era
sentralisasi dan desentralisasi baik regulasi maupun manajemen operasionalnya
sesuai standar nasional pendidikan.
Jawab.
1) Konsep-konsep yang terkandung dalam dalam nama mata kuliah ini. Mata kuliah ini
diberi nama Paradigma dan Manajemen Pendidikan. Ada lima konsep dalam nama
mata kuliah tersebut. Paradigma, pendidikan, paradigma pendidikan, manajemen,
dan manajemen pendidikan.
Pertama kita akan bahas konsep Paradigma. Menurut Thomas Kuhn, dalam bukunya
yang berjudul “The structure of scientific revolution”, arti dari paradigma
merupakan suatu landasan berpikir, konsep dasar, atau juga landasan berpikir yang
digunakan/ dianut yakni sebagai model atau juga konsep dasar para ilmuan di dalam
melakukan studinya. Paradigma menurut Robert Friedrichs diartikan sebagai suatu
kumpulan tata nilai yang membentuk sebuah pola pikir seseorang yakni sebagai titik
tolak pandangannya serta juga membentuk dari citra subjektif seseorang terhadap
suatu realita sehingga bisa atau dapat menentukan cara untuk dapat menangani
realita tersebut. Berdasarkan dua teori diatas, paradigma dapat kita artikan sebagai
suatu kumpulan nilai yang membentuk pola pikir seseorang yang menjadi landasan
atau konsep dasar dalam melakukan sebuah studi.
Selanjutnya adalah konsep Pendidikan. Menurut KBBI Pendidikan merupakan suatu
proses di dalam mengubah sikap dan juga tata laku seseorang atau kelompok orang
di dalam usaha untuk dapat mendewasakan manusia melalui suatu pengajaran dan
pelatihan, proses, cara perbuatan yang mendidik.
Dari kombinasi dua konsep diatas diatas maka dapat kita simpulkan bahwa
Paradigma pendidikan adalah suatu kumpulan nilai yang membentuk pola pikir
seseorang yang menjadi landasan atau konsep dasar dalam melakukan sebuah studi
tentang mengubah sikap dan juga tata laku seseorang atau kelompok orang di dalam
usaha untuk dapat mendewasakan manusia melalui suatu pengajaran dan pelatihan,
proses, cara perbuatan yang mendidik.
Berikutnya adalah konsep Manajemen. Secara etimologis, kata Manajemen ini
berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur. Namun, secara umum,
manajemen adalah sebuah ilmu dan juga seni didalam pengelolaan dari sumberdaya
untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.
George Robert Terry mengartikan manajemen sebagai proses khas dari beberapa
tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Seluruh tindakan tersebut bertujuan mencapai target dengan memanfaatkan semua
sumber daya yang tersedia.
Dari konsep tersebut dapat kita simpulkan bahwa konsep manajemen pendidikan
adalah suatu proses dari beberapa tindakan, seperti perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan yakni berubahnya sikap
dan tingkah laku para peserta didik menjadi lebih baik.
Untuk usulan perbaikan tidak ada yang perlu diperbaiki. Mata kuliah ini sangat
penting untuk para pendidik, tenaga kependidikan serta semua stakeholder dibidang
pendidikan, karena pendidikan bukanlah suatu konsep yang terhalang oleh ruang
waktu dan tempat,pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Misalnya
dari guru kepada murid, dari dosen kepada mahasiswa, dari orang tua kepada anak,
dari kakak kepada adiknya atau mungkin juga dari ketua wilayah kepada warganya.
Dengan mempelajari konsep-konsep dalam mata kuliah ini manusia akan mampu
mengatur dan memberikan pengajaran tentang hal apapun kepada orang lain.
2) A. Pengertian Pendidikan.
Menurut KBBI Pendidikan merupakan suatu proses di dalam mengubah sikap dan
juga tata laku seseorang atau kelompok orang di dalam usaha untuk dapat
mendewasakan manusia melalui suatu pengajaran dan pelatihan, proses, cara
perbuatan yang mendidik. Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan
buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua
kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau
masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia
sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha
manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung
kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
F. Aliran-aliran filsafat pendidikan serta tokohnya lengkap dengan ciri dan asumsinya.
Filsafat adalah kajian kritis terhadap pemikiran yang telah diamini kebenarannya.
