Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ELVARA YOLANDA

NIM : B10018176

KELAS :D

TUGAS : MEMBUAT OPINI HUKUM

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Elita Rahmi, S.H. M.H.

UPAYA PEMERINTAH DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM


MEMBASMI PENYAKIT MASYARAKAT DI KOTA JAMBI

Dalam membasmi penyakit masyarakat di kota Jambi, Tim Gabungan Polda Jambi
melaksanakan Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) di berbagai hotel melati dan rumah kost.
Pada hari ke 8 pelaksanaan Operasi Penyakit Masyarakat (Pekat) Siginjai II Tahun 2020,
Senin (30/11) di mulai dari pukul 21.00 WIB petugas gabungan mendatangi Hotel Harisman
Residen, Kecamatan Jelutung. Petugas berhasil menemukan 4 pasangan belum menikah yang
diduga berbuat mesum. Tiga pasangan berada di kamar hotel No 20, dan satu pasangan di
kamar hotel No 21.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) memiliki aturan mengenai “kejahatan


terhadap kesusilaan”. Pasal 281 ayat (1) mengatakan bahwa, “Barang siapa dengan sengaja
dan terbuka melanggar kesusilaan; diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.” Akan tetapi,
Pasal tersebut tidak dapat digunakan untuk menghukum orang-orang yang berhubungan seks
di ruang privat seperti pada kasus di atas. Begitu pula dengan Pasal 284 yang hanya dapat
memidanakan pasangan yang sudah menikah dan terbukti berselingkuh. Pasal ini mengatakan
laki-laki dan perempuan yang telah menikah dan berhubungan seks bukan dengan pasangan
sahnya dapat dipidana penjara paling lama sembilan bulan. Pasal 284 ayat (2) menekankan
bahwa, “tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar.”

Kasus tersebut di atas diatur dalam Pasal 6 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2
Tahun 2014 tentang Pemberantasan Pelacur dan Perbuatan Asusila yang menyebutkan
“Bahwa setiap orang yang tidak terikat dalam pernikahan dilarang melakukan hubungan
seksual dengan sesama orang yang tidak terikat dalam pernikahan.” Apabila terbukti
melanggar ketentuan tersebut maka pelaku dapat dikenakan ketentuan pidana Pasal 16 ayat
(2) Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pemberantasan Pelacur dan
Perbuatan Asusila yang menyatakan “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
denda paling banyak Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).”

Pasal 13 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2 Tahun 2014 tentang Pemberantasan
Pelacur dan Perbuatan Asusila menyebutkan “Masyarakat baik secara individu maupun
kelompok dapat berperan serta dalam upaya pemberantasan tindak pidana pelacuran dan
tindak pidana kesusilaan.” Adapun peran serta masyarakat dalam membasmi penyakit
masyarakat di Kota Jambi ini diatur dalam Pasal 14 Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 2
Tahun 2014 tentang Pemberantasan Pelacur dan Perbuatan Asusila yang menyebutkan Peran
serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk: (a) memberikan informasi dan/atau melaporkan
tentang terjadinya tindak pidana pelacuran dan/atau tindak pidana kesusilaan kepada Polri
atau Satuan kerja perangkat daerah yang tugas pokok dan fungsinya melakukan penegakan
peraturan daerah; (b) turut serta dalam mencegah terjadinya tindak pidana pelacuran dan
tindak pidana kesusilaan; (c) bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam pembinaan dan
rehabilitasi sosial terhadap germo, mucikari, pelacur dan pelanggan pelacur; (d) Ketua Rukun
Tetangga yang mengetahui terjadinya tindak pidana pelacuran dan/atau tindak pidana
kesusilaan wajib melaporkan kepada Polri atau Satuan kerja perangkat daerah yang tugas
pokok dan fungsinya melakukan penegakan Peraturan Daerah.

https://www.kompasiana.com/elvarayolanda6578/5fe16b098ede481ee1033735/upaya-
pemerintah-dan-peran-serta-masyarakat-dalam-membasmi-penyakit-masyarakat-di-kota-
jambi

Anda mungkin juga menyukai