Wrap Up PBL b4 - Blok Endokrin 2013
Wrap Up PBL b4 - Blok Endokrin 2013
Langkah – 1
SKENARIO 1
PENGLIHATAN TERGANGGU
Tn. A, 56 tahun, mengeluh penglihatan terganggu di kedua mata sejak 2 bulan yang lalu.
Kadang- kadang terlihat bintik gelap dan lingkaran – lingkaran cahaya. Pasiens sudah
mengidap DM tipe 2 sejak 5 tahun. Saat ini telapak kaki terasa kesemutan dan nyeri bila
berjalan.
Tekanan darah 130/90 mmHg, berat badan 80 kg, tinggi badan 165 cm dan indeks massa
tubuh (IMT)29,4 kg/m2 , lingkar perut 108 cm. Kulit teraba kering dan pada pemeriksaan
sensorik adalah monofilament Semmes Weinstein 10 gram sudah terdapat penurunan rasa
nyeri. Pemeriksaan Ankle Brachial Index 0,9. Pada pemeriksaan funduskopi terdapat
mikroaneurisma dan perdarahan dalam retina. Hasil laboratorium glukosa darah puasa 256
mg/dL, glukosa darah 2 jam setelah makan 345 mg/dL, HbA1c 10,2 g/dL dan protein urin
positif 3.
Dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat komplikasi
kronik mikroangiopati,makroangiopati dan neuropati. Pasien juga diberikan edukasi
perencanaan makan diet 1900 kalori yang halal dan baik sesuai ajaran Islam, jenis olahraga
yang sesuai dan pemberian insulin untuk mengontrol glukosa darahnya, serta efek samping
yang dapat terjadi akibat pemberian obat.
ANALISA MASALAH
2
>40 Obesitas III
15. Tipe 1 : sel beta pancreas tidak diproduksi sehingga insulin tidak terbentuk
Tipe 2 : terjadi resistensi insulin sehingga sel beta tidak adekuat dalam sekresi insulin
16. Karena IMT pasien tersebut 29,4 dan termasuk yang berlebihan dalam IMT sehingga
diharuskan untuk atur pla makan dan tidak sembarangan dalam memilih makanan.
HIPOTESA SEMENTARA
Gaya hidup yang tidak teratur dan tidak sehat, pola makan yang tidak sesuai, berat
badan yang berlbihan serta usia, menjadi faktor risiko dalam menyebabkan terjadinya
resistensi insulin dan kurangnya sensitifitas reseptor pada insulin di dalam tubuh. Jika
kedua hal itu terjadi maka keadaan yang muncul di dalam tubuh ialah hiperglikemia.
Saat tubuh dalam keadaan hiperglikemia, maka akan timbul gejala klasik seperti;
polifagia,polodipsi,dan polinuria. Sehingga harus dilakukan pemeriksaan gula darah,
IMT, mikrofilamen Semmes Weistein test. Hasilnya ialah diabetes mellitus tipe 2, jika
DM tipe dibiarkan akan menyebabkan komplikasi seperti penglihatan terganggu dan
kesemutan DM tipe 2 harus ditangani dengan beberapa pilar, mulai dari; diet yang
baik dan halal menurut Islam, terapi insulin dan terapi farmakologi..
LEARNING OBJECTIVE
3
4.10 Memahami dan menjelaskan Prognosis Retinopati Diabetik
4
LI. 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pankreas
1.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pankreas secara Makroskopik
Pankreas merupakan organ yang memanjang dan terletak pada epigastrium dan kuadran kiri
atas. Terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas dengan panjang ± 25 cm, dan
berat 120 g. Strukturnya lunak, berlobus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di
belakang peritoneum. Pankreas menyilang planum transpyloricum. Pancreas dapat dibagi
dalam caput, collum, corpus, cauda.
Pancreas dapat dibagi dalam:
Caput Pancreatis, berbentuk seperti cakram dan terletak di dalam bagiancekung
duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang arteria san venamesenterica
superior serta dinamakan Processus Uncinatus.
Collum Pancreatis, merupakan bagian pancreas yang mengecil danmenghubungkan caput
dan corpus pancreatis. Collum pancreatis terletak didepan pangkal vena portae hepatis
dan tempat dipercabangkannya arteriamesenterica superior dari aorta.
Corpus Pancreatis, berjalan ke atas dan kiri, menyilang garis tengah. Pada potongan
melintang sedikit berbentuk segitiga.
5
Cauda Pancreatis, berjalan ke depan menuju ligamentum lienorenalis danmengadakan
hubungan dengan hilum lienale.
Ductus Pancreaticus
Hubungan
Ke anterior : Dari kanan ke kiri: colon transversum dan perlekatan mesocolon transversum,
bursa omentalis, dan gaster.
Ke posterior : Dari kanan ke kiri: ductus choledochus, vena portae hepatis dan vena lienalis,
vena cava inferior, aorta, pangkal arteria mesenterica superior, musculus psoas major sinistra,
glandula suprarenalis sinistra, ren sinister, dan hilum lienale.
Vaskularisasi
Arteriae
a. pancreaticoduodenalis superior (cabang a. gastroduodenalis )
a. pancreaticoduodenalis inferior (cabang a. mesenterica cranialis)
a. pancreatica magna, a.pancretica caudalis dan inferior (cabang a. lienalis)
Venae
Venae yang sesuai dengan arteriaenya mengalirkan darah ke sistem porta.
6
Aliran Limfatik
Kelenjar limfe terletak di sepanjang arteria yang mendarahi kelenjar. Pembuluh eferen
akhirnya mengalirkan cairan limf ke nodi limf coeliaci dan mesenterica superiores.
Persyarafan
Berasal dari serabut-serabut saraf simpatis (ganglion seliaca) dan parasimpatis (vagus).
Pankreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin kelenjar menghasilkan
sekret yang mengandung enzim-enzim yang dapat menghidrolisis lemak dan karbohidrat.
Bagian endokrine kelenjar yaitu pulau-pulau langerhans menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang mempunyai peranan penting pada metabolisme karbohidrat. Ada 2 bagian :
Bagian exokrin
Merupakan kel acinosa complex (berwarna gelap)
Sel-sel acinus berbentuk pyramid
Didalam lumen kadang-kadang terdapat sel gepeng (sel
centroacinar)
7
Gambar 4. Bagian Eksokrin Pankreas
Bagian endokrin
• Disusun oleh sel-sel khusus yang
berkelompok dalam suatu daerah tertentu
yang kaya pembuluh darah disebut pulau-
pulau Langerhans
• Berkelompok dalam pulau2 Langerhans,
tersebar, berbentuk sferis berwarna pucat
• Sel tersusun dalam bentuk genjel tak
teratur, ditembus banyak jaring kapiler tipe
fenestra
• Dengan pewarnaan khusus dapat
dibedakan 4 macam sel yaitu, sel α, β, δ dan
c/PP.
Sel α
20% populasi sel
Mensekresi glukagon
Bentuk besar, mencolok, terutama di perifer
Sel β
75% dari polulasi, sel paling kecil, menempati bagian tengah
Mensekresi insulin
Granula lebih kecil (200 μm)
Sel δ
Sel paling besar, 5% dari populasi
Granula mirip sel α, tapi kurang padat
Menghasilkan hormon Somatostatin yang di pankreas bekerja mengatur pelepasan
hormon pulau Langerhans yang lain (parakrin)
Sel C/sel PP
8
Sel Polipeptida Pankreas (endocrinocytus PP) menghasilkan hormon polipeptida pankreas
yang menghambat pembentukan enzim pankreas dan sekresi alkali.
Ditemukan hanya pada spesies tertentu, mis. Guinea pig, jumlah terbatas, ukuran sama
dengan sel beta, dengan atau tanpa sedikit granula
Fungsi fisiologis tak diketahui.
Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan komponen utama yang memberi
rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin. Disamping glukosa, beberapa
jenis asam amino dan obat-obatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam
rangsangan terhadap sel beta.
b. Sekresi insulin
Proses sekresi insulin, terjadi setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap
pertama adalah proses glukosa melewati membrane sel. Untuk dapat melewati membran
sel beta dibutuhkan bantuan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa
asam amino yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam proses
metabolisme glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari
luar kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter2 (GLUT 2) yang terdapat dalam sel
beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah, melewati
membran, ke dalam sel. Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul
glukosa akan mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian
membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap
selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel.
Penutupan ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari dalam sel yang
menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran sel, yang diikuti kemudian oleh
tahap pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca
sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel. Suasana ini dibutuhkan bagi
proses sekresi insulin melalui mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat
dijelaskan.
9
Glucose Ca2+
K+ channel Channel Insulin
GLUT-2 shut
Release
Opens
Glucose K+
↑↑
Glucose-6-phosphate Insulin + C peptide
Depolarization Cleavage
of membrane enzymes
ATP Proinsulin
Glucose signaling
preproinsulin
Preproinsulin
B. cell Insulin Synthesis
Sekresi fase 2 (sustained phase, latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat
secara perlahan dan bertahan dalam waktu relatif lebih lama, seberapa tinggi puncaknya
(secara kuantitatif) akan ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa darah di akhir fase
1, disamping faktor resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam mekanisme penyesuaian
dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1 sebelumnya. Apabila sekresi fase 1 tidak
adekuat, terjadi mekanisme kompensasi dalam bentuk peningkatan sekresi insulin pada
fase 2. Peningkatan produksi insulin tersebut pada hakikatnya dimaksudkan memenuhi
kebutuhan tubuh agar kadar glukosa darah (postprandial) tetap dalam batas batas normal.
Dalam prospektif perjalanan penyakit, fase 2 sekresi insulin akan banyak dipengaruhi
oleh fase 1. Pada gambar dibawah ini (Gb. 2) diperlihatkan dinamika sekresi insulin pada
keadaan normal, Toleransi Glukosa Terganggu ( Impaired Glucose Tolerance = IGT ),
dan Diabetes Mellitus Tipe 2.
10
Intravenous Second
glucose Phase
stimulation IGT
Insulin Secretion
Normal
First-Phase DM Tipe
2
Type
Basal 2DM
0 5 10 15 20 25 30( minute )
Gambar Dinamika sekresi Insulin setelah beban glukosa intravena pada keadaan normal
dankeadaan disfungsi sel beta (Ward, 84)
(1). binding ke reseptor, (2). translokasi GLUT 4 ke membran sel, (3). transportasi glukosa
meningkat, (4).disosiasi insulin dari reseptor, (5). GLUT 4 kembali menjauhi membran,(6).
kembali kesuasana semula.
Gambar 9. Mekanisme normal dari aksi insulin dalam transport glukosa di jaringan perifer
(Girard, 1995)
(Sumber : repository.unand.ac.id)
11
Peningkatan asam amino Somatostatin
Hormon gastrointestinal (gastrin, kolesistokinin, Aktivitas alfa adrenergic
sekretin, gastric inhibitory product (GIP)
Hormon glukagon, hormon pertumbuhan, kortisol Leptin
Stimulasi parasimpatis (asetilkolin) dan beta
adrenergik
Keadaan resistensi insulin: obesitas
Obat-obatan: sulfonilurea
12
3. Efek pada protein
Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein sebagai
berikut :
Insulin mendorong transportasi aktif asam-asam amino dari darah kedalam otot dan
jaringan lain, efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menghasilkan
bahan pembangun untuk sistesis protein didalam sel
Insulin meningkatkan kecepatan penggabungan asam amino kedalam protein dengan
merangsang perangkat pembuat protein didalam sel
Insulin menghambat penguraian protein
Akibat kolektif efek ini adalah efek anabolik protein . karena itu, insulin esensial bagi
pertumbuhan normal
Biokimia
Insulin disintesis sebagai preprohormon (berat molekul sekitar 11.500) dan
merupakan prototype untuk peptide yang diproses dari molekul precursor yang lebih
besar. Rangkaian pre- yang bersifat hidrofobik dengan 23 asam amino mengarahkan
molekul tersebut ke dalam sisterna reticulum endoplasma dan kemudian dikeluarkan.
Proses ini menghasilkan molekul proinsulin dengan berat molekul 9000 yang
menyediakan bentuk yang diperlukan bagi pembentukan jembatan disulfide yang
sempurna. Molekul proinsulin menjalani serangkaian pemecahan peptide yang tapak-
spesifik sehingga terbentuk insulin yang matur dan peptide C dengan jumlah
ekuimolar.
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
13
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi
insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Penelitian dengan rentang tahun 1980 hingga tahun 2000 terjadi peningkatan prevalensi
yang sangat tajam. Penelitian di Jakarta (urban) 1,7 % pada tahun 1982, 5,7 % pada tahun
1993, 12,8 % pada tahun 2001. Data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, penduduk
yang berusia < 20 tahun (jumlah 133 juta jiwa) 14,7 % dari daerah urban dan 7,2 % dari
daerah rural, jadi diperkirakan 8,2 juta penyandang diabetes daerah urban dan 5,5 juta di
daerah rural. (PERKENI, 2006)
Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena gen
yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.
Usia
Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis, DM
tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka yang berat badannya
berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.
Gaya hidup stress
Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang manis-manis untuk
meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang
sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya bagj mereka yang
beresiko mengidap penyakit DM tipe II.
14
Pola makan yang salah
Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang dapat mengakibatkan
gangguan kerja insulin (resistensi insulin).Obesitas bukan karena makanan yang manis atau
kaya lemak, tetapi lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga
cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien
DM tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
Ras dan Etnik
Resiko Diabetes melitus tipe 2 lebih besar pada hispani, kulit hitam, penduduk asli
amerika dan Asia.
15
Penderita sindrom ovarium poli-kistik
Keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin
Sindrom metabolik
Riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu
Riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung,
pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).
16
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik
(asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah
kecenderungan secara genetik. Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2
adalah berbeda-beda untuk setiap ras.
Pra‐Diabetes
Pra‐diabetes merupakan diabetes melitus yang terjadi sebelum berkembang menjadi DM
tipe 2. Penyakit ini ditandai dengan naiknya kadar gula darah melebihi normal tetapi belum
cukup tinggi untuk dikatakan diabetes melitus. Di Amerika Serikat ±57 juta orang menderita
pra‐diabetes. Penelitian belakangan ini menunjukkan bahwa beberapa kerusakan jangka
panjang khususnya pada jantung dan sistem sirkulasi, kemungkinan sudah terjadi pada pra‐
diabetes, untuk mencegahnya dapat dilakukan dengan diet nutrisi dan latihan fisik (Anonim,
2009).
17
3.5 Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Diabetes Melitus
Tipe 2
Patogenesis
Patogenesis DM berpangkal pada dua dasar. Interdependensi gambaran DM adalah
peningkatan KG plasma dan penurunan glukosasebagai substrat produksi energi yang luas.
Akibatnya terjadi paradoks starvasi seluler yang efektif dalam suatu kolam cairan
ekstraseluler yang kelebihan glukosa.
Sel yang starvasi untuk produksi energi beralih ke substrat yang kurang optimal,
protein, asam amino, dan asam lemak, sebagai sumber glukoneogenesis. Substrat ini kurang
efektif untuk produksi energi, tetapi masih berguna, terutama untuk proses anabolisme —
bukan untuk katabolisme.
Luaran spesifik dalam utilisasi asama lemak, dan sedikit banyak dari asam amino, untuk
pembentukan energi dengan dampak produksi bends keton, B-hidroksibutirat, asam
asetoasetat dan aseton. Benda-benda keton ini menyebabkan asidosis metabolik dengan
peningkatan anion gap.(elisa.ugm.ac.id)
Patofisiologi
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah
harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel β tidak
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan
meningkat danterjadi diabetes tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabtes tipe II,
namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikan, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut
lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh, infeksi dan pandangan yang
kabur.
18
Gambar 11. Skema Patofisiologi DM Tipe 2
19
Gambar 12. Skema Defisiensi Insulin
Apabila keadaan ini tidak segera diobati maka akan timbul keluhan lain yang disebabkan oleh
kurangnya insulin. Keluhan tersebut diantaranya:
nafsu makan berkurang
banyak minum
banyak kencing
berat badan turun dengan cepat
mudah lelah
Bila tidak segera diobati,penderita akan merasa mual bahkan penderita akan jatuh koma
(koma diabetik).
b. Gejala Kronik
Gejala kronik akan timbul setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah penderita
menderita diabetes. Gejala kronik yang sering dikeluhkan oleh penderita, yaitu:
Kesemutan
Kulit terasa panas
Terasa tebal dikulit
Kram
Lelah
Mudah mengantuk
Mata kabur
Gatal disekitar kemaluan
Gigi mudah goyah dan mudah lepas
Kemampuan seksual menurun
Bagi penderita yang sedang hamil akan mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan atau berat bayi lahir lebih dari 4 kg
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus menurut Riyadi (2007)
yaitu :
20
Poliuria (Peningkatan pengeluaran urin)
Polidipsia (Peningkatan rasa haus)
Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan dehidrasi ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar
sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat peka).
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan
menimbulkan rasa haus.
Rasa lelah dan kelemahan otot
Akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama , katabolisme protein di otot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan gkukosa sebagai sumber energi.
Polifagia (Peningkatan rasa lapar)
Peningkatan angka infeksi
Akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi
glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada
penderita diabetes kronik.
Kelainan kulit
Kelaianan kulit berupa gatal – gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti
di ketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya jamur.
Kelaianan ginekologis
Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.
Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat
kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel
persarafan terutama perfifer mengalami kerusakan.
Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan
oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secar optimal.
Luka/ bisul yang tidak sembuh-sembuh
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur
makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahan protein banyak diformulasikan
untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian
jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh yg juga
dapat disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes
melitus.
Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi
Penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat
kerusakan testosteron dan sistem yang berperan.
Mata kabur
21
Disebabkan oleh katarak/ gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh
hiperglikemia, mungkin juga disebabkan kelainan pada korpus vitreum.
Riwayat Pengobatan
- Apakah pasien sedang menjalani terapi diabetes: diet saja, obat-obatan hipoglikemia oral,
atau insulin?
- Tanyakan mengenai obat yang bersifat diabetogenik (misalnya kortikosteroid,
siklosporin)?
- Tanyakan riwayat merokok atau penggunaan alkohol?
- Apakah pasien memiliki alergi?
Riwayat Keluarga dan Sosial
- Adakah riwayat diabetes melitus dalam keluarga?
- Siapa yang memberikan suntikan insulin/tes gula darah, dan sebagainya
(pasangan/pasien/perawat)?
22
* Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu
kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi
dengan baik.
Untuk mengetahui adanya risiko DM atau tidak perlu digunakan pemeriksaan dengan salah
satu faktor risiko untuk DM, yaitu :
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar pinggang
Tinggi badan dan berat badan (tidak sesuai dengan IMT), tekanan darah (hipertensi),
lingkar pinggang (perempuan >80, pria>90). Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung
dengan cara berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m) pangkat 2, atau lebih
jelasnya: IMT=BB/(TBxTB)
23
PLeg adalah systolic blood pressure dari dorsalis pedis atau posterior tibial arteries dan
PArm adalah nilai tertinggi dari tangan kiri dan kanan brachial systolic blood pressure
Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid
Pemeriksaan jantung
Evaluasi nadi, baik secara palpasi maupun dengan stetoskop
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari
- Arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior pulsasi harus diraba Hal ini sangat
penting pada pasien yang memiliki infeksi pada kaki, karena tungkai yang
jelek aliran darahnya dapat memperlambat penyembuhan dan meningkatkan
risiko amputasi.
- Pemeriksaan ekstremitas bawah neuropati sensorik berguna pada pasien
dengan ulkus pada kaki karena adanya penurunan sensasi yang membatasi
kemampuan pasien untuk melindungi kaki dan pergelangan kaki. Hal ini
dapat dinilai dengan monofilamen Weinstein Semmes atau dengan
pemeriksaan refleks, posisi, dan / atau sensasi getaran Jika neuropathy perifer
ditemukan, pasien harus dibuat sadar bahwa perawatan kaki (temasuk
pemeriksaan kaki harian) sangat penting untuk mencegah ulkus kaki dan
menghindari amputasi tungkai bawah.
Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan
pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan Penunjang
Darah
1. Kadar glukosa darah: puasa, sewaktu, 2 jam post prandial.
2. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
3. Kurva Harian glukosa
4. Kadar keton darah
5. Kadar HbA1c
6. Kadar fruktosamin
7. Kadar insulin
8. Kadar C-peptide
9. Pemeriksaan lain: tes fungsi ginjal, analaisa gas darah, kadar lipid, imunoserologis
Urin :
1. Reduksi/glukosa urin
2. Protein, mikroalbumin
3. Benda Keton
4. Sedimen Urin
DARAH
Glukosa darah puasa (GDP): puasa 10-14 jam sebelum pengambilan darah.
24
Glukosa darah sewaktu (GDS): pengambilan darah tanpa melihat kapan terakhir makan.
Glukosa darah 2 jam post prandial : pengambilan darah 2 jam setelah makan atau setelah
konsumsi 75 gr glukosa. Selama menunggu 2, pasien duduk istirahat, tidak makan/minum
lagi dan tidak merokok.
BAHAN PEMERIKSAAN
25
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah digunakan serum/ plasma vena, kapiler (“whole
blood” = darah utuh). Kandungan glukosa darah kapiler lebih tinggi 7-10% dari glukosa
dalam vena (keadaan puasa 2-3 mg/dL, sehabis makan 20-30 mg/dL).
METODE PEMERIKSAAN
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah saat ini banyak dipakai metode enzimatik metode
glocose oxidase atau Hexokinase karena hasil pemeriksaan mempunyai spesifitas tinggi.
Untuk diagnostik DM, dianjurkan pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan
plasma vena.
Urin
Pemeriksaan Urin rutin
Untuk mencari adanya kelainan / komplikasi pada saluran kemih, misalnya infeksi atau
insufisiensi ginjal.
Glukosa urin dan keton urin
Pemeriksaan glukosa urin secara tidak langsung menggambarkan kadar glukosa darah >
180 mg/dL (batas ambang ginjal untuk glukosa), maka pemeriksaan glukosa urin akan
positif. Namun urin yang dikeluarkan tidak selalu berkorelasi dengan glukosa darah,
sehingga pemeriksaan glukosa urin tidak dianjurkan untuk memastikan diagnosis DM.
Pemeriksaan glukosa urin dapat dipakai untuk pemantauan hasil pengobatan.
Pemeriksaan keton urin dilakukan bila didapatkan tanda-tanda ketoasidosis. Namun
pemeriksaan keton urin mempunyai kelemahan karen menggambarkan kadar glukosa
darah beberapa jam sebelum tes dan saat ini baru bisa mendeteksi aseton dan asetoasetat,
bukan 3 HB.
Reduksi Urine
Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian daripemeriksaan urine rutin yang selalu
dilakukan diklinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu
diingat darihasil pemeriksaan reduksi urine adalah 5 Digunakan pada pemeriksaan pertama
sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis
1. Nilai (+) sampai (++++)
2. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-
obatan, dan lainnya
3. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 – 300 mg%
4. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg%
5. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg%
6. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan
7. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman
Mikroalbuminuria
Penting untuk deteksi dini komplikasi ginjal. Terdeteksinya albumin dalam jumlah kecil
(< 30 mg/dL) dalam urin menunjukan adanya komplikasi ginjal.
Test benedict
26
Interpretasi (mulai dari tabung paling kanan) :
0 = Berwarna Biru. Negatif. Tidak ada Glukosa.. Bukan DM
+1 = Berwarna Hijau . Ada sedikit Glukosa. Belum pasti DM, atau DM stadium dini/awal
+2 = Berwarna Orange. Ada Glukosa. Jika pemeriksaan kadar glukosa darah
mendukung/sinergis, maka termasuk DM
+3 = Berwarna Orange tua. Ada Glukosa. Positif DM
+4 = Berwarna Merah pekat. Banyak Glukosa. DM kronik
Rothera test
Pada tes ini, digunakan urin sebagai spesimen, sebagai reagen dipakai, Rothera agents,
dan amonium hidroxida pekat
Test ini untuk berguna untuk mendeteksi adanya aceton dan asam asetat dalam urin, yang
mengindikasikan adanya kemungkinan dari ketoasidosis akibat DM kronik yang tidak
ditangani. Zat – zat tersebut terbentuk dari hasil pemecahan lipid secara masif oleh tubuh
karena glukosa tidak dapat digunakan sebagai sumber energi dalam keadaan DM, sehingga
tubuh melakukan mekanisme glukoneogenesis untuk menghasilkan energi. Zat awal dari
aceton dan asam asetat tersebut adalah Trigliseric Acid/TGA, yang merupakan hasil
pemecahan dari lemak.
BAHAN PEMERIKSAAN
Untuk pemeriksaan urin rutin, protein, glukosa, keton dan sedimen urin dipakai urin porsi
tengah, segar. Spesimen untuk tes mikroalbuminuria dipakai urin 24 jam.
Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu resiko DM sebagai
berikut:
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih: BBR > 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2.
3. Hipertensi (> 140/90 mmHg)
4. Riwayat DM dalam keluarga
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 gram
6. Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl dan atau TG ≥ 250 mg/dl
27
Pemeriksaan penyaring berguna untuk menjaring pasien DM, TGT dan GDPT,
sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mereka. Pasien dengan TGT dan GDPT
merupakan tahap sementara menuju DM. setelah 5-10 tahun kemudian 1/3 kelompok TGT
akan berkembang menjadi DM. 1/3 tetap TGT dan 1/3 lainya kembali normal. Adanya TGT
sering berkaitan dengan resistensi insulin. pada kelompok TGT ini resiko terjadinya
aterosklerosis lebih tinggi dibandingkan kelompok normal. TGT sering berkaitan dengan
penyakit kardiovaskular, hipertensi dan dislipidemia. Peran aktif para pengelola kesehatan
sangat diperlukan agar deteksi DM dapat ditegakkan sedini mungkindan penegahan primer
dan skunder dapat segera diterapkan.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa
oral (TTGO) standar.
Catatan :
Untuk
kelompok risiko
tinggi yang tidak menunjukkan kelainan hasil, dilakukan ulangan tiap tahun. Bagi mereka
yang berusia > 45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan
setiap 3 tahun.
Apabila ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal 1 kali saja cukup
untuk menegakan diagnosis
Apabila tidak ditemukan gejala khas DM, maka diperlukan 2 kali pemeriksaan glukosa darah
abnormal
28
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus dan Gangguan Toleransi Glukosa
1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥200 mg/dl
2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥126 mg/dl
3. Kadar glukosa plasma ≥200 mg/dl pada 2 jam sesudah diberi beban glukosa 75 gram
pada TTGO.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang diperoleh.
1. TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa
plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0 mmol/L).
2. GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Kriteria diagnosis D
29
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994) :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan
karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih
tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam
250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah
minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi GlukosaTerganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.
Langkah-langkah Untuk Menegakkan Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa
Pemeriksaan HbA1C
HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara
glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang
dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan
ireversibel.7,10,11 Metode pemeriksaan HbA1C: ion-exchange chromatography, HPLC (high
performance liquid chromatography), Electroforesis, Immunoassay, Affinity
chromatography, dan analisis kimiawi dengan kolorimetri.
Metode Ion Exchange Chromatography: harus dikontrol perubahan suhu reagen
dan kolom, kekuatan ion, dan pH dari bufer. Interferens yang mengganggu adalah adanya
HbS dan HbC yang bisa memberikan hasil negatif palsu.
Metode HPLC: prinsip sama dengan ion exchange chromatography, bisa
diotomatisasi, serta memiliki akurasi dan presisi yang baik sekali. Metode ini juga
direkomendasikan menjadi metode referensi.
Metode agar gel elektroforesis: hasilnya berkorelasi baik dengan HPLC, tetapi
presisinya kurang dibanding HPLC. Hb F memberikan hasil positif palsu, tetapi kekuatan ion,
pH, suhu, HbS, dan HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini.
Metode Immunoassay (EIA): hanya mengukur HbA1C, tidak mengukur HbA1C
yang labil maupun HbA1A dan HbA1B, mempunyai presisi yang baik.
Metode Affinity Chromatography: non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dari
HbA1C tidak mengganggu penentuan glycated hemoglobin, tak dipengaruhi suhu. Presisi
baik. HbF, HbS, ataupun HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi metode ini
mengukur keseluruhan glycated hemoglobin, sehingga hasil pengukuran dengan metode ini
lebih tinggi dari metode HPLC.
Metode Kolorimetri: waktu inkubasi lama (2 jam), lebih spesifik karena tidak
dipengaruhi non-glycosylated ataupun glycosylated labil. Kerugiannya waktu lama, sampel
besar, dan satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi, yaitu m mol/L.
Diagnosis banding
a. Cystic fibrosis
b. Diabetes mellitus type l
c. Diabetic ketoacidosis
d. Drug-induced glucose intolerance
e. Gestational diabetes
f. Glucose intolerance
g. Pancreatitis
A. Insulin Resistance
Resistensi Insulin (IR) adalah kondisi di mana jumlah normal insulin tidak memadai untuk
menghasilkan respons insulin normal dari sel lemak, sel otot dan sel hati. resistensi insulin
umumnya bersifat "pasca-reseptor", yang berarti masalah terletak pada respon sel terhadap
insulin alih-alih produksi insulin. Kadar plasma yang tinggi dari insulin dan glukosa akibat
resistensi insulin diyakini sebagai asal usul sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, termasuk
komplikasinya.
B. Hiperglikemi reaktif
Hiperglikemi reaktif adalah gangguan regulasi gula darah yang dapat terjadisebagai reaksi
non spesifik terhadap terjadinya stress kerusakan jaringan, sehinggaterjadi peningkatan
glukosa darah dari pada rentang kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non
puasa sekitar 140–160 mg /100 ml darah (Pulsinelli, 1996), hyperglikemia reaktif ini
diartikan sebagai peningkatan kadar glukosa darahpuasa lebih dari 110 mg/dl (zacharia, dkk,
2005), reaksi ini adalah fenomena yangtidak berdiri sendiri dan merupakan salah satu aspek
perubahan biokimiawi multipleyang berhubungan dengan stroke akut (Candelise, dkk, 1985).
C. Glucose intolerance
Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan dengan pemeriksaan TTGO setelah puasa 8 jam.
Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan apabila hasil tes glukosadarah menunjukkan salah
satu dari tersebut dibawah ini:
1. Toleransi glukosa terganggu (TGT = IGT)
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan adanya
disglikemi yaitu kenaikan glukosa plasma 2 jam setelah beban 75 gram glukosa pada
pemeriksaan tes toleransi glukosa oral (TTGO) yaitu antara 140 mg/dl sampai dengan 199
mg/dl. Keadaan ini disebut juga sebagai prediabetes oleh karena risiko untuk mendapat
Diabetes Melitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskuler sangat besar. Disebut TGT jika gula
darah setelah makan tidak normal, atau berkisar antara 140-199 mg/dL. Sedangkan gula
darah puasa normal.
Farmakologi
Non-Farmakoterapi
A. Edukasi
DM umumnya terjadi saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk
dengan mapan. Timkes mendampingi pasien untuk menuju perubahan perilaku
sehat. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan
gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
34
- DM dewasa gemuk 20 U pagi hari dan 10 U sebelum makan malam.
d. ES : Hipoglikemi, alergi dan resisten, lipoatrofi dan lipohipertrofi, edem,
kembung,dll.
e. Interaksi : antagonis (adrenalin, glukokortikoid, kortikotropin, progestin,
GH, Tiroid, estrogen, glucagon,dll)
b. Meglitinid
- Pemberian : sesaat sebelum makan
- Mek. Kerja : sama dengan sulfonylurea, tetapi struktur kimianya berbeda.
Merangsang insulin dengan menutup kanal K yang ATP-independent di sel
beta pankreas.
- Pemberian oral absorpsinya cepat dan kadar puncaknya dicapai dalam waktu 1
jam. Masa paruh 1 jam, sehingga harus diberikan beberapa kali sehari sebelum
makan.
- Farmakokinetik : metabolism utama di hepar, 10% di ginjal.
- ES : hipoglikemi, gangguan saluran cerna, dan alergi.
c. Biguanid
- Pemberian : sebelum/saat/sesudah makan
- Teridiri : fenformin (ditarik dari peredaran karena sebabin asidosis laktat),
buformin, metformin.
- Mek. Kerja : merupakan antihiperglikemik, metformin dapat menurunkan
produksi glukosa dihepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan
adipose terhadap insulin. Efek ini terjadi karena adanya aktivasi kinase di sel
(AMP activated protein kinase). Pada DM yang gemuk, biguanid dapat
menurunkan BB.
35
- Farmakokinetik : metformin oral di absorpsi di intestine, dalam darah tidak
terikat protein plasma, eksresi dalam urin utuh, masa paruh sekitar 2 jam.
- Dosis : awal 2x500 mg, maintenance dose 3x500 mg, max 2,5 gr. Diminum
saat makan.
- Indikasi : pasien DM yang tidak memberikan respon dengan sulfonylurea
dapat diatasi dengan metformin, atau kombinasi dengan insulin atau
sulfonylurea.
- ES :mual, muntah, diare, metallic taste, ketosis (pada pasien yang mutlak
dengan insulin eksogen), gangguan keseimbangan elektrolit cairan tubuh.
- KI : kehamilan, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dengan uremi dan
penyakit jantung kongestif dan penyakit paru, dengan hipoksia kronik,
pemberian zat kontras intravena atau yang akan di operasi harus dihentikan
dan sesudah 48 jam boleh.
d. Tiazolidinedion
- Pemberian : tidak bergantung pada jadwal makan
- Mek. Kerja : berikatan pada peroxisome proliferators activated receptor ɣ
(PPAR ɣ) suatu resptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini
menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein
pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
- ES: peningkatan BB, edem, menambah volum plasma dan memperburuk gagal
jantung kongestif, hipoglikemi.
- KI : gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan
dan juga pada gangguan faal hati. Perlu pemantauan faal hati secara berkala.
- Interaksi : dengan insulin dapat menyebabkan edem.
f. DPP-4 Inhibitor
- Pemberian : diberikan bersama makan dan atau sebelum makan
- Mek. Kerja : glucagon like peptide 1 (GLP-1) merupakan suatu hormone
peptide yang dihasilkan oleh sel L dimukosa usus. GLP-1 merupakan
perangsang kuat penglepasan insulin dan sekaligus sebagai penghambat
sekresi glucagon. Namun, sekresi GLP-1 menurun pada DM-2.
36
.
Non-farmakologi
Pengaturan diet
Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan pengobatan diet pada diabetes adalah:
a. Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar
normal.
b. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
c. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
d. Meningkatkan kualitas hidup.
Terapi nutrisi direkomendasikan untuk semua pasien diabetes mellitus, yang
terpenting dari semua terapi nutrisi adalah pencapian hasil metabolis yang optimal
dan pencegahan serta perawatan komplikasi. Untuk pasien DM tipe 1, perhatian
utamanya pada regulasi administrasi insulin dengan diet seimbang untuk mencapai
dan memelihara berat badan yang sehat. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat
mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel β terhadap stimulus
glukosa.
Olah raga
Berolah secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap
normal. Prinsipya, tidak perlu olah raga berat, olah raga ringan asal dilakukan secara
teratur akan sangat bagus pengaruhnya bagi kesehatan.
Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda,
berenang, dan lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan juga
meningkatkan penggunaan glukosa (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
Pengelolaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2 – 4 minggu). Apabila kadar glukosa darah belum mencapai
sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan pemberian obat hipoglikemik oral
(OHO) atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu OHO dapat segera diberikan
sesuai indikasi. Dalam keadaan dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis,
stress berat, berat badan yang menurun cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada
kedua keadaan tersebut perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya hipoglikemia.
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat
pelatihan khusus (Yuli, 2010).
Penyuluhan
Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang
perubahan prilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang
diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan menyesuaikan keadaan
psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral
dari asuhan perawatan pasien diabetes.
37
Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dengan memberikan penyuluhan
kesehatan antara lain:
Agar penyandang DM dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan.Kwalitas
hidup sudah merupakan kebutuhan bagi seseorang,bukan hanya
kuantitas.Seseorang yang bertahan hidup,tetapi dalam keadaan tidak sehat akan
mengganggu kebahagiaan dan stabilitas keluarga.
Untuk membantu penderita DM agar mereka mampu merawat dirinya sendiri
sehingga komplikasi yang mungkin timbul bisa dikurangi selain itu jumlah hari
sakit dapat ditekan.
Agar penyandang DM dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya dalam
masyarakat.
Agar penyandang DM dapat lebih produktif dan bermanfaat
Menurut Yuli (2010) penyuluhan tersebut meliputi pemahaman tentang:
a. Penyakit DM.
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
c. Penyulit DM.
d. Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis.
e. Hipoglikemia.
f. Masalah khusus yang dihadapi.
g. Perawatan kaki pada diabetes.
h. Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan.
i. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
38
pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya komplikasi ini dan
pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.
Komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering terjadi pada penderita
diabetes tipe 2 yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut, namun relatif,
hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Ciri-ciri HHNK adalah sebagai berikut:
•Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl.
•Dehidrasi berat
•Uremia
Pasien dapat menjadi tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera
ditangani. Angka mortalitas dapat tinggi hingga 50%. Perbedaan utama antara HHNK
dan DKA adalah pada HHNK tidak terdapat ketosis.
Penatalaksanaan HHNK :
Penatalaksanaan berbeda dari ketoasidosis hanya dua tindakan yang terpenting
adalah:Pasien biasanya relatif sensitif insulin dan kira-kira diberikan dosis setengah
dari dosis insulin yang diberikan untuk terapi ketoasidosis, biasanya 3 unit/jam.
39
pada pengobatan dengan insulin, tetapi biasanya ringan. Kejadian ini sering timbul
karena pasien tidak memperlihatkan atau belum mengetahui pengaruh beberapa
perubahan pada tubuhnya.
Penyebab Hipoglikemia :
1. Makan kurang dari aturan yang ditentukan
2. Berat badan turun
3. Sesudah olah raga
4. Sesudah melahirkan
5. Sembuh dari sakit
6. Makan obat yang mempunyai sifat serupa
Tanda hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah < 50 mg/dl, meskipun
reaksi hipoglikemia bisa didapatkan pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi.
Tanda klinis dari hipoglikemia sangat bervariasi dan berbeda pada setiap orang.
Tanda-tanda Hipoglikemia
1. Stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah turun.
2. Stadium gangguan otak ringan: lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitug
sederhana.
3. Stadium simpatik: keringat dingin pada muka terutama di hidung, bibir atau
tangan, berdebar-debar.
4. Stadium gangguan otak berat: koma dengan atau tanpa kejang.
Keempat stadium hipoglikemia ini dapat ditemukan pada pemakaian obat oral
ataupun suntikan. Ada beberapa catatan perbedaan antara keduanya:
1) Obat oral memberikan tanda hipoglikemia lebih berat.
2) Obat oral tidak dapat dipastikan waktu serangannya, sedangkan insulin bisa
diperkirakan pada puncak kerjanya, misalnya:
•Insulin reguler : 2-4 jam setelah suntikan
•Insulin NPH : 8-10 jam setelah suntikan
•P.Z.I : 18 jam setelah suntikan
3) Obat oral sedikit memberikan gejala saraf otonom (parasimpatik dan
simpatik), sedangkan akibat insulin sangat menonjol.
2) Diabetic Dermopathy
Bentuknya seperti bintik- bintik yang terkadang di ragukan sebagai age
spots.bintik – bintik ini tidak terasa sakit, gatal atau pun terbuka
3) Reaksi Alegi
40
Dikarenaka respon dari obat, seperti insulin dan pil diabetes
4) Bullosis Diabeticorum ( Diabetic Blister)
Dapat terjadi di punggung jari, tangan, kaki. Sering dikaitkan dengan diabetic
neuropathy. Dapat hilang sendiri
5) Eruptive Xanthomatosis
B. KOMPLIKASI MIKROVASKULAR
-Retinopati, catarak → penurunan penglihatan
-Nefropati → gagal ginjal
-Neuropati perifer → hilang rasa, malas bergerak
-Neuropati autonomik → hipertensi, gastroparesis
-Kelainan pada kaki → ulserasi, atropati
41
3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Diabetes Melitus Tipe 2
Kematian adalah dua sampai tiga kali lebih tinggi di antara orang dengan diabetes
tipe 2 dibandingkan pada populasi umum. Sebanyak 75% orang dengan diabetes
melitus tipe 2 akan mati karena penyakit jantung dan 15% dari stroke. Angka
kematian akibat penyakit kardiovaskuler hingga lima kali lebih tinggi pada orang
dengan diabetes dibandingkan orang tanpa diabetes. Untuk setiap kenaikan 1% pada
level HbA1c, resiko kematian dari penyebab diabetes meningkat terkait dengan 21%.
b. Preventif sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian
pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan
penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan memegang
peran penting untuk meningkatkan kepatuhanpasien dalam menjalani program
pengobatan dan dalam menujuperilaku sehat.
c. Preventif tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyan-dang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upayamencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.
42
Penelitian epidemiologis di Amerika, Australia, Eropa, dan Asia
melaporkan bahwa jumlah penderita retinopati DM akan meningkat dari 100,8 juta
pada tahun 2010 menjadi154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% di antaranya
terancam mengalami kebutaan.4 TheDiabCare Asia 2008 Study melibatkan 1 785
penderita DM pada 18 pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan
melaporkan bahwa 42% penderita DM mengalami komplikasi retinopati, dan 6,4% di
antaranya merupakan retinopati DM proliferatif.
Ada 3 proses biokimia yang terjadi pada hiperglikemia yang berkaitan dengan
retinopati DM :
1. JALUR POLIOL
Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi berlebihan
serta akumulasi dari oliol (suatu senyawa gula dan alcohol) dalam jaringan
termasuk lensa dan saraf optic. Salah 1 sifat poliol adaah tidak dapat melewati
membrane basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah banyak di dalam sel
dan menyebabkan peningkatan tekanan osmotic sel dan menimbulkan
gangguan morfolosi maupun fungsional sel.
2. GLIKASI NONENZIMATIK
Glikasi nonenzimatik terhadap protein dan DNA yang terjadi selama
hiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim dan keutuhan DNA. Protein
yang terglikosilasi membentuk radikal bebas dan menyebabkan perubahan
fungsi sel.
3. PROTEIN KINASE C
Diketahui memiliki pengaruh terhadap permeabilitas vascular, kontraktilitas,
sintesis membrane basalis dan proliferasi sel vascular. Dalam kondisi
hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel meningkat akibat
peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol (regulator PKC) dari glukosa.
Selain hiperglikemia, sejumlah faktor lain yang terkait dengan DM seperti
peningkatan agregasi trombosit, peningkatan agregasi eritrosit, viskositas
43
darah, hipertensi, peningkatan lemak darah dan faktor pertumbuhan diduga
berperan dalam terjadinya retinopati DM.
44
Gambar 14. Retinopati DM Nonproliferatif Derajat sedang dengan Edema Makula
(A) dan Retinopati DM Proliferatif dengan Edema Makula dan Perdarahan Pre-retina
(B)
45
Ketiga, hiperglikemia mengaktivasi transduksi sinyal intraseluler protein
kinase C (PKC). Vascular endothelial growth factor (VEGF) dan faktor pertumbuhan
lain diaktivasi oleh PKC. VEGF menstimulasi ekspresi intracellular adhe- sion
molecule-1 (ICAM-1) yang memicu terbentuknya ikatan antara leukosit dan endotel
pembuluh darah. Ikatan tersebut menyebabkan kerusakan sawar darah retina, serta
trombosis dan oklusi kapiler retina. Keseluruhan jalur tersebut me- nimbulkan
gangguan sirkulasi, hipoksia, dan inflamasi pada retina. Hipoksia menyebabkan
ekspresi faktor angiogenik yang berlebihan sehingga merangsang pembentukan
pembuluh darah baru yang memiliki kelemahan pada membran basalisnya, defisiensi
taut kedap antarsel endo- telnya, dan kekurangan jumlah perisit. Akibatnya, terjadi
kebocoran protein plasma dan perdarahan di dalam retina dan vitreous.
kesulitan membaca
penglihatan kabur
penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
melihat lingkaran cahaya
melihat bintik gelap dan cahaya kelap kelip
46
photography berperanan sebagai pemeriksaan penapis. Apabila pada pemeriksaan
ditemukan edema makula, retinopati DM nonproliferatif derajat berat dan retinopati
DM proliferatif maka harus dilanjutkan dengan pemeriksaan mata lengkap oleh dokter
spesialis mata.
Pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata terdiri dari pemeriksaan
visus, tekanan bola mata, slit-lamp biomicroscopy, gonioskop, funduskopi dan
stereoscopic fundus photography dengan pemberian midriatikum sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan optical coherence tomography
(OCT) dan ocular ultrasonography bila perlu
Diagnosis Banding
Gb. OCT pada Mata normal Gb. OCT pada Retinopati
diabetic
47
4.8 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Retinopati Diabetik
Ada tiga pengobatan utama untuk retinopati diabetes, yang sangat efektif
dalam mengurangi kehilangan penglihatan dari penyakit ini. Pada kenyataannya,
bahkan orang dengan retinopathy memiliki kesempatan 90% dari menjaga visi
mereka ketika mereka mendapatkan perawatan sebelum retina rusak parah. Ketiga
perawatan bedah laser, injeksi triamcinolone ke dalam mata dan vitrectomy.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun pengobatan ini sangat sukses, mereka
tidak menyembuhkan diabetes retinopati. Perhatian harus dilakukan dalam
perawatan dengan pembedahan laser karena menyebabkan hilangnya jaringan
retina. Hal ini sering lebih bijaksana untuk menyuntik triamcinolone. Pada
beberapa pasien itu menghasilkan peningkatan ditandai dari visi, terutama jika ada
edema makula. Menghindari penggunaan tembakau dan koreksi dari hipertensi
terkait langkah-langkah terapi yang penting dalam pengelolaan diabetes
retinopati :
1. Laser photocoagulation
Laser photocoagulation dapat digunakan dalam dua skenario untuk perawatan
retinopati diabetes. Hal ini banyak digunakan untuk tahap awal retinopati proliferatif.
2. Panretinal photocoagulation
Panretinal photocoagulation, atau PRP (juga disebut pencar perawatan laser),
digunakan untuk mengobati diabetes retinopati proliferatif (PDR). Tujuannya adalah
untuk menciptakan 1.000 - 2.000 luka bakar di retina dengan harapan mengurangi
permintaan oksigen retina, dan karenanya kemungkinan iskemia. Dalam mengobati
retinopati diabetes maju, luka bakar yang digunakan untuk menghancurkan pembuluh
darah abnormal yang terbentuk di retina. Hal ini telah ditunjukkan untuk mengurangi
resiko kehilangan penglihatan berat untuk mata pada risiko dengan 50%.
Sebelum laser, dokter mata pupil dan berlaku tetes anestesi untuk mematikan
mata. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin juga mati rasa daerah di belakang mata
untuk mencegah ketidaknyamanan apapun. Pasien duduk menghadap mesin laser
sementara dokter memegang lensa khusus untuk mata. Dokter dapat menggunakan
laser titik tunggal atau laser memindai pola untuk dua pola dimensi seperti kotak,
cincin dan busur. Selama prosedur, pasien dapat melihat kilatan cahaya. Ini berkedip
akhirnya dapat menciptakan sensasi menyengat tidak nyaman bagi pasien. Setelah
perawatan laser, pasien harus disarankan untuk tidak drive untuk beberapa jam
sementara murid-murid masih melebar. Visi mungkin tetap agak kabur untuk sisa hari
itu, meskipun tidak boleh ada banyak kepedihan di mata.
48
3. Intravitreal triamcinolone acetonide
Triamcinolone adalah persiapan yang panjang steroid akting. Ketika disuntikkan
dalam rongga vitreous, itu mengurangi edema makula (penebalan retina pada makula)
disebabkan karena maculopathy diabetes, dan hasil dalam peningkatan ketajaman
visual. Efek dari triamcinolone bersifat sementara, yang berlangsung sampai tiga
bulan, yang memerlukan suntikan berulang untuk menjaga efek yang menguntungkan.
Komplikasi injeksi triamcinolone intravitreal termasuk katarak, glaukoma diinduksi
steroid dan endophthalmitis
4. Vitrectomy
Alih-alih operasi laser, beberapa orang membutuhkan operasi mata disebut
vitrectomy untuk memulihkan penglihatan. Sebuah vitrectomy dilakukan ketika ada
banyak darah di vitreous. Ini melibatkan menghapus vitreous keruh dan menggantinya
dengan larutan garam. Studi menunjukkan bahwa orang yang memiliki vitrectomy
segera setelah perdarahan besar lebih mungkin untuk melindungi visi mereka dari
seseorang yang menunggu untuk memiliki operasi.
49
2. Glaukoma neovaskular
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sudut tertutup sekunder yang terjadi
akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada permukaan iris dan jaringan anyaman
trabekula yang menimbulkan gangguan aliran aquous dan dapat meningkatkan
tekanan intra okuler. Nama lain dari glaukoma neovaskular ini adalah glaukoma
hemoragik, glaukoma kongestif, glaukoma trombotik dan glaukoma rubeotik. Etiologi
biasanya berhubugan dengan neovaskular pada iris (rubeosis iridis). Neovaskularisasi
pada iris (rubeosis iridis) merupakan suatu respon terhadap adanya hipoksia dan
iskemia retina akibat berbagai penyakit, baik pada mata maupun di luar mata yang
paling sering adalah retinopati diabetik. Neovaskularisasi iris pada awalnya terjadi
pada tepi pupil sebagai percabangan kecil, selanjutnya tumbuh dan membentuk
membrane fibrovaskuler pada permukaan iris secara radial sampai ke sudut, meluas
dari akar iris melewati ciliary body dan sclera spur mencapai jaring trabekula
sehingga menghambat pembuangan akuos dengan akibat Intra Ocular Presure
meningkat dan keadaan sudut masih terbuka.
4. Ablasio retina
Merupakan keadaan dimana terlepasnya lapisan neurosensori retina dari
lapisan pigmen epithelium.Ablasio retina tidak menimbulkan nyeri, tetapi bisa
menyebabkan gambaran bentuk-bentuk ireguler yang melayang-layang atau kilatan
cahaya, serta menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
50
lima tahun setelah diagnosis DM di- tegakkan. Kedua, penderita DM tipe II harus
menjalani pemeriksaan mata lengkap oleh dokter spesialis mata segera setelah
didiagnosis DM. Ketiga, pemeriksaan mata penderita DM tipe I dan II harus
dilakukan secara rutin setiap tahun oleh dokter spesialis mata. Keempat, frekuensi
pemeriksaan mata dapat dikurangi apabila satu atau lebih hasil pemeriksaan
menunjukkan hasil normal dan dapat ditingkatkan apabila ditemukan tanda
retinopati progresif. Kelima, perempuan hamil dengan DM harus menjalani
pemeriksaan mata rutin sejak trimester pertama sampai dengan satu tahun setelah
persalinan karena risiko terjadinya dan/atau perburukan retinopati DM
meningkat, dan ia harus menerima penjelasan menyeluruh tentang risiko tersebut.
51
LI.5 Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Kalori pada Penderita Diabetes
Melitus
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologis yang sangat
direkomendasikan bagi pasien ddiabetes, Terapi gizi medis ini pada pronsipnya
adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada stasus gizi medis
diabetesi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.
Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara lain:
Menurunkan berat badan, Menurunkan tekanan sistolik dan diastolik, Menurunkan
kadar glukosa darah, Memperbaiki profil lipid, Meningkatkan sensitivitas reseptor
insulin, Memperbaiki sistem koagulsi darah.
Tujuan terapi gizi medis ini adlah untuk mencapai dan mempertahankan:
a) Kadar glukosa darah mendekati normal
b) Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl.
c) Glukosa darah 2 jam setelah makan <180 mg/dl.
d) Kadar A1c <7%.
e) Tekanan darah <130/80 mmHg.
f) Profil Lipid
g) Kolesterol LDL<100 mg/dl
h) Kolesterol HDL >40 mg/dl.
i) Trigliserida < 150 mg/dl.
j) Beran badan senormal mungkin.
52
Sebagai sumber energi, KH yang diberikan diabetisi tidak boleh lebih dar 55-
65% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih dari 70% jika
dikombinasikan dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (MUFA:
monounsaturated fatty acids). Pada setiap gram karbohidrat terdapat kandungan
energi sebesar 4 kilokalori.
Rekomendasi karbohidrat :
o Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung KH, lebih ditentukan
oleh jumlahnya dibandungkan dengan jenis KH itu sendiri.
o Dari total kebutuhan kalori perhari, 60-70% diantaranya berasal dari sumber KH.
o Jika ditambah MUFA sebagai sumber energi, maka jumlah KH maksimal 70%
dari total kebutuhan kalori perhari.
o Julah serat 25-50 gram per hari.
o Jumlah sukrosa sebagai sumber energi tidak perlu dibatasi, namun jangan sampai
lebih dari total kebutuhan kalori perhari.
o Sebagai pemanis dapat digunakan pmanis non kalori seperti sakarin, aspartame,
acesulfame, dan sukralosa.
o Penggunaan alkohol harus dibatasi tidak boleh lebih dar10 gram/hari.
o Fruktosa tidak boleh lebih dari 60 gram/hari.
o Makanan yang mengandung sukrosa tidak perlu dibatasi.
PROTEIN
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari total
kalori perhari. Pada penderita kelainan ginjal dimana diperlukan pembatasan asupan
protein sampai 40 gram perhari, maka perlu ditambahkan suplementasi asam amino
esensial. Protein mengandung energi sebesar 2 kilokalori/gram.
Rekomendasi pemberian protein:
o Kebutuhan protein 15-20% dari total kebutuhan energi perhari.
o Pada keadaan kadar glukosa yang terkontrol, asupan protein tidak akan
mempengaruhi konsentrasi glukosa darah.
o Pada keadaan glukosa tidak terkontrol, pemberian protein sekitar 0,8-1,0 mg/kg
BB/hari.
o Pada gangguan fungsi ginjal, asupan protein diturunkan sampai 0,85
gram/KgBB/hari dan tidak kurang dari 40gram.
o Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati lebih
dianjurkan dibanding protein hewani.
LEMAK
Lemak memiliki kandungan energi sebesar 9 kilokalori/gram. Bahan makanan
ini sangat penting untuk membawa vitamin yang larut dalam lemak seperti vitami A,
D, E, K. Berdasarkan rantai karbonnya , lemak dibedakan menjadi lemak jenuh dan
tidak jenuh. Pembatasan asupan lemak jenuh dan kolestrol sangat disarankan pada
diabetisi karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid tidak normal bagi pasien
diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty acid :
MUFA), merupakan salah satu asam lemak yang dapat memperbaiki glukosa darah
dan profil lipid. Pemberian MUFA pada diet diabetisi, dapat menurunkan kadar
trigliserida, kolestrol total, kolestrol VLDL, dan meningkatkan kadar kolestrol HDL.
Sedangkan asam lemak tidak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acid=
53
PUFA) dapat melindungi jantung, menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki
agregasi trombosit. PUFA mengandung asam lemak omega 3 yang dapat menurunkan
sintesis VLDL di dalam hati dan eningkatkan aktivitas enzyme lipoprotein lipase yang
dapat menurunkan kadar VLDL di jarngan perifer. Sehingga dapat menurunkan kadar
kolestrol LDL.
Rekomendasi Pemberian Lemak:
o Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah maksimal 10%
dari total kebutuhan kalori per hari.
o Jika kadar kolestrol LDL ≥ 100 mg/dl, asupan asam lemak jenuh diturunkan
sampai maksimal 7% dari total kalori perhari.
o Konsumsi kolestrol maksimal 300mg/hari, jika ada kolestrol LDL ≥ 100 mg/dl,
maka maksimal kolestrol yang dapat dikonsumsi 200 mg per hari.
o Batasi asam lemak bentuk trans.
o Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan asam lemak tidak
jenuh rantai panjang.
o Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan kalori
perhari.
54
o Laki-laki : BB idaman (Kg) x 30 kalori
o Wanita : BB idaman (Kg) x 25 kalori
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), makan
siang (25%), serta 2-3 porsi ringan (10-15%) di antara makan besar. Pengaturan
makan ini tidak berbeda dengan orang normal, kecuali dengan pengaturan jadwal
makan dan jumlah kalori. Usahakan untuk merubah pola makan ini secara bertahap
sesuai kondisi dan kebiasaan penderita.
C. Latihan jasmani
- Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,
mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan
kadar kolesterol HDL.
- Latihan jasmani yang dianjurkan: Dikerjakan sedikitnya selama 150
menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70% denyut
jantung maksimal), atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobic berat
(mencapai denyutjantung>70% maksimal). Latihan jasmani dibagi
menjadi 3-4 x aktivitas/minggu.
LI.6 Memahami dan Menjelaskan Makan Halal dan Baik Menurut Islam
Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik / Halalan
Thoyyiban
“... dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah
dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-
Nya”. (Q.S Al Maidah : 88)
Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi
juga baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh kita. Bahkan
perintah ini disejajarkan dengan bertaqwa kepada Allah, sebagai sebuah perintah
yang sangat tegas dan jelas.
55
“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena
sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(Q.S Al Baqarah : 168)
Setidaknya ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam kita memilih atau
meneliti kehalalan toyyiban sebuah produk yang akan kita konsumsi.
PERTAMA adalah kelalalan sutu makanan yang telah dinaskan dalam Al Qur’an.
Surat Al Maidaah Ayat 3 yang artinya “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,
darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang
buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anakpanah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari
ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa
karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dalam kata lan, makanan yang diharamkan
secara syariat adalah :
Pertama, Bangkai yaitu hewan yang mati bukan karena disembelih atau diburu.
Hukumnya jelas haram dan bahaya yang ditimbulkannya bagi agama dan badan
manusia sangat nyata, sebab pada bangkai terdapat darah yang mengendap
sehingga sangat berbahaya bagi kesehatan. Sekalipun bangkai haram hukumnya
tetapi ada yang dikecualikan yaitu bangkai ikan dan belalang berdasarkan hadits.
Kedua, Darah, Yaitu darah yang mengalir sebagaimana dijelaskan dalam ayat
lainnya "Atau darah yang mengalir" [QS6:145] Dikatakan oleh Ibnu Abbas dan
Sa'id bin Jubair bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang diantara
mereka merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam yang terbuat dari
tulang atau sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong unta atau hewan yang
kemudian darah yang keluar dikumpulkan dan dibuat makanan/minuman. Oleh
karena itulah, Allah mengharamkan darah pada umat ini. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir
3/23-24]
Ketiga, Daging Babi, Babi, baik peliharaan maupun liar, jantan maupun betina.
Dan mencakup seluruh anggota tubuh babi sekalipun minyaknya. Tentang
keharamannya, telah ditandaskan dalam al-Qur'an, hadits dan ijma' ulama.
Keempat, Sembelihan untuk selain Allah, Setiap hewan yg disembelih dgn selain
nama Allah hukumnya haram. Oleh karenanya, apabila seorang tidak
mengindahkan hal itu bahkan menyebut nama selain Allah baik patung, taghut,
berhala dan lain sebagainya , maka hukum sembelihan tersebut adalah haram
dengan kesepakatan ulama.
56
Kelima, Hewan yang diterkam binatang buas, Yakni hewan yang diterkam oleh
harimau, serigala atau anjing lalu dimakan sebagiannya kemudia mati karenanya,
maka hukumnya adalah haram sekalipun darahnya mengalir dan bagian lehernya
yang kena. Semua itu hukumnya haram dengan kesepakatan ulama. Binatang Buas
Bertaring, seperti harimau, singa, anjing, serigala dan binatag buas sejenisnya.
Burung Yang Berkuku Tajam, Binatang yang berkuku tajam seperti burung elang
dan sejenisnya. Khimar Ahliyyah yaitu sebangsa keledai Jinak. Serta binatang
yang menjijikan lainnya.
Al-Jallalah Maksud Al-Jalalah yaitu setiap hewan baik hewan berkaki empat
maupun berkaki dua yang makanan pokoknya adalah kotoran-kotoran seperti
kotoran manusia/hewan dan sejenisnya. (Fahul Bari 9/648). Ibnu Abi Syaiban
dalam Al-Mushannaf (5/147/24598) meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa beliau
mengurung ayam yang makan kotoran selama tiga hari. [Sanadnya shahih
sebagaimana dikatakan Al-Hafidz dalam Fathul Bari 9/648]
Selain dalam hal penyembelihan binatang perlu juga diperhatikan apakah bakan
makanan yang akan diolah itu masih layak dikonsumsi atau masih layak menjadi
bahan pembuatan makanan, jangan sampai bahan dasar yang hendak dijadikan
bahan makanan adalah bahan yang sudah rusak, busuk ataupun sudah kedaluarsa.
Dan yang KETIGA adalah bersih dan bebasnya suatu produk makanan dan
minuman dari bahan yang mengandung zat yang membahayakan tubuh, karena
Makanan toyyib dapat diartikan sebagai makanan yang mengandung zat yang
dibutuhkan oleh tubuh dan tidak mengandung zat yang membahayakan tubuh dan
pikiran. Dalam bahasa sederhana adalah makanan yang bergizi, higienis, dan tidak
beracun. Karena definisi ini isederhanakan, boleh jadi artinya masih terlalu
dangkal, tidak mencakup semua aspek seperti yang dimaksud oleh Al Qur’an.
57
DAFTAR PUSTAKA
58