Sementara pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat
diikuti secara baik oleh peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya.
Filsafat pendidikan adalah kajian kritis terhadap pemikiran dan sikap yang telah
dan/atau akan dibuat melalui pencarian dan analisis konsep paling mendasar untuk
menciptakan pertimbangan yang lebih baik dan sesuai dalam skop pendidikan yang
berusaha untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik
dalam mengembangkan potensi dirinya dari segi keilmuan, kepribadian, dan nilai
positif lainnya. Al-Syaibani menyatakan bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas
pikiran yang teratur dan menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan (Al-Syaibani dalam Jalaluddin
& Idi, 2015, hlm. 19). Ada banyak aliran filsafat yang tumbuh seiring dengan
perkembangan zaman. Berikut adalah aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah
dikenal luas oleh para ahli pendidikan.
Perenialisme. Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang,
percaya bahwa kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agama berbagi
satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana semua pengetahuan, ajaran
dan nilai yang baik telah tumbuh.
Essensialisme. Essensialisme merupakan aliran yang ingin kembali pada
kebudayaan-kebudayaan warisan sejarah yang telah terbukti keunggulannya dan
kebaikannya bagi kehidupan manusia. Essensialisme percaya bahwa pendidikan
yang baik dan benar terdiri dari pembelajaran keterampilan dasar (membaca,
menulis, berhitung), seni, dan ilmu pengetahuan. Semua hal tesebut telah terbukti
berguna untuk manusia di masa lalu, sehingga terdapat keyakinan bahwa hal inilah
akan berguna pula pada kehidupan di masa yang akan datang (Gutek dalam
Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.44). Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang dapat memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas
(Jalaludin & Idi, 2015, hlm.100).
Progressivisme. Bagi kaum progressif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataan
adalah pengalaman transaksional yang selalu berubah (progresif). Dunia selalu
berubah dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum-hukum ilmiah
hanya bersifat probabilitas dan tidak absolut. Progressivisme percaya bahwa
pengetahuan mengenai dunia ini hanyalah sebatas sebagaimana dunia ini dialami
oleh manusia dan Itulah yang dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk
kita semua.
Rekonstruksionisme Sosial. Aliran ini menaruh perhatian yang besar pada
hubungan antara kurikulum sekolah dan perkembangan politik, sosial, dan ekonomi
suatu masyarakat. Rekonstruksionisme menganggap bahwa dunia dan moral
manusia mengalami degradasi di sana-sini sehingga perlu adanya rekonstruksi
tatanan sosial menuju kehidupan yang demokratis, emansipatoris dan seimbang.
Keadaan yang timpang dan hanya menguntungkan salah satu belahan dunia harus
diatasi dengan merekonstruksi pendidikan untuk memajukan peradaban. Untuk
menjamin keberlangsungan hidup manusia dan untuk menciptakan peradaban yang
lebih memuaskan, manusia harus menjadi insinyur sosial, yaitu orang yang mampu
merancang jalannya perubahan dan mengarahkan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara dinamis untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pedagogi Kritis. Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk
memandang sekolah sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah didedikasikan
untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah
tempat publik yang memberi kesempatan bagi peserta didik agar dapat belajar
pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang
sesungguhnya. Sekolah bukan sekedar perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga
garis depan dalam persaingan pasar internasional dan kompetisi asing.
Anarkisme Utopis: Ivan Illich. Illich, tokoh utama aliran ini, mengatakan bahwa
tujuan utama pendidikan adalah perombakan/pembaharuan berskala besar dan
segera di dalam masyarakat, dengan cara menghilangkan persekolahan wajib.
Sistem persekolahan formal yang ada harus dihapuskan sepenuhnya dan diganti
dengan sebuah pola belajar sukarela dan mengarahkan diri sendiri; akses yang
bebas dan universal ke bahan-bahan pendidikan serta kesempatan-kesempatan
belajar mesti disediakan, namun tanpa sistem pengajaran wajib (O’neil dalam
Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm. 79).
Eksistensialisme. Eksistensialisme menjadi salah satu ciri pemikiran filsafat abad
20 yang sangat mendambakan adanya otonomi dan kebebasan manusia yang sangat
besar untuk mengaktualisasikan dirinya. Dari perspektif eksistensialisme,
pendidikan sejatinya adalah upaya pembebasan manusia dari belenggu-belenggu
yang mengungkungnya sehingga terwujudlah eksistensi manusia ke arah yang lebih
humanis dan beradab. Beberapa pemikiran eksistensialisme dapat menjadi landasan
atau semacam bahan renungan bagi para pendidik agar proses pendidikan yang
dilakukan semakin mengarah pada keautentikan dan pembebasan manusia yang
sesungguhnya.
3) Perspektif global merupakan pandangan yang timbul mulai permulaan abad ke-21
dari kesadaran bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan
isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari
pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan dunia, oleh karena itu
harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia. Tujuan umum pengetahuan
tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan juga untuk
menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif,
primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras dan nasionalisme yang
sempit. Dalam menghadapi globalisasi tanpa adanya persiapan yang kuat maka
globalisasi akan menjadi sesuatu yang menakutkan dan akan berubah menjadi
sesuatu yang negatif. Cara untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi globalisasi
ini adalah dengan cara meningkatkan kesadaran dan memperluas wawasan. Cara
untuk meningkatkan dan memperluas wawasan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dan cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan. Dengan demikian,
pentingnya wawasan perspektif global dalam pengelolaan pendidikan ialah sebagai
bagian dari upaya dalam peningkatan mutu pendidikan nasional di Indonesia. Hal ini
dikarenakan seperti yang telah dituliskan sebelumnya, dengan wawasan perspektif
global kita dapat menghindarkan diri dari cara berpikir sempit dan terkotak-kotak
oleh batas subyektif sehingga pemikiran kita lebih berkembang. Kita dapat melihat
sistem pendidikan di negara lain yang telah maju dan berkembang juga dapat
membandingkannya dengan pendidikan di negara kita, mana yang dapat diterapkan
dan mana yang sekerdar untuk diketahui saja. Kita bisa mencontoh sistem
pendidikan yang baik di negara lain selama hal itu tidak bertentangan dengan jati
diri bangsa Indonesia.
Pergeseran lain yang juga mempengaruhi system pendidikan di Indonesia adalah
dengan dimulainya era otonomi daerah. Pada awalnya penyelenggaraan pendidikan
nasional selama ini dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan sekolah
sebagai sebuah lembaga yang sangat tergantung pada keputusan birokrasi pusat
yang panjang dan terkadang kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan kondisi
sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian,
motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk
meningkatkan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Pergeseran pendekatan sistem pemerintahan kita yang selama ini sentralistik
menjadi desentralistik sejak diberlakukannya UU RI NO.22 tahun 1999 tentang
otonomi daerah telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Salah satu bidang
tersebut adalah pendidikan, dimana dalam pasal 11 ayat 2 UU RI NO.22 tersebut
dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu urusan bidang pemerintahan
yang pengelolaannya didesentralisasikan. Implikasi dari desentralisasi pengelolaan
pendidikan ini adalah kewenangan yang lebih besar diberikan kepada kabupaten
atau kota untuk mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan
daerahnya. Adapun yang seharusnya dilakukan manajemen lembaga pendidikan
formal dan non formal serta informal dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan
tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah ini adalah dengan memiliki empat
kemampuan penting berikut ini:
a. Kemampuan mengantisipasi, artinya pendidikan berusaha menyiapkan anak
didik untuk dapat mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat.
b. Mmpu mengerti dan mengatasi situasi, artinya dapat mengembangkan
kemampuan dan sikap peserta didik untuk menangani dan berhadapan dengan
situasi baru. Rasa kepedulian terhadap suatu masalah serta keinginan untuk
mengatasi masalah merupakan faktor yang harus dikembangkan pada diri anak.
c. Mampu mengakomodasi, artinya dapat mengakomodasi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat dan segala perubahan yang
ditimbulkannya.
d. Mampu mereorientasi, artinya persepsi dan wawasan tentang dunia perlu
diorientasikan kembali karena perkembangan IPTEK dan perubahan social yang
cepat sehingga memperoleh wawasan yang semakin luas.