Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PENGANTAR PENDIDIKAN
“Teori–Teori Pendidikan”

OLEH

NAMA : NIYMA
STAMBUK : A1K117088
JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan serangkaian proses yang sangat kompleks dan melibatkan
banyak aspek yang saling berkaitan. Pendidikan bertujuan untuk mengubah sikap dan
tingkah laku manusia ke arah yang beradab. Dalam hal ini dibutuhkan suatu proses yang
sangat panjang dan kompleks. Suatu proses dalam mengubah kualitas masukan dalam
dunia pendidikan melibatkan dua aspek utama yang saling berkaitan, yakni belajar dan
pembelajaran. Di samping kedua hal tersebut, masih terdapat berbagai faktor lain yang
sifatnya mendukung terjadinya kedua proses tersebut.
Belajar adalah serangkaian proses individual yang bertujuan untuk memberikan
suatu informasi baru mengenai apa yang belum diketahui. Belajar tidak hanya sekedar
serangkaian ritual bagi seorang pelajar, tetapi melibatkan banyak proses yang saling
berkaitan yang menentukan sejauh mana efektifitas dan efisiensi dari proses tersebut.
Seorang pendidik atau calon pendidik dituntut untuk mengetahui berbagai konsep
yang berkaitan dengan segala proses dalam dunia pendidikan. Begitu pula dengan
masalah belajar karena hal ini adalah salah satu aspek penting yang menjadi pokok
profesi seorang pendidik, baik secara langsung maupun sebagai mediator.
Pemahaman mengenai kegiatan belajar diperlukan dalam menentukan strategi
pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan pada peserta didik. Apa yang menjadi
konsep awal sebelum terjun dalam kegiatan belajar mengajar bagi seorang calon pendidik
merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula pemahaman terhadap
defenisi dan ciri-ciri belajar karena hal ini adalah hal yang paling pokok yang menjadi
objek kajian seorang pendidik.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka penulis berupaya
menyusun suatu makalah yang berisi defenisi dan ciri-ciri belajar. Hal ini dimaksudkan
sebagai tambahan pengetahuan dan juga informasi bagi pembaca khususnya penyusun
sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik pendidikan?
2. Bagaimana teori-teori pendidikan?
3. Apa yang dimaksud teori pendidikan umum dan teori pendidikan khusus?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang karakteristik pendidikan
2. Menjelaskan teori-teori pendidikan
3. Menjelaaskan tentang teori pendidikan umum dan teori pendidikan khusus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri dan Teori Pendidikan


1. Karakteristik Pendidikan
Karakteristik berasal dari kata "characteristic" yang berarti sifat yang khas.
Atau bisa diambil pengertian bahwa karakteristik adalah suatu sifat khas yang
membedakan dengan yang lain. Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
a. Pendidikan Dasar (PD)
Pendidikan dasar adalah pendidikan sembilan tahun dengan pendidikan enam
tahun di sekolah dasar dan tiga tahun di sekolah menengah. Pada jalur luar sekolah,
pemerintah menyediakan program paket A & B bagi anak usia sekolah yang orang
tuanya tidak mampu membiayai untuk untuk masuk SD ataupun SLTP.
Tujuan pendidikan dasar adalah untuk memberikan bekal kemampuan dasar
kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan untuk
mengikuti pendidikan menengah.
Satuan pendidikan dasar meliputi:
a). Sekolah Dasar
Bentuk satuannya adalah SD, SD luar biasa dan SD yang bercirikan khas
agama Islam yang diselenggarakan oleh Depag yang disebut Madrasah Ibtidaiyah.
b). SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)
SLTP adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelengaran program 3
tahun. Bentuk satuannya adalah SLTP, SLTP luar biasa, yang bercirikan khas agama
islam yang diselenggarakan oleh Depag disebut Madrasah Tsanawiyah.
Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi, sekolah pembinaan tenaga kependidikan lainnya, pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana. Kepala sekolah untuk sekolah negeri bertujuan
kepada Menteri pendidikan dan kebudayaan. Kepala sekolah swasta bertanggung
jawab kepada badan yang mendirikan sekolah tersebut dan kepada Menteri pendidikan
dan kebudayaan. Kepala Madrasah bertanggung jawab kepada Menteri Agama.
Penilaian pendidikan dasar mencangkup:
a. Penilaian kegiatan dan kemajuan belajar siswa dilakukan untuk mengetahui
perkembangan dan hasil belajar siswa dengan memberi STTB yang digunakan
untuk membantu meningkatkan perkembangan siswa dan memperoleh keterangan
tentang mutu PD secara nasional.
b. Penilaian pelaksanaan kurikulum dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
kurikulum PD dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional
c. Penilaian terhadap guru dantenaga kependidikan dilakukan untuk mengetahui
kemampuan dan kewenangan profesional.
d. Penilaian satuan pendidikan sebagai satu keseluruhan dilakukan untuk mengetahui
kemampuan pengelolaan satuan dan/atau kegiatan pendidikan yang bersangkutan.
