Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No.

3, Edisi Agustus 2017

Identifikasi Keanekaragaman Tumbuhan Paku Di Kawasan Air Terjun


Kapas Biru Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang
SertaPemanfaatannya Sebagai Booklet

Relita Imaniar, Pujiastuti, Siti Murdiyah*


Biology Departement, State University of Jember, East Java, Indonesia.
*email: murdiyah_st.fkip@unej.ac.id

Abstrak. Sebagai negara beriklim tropik, Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta)
yang tinggi. Sekitar 1.300 jenis tumbuhan paku yang terdapat di Indonesia. Tumbuhan paku banyak ditemukan
di dataran tinggi salah satunya padakawasan Air terjun Kapas Biru Pronojiwo Lumajang. Di kawasan tersebut
dilakukan kegiatan identifikasi tumbuhan paku sebagai dasar upaya konservasi. Hasil penelitian diharapkan
bermanfaat bagi masyarakat umum baik para pecinta lingkungan, botanis, siswa ataupun mahasiswa untuk lebih
mengetahui keanekaragaman flora yang ada di sekitarnya yang dipublikasikan dalam bentuk media
booklet.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan paku yang ada di kawasan Air Terjun
Kapas Biru Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang tahun 2017 dan untuk mengetahui hasil uji kelayakan
produk booklet dari hasil penelitian. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian dilakukan di
Kawasan Air Terjun Kapas Biru Pronojiwo Lumajang. Penelitian ini menggunakan metode jelajah (Cruise
Method). Hasil penelitian berupa data keanekargaman tumbuhan paku disusun sebagai booklet dengan mengacu
pada model pengembangan 4D Thiagarajan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 30 jenis tumbuhan paku.
Selain itu, diketahui bahwa jumlah setiap jenis tumbuhan paku berbeda-beda. Jenis paku paling dominan yang
ditemukan pada setiap area yaitu Drymoglosum piloselloides (L.) M.G Price. Tumbuhan paku dengan jumlah
banyak yaitu Nephrolepis radicans (Burm.f) Kuhn, Christella dentat (Forssk). Brownsey & Jermy, Selaginella
intermedia, Equisetum sp. Sedangkantumbuhan paku dengan jumlah paling sedikit yaitu Cyclosorus sp.Produk
hasil penelitian berupa Booklet mendapatkan kualifikasi sangat layak dengan keputusan dapat digunakan tanpa
revisi.

Kata Kunci:Booklet,Pteridophyta,Studi Floristik, Tumbuhan Paku, Metode Jelajah

Singkatan: IUCN (International Union for Conversation of Nature)

PENDAHULUAN terjadinya kepunahan agar jenisnya tetap terjaga


pada saat ini dan masa yang akan datang.
Posisi Indonesia terletak di wilayah garis Jumlah dan jenis keanekaragaman hayati selalu
ekuator menyebabkan kepulauan Indonesia berubah dari tahun ketahun, dari satu tempat
memiliki iklim tropik. Dengan wilayah dengan tempat lainya. Berdasarkan beberapa
geografis yang strategis, Indonesia memiliki fakta tersebut, maka sangat penting untuk
potensi keanekaragaman hayati yang sangat mengetahui keanekaragaman.
tinggi. Meskipun demikian, Indonesia juga Keanekaragaman yang dimiliki oleh salah
merupakan negara dengan tingkat keterancaman satu tumbuhan vaskular yaitu tumbuhan paku
lingkungan yang tinggi terutama terjadinya (Pteridophyta) sangat beraneka ragam. Hal ini
kepunahan jenis dan kerusakan habitat yang dibuktikan dengan data jumlah spesies
menyebabkan penurunan kenekaragaman tumbuhan paku. Menurut Sandyet al. (2016),
hayati. Hal ini dibuktikan dengan adanya data bahwa total tumbuhan paku yang hampir
dari IUCN (Purnomo, 2015), bahwa Indonesia diketahui di dunia terdapat 10.000 jenis dan
memiliki jumlah jenis tumbuhan terancam sekitar 1.300 jenis tumbuh di Indonesia.
punah yang cenderung meningkat setiap Tumbuhan paku dapat ditemukan dengan jenis
tahunnya. yang beraneka ragam di beberapa lingkungan
Oleh karena itu, perlu perhatian yang yang sesuai dengan habitat tumbuhan paku.
serius untuk menyelesaikan dasar permasalahan Menurut Van Stenis (2010), paku-pakuan selalu
penurunankeanekaragaman hayati. Mengetahui tumbuh banyak di dekat air terjun.
keanekaragaman hayati merupakan salah satu Air terjun merupakan ruang terbuka dalam
dasar upaya konservasi untuk mencegah hutan dan memberi kesempatan kepada
337
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 3, Edisi Agustus 2017