Hal-hal yang dinilai dimulai meliputi segi-segi kelembagaan, kurikulum, siswa,
guru, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana dan administrasi. Hasil penilaian
digunakan untuk menentukan akreditasi dan pembinaan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan ini membutuhkan waktu 3 tahun. Pendidikan ini ada beberapa jenis,
yaitu pendidikan umum, kejuruan, luar biasa, dan keagamaan.
Tujuannya adalah untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
megnadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar
serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja dan pendidikan
tinggi.
c. Pendidikan Tinggi
UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa
Perguruan Tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau
universitas.
Tujuan perguruan tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang dapat mengembangkan dan atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian serta mengembangkan dan
menyebarluaskan IPTEK.
Jalur pendidikan tinggi adalah:
a) Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada penguasaan
ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan. Pendidikan ini
diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas. Pendidikan
akademik menghasilkan lulusan yang memperoleh gelar akademik dan
diselenggarakan melalui program kerja sarjana ( S1 / Srata 1 ) atau program pasca
sarjana meliputi program magister (S2) program Doktor (S3). Pendidikan jalur
profesional dikatakan dengan sebutan profesional melalui program diploma (D1-
D4)/ spesialis (SP1, SP2)
b) Pendidikan profesional adalah pendidikan tinggi yang diarahkan pada kesiapan
penerapan keahlian tertentu serta mengutamakan peningkatan kemampun atau
keterampilan kerja atau menekankan pada aplikasi ilmu dan teknologi pendidikan
Pendidikan ini diselenggarakan oleh akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut
dan universitas.
2. Teori-Teori Pendidikan
1. Pembelajaran Menurut Teori Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan;
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh
sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut
sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing
siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap
suatu objek. Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran,
akibatnya pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung cognitif
oriented (berorientasi pada intelektual atau kognisi). Implikasinya lulusan
pendidikan atau pembelajaran kaya intelektual tetapi miskin moral kepribadian.
Mestinya proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran
kognisi dengan peran afeksi, sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas
intelektual dan moral kepribadian yang seimbang.
Secara umum teori kognitif memiliki pandangan bahwa belajar atau
pembelajaran adalah suatu proses yang lebih menitikberatkan proses membangun
ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek yang bersifat
intelektualitas lainnya. Oleh sebab itu, belajar juga dapat dikatakan bagian dari
kegiatan yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks dan
komprehensif.
2. Teori Pendidikan Humanisme
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya
untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang
disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme
biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif
yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat
yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.
3. Teori Pendidikan Behaviorisme
Teori behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada
tingkah laku manusia. memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
member respon terhadap lingkungan. pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka. Menurut teori belajar ini adalah perubahan tingkah
laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan tingkah
laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca maka betapapun gurunya
berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal huruf A sampai Z di
luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan kemampuannya
dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia dikatakan telah
belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku (dari tidak
bisa menjadi bisa membaca). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yaitu berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang
terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tidak penting diperhatikan
sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati adalah stimulus dan respons,
misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa tersebut
dalam rangka membantu siswa untuk belajar. Stimulus ini berupa rangkaian
alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan respons adalah reaksi siswa
terhadap stimulus yang diberikan gurunya.
Menurut teori behaviorisme apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan
apa saja yang dihasilkan siswa (respons) semua harus bisa diamati, diukur, dan
tidak boleh hanya implisit (tersirat). Faktor lain yang juga penting adalah faktor
penguat (reinforcement). Penguat adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respons. Bila penguatan ditambah (positive reinforcement) maka
respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative
reinforcement) respons pun akan tetap dikuatkan.. Misalnya bila seorang anak
bertambah giat belajar apabila uang sakunya ditambah maka penambahan uang
saku ini disebut sebagai positive reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak
itu dikurangi dan pengurangan ini membuat ia makin giat belajar, maka
pengurangan ini disebut negative reinforcement.
4. Teori Pendidikan Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda
dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan
yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami
belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan
dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang
dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.
Jika behaviorisme menekankan ketrampilan atau tingkah laku sebagai
tujuan pendidikan, sedangkan maturasionisme menekankan pengetahuan yang
berkembang sesuai dengan usia, sementara konstruktivisme menekankan
perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai
konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun
pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan berkembang
pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan it berguna
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan
sendiri oleh masing-masing orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah
ada, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu
keaktivan seseorang sangat menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
B. Teori Pendidikan Umum dan Teori Pendidikan Khusus
Pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaknya sejak dilahirkan hingga dia mati.
Pendidikan dengan pengertian ini meliputi semua sarana, baik disengaja seperti
pendidikan dilingkungan keluarga (rumah), dan pendidikan sekolah, atau yang tidak
disengaja seperti pendidikan yang datang kebetulan dari pengaruh lingkungan sosial
kemasyarakatan dalam pergaulan kesehatan atau yang bersifat alamiah dan lain-lain.