tumbuhan epifit untuk menetap secara terestrial mengenai keanekaragaman tumbuhan paku
pada batu-batuan. Air terjun Kapas biru (Pteridophyta), maka media booklet dianggap
merupakan salah satu wahana alam yang lebih sesuai karena booklet memiliki
memiliki potensi keanekaragaman flora keunggulan yaitu informasi yang diberikan di
khususnya tumbuhan paku (Pteridophyta). Air dalamnya dilengkapi dengan gambar-gambar
Terjun Kapas Biru yang terletak pada kawasan yang jelas dan representatif. Selain itu, booklet
hutan negara yang dikelola oleh Perum bersifat informatif, desainnya yang menarik
Perhutani tepatnya petak 4E kelas hutan dapat menimbulkan rasa ingin tahu.
lindung RPH Sumberowo, BKPH Pronojiwo, Berdasarkan hasil observasi kepada pengelola
SKPH Lumajang, KPH Probolinggo yang yang menyatakan bahwa belum pernah ada
secara administratif terletak di Kecamatan media yang dibuat untuk menunjukkan
Pronojiwo Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa keanekaragaman tumbuhan paku (Pteridophyta)
Timur. Menurut DISPAR Kabupaten Lumajang yang ada di kawasan tersebut. Sehingga tujuan
(2014), Air Terjun Kapas Biru terletak di Desa dilakukanya penelitian ini adalah untuk
Sidomulyo dan termasuk wilayah dataran tinggi mengetahui tumbuhan paku (Pteridophyta)
kaki Gunung Semeru. Air terjun ini memiliki yang ada di Kawasan Air Terjun Kapas Biru
ketinggian kurang lebih 130 meter dengan Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang
terjunan air yang deras. Menurut Sastrapradja tahun 2017 dan untuk mengetahui hasil uji
dalam Katili (2003) tumbuhan paku merupakan kelayakan produk booklet dari hasil penelitian.
satu vegetasi yang umumnya lebih beragam di
daerah dataran tinggi dari pada di dataran
rendah. Hal ini karena tumbuhan paku METODE PENELITIAN
menyukai tempat yang lembab terutama dataran
tinggi. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
Sehingga dengan letak geografis Air penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian ini
Terjun Kapas Biru yang strategis, yaitu berada dilakukan di Kawasan Air Terjun Kapas Biru
di daerah pegunungan yang membuat tumbuhan Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang
paku di kawasan tersebut memiliki pesona tahun 2017 untuk kegiatan pengambilan sampel
keanekaragaman yang luar biasa. Sehingga dan pengambilan gambar (dokumentasi). Area
beberapa kondisi yang dimiliki Air Terjun sampel dibagi menjadi 3 area yaitu area parkir,
Kapas Biru menjadi alasan mengapa penelitian area jalan setapak, dan area sekitar air
identifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta) terjun.Lokasi penelitian dapat dilihat pada
dilakukan di kawasan ini. Agar keberadaan (Gambar 1). Metode pengambilan sampel
jenis-jenis tumbuhan paku di suatu wilayah tumbuhan paku (Pteridophyta) dilakukan
dapat diketahui dengan baik, diperlukan dengan cara jelajah (Cruise Method).
aktvitas Identifikasi dan inventarisasi. Kegiatan Penelusuran pada jalan setapak dibatasi 1,5 m
identifikasi dan inventarisasi terhadap ke arah samping dan 2,5 m ke arah atas.
keanekaragaman tumbuhan paku di kawasan
Air Terjun Kapas Biru akan lebih diketahui
oleh masyarakat jika dipublikasikan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
bentuk media.
Dalam melakukan publikasi, pemilihan Penelitian yang telah dilakukan di kawasan
media komunikasi menentukan efektivitas Air Terjun Kapas Biru Kecamatan Pronojiwo
komunikasi pesan yang akan disampaikan Kabupaten Lumajang dilakukan pada tanggal
kepada khalayak. Karena hasil dari identifikasi 20-23 Maret 2017. Identifikasike Lembaga
dan inventarisasi tumbuhan paku Ilmu Pengetahuan Indonesia UPT Balai
(Pteridophyta) diharapkan berguna bagi Konservasi Kebun Raya Cibodas, Bogor
masyarakat umum, maka produk hasil dilakukan pada tanggal 24 Maret- 17 April
penelitian disusun menjadi sebuah media cetak. 2017. Hasil penelitian ini digunakan sebagai
Salah satu media cetak yang memiliki banyak bahan penyusun bookletyang telah di validasi
keunggulan dan mendukung evektifitas pada tanggal23-30 Mei 2017. Hasil penelitian
penyampaian informasi yaitu media booklet. yang didapatkan meliputi data faktor biotik dan
Dalam upaya memberikan informasi abiotik, data jumlah tumbuhan paku, data hasil
kepada masyarakat terutama untuk para pecinta validasi booklet.
lingkungan, botanis, siswa ataupun mahasiswa

338
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6,
6 No. 3, Edisi Agustus 2017

Gambar 1.Lokasi pengambilan sampel


s jun Kapas Biru (8o13’13.2’’S
penelitian, Area parkir, jalan setapak, Air Terjun
o
122 56’24.4” E.).

hari pada masing-ma masing area, kemudian


Hasil Pengukuran Faktor A Abiotik diambil reratanya. Pen
engukuran ini dilakukan
Pengukuran faktor abiot
iotik meliputi suhu, pada tanggal 22 Marearet 2017. Berikut hasil
kelembapan udara, kecepatan
an angin, pH tanah, pengukuran faktor abiot
iotik pada masing-masing
kelembapan tanah dan intensitas
i cahaya area.
dilakukan tiga kali penguku
ukuran pada waktu
yang berbeda yaitu pada pag
agi, siang dan sore

Tabel 1. Hasil Pengukuran Faktor


Fa Abiotik
Faktor Abiotik Pagi Siang Sore
Kelembaban Udara 81,4 80,43 91
Suhu 22,73 26 24,83
Kecepatan Angin 32,8 176,67 71,13
Intensitas Cahaya 4195,33 13234,13 1398,33
pH Tanah 6,6 6,7 6,2
Kelembaban Tanah 55,93 47,53 47, 67

Hasil Identifikasi Tumbuhanan Paku


Setelah melakukan penengambilan sampel An Identification Guid
ide To The Ferns of the
tumbuhan paku di kawasanA nAir Terjun Kapas Florida Panhandle, Vool 9 Tahun 1989, Web
Biru, kemudian sampel yangyan telah diambil Ferns of Thailand Laoaos and Cambodia, Web
diidentifikasi. Jumlah sampe
pel tumbuhan paku Ferns and Lycopytes ofo The World dan juga
sebanyak 30 sampeldiide dentifikasi dengan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
menggunakanbuku Flora Karangan Dr. UPT Balai Konservasisi Tumbuhan Kebun Raya
C.G.G.J. van Steenis, dkk, tahun
ta 2010, Jurnal Cibodas.

Tabel 2. Data jumlah tumbuh


uhan paku yang ditemukan di kawasan Air Terjun K
Kapas Biru
Area
No Nama T
Tumbuhan Paku Jumlah
A B C
1 Dryopteris sp 5 4 - 9
2 Dryopteris sp 3 17 2 22
3 Dryopteris cf. Sparsa (D.Don)
( Kuntze 15 9 - 24
4 ltiflora (Roxfb) FM. Jarrett
Nephrolephis cf. multif 13 9 7 29
5 Nephrolepis cordifolia
lia (L.) C. Presl. 14 16 13 43
6 Nephrolepis radicans (Burm.f) Kuhn 11 341 5 346
7 Asplenium sp. 4 8 - 12
339
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 3, Edisi Agustus 2017

Area
No Nama Tumbuhan Paku Jumlah
A B C
8 Asplenium sp. 12 6 3 21
9 Asplenium sp. 3 4 23 30
10 Asplenium nidus 2 4 20 26
11 Hymenasplenium sp. - 18 - 18
12 Macrothelypteris torresiana (Gaudich) Ching - 5 2 7
13 Christella dentat (Forssk). Brownsey & Jermy - 9 ∞ ∞
14 Cyclosorus sp. - 6 - 6
15 Diplazium cf. pynocarpon (Spreng). M. Brown. 4 16 5 25
16 Pteris ensiformis Burm. F. - 47 - 47
17 Adiantum sp. 3 19 22 44
18 Adiantum sp. - 8 9 17
19 Pityrogramma sp. - 29 8 37
20 Pteris sp. 3 8 6 17
21 Selaginella intermedia - ∞ 10 ∞
22 Selaginellasp - 6 2 8
23 Cyathea sp. - 3 12 15
24 Drymoglosum piloselloides (L.)M.G Price 9 ∞ ∞ ∞
25 Phlebodium sp. - 28 - 28
26 Drynaria rigidula (sw) Bedd. 4 24 3 31
27 Blenchum sp. - 17 6 23
28 Stenosemia sp. 8 278 19
29 Equisetum sp - ∞ - ∞
30 Davallia trichomanoides Blum - 22 - 22
113 ∞ ∞
Keterangan:
: Tumbuhan paku paling dominan padasetiap area
: Tumbuhan paku dengan jumlah banyak
: Tumbuhan paku dengan jumlah palingSedikit
A : Area Parkir
B : Jalan Setapak
C : Area Sekitar Air Terjun
∞ : Tak Terhingga

mediadan satu validator sebagai dosen ahli


Hasil Validasi Produk Booklet materi. Selain itu juga terdapat 1 validator
Uji validasi Bookletdilakukan oleh 3 sebagai pengguna. Adapun hasil uji validasi
validator, yang terdiri dari 2 validator dari booklet ditunjukkan dalam Tabel 3.
dosen Pendidikan Biologi Universitas Jember
diantarnya 1 validator sebagai dosen ahli

Tabel 2. Hasil validasi produk booklet


Validator Responden Nilai Validasi Persentase nilai
Ahli Materi Dosen FKIP Biologi 67 89 %
Ahli Media Dosen FKIP Biologi 64 85 %
Waka Adm/KSKPH
Pengguna 101 84 %
Lumajang
Nilai akhir rata-rata 77 86%
Kualifikasi: Sangat Valid
Keputusan : Dapat digunakan tanpa revisi

PEMBAHASAN kelas Polypodiopsida (Filicopsida) dikenal


sebagai tumbuhan paku sebenarnya. Dari segi
Dari 30 spesies yang ditemukan di
ekologi, tumbuhan ini termasuk higrofit dan
kawasan Air Terjun Kapas Biru, 25 spesies
banyak tumbuh di tempat teduh dan lembab,
merupakan kelas Polypodiopsida, 2 spesies
sehingga di tempat-tempat yang terbuka dapat
merupakan kelas Pteriopsida,dan 2 spesies
mengalami kerusakan akibat penyinaran yang
merupakan kelas Lycopodiopsida. Sebagian
terlalu intensif. Dari hal tersebut dapat
besar adalah kelas Polypodiopsida
disimpulkan bahwa sebagian besar anggota
(Filicopsida). Menurut Tjitrosoepomo (1991),
340
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 3, Edisi Agustus 2017

kelas Polypodiopsida (Filicopsida) dapat siang hari paling tinggi jika dibandingkan pada
tumbuh dan berkembang dengan baik dibawah saat pagi dan sore hari yaitu sebesar 13234,13
naungan. lux. Semakin besar intensitas cahaya matahari
Berdasarkan data dari BKPH (Badan menyebabkan kecepatan evaporasi semakin
Kesatuan Pemangkuan Hutan) Pronojiwo, jenis meningkat. Pada dasarnya kelembapan udara
tegakan yang terdapat di Kawasan Air Terjun adalah kandungan air yang terdapat di udara.
Kapas Biru antara lain Kayu Bendo Sehingga tinggi rendahnya intensitas cahaya
(Artocarpus elasticus), Beringin (Ficus matahari mempengaruhi kecepatan evaporasi
benjamina), Kayu Kembang (Pterocarpus kandungan air di dalam udara tersebut.
indicus), Sengon (Albazia Falcataria), Sedangkan kelembapan udara pada pagi hari
Bambu(Bambusa Sp), Cengkeh (Syzygium lebih rendah jika dibandingkan dengan sore
aromaticum), Durian (Durio zibethinus Murr), hari. Hal ini disebabkan karena intensitas
Petai (Leucaena glauca Linn), Kelengkeng cahaya pada pagi hari lebih terik daripada sore
(Dimocarpus longan Loue), Waru Gunung hari. Pada pagi hari sebesar 4195,33 lux dan
(Hibiscus macrophyllus Roxb.), Mahoni pada sore hari sebesar 1398,33 lux. Lokasi jalan
(Swietenia mahagoni (L.) Jacq).Banyaknya setapak menuju air terjun dan lokasi air terjun
jenis pohon yang berfungsi sebagai naungan yang berada dibalik bukit menyebabkan
merupakan salah satu faktor biotik yang penyinaran menjadi tidak meraata pada titik-
mempengaruhi pertumbuhan dan titik tertentu dan pada sore hari sinar matahari
perkembangan tumbuhan paku (Pteridophyta) yang datang terhalang oleh bukit. Hal tersebut
karena dapat menciptakan iklim mikro yang disebabkan karena sudut datangnya sinar
baik. Andayaningsih, et al. (2013) berpendapat matahari pada pagi, siang dan sore hari
bahwa bentuk kanopi yang luas memungkinkan berbeda-beda.
meningkatkan kelembaban dan pengurangan Tumbuhan paku lebih menyukai tempat-
intensitas sinar matahari, sehingga tempat yang teduh dengan derajat kelembaban
memungkinkan ruang di bawah kanopi yang tinggi. Menurut Sastrapraja (Komaria,
memiliki temperatur rendah dan relatif basah. 2014), tingkat kelembapan 30% adalah
Kelembaban ini menyebabkan beberapa presentase terendah yang masih dapat
tumbuhan paku mencapai pertumbuhan ditoleransi oleh paku untuk pertumbuhanya.
optimal. Kelembapan rata-rata pada kawasan Air Terjun
Selain faktor biotik, keanekaragaman Kapas Biru yaitu 84,97%; Sehingga
tumbuhan paku (Pteridophyta) yang ada di kelembapan udara di kawasan Air Terjun Kapas
kawasan Air Terjun Kapas Biru juga Biru masih berada dalam rentang toleransi
dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti suhu, pertumbuhanya. Dengan kisaran kelembaban
kelembapan, kecepatan angin, intensitas tersebut meyebabkan penyebaran tumbuhan
cahaya, pH tanah. Berdasarkan hasil paku di kawasan ini sangat banyak, karena
pengukuran faktor abiotik yang dihitung pada kisaran kelembaban tersebut merupakan
15 titik sebanyak 3 kali pengulangan yaitu pada kelembaban yang baik untuk pertumbuhan
pagi, siang dan sore, hasil rata-rata yang paku.
didapatkan antara lain: kelembapan udara Kelembapan berkaitan erat dengan suhu,
84,97%; suhu 24,52 0C; kecepatan angin 93,53 kelembaban udara akan menjadi rendah dengan
m/s; intensitas cahaya 6275,93 lux; pH tanah menurunnya suhu. Air Terjun Kapas Biru
6,5; kelembapan tanah 50,37%. Faktor memiliki suhu rata-rata 24,52 0C. Hoshizaki and
lingkungan diulang sebanyak tiga kali yaitu Moran (Katili, 2003) menyatakan bahwa
pada pagi, siang dan sore hari karena kondisi tumbuhan paku yang tumbuh di daerah tropis
lingkungan akan berbeda pada setiap waktu pada umumnya menghendaki kisaran suhu 21-
tersebut. 27 0C untuk pertumbuhannya. Sehingga dapat
Kelembapan udara pada pagi hari yaitu diketahui bahwa suhu tersebut sesuai dengan
81,4%; pada siang hari yaitu 80,43%; pada sore pertumbuhan tumbuhan paku (Pteridophyta)
hari yaitu 91%. Dari data tersebut, terlihat Dengan keadaan temperatur yang sesuai
bahwa kelembapan yang paling rendah yaitu menyebabkan penyebaran jenis tumbuhan paku
pada saat siang hari, sedangkan pada pagi hari banyak di kawasan hutan tropis.Selain itu,
lebih besar. Hal ini dapat disebabkan karena semakin bertambahnya ketinggian suhu udara
kelembapan udara dapat dipengaruhi beberapa dan kelembapan di lokasi penelitian semakin
faktor, salah satunya adalah intensitas cahaya menurun. Menurut Anwar (Katili, 2003) laju
matahari. Kelembapan udara pada siang hari penurunan suhu umumnya sekitar 0,6 0C setiap
paling rendah karena intensitas cahaya pada penambahan ketinggian 100 m dpl. Tetapi
341
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 3, Edisi Agustus 2017

penurun suhu tersebut berbeda-beda tergantung Selain itu diperoleh data mengenai pH dan
padatempat, musim, waktu, kandungan uap dan kelembapan tanah. Diketahui bahwa pH tanah
sifat fisik lainnya. Sandyet al.(2016) cenderung konstan yaitu 6,6 pada pagi hari, 6,7
menyebutkan bahwa semakin tinggi lokasi pada siang hari dan 6,2 pada sore hari. Air
penelitian, jenis tumbuhan paku yang Terjun Kapas Biru memiliki rata-rata pH tanah
ditemukan semakin homogen dan tidak terlalu sebesar 6,5. Menurut Perl (Sandyet al., 2016),
banyak. sebagian besar paku-pakuan yang hidup di
Dalam hasil penelitian ini, jumlah hutan tumbuh subur pada tanah dengan pH
tumbuhan paku berbeda-beda pada setiap area asam antara 5,5 – 6,5, tetapi di daerah berbatu
yang memiliki ketinggian berbeda pula. Pada paku-pakuan membutuhkan pH yang lebih
area I yaitu area parkir memiliki ketinggian 630 basa, yaitu 7-8. Menurut Yusuf (2009), paku-
m dpl. Pada area II yaitu jalan setapak memiliki pakuan jenis suplir dan beberapa jenis
ketinggian 593 m dpl. Pada area III yaitu lokasi Adiantum menyukai pH 6-8. Sehingga dari
air terjun memiliki ketinggian 521 m dpl. pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan hasil inventarisasi, tumbuhan paku tumbuhan paku (pteridophyta) lebih menyukai
dengan keadaan beranekaragam serta jumlah pH asam, kecuali pada beberapa anggota.
individu yang banyak yaitu pada area II. Derajat keasaman (pH) berpengaruh bagi
Meskipun area II memiliki keinggian yang pertumbuhan paku (pteridophyta) karena
lebih rendah jika dibandingkan area I, tetapi memberikan pengaruh terhadap penyerapan
pada area II ditemukan banyak pohon naungan unsur hara.
serta aliran air yang mendukung suhu dan Selain pH tanah, kelembapan tanah juga
kelembapan pada area tersebut. dapat mempengaruhi penyerapan unsur hara.
Selain mempengaruhi suhu dan Berdasarkan hasil pengukuran, Air Terjun
kelembapan, intensitas cahaya matahari juga Kapas Biru memiliki kelembapan tanah
dapat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan berkisar 50,37%. Pada pagi hari diperoleh data
paku (Pteridophyta).Intensitas cahaya pada kelembapan tanah sebesar 55,93%; pada siang
lokasi penelitian berkisar 6275,93 lux. Sinar hari sebesar 47,53%; pada sore hari sebesar 47,
matahari mempengaruhi ekosistem secara 67%. Kelembapan tanah cenderung lebih
global karena matahari menentukan suhu. Sinar konstan dan lebih rendah jika dibandingkan
matahari juga merupakan unsur vital yang dengan kelembapan udara. Hal ini dikarenakan
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen kelembapan tanah merupakan kandungan air
untuk fotosintesis. Meskipun demikian, karena yang ada di dalam tanah. Tanah yang berfungsi
sifat hidup tumbuhan yang sesil, maka sebagai media pertumbuhan tanaman memiliki
perubahan intensitas cahaya sangat struktur yang padat dan lebih rapat sehingga
mempengaruhi kehidupannya. Untuk dapat memungkinkan dalam penyimpanan air di
memperoleh energi bagi pertumbuhan dan dalamnya. Selain dipengaruhi oleh intensitas
perkembangannya, tumbuhan memerlukan cahaya matahari, kelembapan tanah juga
sejumlah cahaya minimal. Menurut Komaria dipengaruhi oleh sumber air di sekitarnya dan
(2014), tumbuhan paku tumbuh baik pada adanya tegakan yang mendukung penyimpanan
kondisi yang ternaungi. Intensitas cahaya yang air di dalam tanah tersebut.
baik bagi pertumbuhan paku berkisar antara Data pengukuran setiap area juga berbeda-
200-600 fc. beda. Kelembapan pada area I (area parkir)
Sedangkan mengenai kecepatan angin yaitu 92,7%; pada area II (jalan setapak) yaitu
diperoleh data kecepatan angin paling tinggi 139,8%; pada area III (lokasi air terjun) yaitu
yaitu pada siang hari. Pada pagi hari sebesar 98,3. Suhu pada area I (area parkir) yaitu 25,8;
32,8 m/s; pada siang hari sebesar 176,67 m/s; pada area II (jalan setapak) yaitu 21,5; pada
pada sore hari sebesar 71,13m/s. Dalam hal ini, area III (lokasi air terjun) yaitu 24. Kecepatan
pengukuran kecepatan angin sangat diperlukan angin pada area I (area parkir) yaitu 13,3; pada
karena kecepatan angin mempengaruhi area II (jalan setapak) yaitu 95,6; pada area III
persebaran spora tumbuhan paku yang (lokasi air terjun) yaitu 51,7. Intensitas cahaya
berpengaruh terhadap heterogenitas dan pada area I (area parkir) yaitu 13,3; pada area II
distribusi tumbuhan paku. Karena ketika spora (jalan setapak) yaitu 5541,5; pada area III
keluar dari kotak spora (sporangium), spora (lokasi air terjun) yaitu 930. pH tanah pada area
akan dibawa oleh angin menuju permukaan I (area parkir) yaitu 6,8; pada area II (jalan
yang sesuai bagi perkembanganya. Jika setapak) yaitu 6; pada area III (lokasi air terjun)
kecepatan angin semakin tingggi, maka yaitu 6,6. Kelembapan tanah pada area I (area
semakin jauh persebaran spora. parkir) yaitu 29,3; pada area II (jalan setapak)
342
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 3, Edisi Agustus 2017

yaitu 46,26; pada area III (lokasi air terjun) faktor abiotik di lingkungan sekitar,
yaitu 78,6. Dari data tersebut diketahui bahwa Drymoglosum piloselloides (L.)M.G Price.
faktor abiotik pada setiap area berbeda. Hal ini Menurut Heim (2015), Drymoglosum
terjadi karena pada setiap area memiliki kondisi piloselloides (L.)M.G Price memiliki beberapa
lingkungan yang berbeda-beda pula. Pada area I karakteristik antara lain rhizome panjang
(area parkir) memiliki ketinggian 630 m dpl, memanjat, dengan diameter yang tidak terlalu
pada area ini lahan digunakan sebagai area besar yaitu sekitar 1 mm dan bersisik pada
parkir sehingga tidak banyak tumbuhan paku seluruh permukanya. Tumbuhan ini memiliki
dan tegakan yang tumbuh pada area ini. Pada daun dimorfik. Ukuran yang dimiliki helai daun
area II (jalan setapak) memiliki ketinggian 594 (Lamina) yaitu 1-7 x 1-2 cm. Daun berupa
m dpl. Pada area jalan setapak memiliki kondisi sukulen yang menyimpan air didalamnya.
yang bervariasi, pada beberapa titik terdapat Berdasarkan habitatnya, sebagian tumbuh epifit
beberapa aliran air dan pohon naungan yang pada batang pohon. Sebagai tumbuhan epifit,
banyak. Pada area III (lokasi air terjun) Drymoglosum piloselloides (L.)M.G Price
memiliki ketinggian 521 m dpl memiliki tumbuh menempel pada tumbuhan lain, namun
kondisi yang basah karena terdapat sungai, tidak mengambil unsur hara maupun air dari
beberapa aliran air dan percikan air terjun serta tumbuhan yang ditumpanginya, hanya tumbuh
beberapa tegakan. Suin (2002) menyebutkan di atas permukaan kulit pohon dan
bahwa banyaknya jenis tumbuhan paku karena mendapatkan seluruh air dari akarnya. Menurut
kondisi alamnya mendukung untuk Shofiana (2017), tumbuhan epifit mendapatkan
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sumber hara dari debu, sampah atau detritus,
paku, baik faktor suhu, intensitas cahaya, dan tanah yang dibawa ke atas oleh rayap atau
kelembaban udaranya. semut, kotoran burung dan lain-lain.
Faktor abiotik yang juga penting bagi Pertumbuhan Drymoglosum piloselloides
pertumbuhan paku (Pteridophyta) adalah curah (L.)M.G Price sebagai paku epifitdipengaruhi
hujan. Karena curah hujan merupakan salah oleh beberapa faktor yaitu jenis pohon inang
satu faktor penentu terpenuhinya ketersediaan yang dinaungi dan ketinggian bagian pohon
air bagi tumbuhan. Peningkatan curah hujan di yang dinanungi. Pada umumnya tumbuhan
suatu daerah berpotensi menimbulkan banjir, epifit hidup pada bagian batang pohon inang.
sebaliknya jika terjadi penurunan dari kondisi Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan,
normalnya akan berpotensi terjadinya Drymoglosum piloselloides (L.)M.G Price
kekeringan. Sedangkan berdasarkan RPJMD banyak ditemukan tumbuh pada batang pohon
Kabupaten Lumajang (2015-2019), rata-rata kopi yang memiliki struktur permukaan batang
intensitas curah hujan pada tahun 2011 berkisar yang kasar. Menurut Nainggolan (2014),
antara 0 – 733 mm3. permukaan pohon yang kasar dan memiliki
Semua parameter lingkungan, baik biotik banyak alur cenderung banyak ditempati paku
dan abiotik mempengaruhi jumlah dan epifit. Kondisi permukaan kulit pohon inang
persebaran tumbuhan paku (Pteridophyta). yang lebih kasar dan beralur memungkinkan
Jenis paku paling dominan yang ditemukan spora paku epifit menempel pada batang pohon.
pada setiap area yaitu Drymoglosum Tumbuhan paku dengan jumlah banyak
piloselloides (L.)M.G Price. Odum yaitu Nephrolepis radicans (Burm.f) Kuhn,
(Andayaningsih, et al. 2013) menyatakan Christella dentat (Forssk). Brownsey & Jermy,
bahwa, jenis yang dominan disuatu area Selaginella intermedia, Equisetum sp,
merupakan jenis yang dapat beradaptasi dengan sedangkantumbuhan paku dengan jumlah
lingkungan dan mampu berkompetisi. Setiap paling sedikit yaitu Cyclosorus sp. Tidak
jenis tumbuhan termasuk tumbuhan paku meratanya jumlah individu untuk setiap spesies
mempunyai suatu kondisi minimum, berhubungan dengan pola adaptasi masing-
maksimum dan optimum terhadap faktor masing spesies, seperti tersedianya makanan
lingkungan yang ada. Jenis yang mendominasi dan kondisi lingkungan. Berdasarkan hasil
berarti memiliki batasan kisaran yang lebih luas pengamatan, sebanyak 341Nephrolepis
jika dibandingkan dengan jenis yang lain radicans (Burm.f) Kuhn ditemukan pada area
sehingga kisaran toleransi yang luas pada jalan setapak khususnya pada area yang terkena
lingkungan menyebabkan jenis paku ini sinar matahari. Nephrolepis radicans (Burm.f)
memiliki sebaran yang luas. Kuhn merupakan jenis tumbuhan paku yang
Drymoglosum piloselloides (L.)M.G Price hidup pada habitat terestrial. Jamsuri (2007)
hidup berkoloni pada pohon inang dan pada mengatakan bahwa tumbuhan paku terestrial
tanah. Selain bergantung pada iklim mikro atau terdiri dari jenis-jenis yang menyukai cahaya
343
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 3, Edisi Agustus 2017

dan jenis-jenis yang membutuhkan naungan. 52 dengan presentase 69. Skor yang diperoleh
Kelompok tumbuhan paku yang suka cahaya tersebut termasuk dalam kategori cukup valid
dominan adalah jenis-jenis Nephrolepis. dan belum memenuhi kriteria valid. Sehingga
Christella dentata (Forssk). Brownsey & perlu adanya perbaikan dan melakukan uji
Jermy ditemukan dengan kelimpahan yang validasi ulang. Setelah dilakukan uji validasi
sangat banyak di area air terjun. Pada area ini kedua didapatkan peningkatan skor yaitu 67
banyak ditemukan aliran sungai dan percikan dengan presentase nilai 89% yang berada dalam
air yang mempengaruhi suhu dan kelembapan kategori sangat dan dapat digunakan tanpa
pada area ini. Hal ini sesuai dengan pendapat revisi. Skor yang didapatkan dari validator ahli
Burden (2013), Christella dentata kebanyakan media yaitu 64 dengan presentase nilai 85%
berada pada habitat basah yang lembab, yang berada dalam kategori sangat valid dan
biasanya lahan basah, lahan basah pesisir, tepi dapat digunakan dengan revisi sedikit Skor
sungai, hutan, lahan basah terbuka dan hutan yang didapatkan dari validator pengguna yaitu
dan dapat mentoleransi berbagai jenis tanah. 101 dengan presentase nilai 84% yang berada
Habitat terestrial yang basah juga dalameees kategorivalid dan dapat digunakan
disenangi oleh Equisetum sp. Pada lokasi dengan revisi sedikit. Berdasarkan hasil validasi
penelitian, Equisetum sp. ditemukan dengan ketiga validator tersebut, booklet yang berisi
kondisi sangat melimpah di area jalan setapak, informasi keanekaragaman tumbuhan paku
khususnya di dekat aliran air yang terkena sinar (Pteridophyta) di kawasan Air Terjun Kapas
matahari secara langsung. Menurut Libing Biru memiliki rata-rata presentase nilai sebesar
(2013), Equisetum tumbuh terestrial, perairan, 86% dengan kategori sangat valid dan dapat
atau di perairan dangkal. Tumbuhan ini digunakan dengan revisi sedikit. Sehingga
memiliki batang beruas dan berongga untuk booklet layak untuk digunakan sebagai media
adaptasinya. Di kawasan Air Terjun Kapas informasi dan bacaan bagi masyarakat.
Biru,Selaginella intermedia tumbuh melimpah
di area jalan setapak. Sebagian besar tumbuhan
ini hidup pada habitat terestrial dibawah KESIMPULAN
naungan dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung. Menurut Setyawan (2011), Terdapat 30 spesies tumbuhan paku yang
Selaginella adalah genus kosmopolitan dan ditemukan di kawasan Air Terjun Kapas Biru
tumbuh diberbagai jenis iklim dan tanah. Kabupaten Lumajang. Dengan spesies yang
Selaginella tumbuh di bawah kanopi hutan dan mendominasiChristella dentata, Selaginella
dilindungi dari sinar matahari langsung. Genus intermedia, Drymoglossum piloselloides dan
ini juga ditemukan di hutan, rawa, tepi sungai, Equisetum sp. Sedangkan hasil validasi
sekitar air terjun, dan mata air. bookletberada dalam kategori valid sehingga
Berdasarkan data, tumbuhan paku dengan booklet layak untuk digunakan sebagai media
jumlah sedikit yaitu Cyclosorus sp.Cyclosorus informasi dan bacaan bagi masyarakat.
sp memiliki batang rimpang, akar menjalar di
permukaan tanah, daun majemuk dengan
bentuk menjari, kedudukan anak daunnya UCAPAN TERIMA KASIH
berselang-seling dengan panjang 2-6 cm dan
lebar 0,5 - 1 cm, tepi daun bergerigi dan kasar, Penyusun jurnal ini tidak lepas dari
warna daun hijau dengan susunan anak daun bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
semakin ke atas semakin mengecil berbentuk penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kerucut. Sorus terletak di bagian bawah daun kasih kepada seluruh civitas akademika
sepanjang tepi daun, berwarna coklat Universitas Jember, Seluruh dosen khususnya
kehitaman, bentuk bulat atau bangun garis. dosen Program Studi Biologi, pihak Perhutani,
Menurut Kinho (dalam Sandy, 2016), tumbuhan khususnya BKPH Pronojiwo RPH Sumberowo
ini hidup pada habitat teresterial di tempat yang memfasilitasi dan membantu dan
terbuka, umumnya di tepi jalan dan bekas dalamproses penelitian di lapang, Kebun Raya
perladangan. Rendahnya jumlah Cyclosorus sp LIPI Cibodas yang telah membantu dalam
tersebut dapat disebabkan karena lingkungan proses Identifikasi.
yang tidak sesuai. Tumbuhan ini ditemukan
sedikit pada area jalan setapak yang tidak
terlindung oleh naungan. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil validasi booklet, skor
Andayaningsih, D., Chikmawati, T., & Sulistijorini,
yang didapatkan dari validator ahli materi yaitu S. (2013). Keanekaragaman Tumbuhan Paku
344
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, No. 3, Edisi Agustus 2017

Terestrial di Hutan Kota DKI Jakarta. Berita Sendang Kabupaten. Malang. Dalam:Prosiding
Biologi, 12(3). p297-305). Seminar Nasional II Tahun 2016. Malang, 26
DISPAR Kab. Lumajang.(2014). Air Terjun Kapas Maret 2016. Malang: Kerjasama Prodi
Biru. Lumajang: Dinas Kebudayaan dan Pendidikan Biologi FKIP Dengan Pusat Studi
Pariwisata. http://wisatalumajang.com/ [Diakses Lingkungan Dan Kependudukan (PSLK)
pada 27 September 2016]. Universitas Muhammadiyah Malang. hlm 828-
Katili, A. (2003).Deskripsi Pola Penyebaran Dan 836.
Faktor Bioekologis Tumbuhan Paku Setyawan, A. (2011). Recent status of Selaginella
(Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Gunung (Selaginellaceae) research in Nusantara.
Ambang Sub Kawasan Kabupaten Bolaang Biodiversias Journal of Biological Diversity.
Mongondow Timur. Skripsi. Gorontalo:Jurusan 12(2), p 112-124.
Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Van Steenis, C. G. G. J., Hamzah, A., & Toha, M.
Libing, Z. (2013). Equisetaceae. Bejing: Science (2006). Flora Pegunungan Jawa. Pusat
Press Penelitian Biologi-LIPI, Bogor.
Purnomo, D. W., Magandhi, M., Kuswantoro, F., Tjitrosoepomo, Gembong. 1991. Taksonomi
Risna, R. A., dan Witono J. R. (2015). Tumbuhan (Scizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Pengembangan Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Pteridophyta).Yogyakarata: Gadjah Mada
Daerah dalam Kerangka Strategi Konservasi University Press.
Tumbuhan Di Indonesia. Bali. Buletin Kebun Yusuf, M. 2009. Keanekaragaman Tumbuhan Paku
Raya.18 (2), p 111-124. (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar AlamGebugan
Sandy, Pantiwati, Hudha, Latifa. (2016). Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang:
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Paku Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
(Pteridophyta) diKawasan Air Terjun Lawean Alam Universitas Negeri Semarang.

345

Anda mungkin juga menyukai