Pendidikan dalam pengertian ini, sama dengan pengertian bahwa kehidupan itu sendiri
atau dalam artian sesungguhnya bahwa segala bentuk hubungan manusia baik di
lingkungan keluarga, lingkungan alam dalam kehidupan ini dianggap sebagai sebuah
proses pembelajaran dengan anggapan bahwa dimulai dari buaian atau sejak terlahir
sampai keliang lahat.
Pengertian pendidikan secara khusus ialah semua media yang dijadikan dan
dipergunakan untuk mengembangkan jasmani anak, akalnya dan untuk pembinaan
akhlaknya (akhlakul kharimah), dan hanya meliputi sarana khusus yang mungkin disusun
suatu sistem bagiannya; ini terbatas pada pendidikan rumah tangga dan sekolah.
Pengertian di atas sengaja dikemukakan untuk menggambarkan secara umum
kepada kita tentang makna pendidikan, akan tetapi kedua bentuk pengertian di atas
disadari tidaklah cukup mewakili definisi pendidikan, apalagi sampai membatasi
pengertian pendidikan itu sendiri. Kerena pengertian sebagaimana telah dikemukakan
masih kabur dan samar-samar, sehingga diperlukan pendefinisian yang lebih cermat dan
jelas guna menghindari pencampur adukan antara pengertian pendidikan dan tujuannya.
Upaya pendefinisian sangatlah penting dalam memberikan pengertian yang jelas dan
tegas.
Dikalangan para pemikir terdapat beberapa pendapat tentang hakikat pendidikan
dan batasan pengertiannya. Dan kesemuanya itu sejalan dengan isi hati mereka,
kesenangannya, kehidupannya dan tujuan hidup ini. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa definisi pendidikan menurut para tokoh :
1. John Sturt Mill (salah seorang failusuf Bangsa Inggris yang hidup sekitar tahun 1806-
1873 M) mengatakan : “Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh
seorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan
mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.”
2. Roussenan (salah seorang failusuf Jerman yang hidup di tahun 1776-1823 M)
mengatakan : “Pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada
pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya waktu
dewasa.”
3. Aristoteles (filosof terbesar dari Yunani 184 SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan
itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran, sebagaimana disiapkan tanah tempat
persemaian benih. Dia mengatakan bahwa di dalam diri manusia ada dua kekuatan
yaitu pemikiran kemanusiaannya dan syahwat kehewaniyahnya. Pendidikan itu
adalah alat yang dapat membantu kekuatan pertama untuk mengalahkan kekuatan
yang kedua.”
4. Ibnul Muqaffa (seorang tokoh Bahasa Arab yang hidup tahun 106-1213 H pengarang
kitab Kalilah dan Damimah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita
butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indra kita seperti
makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban
yang tinggi yang merupakan santapan akal dan rohani”.
5. William Chandler Bagley (salah seorang tokoh pendidikan di Universitas New York,
AS) mengatakan : “Pendidikan itu ialah aktivitas yang dengannya seseorang dapat
berusaha mendapatkan pengalaman dan latihan-latihan (experiment) yang
akanmenjadikan setiap tugas (aktivitas) masa depannya, lebih baik dan lebih
sempurna. (Badrun Zaman, dkk, 2005).
Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan pikiran, maka kelima pendapat
yang telah dikemukakan diharapkan dapat mewakili pendapat-pendapat lainnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapatlah dikatakan bahwa pendidikan itu
adalah pemberian pengarah dengan berbagai macam yang berpengaruh, yang sengaja
kita pilih untuk membantu anak, sehingga sedikit demi sedikit, sampai kepada
batasan kesempurnaan maksimal yang dapat dicapai, sehingga dia bahagia dalam
kehidupannya. Sebagai individu dan dalam kehidupan kemasyarakatan (sosial) dan
setiap tindakan yang keluar dari padanya menjadi lebih sempurna, lebih tepat dan
lebih baik bagi masyarakat. Oleh karena itu pendidikan dapat pula dikatakan sebagai
wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia
secara seimbang ke arah yang positif.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan mempunyai karakteristik sebagai berikut yakni: Pendidikan Dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan mempunyai beberapa teori
diantaranya: Pembelajaran menurut teori kognitif, teori pendidikan humanisme, teori
pendidikan behaviorisme, teori pendidikan konstruktivisme.
B. SARAN
Makalah ini dirasa penulis mempunyai banyak kekurangan. Semoga para
pembaca dapat memaklumi akan keterbatasan yang dimiliki penulis. Kiranya ada salah
dalam penulisan atau dalam memberi keterangan yang kurang memuaskan penulis mohon
maaf dan semoga makalah ini dapat menambah wawasan keilmuan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Dewasastra, 2012, Teori Pendidikan Secara Umum,


http://dewasastra.wordpress.com/2012/03/20/teori-pendidikan-secara-umum/, diakses
tanggal 4 Oktober 2020
Nurani Soyomukti. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo)Liberal, Marxis-Sosialis,
Postmodern. Ar-ruzzmedia, Yogyakarta. Cetakan: I
Sahim n A’yun, 2010, Karakteristik Pendidikan Dasar, Menengah dan Tinggi,
http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/karakteristik-pendidikan-dasar-menengah.html
2010, diakses pada tanggal tanggal 4 Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai