REMAJA
ÿ
Diterbitkan oleh Majelis Pusat
Gereja Yesus Sejati Indonesia
Tahun 3 Buku 3
REMAJA
Buku ini telah dirancang untuk membantu para Guru Pendidikan Agama untuk
merencanakan dan menjadikan suasana belajar dan mengajar menjadi lebih terarah
kepada murid-murid.
Karena pengaruh firman Allah yang dahsyat, para Guru Pendidikan Agama
memohon agar dapat menyaksikan sendiri setiap langkah perubahan dari murid-
murid dalam memahami dan menerapkan Alkitab di dalam kehidupan mereka.
Di sini, Anda akan menemukan berbagai bahan yang diperlukan untuk mengajar
kebenaran firman Allah yang tidak berubah selamanya.
Sasaran Pelajaran
1. Memahami pentingnya mempelajari Perjanjian Lama
dan mengenal pengajaran utama dari Lima Kitab
Taurat
2. Menjadi termotivasi untuk mempelajari Alkitab dan
beroleh pemahaman bagaimana menjalankan hidup
mereka
Ayat Alkitab
Karena Aku berkata kepadamu: “Sesungguhnya selama
belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu
titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.” (Mat. 5:18)
Pemanasan
Sesuatu yang menawan perhatian
murid-murid,
agar mereka dapat memulainya.
Pemahaman Alkitab
Bimbinglah murid-murid di dalam menemukan
kebenaran firman Allah yang tidak berubah
selamanyamelalui penerapan pemahaman Alkitab
di dalam kehidupan nyata.
(Lembar Kerja Murid hanya dalam bentuk yang sederhana)
Menguji Pemahaman
Ujilah pemahaman keseluruhan
dari murid murid. Anda dapat
melakukannya dengan berbagai
cara yang berbeda. Salah satunya
adalah menanyakan suatu pertanyaan
yang berkaitan dengan apa yang mereka
telah pelajari.
Penerapan Kehidupan
Bantulah setiap murid untuk menerapkan firman Allah
di dalam kehidupan mereka sama seperti
Roh Kudus memimpin mereka.
Motivasilah murid-murid melakukan tindakan untuk
melatih apa yang mereka telah pelajari.
Bagaimana mereka melakukan tindakan itu?
Kapankah mereka melakukannya?
Sasaran dan pengajaran guru ada tertulis pada setiap pendahuluan pelajaran.
Bacaan Kitab untuk Minggu ini dan Ayat Hafalan ada tertulis pada setiap pelajaran.
Pastikan membacanya sebelum mempersiapkan dan mengajar murid-murid.
Sambutan yang bersahabat dan yang ramah menyatakan perhatian yang sepenuhnya.
Ungkapan seperti “bagaimana keadaan kamu?” dapat menyatakan perhatian yang
tulus. Ungkapan seperti “luar biasa bertemu dengan kamu!” dapat mengubah hari-
hari dari seseorang. Sambutan kita hanya memerlukan waktu sekitar 30-40 detik,
tetapi murid-murid akan begitu merasakan bahwa kita benar-benar peduli kepada
mereka.
Para remaja perlu mengetahui bahwa para guru ternyata mendoakan mereka
dengan tekun. Sekalipun mereka mungkin begitu sibuk dengan aktivitas belajar,
kita hendaknya senantiasa mengingatkan bahwa berdoa bersama pada saat-saat
tertentu itu merupakan satu-satunya cara untuk memohon hikmat dan kekuatan dari
Allah.
Pada abad 21 ini, hampir email apa yang dapat memotivasi murid-
semua remaja berkomunikasi melalui murid agar mengetahui bahwa mereka
email setiap harinya. Dengan bantuan berada di dalam pikiran Anda atau
internet, banyak orang menemukan mengetahui bahwa Anda mengharapkan
cara yang luar biasa untuk tetap dapat mereka berhasil di dalam ujian atau
berkomunikasi dengan orang-orang aktivitas olahraga. Bahkan Anda dapat
di sekitar mereka yang tidak dapat membuat hari-hari mereka penuh
berbicara langsung dan dengan orang- semangat dengan memberikan pujian
orang yang tinggalnya berjauhan. atau motivasi tertulis di dalamnya.
Sebagai Guru Pendidikan Untuk menjangkau murid-murid
Agama, penggunaan email untuk secara tepat guna melalui email, tulislah
menjangkau murid-murid merupakan pesan Anda secara singkat (cukup satu
cara yang indah di dalam membangun paragraf atau satu kalimat). Hidup di
persahabatan. dalam masyarakat yang serba cepat
ini, tidak banyak dari antara kita yang
ingin memeriksa sebuah email yang
panjang isinya. Begitu pula penting
untuk menjawab pesan dalam waktu 1-2
hari. Murid-murid mencari Anda untuk
memperoleh dukungan dan bimbingan.
Anda akan segera kehilangan
kepercayaan dari mereka, bila tidak ada
balasan dari Anda selama satu minggu
ke depan.
Tetap usahakan menggunakan
Sejak mengetahui murid-murid dapat nada kalimat yang ramah di dalam
mengirimkan email yang sedikit lebih menulis email Anda. Biarkan mereka
mendalam daripada sekedar kata- mengetahui bahwa Anda selalu berada
kata sambutan atau pujian, Anda di dekat mereka, terutama ketika salah
mungkin dapat ajukan pertanyaan seorang murid sedang sakit jasmani
yang merangsang pikiran murid-murid atau lemah rohani. Kutiplah sebagian
mengenai apa yang sedang terjadi di ayat Alkitab dan gunakan humor
dunia saat ini, apa yang mereka yakini, secara bebas. Para remaja tidak akan
bagaimana hubungan mereka dengan menanggapi secara positif kepada guru-
keluarga atau mungkin mulailah dengan guru yang selalu menyalahkan. Tetaplah
suatu pertanyaan yang pribadi mengenai berada di sana dan jadilah teladan.
hubungan mereka dengan Allah. Email adalah alat komunikasi
Fakta menunjukkan bahwa yang luar biasa dengan murid-murid.
murid-murid merasa senang bila Kiranya Allah meneguhkan iman murid-
menemukan email di mailbox mereka, murid dan menanamkan pemahaman
sekalipun Anda dan mereka jarang akan firman-Nya kepada mereka.
berkomunikasi. Setidaknya, pikirkan
vii Kehidupan Kristen (3)
Bagaimana Membuat Murid-Murid
Tetap Termotivasi dan Tertarik?
2. “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33)
3. “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan
kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria
dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8)
4. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang
harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut
ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan
dihukum.” (Mat. 12:36-37)
5. “Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti
yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”
(Ef. 6:2-3)
8. “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah
itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada
tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Mat. 5:29)
9. “Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan
jalan-jalan yang Kautunjukkan!” (Mzm. 119:37)
10. “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena
mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia
tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
(Ul. 31:6)
11. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur.” (Flp. 4:6)
12. “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya,
ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.”
(1 Yoh. 2:4)
Sasaran Pelajaran
1. Mengevaluasi hubungan rohani siswa dengan Allah
2. Menghasilkan dan bekerja untuk tujuan rohani yang selalu akan
memimpin hati kita berada di jalan Allah
3. Mengembangkan rencana untuk memeriksa hati kita secara teratur
Ayat Alkitab
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan
yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah
ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna.” (Rm. 12:1-2)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 1-3
Pemanasan
Johnny adalah seorang pemuda sehat yang secara rutin berolahraga. Suatu
hari, setelah latihan sepanjang hari dengan klub larinya, dia merasakan sakit pada
bagian dadanya. Dia mengabaikannya, tetapi rasa sakit itu tetap berlangsung hingga
beberapa hari berikutnya. Akhirnya, dia bersikeras untuk pergi ke dokter pribadinya,
yang ternyata memvonis dirinya terkena persoalan jantung minor. Hal itu membuatnya
terkejut, karena dia telah hidup sehat sepanjang hidupnya, bahkan berolahraga
secara teratur. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi? Dokter menasihati agar
Johnny mengurangi latihannya dan diharuskan untuk melakukan diet yang sehat. Dia
juga diminta untuk melakukan pemeriksaan rutin. Bagaimanapun, Johnny tidak mau
meninggalkan latihannya. Dia terus berlatih keras setiap harinya hingga melupakan
persoalan jantungnya. Bahkan lupa untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Beberapa bulan kemudian, setelah sesi latihan keras lainnya, dia pingsan
dan meninggal.
Apakah yang kalian pikirkan? Apakah yang Johnny telah lakukan agar
mencegah hal ini terjadi? Persamaan apa sajakah yang kalian dapat ambil dari kisah
hidup Johnny dan kehidupan rohani kalian sendiri? Sekarang, kita akan melihat
pentingnya memeriksa kesehatan rohani kita, sehingga tidak akan mengalami
keadaan seperti Johnny?
Apakah kita telah merusak kehidupan kita dengan musik duniawi atau dengan
media? Seberapa banyakkah kita telah dipikat oleh dunia hingga menjadi bagian
dari kehidupan tanpa kita sadari? Iblis begitu licik hingga masuk ke dalam hati kita
melalui berbagai hal. Kadang, dia masuk melalui musik yang kita dengarkan atau
melalui percakapan. Seringkali pula, melalui berbagai tayangan dan film yang kita
tonton, bahkan melalui internet. Memeriksa diri kita secara berkala akan membantu
mencegah kerusakan jasmani yang serius, sekaligus membantu kita melihat di mana
kita telah terjatuh. Jangan tinggalkan tempat berpijak untuk Iblis. Ketika menyadari
bahwa kita telah memberikan jalan untuk Iblis, kita harus segera meninggalkannya;
selesaikan dengan segera. Jangan menunggu hingga kerusakan itu menjadi terlalu
parah.
Dalam Yohanes 14:30, Tuhan Yesus berkata: “Tidak banyak lagi Aku berkata-
kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun
atas diri-Ku.” Kita harus dapat mencapai keyakinan yang sama seperti yang Tuhan
Yesus miliki bahwa Iblis seharusnya tidak memiliki tempat di dalam hati kita. Kita
haruslah tetap teguh dalam hal ini dan menyingkirkan pikiran atau keinginan yang
jahat sebelum berkembang di dalam hati kita (Yak. 1:14-16).
Sekarang, kita akan memeriksa diri untuk melihat seberapa banyak kita hidup
dalam takut akan Tuhan. Sempatkan waktu beberapa menit untuk mengisi kolom-
kolom selama tiga hari yang lalu (tabel ini ada pada halaman selanjutnya). Bersikap
jujurlah dalam mengisinya. Ketika murid-murid telah selesai mengisi tabel, mintalah
mereka merangkum hasilnya dengan pertanyaan berikut. Lalu, bahaslah hasilnya
dengan mereka. Ingatkan mereka mengenai pentingnya pengembangan rohani
setiap hari dan mempersenjatai diri dengan firman Allah.
Rangkuman:
Selama tiga hari yang lalu...
1. Aku berdoa sebanyak __________ kali sebelum meninggalkan rumah
2. Aku membaca sebanyak __________ pasal dari Alkitab
3. Perkataanku yang membangun adalah sebanyak __________ kali
4. Aku berperilaku seperti orang Kristen selama __________ hari
5. Aku berdoa sebanyak __________ kali sebelum tidur.
Ini adalah beberapa cara agar dapat memeriksa hati nurani kita:
a. Membaca Alkitab
Kita haruslah menggunakan waktu untuk memikirkan, merenungkan dan berfokus
pada firman Tuhan. Membaca dan memahami firman-Nya akan memastikan
bahwa kita membiasakan diri dengan segala pengajaran-Nya. Ketika sedang
berada dalam keadaan sulit atau menghadapi pencobaan, firman Tuhan akan
memberikan petunjuk dan menuntun bagaimana kita harus bertindak. Dia pun
akan memungkinkan kita melihat keadaan hati nurani sendiri dan membantu
memeliharanya (Flp. 4:7).
b. Berdoa
“Mendekatlah kepada Allah dan Ia akan mendekat kepadamu” (Yak. 4:8).
Menghabiskan waktu dengan berdoa kepada Tuhan penting bagi seorang
Kristen untuk tetap berhubungan dengan-Nya. Doa membuat kita berkomunikasi
kepada Tuhan dan Dia berkomunikasi pula kepada kita serta menuntun jalan
kita. Kita haruslah memastikan bahwa ktia membuat perjanjian dengan Tuhan
setiap harinya. Berdoa sama seperti bernafas. Tanpa berdoa, kehidupan rohani
kitapun akhirnya akan mati.
d. Mengikuti Persekutuan
Sama pentingnya bagi kesehatan rohani kita adalah kehidupan beribadah dalam
suatu komunitas. Tuhan mendirikan gereja (kumpulan dari orang-orang yang
terpanggil), sehingga kita dapat menyembah-Nya bersama-sama. Komunitas
iman membantu kita untuk saling mendukung, sama seperti pada zaman para
rasul (Kis. 2:44-47; 1 Yoh. 1:3).
Menguji Pemahaman
2. Dengan cara apa sajakah kita dapat memeriksa hati nurani kita?
Penerapan Kehidupan
Ada seorang saudara, yang ketika pergi kuliah, merasa bebas seperti seekor
burung dan menggunakan sebagian besar kebebasan itu untuk terlibat dengan
alkohol dan obat-obatan. Sebelum menyadarinya, dia telah menjadi kecanduan.
Hanya sedikit yang dia ketahui mengenai dampak yang merusak dari hal ini, yang
akan terjadi atas dirinya.
Dia mulai kehilangan rambutnya, yang kemudian menjadi botak. Menjadi
botak di usianya yang baru dua puluhan sungguh menyakitkan, sehingga dia kembali
ke alkohol untuk menghapus kesedihannya. Keluarga meminta dengan sangat, agar
saudara ini mau kembali ke jalan yang benar, tetapi pada saat itu, dia tidak melakukan
apapun dan hatinya telah mengeras. Semua orang di keluarganya merasa putus
asa. Lalu suatu hari, karena keputusasaan itu, saudara ini mulai berpikir bahwa dia
harus mendengarkan nasihat neneknya untuk kembali kepada Tuhan Yesus.
(Versi adaptasi dari “Dalam Keputusasaan Saya Menemukan Tuhan”, Warta Sejati #
66, Juli-September 2010, halaman 34-49)
2. Bila kita mengenal seseorang yang sedang mengalami keadaan yang serupa,
apakah yang kita dapat lakukan untuk membantunya? Bagaimana kita
menasihatinya?
3. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita tidak akan jatuh ke dalam
perangkap ini? Ukuran pencegahan apakah yang kita dapat ambil?
Bacakan cerita mengenai Kathy dan Janet berikut ini bagi murid-murid (atau bila
menurut Anda lebih baik, Anda dapat memasangnya di proyektor dan mintalah
mereka untuk membacakannya keras-keras).
Menjadi orang Kristen yang sejati memerlukan banyak disiplin dan tekad dari
pihak kita. Kita haruslah belajar untuk menunjukkan iman, pengharapan dan kasih
kita di dalam kehidupan sehari-hari dan senantiasa memeriksa hati nurani setiap
harinya. Memohon agar Tuhan masuk ke dalam hati kita dan menuntun dalam
perjalanan iman, sehingga kita akan selalu tetap setia kepada-Nya (Rm. 12:1-2).
Sasaran Pelajaran
1. Membuat daftar prioritas untuk kehidupan perguruan tinggi yang
berhasil
2. Mengenal beberapa macam pertentangan yang kita dapat temui di
perguruan tinggi dan bagaimana cara mengatasinya
3. Milikilah daftar kenyataan mengenai seperti apa sesungguhnya
kehidupan di perguruan tinggi itu
Ayat Alkitab
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya
itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 4-6
Jim adalah orang baru di suatu perguruan tinggi, tetapi dia memiliki persoalan
dengan salah satu jadwal kuliahnya: Kuliahnya itu dimulai pada pukul 8 pagi, tiga
kali seminggu. Jim memiliki kesulitan untuk bangun pagi, bila dibandingkan dengan
mahasiswa lainnya, tetapi dia memiliki strategi untuk mengatasi persoalannya itu: Dia
memasang lima jam alarm yang bertebaran di sekeliling ruang kamarnya, semuanya
diatur dengan berbeda beberapa menit, untuk memastikan bahwa dia akan bangun
pada waktunya. Sekalipun hal itu tidak pernah berhasil dan akhirnya, dia mengalami
persoalan yang baru. Profesor memanggil Jim ke kantor dan mengatakan bahwa bila
dia selalu ketinggalan dalam mengikuti jadwal kelasnya di lain waktu, dia tidak akan
lulus pada semester itu. Jadi, Jim harus memikirkan rencana lainnya.
Syukurlah, banyak gedung di kampus Jim yang tetap buka selama 24 jam
sehari. Maka pada malam ketika harus masuk kelas pada pukul 8 keesokan harinya,
Jim menginap di gedung itu pada malam harinya, sehingga dapat mengikuti kelas
pada pukul 8 pagi keesokan harinya. Sama ekstrimnya tetapi benar, ternyata hal
ini justru dapat menghasilkan pertanyaan yang baik mengenai bagaimana kita
mengatur jadwal ketika berada jauh dari keluarga. Bagaimana kita mengatur dan
mempersiapkan diri di perguruan tinggi, sehingga dapat memastikan kehidupan
perguruan tinggi yang berhasil? Hari ini, kita akan melihat pentingnya mempersiapkan
diri secara mental, jasmani dan rohani, sehingga dapat selalu hidup berkemenangan
untuk Tuhan.
Pemahaman Alkitab
A. Berjaga-jaga
C. Bergiat
Amsal 6:6-8 mengingatkan kita untuk memperhatikan dan belajar dari semut.
Semut adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling rajin. Kita haruslah menjadi
serajin semut dan jangan bermalas-malasan. Sebagai murid-murid, kita sering
suka menunda-nunda, yang menurut kamus Inggris Oxford, berarti menangguhkan
tindakan, terutama tanpa alasan yang benar. Penundaan merupakan tanda dari
kemalasan. Itu bukanlah ciri khas yang harus dimiliki oleh orang Kristen. Seperti
Yakobus mengingatkan kita, “Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: Hari ini
atau besok kami berangkat ke kota anu dan di sana kami akan tinggal setahun
dan berdagang serta mendapat untung” (Yak. 4:13-17). sebaliknya, kita haruslah
mengikuti nasihat dari Raja Salomo: “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk
dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan,
pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi” (Pkh.
9:10).
C. Kehilangan Keselamatan
Orang kaya yang dicatatkan dalam Lukas 16 sama sekali tidak menunjukkan
belas kasihan kepada Lazarus ketika dia berada di dunia. Orang kaya itu kehilangan
kesempatan dan sebagai akibatnya, kehilangan pula keselamatannya (Luk. 16:25).
Ketika kita memiliki kesempatan untuk berbuat baik, janganlah menundanya (Ams.
3:27-35). Demikian pula, bila kita selalu menunda-nunda dalam kehidupan rohani,
menangguhkan persiapan rohani sampai esok hari, maka akhirnya, kita pun dapat
kehilangan keselamatan sendiri pula. Janganlah biarkan ini terjadi. Peganglah
kesempatan yang ada!
A. Membuat Prioritas
Waktu adalah sesuatu yang unik. Kita semua diberikan waktu 24 jam dalam
satu hari untuk melakukan apa yang diinginkan. Bagaimanapun, bila kita mengetahui
bagaimana cara memprioritaskan waktu dan menggunakannya dengan bijak, kita
dapat mencegah diri sendiri untuk melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir.
Menurut Roma 5:3-4, penderitaan yang kita alami akan menghasilkan sifat-sifat
tertentu. Kadang sifat-sifat kita terbentuk melalui peringatan. Kepribadian kita secara
alami dipengaruhi oleh sifat-sifat tertentu, tetapi kadang berasal pula dari kebiasaan
kita. Bila kita menimbun suatu kebiasaan, maka lambat laun, itu akan menjadi
sifat kita. Orang yang kurang persiapan atau suka menunda akan menyarankan
kita untuk membiarkan diri melakukan sesuatu pada saat-saat terakhir. Sebagai
akibatnya, hal itu menjadi bagian dari sifat kita. Kita haruslah meyakinkan diri sendiri
untuk melakukan sesuatu sebelumnya dan perlahan-lahan mengubah diri untuk
mengatasi penundaan. Bila kita memprioritaskan waktu dengan benar, menjadikan
Tuhan sebagai fokus hidup kita, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu
(Mat. 6:33).
A. Mempersiapkan Mental
B. Persiapan Rohani
Berikut ini adalah daftar singkat dari hal-hal yang murid-murid harus siapkan
secara rohani sebelum melangkahkan kaki mereka ke perguruan tinggi.
Penerapan Kehidupan
Saat terburuk dari masa sekolah pastilah saat ujian, ketika ketegangan
memenuhi lorong-lorong dan anak-anak tangga sekolah. Iniilah saatnya perpustakaan
tampak mengubah dirinya menjadi mal pada hari-hari libur: Waktu berada di
perpustakaan dilebihkan, keramaian menjadi tiga kali lipat dan hampir mustahil
menemukan tempat duduk, bila kalian bukan salah seorang dari 100 orang pertama
yang masuk ke tempat itu.
Di perguruan tinggi, aku merasa cemas ketika hadapi ujian akhir, aku merasa
hampir menjadi seorang yang berbeda ketika saat itu tiba. Aku akan melepaskan kabel
penghubung telepon dan menyimpan persediaan makanan kaleng dan makanan
yang belum diproses untuk waktu satu minggu lamanya. Dengan memperlengkapi
topi pelajar dan penutup telinga, aku pergi ke perpustakaan. Tekanan itu akan
menghasilkan hal terburuk bagi diriku, sementara semua hal lainnya di dalam hidupku
tampaknya tertahan selama waktu satu hingga dua minggu.
Bagaimanapun, aku memiliki seorang teman yang selalu bersikap tenang
dan ceria selama ujian akhir. Aku menerka-nerka bahwa dia begitu disiplin dengan
pelajarannya selama masa sekolah, sehingga tidak perlu bersikap tegang selama
ujian akhir. Tetapi kemudian, aku tidak memahami bagaimana hal itu terjadi, karena
dia begitu aktif di gereja.
Pada suatu kesempatan, aku menanyakan hal itu kepadanya, bagaimana
dia dapat mengatasi tekanan itu. Dia menjawab dengan menanyakan pula
bagaimana saat teduhku dengan Tuhan. “Baik,” kataku kepada diri sendiri. “Aku
memegang Sepuluh Perintah dan mengikuti kebaktian Sabat setiap minggunya. Aku
menghabiskan waktu bersama Tuhan ketika berada di dalam gereja, mengucapkan
doa satu menit lamanya sebelum pergi tidur setiap harinya dan kadang, membaca
Alkitab. Pada saat itu, aku mengira keadaaan imanku begitu baik, karena setidaknya,
memegang hari Sabat. “Apalagi yang Anda dapat tuntut dari seorang mahasiswa?”
pikirku.
Persoalannya ada pada sikapku, aku menyadarinya ketika mengintrospeksi
kembali, bahwa aku menganggap Tuhan sebagaimana adanya dan sungguh-
sungguh mengabaikan kehidupan rohaniku. Pada saat itu, aku menjalani kehidupan
Kasus 1: Ashley
Aku percaya bahwa diriku telah menerima banyak berkat dari Tuhan selama empat
tahun di perguruan tinggi. Berkat yang terbesar adalah bertumbuh dan berakar di
dalam iman selama tahun-tahun itu. Aku pun secara luar biasa diberkati dengan
saudara-saudari, yang dari pada mereka aku belajar hal-hal besar dan melihat
keramahan, kelemahlembutan, penerimaan dan kasih Tuhan. Aku akan mengatakan
kepada kalian beberapa contoh bagaimana empat tahunku di perguruan tinggi
tidaklah menjadi sia-sia.
Sebelum ke perguruan tinggi, aku telah mendengar banyak daya tarik dan
cobaan yang dapat membawa seseorang jauh dari Allah. Pada saat itu, imanku
masih polos. Aku berpuasa dan berdoa di National Youth Teological Seminary (setara
dengan Kursus Alkitab Lanjutan di Indonesia) mengenai hal itu. Berkat Allahpun
ternyata sungguh indah.
Berkat lainnya adalah menghormati hari Sabat. Aku memiliki kepercayaan
yang polos bahwa aku tidak akan bekerja pada hari Sabat, tidak peduli berapa banyak
pekerjaan yang harus dilakukan, bila seorang teman meminta untuk bertemu pada
hari Sabat, aku akan menolaknya. Bila ada aktivitas kelompok, aku akan meminta
pilihan lainnya, karena biasanya aku biasanya dapat menyesuaikan diri dan jarang
meminta demi kenyamanan pribadi. Tuhan sungguh memberkatiku melampaui
harapanku. Sekalipun aku melepaskan kesempatan untuk aktivitas-aktivitas itu,
Tuhan memberkatiku, sehingga kesempatan-kesempatan itu akhirnya menjadi tidak
berpengaruh.
Aku percaya bahwa banyak dari antara kita yang telah melalui tahun-
tahun itu, yang memiliki kesimpulan yang sama, bahwa beriman kepada Tuhan
dan menyerahkan kekuatiran kita kepada-Nya. Melalui pengalaman ini, kami telah
mengenal Tuhan sebagai Allah yang setia. Dia akan menuntun anak-anak-Nya ke
jalan yang benar selama mereka mengikuti dan mendengarkan Dia.
Kasus 2: Kelly
Perguruan tinggi memang sungguh merupakan tempat bagi kerohanianku mulai
bertumbuh. Orangtua tidak lagi selalu berada di sana dan ketika mereka tidak ada,
aku pun menyadari betapa bergantungnya diriku terhadap mereka. Maksudku, aku
tidak lagi dapat melihat ke dalam cermin dan menjadi seorang gadis yang arogan,
yang mengira dirinya mengetahui banyak hal. Aku merasa takut dan sesungguhnya,
itu menyebabkan aku mulai berdoa dan membaca Alkitab. Di tempat yang asing,
Tuhanlah satu-satunya yang sungguh tidak asing bagiku dan aku melihat bahwa
Dia adalah satu-satunya yang dapat meredakan ketakutanku. Itu mulai kurasakan
sedikit demi sedikit...berdoa selama 15 menit sehari yang berkembang menjadi 20
menit dan seterusnya. Menurutku, Tuhan menolong ketika kita mulai berusaha. Hei,
sadarlah, berdoa selama 15 menit bukanlah hal yang sulit. Sesungguhnya kadang,
terasa terlalu singkat. Marilah kita mencoba berdoa selama 20 menit. Inilah cara-cara
lainnya, agar aku dapat memelihara imanku.
Menyanyikan pujian – selalu ada satu pujian rohani di dalam ingatanku dan
aku menyanyikannya ketika sedang berjalan menuju kampus. Itu membuatku merasa
seolah-olah Tuhan sedang berjalan di sisiku dan sesungguhnya, aku merasakannya
ketika pulang dari kampus!
Ingatlah ayat-ayat Alkitab – mengingatnya pada malam hari dan mengulanginya
pada saat kalian mau tidur. Ketika bangun, ayat itu akan masih ada dan seolah-olah
kalian bangun di dalam pelukan Tuhan!
Saudara-saudari, apakah yang aku dapat lakukan tanpa ayat-ayat Alkitab?
Tetapi, memelihara agar Tuhan senantiasa menyertaiku sepanjang hari
memanglah sulit. Ketika saat-saat manis telah berlalu, diperlukan kerja keras untuk
memelihara keinginan yang kuat untuk tetap bersama dengan Tuhan.
Kasus 3: Fred
Kebanyakan persoalan yang aku hadapi berkaitan dengan pengendalian diri. Aku
teringat saat tahun pertama aku membawa video games dan internet berkecepatan
tinggi…kadang aku tetap terjaga sampai pukul 6 pagi, sekalipun semuanya itu
sungguh hampa. Lambat laun aku merasa bahwa banyak hal yang aku turuti sesuai
kehendakku yang tidak memuaskan sama sekali…paling hanya membuatku semakin
merasa hampa. Sekarang, hal itu tampak lebih nyata lagi bahwa hanya Yesuslah
yang dapat memberikan kepuasan batin.
Aku teringat pada tahun-tahun pertamaku kuliah. Menurutku, aku tidak banyak
mempersiapkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi.
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 358: “Roh Kudus, Penuhilah Aku.”
Mempersiapkan hati sebelum ke perguruan tinggi itu penting, bila kita ingin
memiliki kehidupan siswa yang berhasil. Mengetahui tujuan, nilai dan visi hidup
akan memungkinkan membawa kita pada kehidupan yang berpadu. Kita haruslah
membuka hati, agar Tuhan dapat masuk dan tinggal di dalamnya serta memenuhinya
dengan Roh-Nya yang indah dan mengambil kendali penuh dalam kehidupan kita.
Bacaan Kitab
Mat. 4:20-25; 28:18-20; Mrk. 16:15-20; Kis. 1
Sasaran Pelajaran
1. Diperlengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk memelihara iman
di perguruan tinggi
2. Untuk menjadi pelaku iman dan memancarkan terang Allah
3. Menjadi laskar doa dan memiliki rekan doa di perguruan tinggi
Ayat Alkitab
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu
dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan
Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis. 1:8)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 7-9
Pemanasan
Berikan permen atau makanan lainnya kepada semua murid. Lalu, tanyakan
kepada mereka:
a. Bagaimana perasaan kalian ketika menerima makanan itu?
b. Bila memutuskan untuk bersikap egois dan menyimpan makanan itu untuk
diri sendiri atau mungkin hanya membagikannya kepada satu atau dua orang,
bagaimana perasaan kalian?
c. Bagaimana hal ini dapat sama seperti memberitakan Injil kepada orang lain?
Karena kalian semua cukup senang menerima makanan ini, pikirkan betapa
sukacitanya orang lain, bila mereka menerima pula Injil Kehidupan! Hari ini, kita akan
melihat pentingnya membagikan iman kita kepada orang lain.
Tuhan Yesus datang ke dunia untuk melepaskan kita dari perbudakan. Apakah
yang dimaksud dengan perbudakan di sini? Ini semacam tahanan yang tidak terlihat.
Kita dipenjara oleh kesalahan, ajaran bidat dan kepercayaan sesat lainnya. Melalui
kebiasaan buruk atau keinginan kita untuk menikmati kepopuleran dan prestasi, kita
menemukan bahwa diri kita telah terperangkap, bahkan tanpa menyadarinya. Tuhan
Yesus berkata, “Dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu” (Yoh. 8:32). Bila seseorang mengetahui kebenaran mengenai
Yesus, dia akan dilepaskan dari keinginan, ketamakan, kebiasaan buruknya sendiri
dan ajaran bidat lainnya. Injil Yesus Kristus akan memberikan kita kemampuan
untuk mengalahkan diri sendiri dan dilepaskan dari perbudakan keinginan jasmani
kita sendiri. Bagaimanapun, tidak mudah untuk dilepaskan dari perbudakan ini. Itu
memerlukan kekuatan dari pihak luar – kuasa Yesus Kristus.
Ada kisah seorang anak yang jatuh ke dalam air dan tenggelam. Setelah anak
ini terjatuh ke dalam air, banyak orang yang bereaksi secara berbeda. Beberapa di
antara mereka ada yang berkata, “Anak siapa, anak yang malang ini?...
Kehidupan Kristen (3) 25
...Orangtua anak ini pasti akan hancur hatinya.” Tetapi, mereka tidak pergi dan
menolong anak itu. Ada orang lain yang memberitahu anak itu untuk menggerakkan
tangannya, kakinya untuk menendang dan menjaga hidungnya berada di atas air.
Berapa banyakkah pertolongan yang diberikan untuk anak ini? Tidak ada. Demikian
pula, di dunia ini ada banyak orang seperti itu. Mereka berkata, “Dunia ini sungguh
malang dan penuh dosa.” Tetapi perkataan mereka tidak membantu dunia untuk
berubah. Ini hanya seperti mengajarkan anak yang sedang tenggelam untuk
berenang. Hal itu tidak akan membantu apa-apa. Akhirnya, seseorang melompat
ke dalam air dan dan menariknya keluar. Ini sangat membantu dan menyelamatkan
diri kita sendiri. Orang lain dengan filsafat mereka sama sekali tidak membantu kita.
Yang kita perlukan adalah Tuhan Yesus yang datang dari surga dan melompat ke
dalam lautan dosa untuk menyelamatkan kita. Itulah satu-satunya cara, agar kita
dapat diselamatkan dari lautan dosa ini.
Ketika membagikan firman Allah yang indah kepada orang lain, kita pun
bertumbuh di dalam iman itu. Dengan berbagi, kita belajar lebih banyak mengenai Injil
dan membawa kita kepada pemahaman yang lebih mendalam mengenai kehendak-
Nya dan hubungan yang lebih dekat dengan-Nya. Ada sebuah ucapan dari orang
terkenal yang mengatakan bahwa ketika Anda memberikan kasih kepada orang
lain, bukan hanya Anda yang membawa mereka kepada kehidupan, tetapi Anda pun
memperoleh keuntungan untuk kehidupan rohani Anda sendiri. Marilah kita terus
maju dan memberitahukan hal-hal yang indah yang Dia telah perbuat, “Aku mau
bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala
perbuatan-Mu yang ajaib” (Mzm. 9:2).
Menguji Pemahaman
1. Dari lima langkah (rahasia penginjilan), apakah ada satu yang menurut kalian
paling penting? Mengapa?
2. Bagian manakah dari kelima langkah penginjilan di atas yang perlu kalian lakukan
paling banyak? Mengapa?
Penerapan Kehidupan
Anda dan seorang teman baru saja menyelesaikan tugas untuk presentasi
kelas dan Anda berpikir alangkah baiknya, bila dia dapat datang ke gereja. Tiba-
tiba, Anda teringat bahwa ada kebaktian penginjilan di gereja pada akhir pekan
ini. Apakah yang Anda akan lakukan? Jutaan pikiran melintas di kepala Anda –
yang kebanyakan adalah serangkaian kalimat ‘bagaimana bila...’ Bagaimana bila
dia mengangagp aku aneh? Bagaimana bila dia ternyata sudah menjadi Kristen?
Bagaimana bila hal ini menjadi penghalang hubungan kerja kami? Bagaimana bila
orang-orang di gereja menganggap bahwa dia adalah kekasihku? Bagaimana bila
dia tahu cara kami berdoa? Dalam hitungan detik saja, berbagai keraguan muncul
yang memberikan jalan untuk asumsi-asumsi yang lebih parah lagi. Mungkin dia
tidak tertarik. Mungkin dia seorang ateis dan mungkin dia terlalu sibuk – selain itu, ini
adalah hari Jumat malam. Apakah Anda...:
a. ...dengan diam-diam merapikan buku Anda, sambil mengeluhkan dalam hati
atas tragedi dalam situasi seperti itu dan memberitahu teman bahwa Anda akan
berjumpa lagi dengannya minggu depan di kelas, lalu pulang ke asrama Anda
atau...
Kebanyakan dari antara kita mungkin akan memilih pilihan (a) untuk
menghindari perselisihan.
MENGIKUTI PIMPINAN-NYA
Memberitakan Allah kepada orang lain membantuku belajar lebih banyak mengenai
Dia. Makin berusaha untuk mengajak teman-teman dan teman sekelasku ke
gereja, aku semakin menyadari bahwa Allah sungguh bekerja dengan cara yang
misterius dan seringkali dengan cara yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan
manusia.
Sebagai contoh, pada semester yang lalu, seorang pekerja kudus dari luar
kota dijadwalkan untuk menyampaikan khotbah selama kebaktian Sabat di gereja
kami. Sambil berharap dapat menggunakan kesempatan ‘khusus’ ini sebagai tujuan
untuk memperkenalkan gereja kita, aku memutuskan untuk mengirim undangan
melalui e-mail kepada beberapa teman sekelasku. Bagaimanapun, aku merasa tidak
yakin dengan beberapa orang dalam daftar e-mail-ku. Dua orang dari gadis itu tidak
dapat datang ke Pemahaman Alkitab beberapa kali dan akhirnya, aku menyimpulkan
bahwa kesibukan mereka merupakan cara yang sopan untuk mengatakan terima
kasih daripada tidak mengatakannya sama sekali. Prospek potensial lainnya adalah
seorang teman sekelas yang alamat e-mail-nya secara kebetulan aku miliki, yang
baru saja kutemukan.
BERANILAH
Sama seperti kita memerlukan Tuhan untuk membantu mengatasi perasaan takut,
kita pun memerlukan Tuhan ketika sedang berani. Menjadi seorang yang biasanya
tidak terlalu takut untuk tampil berbeda di hadapan teman-teman, tidak membuat
aku kurang membutuhkan pertolongan Tuhan. Seperti Paulus menuliskan suratnya
kepada jemaat di Roma: “Itulah sebabnya, aku ingin untuk memberitakan Injil kepada
kamu juga yang diam di Roma. Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam
Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang
percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rm. 1:15-16).
Paulus adalah seorang rasul yang memberitakan Injil tanpa rasa takut atau
malu, tetapi dia berhati-hati, agar penyebaran kabar keselamatan itu bukan karena
keberaniannya sendiri, tetapi karena kuasa dan kemurahan Tuhan. Lebih lanjut,
aku telah belajar bahwa tidak peduli hasilnya dan apakah teman-teman atau teman
sekelasku akhirnya akan mengunjungi atau bergabung dengan gereja kita atau tidak,
aku tetap harus selalu melakukan bagianku.
Bila saat-saat putus asa kurasakan dan tampaknya tidak seorangpun tertarik
terhadap Injil, aku merenungkan ketiga sahabat Daniel sebelum mereka dilemparkan
ke dalam perapian yang menyala-nyala. Mereka dapat mengatakan bahwa mereka
dapat menerima apapun takdir yang Allah sediakan bagi diri mereka. Tidak peduli
apakah ini berarti kelepasan atau kematian, iman mereka tidaklah tergoyahkan.
Demikian pula kita sekarang, tidaklah boleh putus asa memberitakan kebenaran,
tidak peduli hasilnya baik atau kurang baik!
Doa merupakan bagian penting dalam melayani Allah. Kita tidak dapat hidup
tanpa itu atau tidak dapat melayani Bapa Surgawi tanpa mencari kehendak-Nya.
Rasul Paulus adalah rasul yang berdoa. Dia selalu mendoakan orang lain dan
memohon, agar orang lain mengingatnya dan pekerjaan penginjilan di dalam doa-
doa mereka (Kol. 4:3-18; 2 Tes. 3:1; 1Tes. 1:2; 2 Kor. 12:8-21).
Seorang saudari bersaksi saat National Youth Theological Seminary (di
Indonesia setara dengan Kursus Alkitab Lanjutan) diselenggarakan, dia menyebutkan
nama semua jemaat di persekutuan kampusnya dan memohon, agar Tuhan menolong
mereka dengan cara yang sama atau berbeda. Saat menyebutkan daftar itu lagi, dia
bertekad untuk bersyukur kepada Allah bagi orang-orang tertentu. Saat mulai berdoa
dengan cara seperti itu, dia merasa lidahnya berubah dan masuk ke dalam tingkatan
doa yang lebih mendalam. Melalui kejadian itu, dia belajar bahwa Allah tidak hanya
ingin kita mendoakan jemaat-jemaat, tetapi mengucap syukur pula bagi mereka.
Marilah kita menjadi laskar doa, mengembangkan kehidupan doa dan
pengucapan syukur ketika di perguruan tinggi. Pilihlah seorang saudara atau saudari
yang kalian inginkan untuk menjadi rekan doa. Amanat kalian adalah untuk saling
mendoakan setiap harinya selama seminggu dan saling kontak melalui telepon,
e-mail atau bertemu dalam satu minggu untuk menanyakan bagaimana kehidupan
doa kalian. Motivasilah seorang kepada yang lainnya. Tanyakan kepada masing-
masing apa yang dia ingin kalian doakan. Bila memungkinkan, usahakan untuk berdoa
bersama pada waktu-waktu tertentu dalam minggu itu. Bila tidak memungkinkan,
sediakan suatu waktu, yang kalian dapat berdoa pada waktu yang sama. Kalian akan
melihat perbedaannya!
Empat pelajaran
Setelah berikutnya
Pilihan yang kita
pergumulan
buat di
Renungan Bagi Para Guru
Kanaan
berkaitan
yang
dalam dengan
hidup
sulit dapat tema
dengan
menghasilkan
Firaun,
dampak
dengan
komunikasi,cara
jangkaAllahbagaimana
yaitu panjang
menunjukkan bagi
masa
kehebatan-Nya
depan kita
cara berkomunikasi yang
dan
yangluar
angkatan
biasa Sekalipun
Komunikasi orang Israel mengenal
merupakan
yang
kepada kemudian.
baik denganorangsesama
Mesir,Oleh
orang
dan apakarena
Israel rahasiaUmat
perintah Allah Israel
untuk dengan
mengenal tidak
baik, hanya
tetapi
orang
menjauhi menunjukkan
sejarah Allah untuk berbuat bahwa
Israel
itu,
akhirnya adalah
yang terjadi meninggalkan
pentingdalam
bila jarang negeri
untuk lain. Kita sering menekankan
mempertimbangkan
perbudakan. Di padang semua gurun, dosa. Sering
mengenal tidaklahkali,samamereka denganpun
berkomunikasi. Murid-murid kepada murid-murid pentingnya
keputusan
mereka mengalami
kita. Allah banyak memiliki
naik tidak menjalankannya.
dapat menyadari bahwa Karena
Allahlah
itu,
akan mulai
pemerintahan
dan turunnya melihat dengan
yang
iman jelas
sebelum
tertinggi berkomunikasi
sumber
kita lihat bagaimana dengan
pertolongan orangtua
orang di Israel
saat
pentingnya
bagi
akhirnya
orangmerekaberkomunikasi
Israel, tetapi
tiba di yang
merekatepi mereka dan
mereka
berulang kali Tuhan,
berada berbuatdi tetapi
dalam
dosa kepada suatu
baik dengan
justru memilih
Sungai Tuhan
Yordan, dan
untuksuatu sesama.
menjadi Tanah
taat apakah
persoalan.
Allah, kita
generasi menerapkannya
Merekademi justru generasi.
berpaling
menuju
Pada usia
kepada
Perjanjian ini,
seorang
yang murid-murid
tepat
raja. Pada kelas
berada saatdi pulaharuslah
kepada
Ini dalam kehidupan
raja-raja menjadi
dari bangsapribadi?
peringatan
asing
Remaja
itu,
hadapan
Samuelmemilikitelahkecenderungan
mereka. memperingati
Pada bagian untuk
bagi
Seberapa umat
meminta Kristen
seringkah bantuan
kitasekarang.
militer
Kerajaan
orang
ini, murid-murid
untuk Israel,dalam
keliru tetapi
akan mereka
mempelajari
berkata-kata, lebih dan
Sekalipun
bersekutu
berkomunikasi telahdengan
dengan menempuh
mereka
Tuhan?
dariKomunikasi
memilih
gambaran menderita
dari Tanah
terutama terhadap diPerjanjian
orangtua bawah sebagai
Pendidikan
Apakah yang imbalannya.
Agama
kita bicarakanAtau
bertahun-
yang
kekuasaan
(Tanah
mereka. Suci) raja-raja
Mereka dan
akanpeperangan
yang jahat.
dimotivasi lebih
tahun, buruk
dengan-Nya?tetapi lagi,
tidakmereka
Apakah menjaminberpaling
kita hanyakita
Bersama
orang Israel
beberapa
yang pertama
raja, seluruh
adalah kepada
pasti dapat allah-allah
terapkannya asing di dalam
yang
untuk berpikir bagaimana cara memohon-Nya untuk menuntun
bangsamengamankan
untuk bahkan terbawa tanahuntuk itu. sama sekali tidak
kehidupan sehari-hari.
dapat membantu Ketika
memperlakukan dan berbicara pelajaran kita? Apakah kita
menyembah
Seperti beberapa
kepada berhala.
pengalaman mereka. Pelajaran
pencobaan datang, yang pertama
banyak
dengan
lain arif kepada
sebelumnya,
Pada orangtua.
pelajaran
melalui ketaatan ini, berjalan
adalah
yang lebihKarena
jatuh.
kita erat dengan-
harus itu,
mengetahui
penting
terhadap
murid-murid Mereka akan dimotivasi
perintah-perintah
akan mempelajari Allah Nya dan memohon,
siapa kitasesungguhnya
agar tetapkan batasan agar Dia sumber
yang
Mesir
pula untuk
amanat
dan berpikir
bersandar
dan pentingnya
kehidupan
sepenuhnya dari menunjukkan
pertolongan
tegas tentangkehendak-Nya
kita.
apa yang Pengenalandapat
mempertahankan
para
kepada nabi dan Allahlahhubungan
para raja.sehingga
Di sini, kepada
saja
dan yang
tidakkita?tidakSelain
cukup, dapatitu,
karenakita kita
dilakukan
yang erat
pola yangdengan
kemenangan membawa Tuhan
dapat dan
diperoleh.
pengaruh harus
sebagai
menyatakan melangkah
umatdiri Kristen maju
mengenal yang untuk
ingin
dapatlah
Ini harus
jemaat. terlihat:
menjadi kurangnya
Seringkali, pesan
Barangsiapa yang menerapkannya
setia kepada tetapi
murid-murid, firman keseberapa
Allah.
jalan Ketika
yang
Berdirinya
yang
akan dibawa
komunikasi mematuhi pulangAllah
menimbulkan oleh murid-
akan memimpin
menyerah
seringkah kita dan
kehidupan
berkatakita.
berkomunikasi “ya”Ketika
pada
beroleh
murid.
berbagai Keindahan
berkat.
konflik. tanah
Mereka Kapanpun
Kanaan
akan memerlukan,
dosa,
kepadamaka mereka akan
apakah didapati
secara kita lebih
pribadi?siap
berpaling
yang berpaling
mudah lagi kepada
berbuat dosa Allah setelah
untuk
belajardijanjikan
dari padakepada
bagaimana Allah, mereka
mengatasi orang Dapatkah dikatakan bahwa kita
sesungguhnya
Israel oleh Allah.sedangMelalui menaruh
keadaan memohon
itu. Kita harus pertolongan-Nya?
tetapkan batasan
konflik dan cara menghindarinya. sungguh-sungguh mengenal
kehidupan
tanah dan iklimnya,
pribadi ke kita dalam
dapat Atau, apakah
yang jelas dan kitaberkata
seperti orang-
“tidak”
suatu bahaya.
melihat bahwa Dari sesungguhnya,
beberapa mereka?
orang
pada dosayangKita
sejakharuslah
awal, jadikan
beriman bila
dangkal,
tidak,
kehidupan raja Allah
pemeliharaan yang baiksungguhlah
seperti pengenalan
yang
kita akan mencoba akanke
jatuh Juruselamat
berbagai
dalam nasib cara
Daud dan perbuatan dari para
mengagumkan. secara
dan
yang tujuan
samapribadi yang pada
seperti tingkat
sia-sia
mereka sebelum
yang
raja yang Kepemimpinan
jahat, murid-muridYosua akan yang lebih
menyadari
menjauh akrab
dari Allahdan
bahwa mengenal
berulang
Allah ternyata
kali.
Keluar
memahami
dan imannya pentingnya
yang teguh kehidupan
kepada bersedia
mereka pula dansecara selalupribadi
siap untuk
yang tetap
Allah merupakan
berada dalam penekanan
firman menolong
Ketaatan
sebagai tujuan kita? kita.
kepada Perintah
Jadi, Allah
ulurkan
Allah yang
yang palingabadi.
berharga bagi murid- tangan Anda dan raihlah Tuhan
murid. Perang di Yerikho dan di Ai Allah
“Janganlah
adalahengkau
dan murid-murid Penolong lupaKita di Saat
Anda!
merupakan dua contoh berbeda yang Paling Membutuhkan
memperkatakan kitab Taurat ini,
yang menggambarkan pentingnya tetapi renungkanlah itu siang dan
Membangun Hubungan Pribadi
ketaatan kepada perintah Allah “Tuhan supaya
malam, adalah engkau kekuatanku
bertindak dan
tanpa bertanya. dengan Tuhan
perisaiku;
hati-hati sesuai kepada-Nya
dengan segala hatiku
percaya.
yang tertulisAku di dalamnya,
tertolongsebab sebab
“Kiranya
itu
dengan
beria-riaTuhanhatiku
demikian tetap menujukan
perjalananmu
dan dengan
hatimu
nyanyianku
akan kepada
berhasil akudankasih Allah dan
bersyukur kepada-
Nya.”
engkau
kepada akan ketabahan beruntung.”
Kristus.”
(Mazmur
(Yosua 1:8)
(2 Tesalonika 28:7)3:5)
38 Kehidupan Kristen (3)
pelajaran 4
Komunikasi
Bacaan Kitab
Mat. 12:31-37; 15:11; Yak. 3; Ams. 17:23-28; 21:23; 25:11; 26:20; 27-30;
29:11,22
Sasaran Pelajaran
1. Mengetahui bagaimana komunikasi yang baik di antara anggota keluarga,
teman dan gereja
2. Berjaga-jaga, bersikap jujur dan tulus dalam perkataan kita
3. Bertekad untuk berbicara dengan bijak
Ayat Alkitab
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang
harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut
ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan
dihukum.” (Mat. 12:36-37)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Daniel 10-12
Kitab Suci memberikan banyak nasihat yang berkaitan dengan perkataan kita.
Dalam Yakobus 3, penulis mengingatkan bagaimana lidah, sekalipun kecil, dapat
memegahkan perkara-perkara yang besar (3:5). Sesungguhnya, apapun yang keluar
dari mulut kita dapatlah mencemarkan hati (Mat. 12:36-37) dan menggambarkan
pikiran-pikiran kita yang paling dalam.
Seringkali, kita mengucapkan berkat Allah dari mulut kita, tetapi tidak lama
kemudian, menggunakannya untuk mengutuk orang lain. Haruskah demikian?
“Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?”
(Yak. 3:9-12). Tentu saja, hal ini tidak boleh terjadi. Kita haruslah belajar untuk
menggunakan bibir kita untuk memuliakan Tuhan saja. “Dan segala sesuatu yang
kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam
nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita” (Kol.
3:17).
Kehidupan Kristen (3) 39
Kitab Amsal pun memiliki banyak perkataan hikmat yang berkenaan dengan
perkataan kita. Kitab ini mengajarkan kita bahwa “hati orang bijak menjadikan mulutnya
berakal budi dan menjadikan bibirnya lebih dapat meyakinkan” (Ams. 16:23). Bila
memiliki hikmat Tuhan, kita akan mengetahui bagaimana berbicara dengan hikmat.
Bila tidak, mulut kita akan membinasakan kita (Ams. 18:7). Sesungguhnya, apa yang
keluar dari mulut kita dapat membinasakan atau memberikan keuntungan bagi kita.
Kita haruslah berjaga-jaga dengan ucapan kita, karena “menurut ucapanmu engkau
akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Mat. 12:37).
Pemanasan
Pemahaman Alkitab
“Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat
memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat
membakar hutan yang besar” (Yak. 3:5). Perkataan kita sangatlah memegang peranan
penting dalam hubungan kita dengan Allah dan manusia. Apakah yang keluar dari
mulut kita dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain atau dapat berdampak
merugikan dan membinasakan diri sendiri dan orang lain. Marilah melihat pentingnya
berjaga-jaga terhadap perkataan kita sendiri.
a. Perkataan dapat menjadi obat bagi orang yang sakit (Ams. 12:18; 12:25;
16:24)
Perkataan yang tepat pada saat yang tepat, dapat menghibur, memotivasi dan
menyenangkan orang-orang yang sedang membutuhkannya. Saat Hana dengan
sungguh-sungguh berdoa kepada Tuhan, dia menerima penghiburan dari Imam
Eli dan pulang ke rumah dengan perasaan sangat terhibur dan sukacita (1
Sam. 1:17f). Demikian pula, kuasa perkataan Tuhan Yesus dibuktikan saat Dia
menegaskan: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni” (Mat. 9:2).
Kita telah melihat pentingnya komunikasi dan hal itu dapat berdampak
merugikan orang lain. Sekarang, marilah kita melihat apa yang berkaitan dengan
komunikasi yang ceroboh dan dampaknya terhadap orang lain. “Siapa memelihara
mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran” (Ams. 21:23).
“Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel
emas di pinggan perak” (Ams. 25:11). Setelah melihat komunikasi yang hati-hati,
sekarang marilah kita melihat kapan dan bagaimana kita harus berkomunikasi.
a. Katakanlah
Dengan ramah, tetapi tegas, katakan kepada teman-teman kalian bahwa gosip
sungguh melukai perasaan orang lain dan tidak ada manfaatnya sama sekali.
Katakan kepada mereka perihal kebenaran dan kasih (Ef. 4:15; 2 Kor. 1:18-
24). Bukan seolah-olah kalian sedang memarahi mereka, tetapi mengingatkan
mereka dengan firman Allah. Kalian akan senang dikejutkan oleh reaksi
mereka!
c. Tinggalkanlah
Janganlah menjadi bagian dari persoalan dengan tetap berada di situ untuk
mendengarkan. Bila mereka tidak mau mengubah topik pembicaraan setelah
kalian dengan lemah lembut mengingatkan mereka, tinggalkanlah tempat itu.
Janganlah turut serta dalam percakapan yang tidak membangun. Ingatlah
perintah Tuhan: “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah
di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup
sesamamu manusia; Akulah TUHAN” (Im. 19:16) dan “Siapa memelihara mulut
dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran” (Ams. 21:23; 6:16-19;
20:19).
b. Berdoalah
Berlutut dan lakukanlah seperti yang dipinta oleh teman kalian. Katakan segala
sesuatunya kepada Allah dan biarlah Dia yang mengatasinya. “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala
hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur” (Flp. 4:6).
b. Ampunilah
Hal ini tidak mudah untuk dilakukan, tetapi penting bagi kalian untuk melakukannya.
Kalian hanya dapat melakukannya dengan anugerah Allah (Mat. 6:14-15). Mula-
mula, ampunilah di dalam batin kalian, siapapun yang telah melukainya. Bila
kalian merasa hal ini sulit untuk dilakukan, mohonlah agar Tuhan menanamkan
di dalam diri kalian hati yang mau mengampuni. Lalu, mohonlah tuntunan dan
kesalehan dari Tuhan.
c. Hadapilah
Ketika emosi kalian berada di luar kendali, katakan kepada orang yang telah
melukai batin kalian bagaimana perkataan mereka berdampak pada perasaan
kalian. Bila perlu, latihan dahulu apa yang kalian akan katakan sebelumnya. Bila
agaknya kalian akan kehilangan gengsi, nyatakanlah perasaan kalian dalam
sebuah catatan atau e-mail. Lalu, katakan bahwa kalian mengampuni mereka.
Diharapkan, ini akan membantu dalam membina persahabatan kalian. Tetapi
ingat, janganlah mengucapkan kata-kata yang kasar. Bersikaplah lemah lembut
seperti seekor burung merpati. Dan janganlah lupa untuk berdoa sebelum kalian
menghampiri mereka!
Menguji Pemahaman
2. Dari enam hal komunikasi yang ceroboh, adakah menurut kalian yang paling
melukai batin? Mengapa atau mengapa tidak?
3. Mengapa kita harus mengucapkan perkataan yang baik kepada orang lain?
Berikut ini adalah beberapa studi kasus mengenai bagaimana jemaat telah
dilukai batin mereka, karena perkataan orang lain. Bacalah dengan seksama tiap-
tiap kasus, lalu jawablah pertanyaan berikut. Berikan nasihat kepada orang-orang
yang terlibat di dalamnya.
Kasus 1
Kylie adalah seorang pemudi yang hangat, bersahabat dan dapat bersosialiasi. Dia
secara aktif terlibat dalam pekerjaan gereja, termasuk mengajar kelas Pendidikan
Agama. Sangat disayangkan, hal yang tidak menyenangkan terjadi dalam kehidupan
pribadinya, yang melibatkan pula beberapa jemaat gereja. Segera setelah kejadian
itu, dia mulai bersungut-sungut, karena gosip mengenai dirinya beredar luas di
gereja. Bahkan lama setelah peristiwa itu, dia masih beranggapan bahwa jemaat
masih membicarakan perihal dirinya. Pada suatu hari, dia memutuskan bahwa itu
sudah cukup. Dia tidak lagi datang ke gereja. Kejadian itu berlangsung selama tiga
tahun lebih.
Kasus 2
Sekalipun Terry dan Adam belum pernah menjadi sahabat, tetapi mereka belum
pernah berdebat secara serius setelah bertahun-tahun bersama di gereja. Pada suatu
kesempatan, Terry mengucapkan sesuatu, maksudnya hanyalah untuk bergurau.
Bagaimanapun Adam, tidak memandang itu sebagai sebuah lelucon. Terjadilah
kesalahpahaman besar. Lalu, mereka membicarakan persoalan itu dan berdamai.
Bagaimanapun, hubungan mereka menjadi renggang. Keduanya merasa bahwa
lebih baik, bila mereka tidak banyak berbicara seorang dengan lainnya, karena
merasa takut akan terjadi kesalahpahaman lagi.
Kasus 3
Amanda adalah anggota kelompok dari teman-temannya di gereja, yang sudah hampir
setahun tidak muncul. Mereka berkumpul bersama di rumah Lucy untuk makan,
bercakap-cakap dan bersekutu. Ketika mereka bercakap-cakap, Amanda merasa
bahwa percakapan itu mulai berubah menjadi gosip. Lucy mulai membicarakan
seorang saudari di gereja yang, dia dengar, sedang berpacaran dengan seorang yang
bukan Kristen. Amanda merasa sangat tidak nyaman dan tidak yakin bagaimana dia
harus bereaksi.
Kehidupan Kristen (3) 47
Pertanyaan untuk direnungkan:
1. Apakah yang Amanda dapat lakukan dalam situasi seperti itu?
2. Bagaimana dia dapat memberitahu Lucy, agar tidak menyebarkan gosip itu?
Kasus 4
Jeannette merasa sangat jengkel! Dia merasa bahwa ibunya tidak memotivasi dirinya
sama sekali. Setiap kali dia menelepon ke rumah dari perguruan tinggi, ibunya tidak
pernah mengucapkan kata-kata yang dapat memotivasi dirinya sama sekali. Beliau
selalu memarahinya atau mengatakan kepadanya, berapa banyakkah uang yang
engkau telah habiskan. Bahkan bila dia tidak merasa telah melakuan hal yang salah,
ibunya selalu meremehkan dirinya. Jeannette merasa sedih, sekaligus marah. Dia
merasa dirinya tidak dapat menceritakan apapun kepada ibunya, karena perilaku
ibunya itu.
Dalam keadaan dan situasi apakah, kalian cenderung untuk menjadi lebih
kasar dalam perkataan? Tuliskan keadaan atau situasi itu, pikirkan beberapa langkah
nyata yang kalian dapat lakukan dan berikan beberapa ayat Alkitab untuk membantu
mengingatkannya. Persiapkan diri untuk membagikan pikiran kalian kepada murid
lainnya.
Contoh lainnya
Contoh lainnya
Kita telah melihat baaimana Kitab Suci memberikan kata-kata hikmat yang
berkaitan dengan bagaimana harus berkomunikasi. Pada bagian Pemahaman
Alkitab, kita melihat secara rinci bagaimana kita dapat menghindar dari bergosip
dan apa yang harus dilakukan ketika menjadi korban gosip. Sekarang adalah giliran
kalian!
Kitab Amsal memiliki begitu banyak kata-kata yang bijak. Tugas kalian
adalah menyiapkan beberapa nasihat (selama 1-2 menit) untuk dibagikan kepada
murid lainnya. Dengan seorang rekan, pilihlah sebuah topik yang berkaitan dengan
perkataan dan berikan beberapa nasihat alkitabiah dari kitab Amsal. Sebuah contoh
telah diberikan:
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 400: “Aku Mau Seperti Yesus.”
Kita haruslah menjadi teladan-teladan Kristus dalam segala aspek kehidupan.
Kita haruslah memohon, agar Dia tinggal di dalam kita, sehingga dapat menjadi
lebih menyerupai Dia setiap harinya, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Kiranya Tuhan menolong kita memahami pentingnya perkataan dan belajar untuk
menggunakannya dengan bijak, sehingga semua orang yang mengasihi Tuhan
dapat memperoleh manfaat yang besar melalui perkataan kita. Biarlah perkataan
kita senantiasa penuh kasih, sehingga dapat menggerakkan dan memotivasi orang
lain dan memuliakan Bapa surgawi kita.
Bacaan Kitab
Kel. 20:1-17; Ef. 6:1-3; Im. 19:3; Ul. 5:16,33; 1 Tim. 5:4; Ams. 23:22-24
Sasaran Pelajaran
1. Mengetahui bahwa menghormati orangtua adalah perintah yang disertai
dengan janji
2. Belajar cara menghormati dan mentaati orangtua melalui teladan yang
diberikan oleh para tokoh Alkitab
3. Merencanakan langkah-langkah khusus untuk menghormati orangtua
Ayat Alkitab
“Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting,
seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi.” (Ef. 6:2-3)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 1-3
Pemanasan
Apakah kalian mengetahui bahwa ada tiga orang yang terlibat dalam
membesarkan diri kalian di dunia ini? Mereka adalah ayah, ibu dan Allah. Apakah
kalian mengetahui pula bahwa menghormati orangtua ternyata memiliki hubungan
langsung dengan menghormati Allah? Ya, mereka berkaitan. Kita tidak dapat
mengatakan bahwa kita mengasihi Allah, tetapi tidak mengasihi atau menghormati
orangtua sendiri. Bila kita mengasihi Allah, kasih-Nya pasti akan masuk ke dalam diri
kita, sehignga akan dapat mengasihi orangtua dengan cara yang sama. Marilah kita
lihat perintah penting ini dan bagaimana dapat belajar menunjukkan lebih banyak
buah kepada orangtua dan Bapa surgawi kita.
Pemahaman Alkitab
Adalah sebuah berkat bahwa orangtua telah membesarkan kita sejak berada
di dalam kandungan. Dengan membesarkan kita, mereka telah memberikan
52 Kehidupan Kristen (3)
anugerah kepada kita. Hidup kita diberikan oleh Tuhan, melalui orangtua kita. Oleh
karena itu, kita harus mengingat kasih dan kerja keras mereka untuk kita. Seperti
dikatakan dalam Amsal 23:22, “Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan
engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua.” Hormatilah orangtua
untuk membalas kasih mereka (1 Tim. 5:4).
Tuhan memerintahkan kita untuk mentaati orangtua dalam segala hal (Kol
3:20) dan seganilah mereka (Im. 19:3). Karena Tuhan telah menjadikan itu sebagai
perintah, kita haruslah mengindahkan dan mentaatinya. Inilah yang kita harus
pelajari untuk bersikap baik di rumah, karena itu merupakan kewajiban keagamaan
kita. Dengan mentaati perintah Tuhan, kita menunjukkan kasih kepada-Nya dan
orangtua.
Agar diberkati oleh Tuhan, kita haruslah mulai mengambil tindakan terlebih
dengan mentaati orangtua. Perintah sederhana ini memiliki janji yang besar.
Mentaati orangtua berkenan kepada Tuhan dan memberikan kita panjang umur.
Sesungguhnya, ini bukan hanya perintah pertama yang mengandung jani, tetapi
perintah pertama yang berkaitan pula dengan hubungan antar manusia (Kel. 20:12).
Janji ini disebut di dalam Efesus 6:3, “Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu
di bumi.” Bagian pertama dari janji itu berkaitan dengan kemakmuran dalam berkat-
berkat materi; tetapi merujuk pula pada hidup dalam keadaan damai. Bagian kedua
adalah memiliki umur panjang. Menurut perintah ini, kemakmuran dan panjang umur
adalah berkat-berkat Allah di dalam kehidupan bagi orang-orang yang menghormati
orangtua mereka.
“Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya mereka
itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan membalas
budi orangtua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada Allah” (1
Tim. 5:4). Pernahkah kalian sungguh-sungguh memikirkan bagaimana menghormati
orangtua kita? Apakah maksud dari menunjukkan kesalehan? Pada bagian ini, kita
akan melihat dasar-dasar dari belajar menunjukkan kesalehan.
Menurut kamus Merriam Webster, kata ‘menghormati’ berarti menghargai
atau memperlakukan seseorang dengan rasa hormat; hidup sesuai dengan atau
memenuhi persyaratan. Seberapa banyakkah dari antara kita yang sungguh-
sungguh hidup sesuai atau memenuhi persyaratan dalam peran kita sebagai anak?
Kita seringkali berpikir bahwa menghormati orangtua hanyalah berarti mentaatinya,
tetapi bila kita ingin sungguh-sungguh memperlakukan mereka dengan rasa hormat,
itu memerlukan ketaatan yang lebih mendalam.
Bila kita memandang Injil sebagai yang terbaik, tetapi tidak mengetahui
bagaimana caranya memberikan yang terbaik itu kepada orangtua, bagaimana dapat
mengatakan bahwa kita menghormati mereka? Banyak orang akan mengatakan
bahwa sulit untuk membawa orangtua kepada Tuhan, tetapi 1 Timotius 5:4
mengingatkan: “Tetapi jikalau seorang janda mempunyai anak atau cucu, hendaknya
mereka itu pertama-tama belajar berbakti kepada kaum keluarganya sendiri dan
membalas budi orang tua dan nenek mereka, karena itulah yang berkenan kepada
Allah.” Karena kita telah menerima yang terbaik dari orangtua, kita pun haruslah
memberikan yang terbaik kepada mereka – anugerah kehidupan yang kekal.
Ruth telah memberikan teladan yang luar biasa mengenai ketaatan dan
kesalehan. Rut ingin mengikuti mertuanya, Naomi, karena dia melihat Allah dalam
kehidupan Naomi. Rut menyertainya ke manapun Naomi pergi dan Allah Naomi
adalah Allahnya pula: “Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang
dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku
pergi dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah
bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan
di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih
lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari
pada maut!” (Rut 1:16-17)
Dasar dari menghormati orangtua adalah memiliki Tuhan yang sama, menjadi
satu kesatuan dalam iman dan memiliki kehidupan rohani yang sama. Rut memahami
hal ini dan tetap menghormati mertuanya sampai akhir hidupnya. Marilah kita belajar
dari teladannya ini. Bila orangtua belum di dalam Kristus, marilah kita berusaha keras
untuk membawa mereka kepada anugerah yang besar itu. Ini merupakan salah satu
dasar untuk menghormati orangtua kita.
Menguji Pemahaman
Ingatlah: Ketika sedang berada di tempat yang jauh, pastikan kalian menelepon
orangtua minimal satu minggu sekali, hanya untuk membuat mereka mengetahui
apa yang kalian sedang kerjakan – mereka akan menghargainya!
Hal yang aneh terjadi atas diriku setelah aku meninggalkan rumah dan pergi
ke Perguruan Tinggi – aku mulai memiliki hubungan yang baik dengan orang tuaku.
Bukan berarti bahwa aku memiliki hubungan yang mengerikan sebelumnya
dengan mereka, tetapi selama tahun-tahunku di perguruan tinggi, aku merenungkan
kualitas dan kandungan dari interaksi kami.
Bahkan yang lebih lucu lagi, aku menemukan bahwa kebebasan yang pernah
kuperjuangkan dengan begitu gigihnya sewaktu di SMU, tidak lagi merupakan hasil
yang diperjuangkan dengan susah payah dalam pertentangan antara orangtua dan
anak. Tetapi, ketika aku lulus dari perguruan tinggi, keinginanku untuk diperlakukan
sebagai seorang dewasa, perlahan-lahan dan dengan sendirinya, menjadi kenyataan
ketika aku belajar untuk berperilaku seperti itu.
Apakah yang menyebabkan perbedaan pada cara-cara aku memperlakukan
orangtua dan cara-cara orangtua memperlakukan diriku? Sejumlah alasan dapat
dijelaskan, tetapi yang paling dapat diterima adalah fakta bahwa ketika hubunganku
dengan Tuhan diperbaiki, hubunganku dengan orang tuaku pun menjadi membaik,
terutama dengan ibuku.
MENERIMA DISIPLIN
Tentu saja, aku dan orangtuaku kadang masih suka berdebat. Selain itu, akhir
yang sempurna dan orang-orang yang sempurna hanyalah fiksi dan aku diingatkan
mengenai kebenaran yang sederhana ini. Banyak akhir pekan atau liburan sekolah
yang dihabiskan di rumah.
Selama kejadian-kejadian yang tidak terlalu menyenangkan itu. Perdebatan-
perdebatan yang biasanya terjadi adalah seperti:
Skenario 1: Orangtua meminta putrinya melakukan sesuatu dengan suara
keras. Karena mengartikan ini sebagai serangan terhadap kedewasaan yang baru
dan kebebasannya, anakpun menanggapi balik dengan suara kesal dan terjadilah
sebuah pertengkaran.
Skenario 2: Sang anak (putri) merasa frustasi dengan orangtuanya.
Menganggap otoritas dan kemampuan orangtua sebagai serangan, orangtuapun
menanggapi balik dengan perasaan putus asa dan terjadilah sebuah pertengkaran.
Kemungkinan lainnya yang terjadi tidak ada akhirnya.
Biasanya perdebatan diawali dari perbincangan yang tidak banyak diutarakan,
tetapi bagaimanapun kelak akan diutarakan pula. Raja Salomo menuliskan hal yang
tepat dalam Amsal 15:1 bahwa “jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman,
tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah.”
Tetapi kadang, orangtua kita mungkin keliru dan seringkali pula mereka benar.
Dan ketika emosi lebih menguasai diri kita dalam suatu perdebatan, sulit bagi kita
untuk mengatakan siapa yang benar dan siapa yang salah.
Selain itu, tidak peduli bagaimana situasinya, kita tetap tidak boleh berlaku
tidak hormat terhadap orangtua. Bila tidak dapat memperlakukan orangtua di dunia
dengan benar, bagaimana kita dapat berharap untuk menyenangkan Bapa
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 409: “Jadikan Aku Saluran Berkat.”
Marilah kita memohon, agar Tuhan menolong menjadikan kita berkat bagi
orang-orang yang berada di sekitar, terutama anggota keluarga kita. Marilah kita
memohon pula, agar Dia senantiasa menuntun kita ketika sedang belajar bagaimana
menunjukkan hubungan yang benar dengan orangtua. Kiranya roh kasih-Nya
senantiasa bersinar di dalam diri kita dan menjadikan kita berkat bagi keluarga.
Bacaan Kitab
1 Sam. 1; Mat. 5:9; Luk. 23:1-12; Mrk. 14:32-51; Kej. 26:12-31;
Yak. 3:16-18
Sasaran Pelajaran
1. Membahas konflik yang dapat timbul
2. Memahami bagaimana Allah ingin kita menghadapi konflik
3. Merencanakan langkah-langkah khusus yang dapat diambil untuk
menangani konflik
Ayat Alkitab
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut
anak-anak Allah.” (Mat. 5:9)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 4-6
Pemanasan
Di kantin sekolah, ketika kembali ke meja, tempat piring kalian telah ditaruh
sebelumnya dan mendapati bahwa seseorang telah menuangkan susu ke atas
sandwich kalian. Setidaknya ada dua siswa lainnya di dekat situ. Apakah yang kalian
akan lakukan?
Mintalah tanggapan dari murid-murid. Lalu katakan, “Ada berbagai cara
untuk bereaksi terhadap situasi itu. Kalian dapat menjadi sangat marah, sekaligus
terkejut dan pergi. Atau kalian dapat dengan tenang menanyakan kepada mereka,
apakah mereka yang telah melakukannya dan mengapa begitu. Atau kalian dapat
mengabaikannya.”
Konflik tidak dapat dihindari setiap kali kalian berkumpul bersama dengan
sekelompok orang. Ini dapat terjadi di dalam rumah, di tempat kerja, di sekolah,
bahkan di gereja sekalipun. Kita haruslah belajar untuk menanganinya dengan cara
seorang Kristen yang benar, sehingga dapat memuliakan Tuhan dan dalam proses
penanganannya dapat bermanfaat bagi orang lain.
Pemahaman Alkitab
Bagian # 1 – Konflik
Sebagai manusia, kita suka berdebat. Kita berdebat dari muda sampai tua
dan kita berdebat dengan banyak orang. Bahkan kita pun berdebat dengan Tuhan,
menanyakan mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam kehidupan kita. Seorang saudari
pernah memberikan kesaksian bagaimana dirinya bersungut-sungut kepada Tuhan,
sehingga dia tidak pergi ke gereja sepanjang tahun itu. Lalu, diapun kembali lagi
kepada Tuhan. Memang sebagai manusia tidaklah dapat dihindari bahwa kita akan
selalu berakhir dengan situasi-situasi konflik. Tetapi cara penanganan atau cara
memandangnyalah yang dapat membedakan apakah kita berhasil atau tidak dalam
penanganan sebuah konflik.
Belajar mengenai penyebab konflik akan membantu kita untuk lebih waspada
terhadap semuanya itu dan akan memungkinkan kita untuk tidak berkonflik dengan
orang lain.
Siapakah orang yang suka bertengkar? Yaitu orang yang suka membandingkan
atau bersaing dengan orang lain. Ada dua macam perbandingan di dalam dunia.
Yang pertama adalah perbandingan yang baik, ketika seseorang meneladani dan
belajar dari sifat-sifat baik orang lain. Orang seperti ini melihat ke dalam Alkitab dan
melihat bagaimana mereka harus bertindak. Yang kedua adalah perbandingan yang
buruk. Dalam Yakobus 3:14-16 dikatakan: “Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan
kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah
berdusta melawan kebenaran!” Hal-hal seperti ini dapat menyebabkan orang terlibat
dalam konflik seorang dengan lainnya. Demikian pula dengan orang-orang yang
suka bersaing karena rasa iri hati dan mencari kepentingannya sendiri. Sebagai
contoh, beberapa pemuda suka membandingkan diri mereka dengan pemuda
lainnya dalam penampilan mereka di sekolah. Perbandingan seperti itu berasal dari
perasaan-perasaan yang tidak benar dan tidak saleh yang akan memunculkan rasa
iri hati, memikirkan diri sendiri dan terlalu ambisius.
Bahkan kadang kita tidak menyadari bahwa diri sendiri adalah orang
yang sombong, tetapi ketika bersikeras untuk tidak mengakuinya, ini merupakan
kesombongan yang berasal dari dalam hati. Saul berbuat dosa kepada Tuhan dan
tidak bertobat, Samuel bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak mendengarkan
suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat
di mata TUHAN?” (1 Sam. 15:19).
Saat Hana dibuat kesal, dia datang kepada Allah. Dia bijaksana dan membuat
pilihan yang benar. Ketika kita berada dalam suatu konflik, berdoalah kepada Allah
mengenai persoalan itu. Orang lain mungkin akan mengkritik atau menyebarkan gosip
perihal diri kita. Berdoa sajalah. Allah itu adil dan orang-orang yang taat kepada-Nya
akan mengalami keadilan yang sempurna pada waktu-Nya. Allah tampak seolah-
olah bungkam, tetapi kebungkaman-Nya bukan berarti Dia memaklumi dosa terjadi.
Dia hanya menahan hukuman, memberi waktu bagi umat-Nya untuk bertobat (Rm.
2:4-5). Bapa yang di surga memahami setiap persoalan dan melihat setiap air mata
yang kita teteskan. Dia akan bertindak pada waktu-Nya (Rm. 2:6-11).
Kita harus datang ke hadapan Allah sampai memandang suatu konflik dari
sudut pandang-Nya. Janganlah bertindak atau berbicara kasar, marah atau merasa
tidak adil. Musa telah mempelajari hal ini. Amarahnya yang tidak terkendali dalam
konflik haruslah dia bayar dengan 40 tahun pengembaraan di padang gurun Midian
dan tidak diizinkan dirinya masuk ke Tanah Perjanjian oleh Allah. Bagaimanapun, bil
Musa memandang situasi konflik dari sudut pandang Allah, dia dapat menanganinya
dengan kuasa Allah, bahkan memecahkan situasi yang tersulit sekalipun.
Berdoa itu penting. Kita haruslah berdoa, agar dapat mengasihi sesama dan
agar Allah memberikan hikmat dan pengertian-Nya untuk menangani persoalan yang
ada. Paulus menasihati kita untuk berdoa dengan tekun (1 Tes. 5:17) dan melakukan
segala pekerjaan kita di dalam kasih (1 Kor. 16:14).
A. Mengutarakannya
Libatkan orang lain, bila kita beranggapan bahwa mereka perlu dilibatkan.
Matius 18:15-17 memberikan kita tiga langkah pendekatan yang bijak ketika
menangani konflik:
1. Pergi dan katakan kepada orang yang bersangkutan mengenai kesalahannya.
2. Bila tidak mau mendengarkan, bawalah dua hingga tiga orang bersama kita
untuk mengingatkan dia.
3. Bila dia masih menolak mendengarkan mereka, sampaikan kepada jemaat.
C. Mengabaikannya
Menguji Pemahaman
1. Lihatlah penyebab dari konflik, menurut kalian, hal apakah yang paling banyak
menyebabkan orang-orang terlibat dalam konflik?
3. Apakah ada kategori yang menurut kalian, diri kalian paling rentan terhadapnya?
Bagaimana kalian mengatasinya?
4. Tiga cara apakah yang dapat digunakan untuk mengatasi perselisihan? Yang
manakah yang paling sulit kalian lakukan? Mengapa?
5. Tiga langkah pendekatan apakah yang dicatat di dalam kitab Matius ketika
menangani konflik?
6. Menurut kalian, yang manakah dari ketiga bantuan efektif untuk menangani
konflik yang kalian akan terapkan? Mengapa?
Penerapan Kehidupan
Bacalah beberapa studi kasus berikut dengan seksama dan berikan solusi
untuk masing-masing konflik. Cohalah untuk mendukung solusi kalian dengan
beberapa ayat Alkitab.
Kasus A
Sekelompok pemuda suka mengadakan persekutuan mereka pada hari Jumat
malam, tetapi beberapa jemaat dewasa berkomentar buruk mengenai hal itu. Sejak
itu, jumlah kehadiran orang yang mengikuti persekutuan pada hari itu menurun
secara dramatis.
Nasihat atau solusi apakah yang kalian akan berikan kepada para pemuda ini?
1. Nasihat atau tips apakah yang kalian dapat berikan kepada Rose untuk
memperbaiki perilaku teman sekamarnya, sekaligus memperbaiki hubungan di
antara mereka berdua?
2. Bagaimana seharusnya Rose mendekati Tracy mengenai hal ini?
Kasus C
James merasa agak ragu dan tidak nyaman mengenai pekerjaan membersihkan
lingkungan sekitar gereja. Dia beranggapan bahwa pihak gereja dapat berusaha
untuk menyewa orang-orang professional untuk melakukan pekerjaan yang lebih
baik daripada yang dilakukannya. Dia lebih suka melayani Tuhan di bidang pelayanan
lainnya. Karena keraguan dan ketidakrelaannya untuk melakukan pekerjaan inilah,
hubungannya dengan jemaat tertentu menjadi menegang.
Kasus D
Mary tidak suka mengetahui bahwa putrinya sedang berpacaran dengan seseorang.
Dia beranggapan bahwa putrinya yang baru berusia 19 tahun masih terlalu muda
untuk berpacaran. Anak perempuan Mary tidak mau mendengarkan nasihat ibunya.
Kasus E
Jake dan Phil hidup bertetangga dan pergi ke gereja setempat yang sama. Mereka
banyak menghabiskan waktu luang bersama-sama. Bagaimanapun, semua berubah
setelah Jake mengembalikan DVD Player yang telah dipinjamnya dari Phil. DVD
Player itu ternyata rusak! Dengan marah, Phil menelepon Jake yang mengaku bahwa
dia telah menjatuhkannya tanpa sengaja. Phil meminta Jake untuk menggantikannya
dengan yang baru, tetapi dia menolak. Mereka bertengkar sengit dan saling tidak mau
berkomunikasi. Akhirnya Jake menyerah dan membelikan DVD Player yang baru
untuk Phil. Bagaimanapun, Phil hanya mengambil DVD Player itu dari tangan Jake,
sambil berkata, “Ini soal waktu saja!” Mereka tetap saling tidak berkomunikasi.
Ada berbagai macam konflik yang dapat timbul di tengah anggota keluarga,
teman, rekan sekerja dan saudara-saudari seiman. Untuk setiap kategorinya,
pikirkan konflik yang mungkin timbul dan langkah-langkah khusus apa yang dapat
diambil untuk menanganinya.
Keluarga
Teman
Rekan sekerja
Saudara-saudari
seiman
Bacaan Kitab
1 Raj. 17-19; Kis. 16:23-40; Bil. 11; Yoh. 4; 14:18; 1 Pet. 5:7; Yes. 41:10
Sasaran Pelajaran
1. Menjelaskan alasan dari orang-orang yang mau bunuh diri
2. Memahami bahwa kita semua diciptakan sesuai dengan gambar Allah
dan bahwa hidup kita ada di dalam tangan-Nya
3. Berfokus pada berkat Allah dan belajar untuk mengucap syukur
4. Bertekad untuk melakukan pekerjaan Allah dan hidup dengan penuh
makna dan produktif
Ayat Alkitab
“Sebab kepada-Mu, ya TUHAN, aku berharap; Engkaulah yang akan
menjawab, ya Tuhan, Allahku” (Mzm. 38:16)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 7-9
Mitos: Banyak orang yang berbicara perihal bunuh diri, tetapi tidak melakukannya.
Fakta: 8 dari 10 orang yang bunuh diri telah mengatakan niatnya terlebih dahulu.
Mitos: Ketika orang yang bunuh diri mulai merasa lebih baik, sesungguhnya saat-
saat bahaya sudah berlalu.
Fakta: Kebanyakan kasus bunuh diri terjadi dalam waktu 90 hari, diikuti dengan
perbaikan secara mental-emosional seseorang.
Mitos: Banyak orang berusaha melakukan bunuh diri untuk mencari perhatian.
Fakta: Banyak orang yang mengancam atau berusaha melakukan bunuh diri adalah
sungguh-sungguh untuk mencari pertolongan. Anggapan bahwa perbuatan
mereka hanyalah untuk mencari perhatian, sama sekali tidak mengurangi
potensi bahaya dari perbuatan mereka.
Hari ini, kita akan melihat berbagai alasan mengapa banyak orang berusaha
membunuh diri mereka dan bagaimana kita dapat menanganinya dengan pertolongan
Tuhan.
a. Raja Saul dan bala tentaranya. Mereka bunuh diri dengan menggunakan pedang
sendiri, karena tidak mau dibunuh oleh musuhnya (1 Sam. 31:3-5). Saul telah
menjalani kehidupan dengan caranya sendiri dan mengabaikan Tuhan saat dia
berpaling kepada pemanggil arwah.
b. Ahitofel telah mengajukan suatu rencana kepada Absalom untuk membunuh
Raja Daud, tetapi dia tidak mengikuti nasihatnya. Sebagai akibatnya, Ahitofel
pulang ke rumah dan menggantung dirinya (2 Sam. 17:1-4,23).
c. Zimri, kepala pasukan militer dari setengah pasukan berkuda Israel, berkonspirasi
terhadap raja Israel, menggulingkan dan membunuhnya serta menyatakan
diri sebagai raja berikutnya. Dia membunuh semua keluarga Baesa, tidak
meninggalkan seorang pewarispun. Saat melihat apa yang terjadi, mereka
mengangkat Omri, kepala pasukan militer sebagai raja Israel. Tentara berbaris
dan mengepung Tirza dan mengalahkan para prajurit yang setia kepada Zimri.
Saat Zimri melihat bahwa kota itu telah direbut, dia pergi ke benteng pertahanan
raja dan membakar rumah raja beserta dirinya sendiri dengan api (1 Raj. 16:8-
20).
d. Yudas Iskariot, yang mengkhianati Tuhan, menggantung dirinya, lalu jatuh
tertelungkup hingga perutnya terbelah, semua isi perutnya tertumpah ke luar
(Mat. 27:3-5; Kis. 1:18).
Melalui keempat contoh ini, sudahlah cukup bukti bahwa orang-orang yang
berjalan di dalam dosa akan menemukan diri mereka berakhir dengan kematian.
Oleh karena itu, agar mereka tidak melanggar perintah ke-6, kita haruslah belajar
menjaga langkah kita untuk berjalan di jalan Tuhan.
B. Bunuh Diri itu Membuang Kesempatan Kita untuk Hidup Bagi Tuhan
Ketika berjalan di luar batas-batas anugerah dan kemurahan Allah, kita tidak
memiliki pengharapan (Ef. 2:12). Bagaimanapun, ketika percaya kepada Tuhan Yesus
dan berjalan di jalan-Nya, kita akan menemukan tujuan dan arah hidup kita. “Oleh
karena itu, Jika engkau makan atau jika engkau minum atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Kor. 10:31).
Akar penyebab dari bunuh diri adalah pemusatan kepada diri sendiri. Ketika
bunuh diri, kita bukan hanya menghilangkan kesempatan untuk hidup bagi Kristus,
tetapi menghilangkan kesempatan pula bagi Kristus untuk tinggal dan hidup bersama
dengan kita. Pada dasarnya, kita membuang milik Tuhan. Selain itu, bunuh diri
membuat kita menuruti hasrat dan kehendak pribadi serta mengabaikan dampaknya
bagi orang lain – orangtua, saudara, guru, saudara-saudari seiman, teman dan
teman sekamar kita. Rasul Paulus mengingatkan kita dalam Filipi 2:3, “Dengan tidak
mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya, hendaklah
dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada
dirinya sendiri.”
Ketika mengambil nyawa sendiri, kita sedang mengatakan bahwa kita tidak
peduli dengan tujuan dan rencana Allah bagi hidup kita. Kita sedang memberontak
kepada-Nya dan menyangkal kuasa dan otoritas-Nya serta membuat sebuah
keputusan di posisi Tuhan. Seharusnya, kita ingat bahwa Tuhan dapat “melakukan
jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata
dari kuasa yang bekerja di dalam kita” (Ef. 3:20). Oleh karena itu, marilah kita “hidup
sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu” (Ef.
4:1).
Dalam banyak kasus, orang-orang berusaha untuk bunuh diri, karena mereka
merasa tidak memiliki harapan, putus asa, patah hati dan kesepian. Perasaan ini nyata
bagi mereka, tetapi seringkali bukan karena tidak memiliki harapan atau pertolongan.
Persoalannya adalah mereka telah kehilangan sudut pandang kehidupan. Mereka
memandang hidup itu sebagai sesuatu yang tidak bermakna lagi, yang hampa dan
berusaha untuk mencari solusi yang tetap untuk persoalan mereka yang sementara.
Marilah kita melihat beberapa alasan umum di balik usaha untuk bunuh diri.
Iblis sungguh licik. Dia menipu, agar kita beranggapan bahwa tidak ada
harapan. Selain itu, dia tidak hanya memberikan ide bahwa bunuh diri mungkin
adalah satu-satunya jalan keluar, tetapi ketika mulai jatuh ke dalam tangannya, kita
sesungguhnya telah terperangkap. Iblis membuat keraguan di dalam hati kita, sama
seperti yang dilakukannya kepada Hawa (Kej. 3:1-5).
Ada sebuah kesaksian bagaimana seorang saudari melakukan bunuh diri.
Itu merupakan saat-saat yang begitu menyedihkan bagi dirinya. Setelah kebaktian
pemakaman, pendeta dan istrinya beserta beberapa saudara-saudari seiman
mengunjungi rumah dari almarhumah saudari itu untuk melihat apa yang mereka
dapat lakukan untuk membantu keluarga itu. Ketika berada di sana, mereka melihat
simpul tali tergantung di langit-langit rumah, yang telah digunakan oleh saudari itu
untuk bunuh diri. Dia tidak dapat memahami bagaimana simpul itu benar-benar dapat
mengambil nyawa seseorang. Tampaknya mustahil, sebab simpul itu tidak tinggi.
Bagaimanapun, segera dia memegang simpul itu di dekat lehernya, simpul itu mulai
mengikat lehernya, dia tertarik ke atas dan kakinya langsung terjuntai. Dia menjerit
dan tercekik. Pendeta dan saudara-saudari seiman lainnya berlarian ke arahnya
dan berseru “Haleluya!” Seketika itu pula simpulnya melonggar dan istri pendeta itu
terlepas dari jeratan simpul. Dari kejadian ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa
ketika kita meninggalkan tempat berpijak untuk Iblis, dia akan segera bertindak untuk
itu danmemanfaatkannya. Bahkan sekalipun tampaknya mustahil bahwa simpul itu
dapat secara tragis mengambil nyawa saudari itu, tetapi karena dia telah berpikir
untuk melakukan bunuh diri, Iblispun membiarkan hal itu terjadi, sekaligus memenuhi
keinginannya. Oleh karena itu, kita haruslah sangat berhati-hati, agar tidak jatuh ke
dalam perangkap Iblis atau dibutakan olehnya. Marilah kita menjadi bijak dan tidak
memberi kesempatan kepada iblis (Ef. 4:27).
Dampak dari pekerjaan yang Allah telah amanatkan kepada Musa untuk
dilakukan, membuat dia menderita secara jasmani, mental dan rohani. Tanggung
jawab untuk memimpin umat Israel melalui padang gurun menuju Tanah Perjanjian
sangatlah membebaninya. Dia merasa kesal, karena keluhan dan sungut-sungut
umat yang muncul terus-menerus, sehingga merasa kesal pula terhadap Allah. Musa
terus menanggung beban umat sejak mereka meninggalkan Mesir. Dia merasakan
bahwa tanggung jawab itu terlalu berat bagi dirinya. Dia telah memberikan apa yang
mereka inginkan. Dia merasa seorang diri menanggung beban mereka. Tidak ada
seorangpun di situ yang dapat membantunya. Dia memerlukan seorang rekan kerja
yang dapat berbagi beban dengannya. Akhirnya, Musapun merasa tidak tahan lagi
dan beranggapan bahwa satu-satunya jalan keluar adalah kematian (Bil. 11:15). Dia
tidak dapat lagi menanggung beban yang seberat ini
Kadang, kita pun merasa bahwa kita memiliki terlalu banyak pekerjaan dan
tanggung jawab yang terlalu berat untuk dipikul. Kita merasa putus asa, karena
banyak yang kita telah kerjakan, tetapi belum dapat menyelesaikannya. Tetapi, bila
membaca Bilangan 11:16-20, kita melihat bahwa Allah menyelesaikan persoalan
Musa dari sudut pandang yang penting – Dia memilih 70 orang tua-tua, yang
kepadanya Dia berikan roh-Nya, sehingga mereka cukup kuat untuk menanggung
beban itu bersama dengan Musa. Kadang di gereja, kita menanggung terlalu banyak
beban hingga menyebabkan keputusasaan. Bila melakukan pekerjaan kudus
bersama-sama dan bersatu hati, kita tidak akan merasa terlalu putus asa.
Elia masuk ke padang gurun seorang diri (1 Raj. 19:4-21). Padang gurun
melambangkan penderitaan dan kehidupan yang tanpa arah yang jelas. Suatu
tempat yang akan membuat banyak orang menjadi tersesat. Elia masuk ke padang
gurun seorang diri, ini menandakan bahwa dia sedang kehilangan imannya. Dia
kehilangan tujuan, maksud dan kehidupan rohaninya. Semuanya tampak samar-
samar. Dia kehilangan semuanya, karena mencari kemuliaannya sendiri dan merasa
putus asa.
Pada mulanya, Elia menjadi bingung setelah semua orang memuji dirinya
di Gunung Karmel. Dia berusaha begitu kerasnya untuk memulihkan iman umat
dan tidak mengerti mengapa dirinya yang sekarang menjadi sasaran kematian.
Saat bekerja, kita bekerja untuk siapa? Apakah kita bekerja untuk kemuliaan pribadi
atau untuk kemuliaan Tuhan? Kita mungkin sampai pada suatu keadaan, sekaligus
merasa bahwa hanya kitalah yang bekerja. Kita mungkin mengira bahwa diri kitalah
yang melakukan semuanya itu. Kita memandang pekerjaan kudus lebih sebagai
beban daripada sebuah sukacita. Kita merasa bahwa tidak ada motivasi, hanya
keputusasaan. Sama seperti Elia, kita mungkin memiliki ketakutan pula di dalam
diri kita. Ketika merasa takut, kita akan merasa tersesat. Mungkin kita merasa takut,
karena tidak hidup sesuai dengan standar pekerjaan itu sendiri. Oleh karena itu,
kita haruslah senantiasa mengintrospeksi diri, sehingga kita tidak bekerja untuk
kemuliaan atau keberhasilan diri sendiri, tetapi sebaliknya, bekerja untuk Tuhan.
Janganlah biarkan diri kehilangan fokus, tetapi ingatlah “kita mempunyai banyak
saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua
beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi kita” (Ibr. 12:1-29).
Di masa lalu, Elia dengan berani bekerja untuk Allah, tetapi setelah
kemenangannya di Gunung Karmel, dia menjadi lemah. Ini mungkin disebabkan
oleh sebuah fakta bahwa Elia merasa semua pekerjaannya yang dahulu adalah
karena dirinya sendiri: Dialah yang telah membangkitkan anak janda; dialah yang
dengan berani berbicara kepada Raja Ahab dan dialah yang telah mengalahkan
nabi-nabi palsu. Dia merasa bahwa dirinyalah yang tersisa sebagai Nabi Allah (1
Raj. 18:22; 19:10,14). Oleh karena itu, Elia merasa bahwa setelah melakukan semua
pekerjaan itu seorang diri, tidak seorangpun yang menghargainya, tetapi justru ingin
membunuhnya. Elia menjadi takut. Bahkan sekalipun telah melalui situasi-situasi
yang lebih buruk, dia masih belum dapat melalui yang satu ini. Dia telah berada
dalam situasi yang membuat dia harus menanti di tepi sungai sampai burung gagak
memberinya makanan (1 Raj. 17:1-7), bertahan dengan sedikit tepung dan minyak
di Sarfat (1 Raj. 17:8-16), menyaksikan sendiri kebangkitan seorang anak (1 Raj.
17:17-24), menyaksikan sendiri kuasa Tuhan yang luar biasa di Gunung Karmel (1
Raj. 18:19-40) dan melihat bagaimana langit terbuka setelah tiga tahun kekeringan
(1 Raj. 18:41-46). Tetapi, semuanya ini diburamkan oleh ancaman kematian dari
Izebel.
Sebagai manusia, kita seringkali mengubah emosi kita sesuai dengan
keadaan. Bagaimanapun, iman kita seharusnya tidak bergantung pada orang lain.
Kita tidak boleh membiarkan kritik atau fitnah orang lain membuat kita menjadi lemah.
Kita haruslah menyadari bahwa gereja menjadi maju bukan karena diri kita, tetapi
karena Tuhan bekerja. Selain itu, kita haruslah menyingkirkan pikiran yang berpusat
kepada diri sendiri dan sepenuhnya bersandar dan menyerahkan segalanya kepada
Tuhan. Selalu ingatkan bahwa Tuhanlah yang bekerja di dalam kita dan bukan diri
kita.
Selain itu, Elia merasa begitu kesepian. Dia tidak memiliki rekan kerja,
sehingga bersembunyi di dalam gua. Apakah yang Allah lakukan untuk memulihkan
keadaan rohani Elia? Allah memintanya untuk berdiri di jalan masuk ke dalam gua
dan Dia menyatakan kuasa-Nya yang luar biasa. Setelah menyaksikannya, Elia
tetap bersembunyi di dalam gua. Oleh karena itu, Allah menanyakan lagi kepadanya
mengenai apa yang sedang dilakukannya di situ. Lalu, Tuhan mengingatkan Elia
mengenai dua hal. Pertama, Elia haruslah mengurapi seorang pengganti diriya.
Kedua, Tuhan telah menyediakan tujuh ribu orang bagi diri-Nya sendiri (1 Raj. 19:16-
18). Elia tidak menyadari hal itu. Dia mengira seorang diri saja yang menyelesaikan
pekerjaan Allah.
Demikian pula, kita mungkin mengira bahwa hanya diri kitalah yang dapat
melakukan pekerjaan Allah. Hanya diri kitalah yang kudus dan benar. Tetapi, apakah
kita menyadari bahwa untuk menggenapi maksud Allah, Dia telah mempersiapkan
orang lain. Urusan gereja adalah urusan Tuhan. Kita hanyalah perabot, alat Tuhan.
Janganlah beranggapan bahwa kita seorang diri saja. “Janganlah kecut atau tawar
hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi” (Yos.
1:9).
E. Pola Pikir
Allah mengingin agar Yunus memberitakan Injil ke kota Niniwe. Tetapi, Yunus
memiliki pemikirannya sendiri. Dia tidak ingin melihat orang Niniwe bertobat. Mungkin
karena rasa patriotismenya, sehingga dia lebih suka melihat musuh-musuhnya
dihancurkan oleh Allah. Dia memiliki kehendaknya sendiri;
Bagian # 3 –
Apakah yang Kita Harus Lakukan Ketika Memiliki Pikiran untuk Bunuh Diri?
Ketika merasa bahwa telah tidak mampu lagi menanggung beban persoalan
dan jiwa begitu terasa lelah, kita dapat saja mengatakan kepada Tuhan bahwa
kita ingin mati, sama seperti Elia (1 Raj. 19:4-5). Bagaimanapun, setelah kita
mengatakannya, berdoa dan berpuasalah, nantikanlah apa yang Dia akan katakan.
Tidaklah dapat dihindari bahwa kita memang akan menghadapi kesukaran di dalam
perjalanan iman kita. Kita dapat dengan berani mengatakan kepada Tuhan bahwa
kita sudah merasa lelah.
Penting bahwa kita memberitahu Tuhan bagaimana perasaan kita, karena Dia
adalah Tuhan. Bagaimanapun, janganlah beritahu orang lain bahwa kita telah merasa
lelah, bahkan kepada orang terdekat kita sekalipun. Elia pun tidak memberitahu
perihal kelelahan jiwanya kepada bujangnya. Sebelumnya, dia telah meninggalkan
bujangnya (1 Raj. 19:3). Setelah Elia mendengar bahwa Izebel ingin membunuhnya,
dia menyelamatkan nyawanya dan pergi. Elia telah meninggalkan bujangnya,
karena dia tidak ingin melibatkannya. Demikian pula, bila kita merasa lelah dengan
perjalanan rohani ini dan merasa bahwa orang-orang sedang membicarakan atau
memfitnah kita, sama seperti Elia, jangan membawa atau melibatkan orang lain
bersama kita. Kita haruslah mendengarkan merenungkan firman Allah, berdoa agar
dipenuhi dengan Roh Kudus. Dengan berbuat demikian, kita akan dapat memulihkan
kekuatan rohani sendiri, sehingga dapat bergiat kembali dan menjadi semakin dekat
dengan Tuhan.
Pada saat putus asa, Tuhan memberikan pengharapan kepada kepala penjara
dengan menganugerahkan keselamatan diri dan keluarganya (Kis. 16:25-31). Pada
saat putus asa, kita seringkali merasa tidak ada harapan lagi bagi kita. Semua yang
ada di sekeliling kita tampak gelap dan suram; kita pun mungkin merasa bahwa satu-
satunya jalan keluar adalah kematian. Tetapi melalui pengalaman kepala penjara,
kita mengetahui bahwa ketika tidak ada jalan keluar, Tuhan selalu akan membuka
jalan. Ketika kita beranggapan bahwa kematian adalah satu-satunya jalan keluar,
Tuhan akan memberikan kita sebuah jawaban, yang akan memecahkan persoalan
kita.
Saat Musa berpaling untuk memohon pertolongan-Nya, Tuhan menunjuk 70
orang tua-tua untuk membantu dirinya. Musa sebelumnya sempat tidak mempercayai
hal ini, tetapi Tuhan memberitahu Musa bahwa Dia akan membantunya (Bil. 11:23).
Kita hanya perlu menyerahkan segalanya kepada Tuhan dan melakukan bagian kita
saja. Kita tidak perlu merasa kuatir. Tuhan memiliki waktu-Nya sendiri dan roh-Nya
akan menggerakkan orang banyak untuk itu.
Adalah menarik melihat bagaimana Musa berpaling kepada Tuhan untuk
memohon pertolongan-Nya. Setiap kali sedang membutuhkannya, Musa selalu
berpaling kepada Tuhan. Ini menunjukkan hubungannya yang erat dengan Tuhan. Dia
memahami bahwa Tuhan akan melepaskan dirinya pada saat-saat yang paling sulit
sekalipun. Ini adalah hal yang kita perlu pelajari, yaitu pada saat-saat membutuhkan,
kita haruslah menyerahkan segalanya kepada Tuhan.
Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa selama kita menyerahkan segalanya
kepada Tuhan, Dia akan memelihara kita, bahkan memberikan kekuatan untuk
melanjutkan tantangan hidup dan perjalanan rohani kita.
C. Membiarkan Kuasa Allah Menguatkan Kita
Karena kekuatan kita terbatas, maka ada batasan pula – sampai sejauh
manakah – kita dapat berlari; karena itulah, Elia hanya dapat menempuh perjalanan
satu hari lamanya. Setelah itu, dia duduk dan beristirahat di bawah pohon arar.
Demikian pula, dalam kehidupan rohani ktia, kekuatan dan daya tahan kitapun
terbatas, hanya kuasa Roh yang tinggal di dalam hati kitalah yang dapat menolong
kita bertahan dalam perjalanan rohani yang harus ditempuh.
1 Raja-Raja 19:5-8 mencatat bagaimana seorang malaikat membawa roti
(bakar) dan (kendi berisi) air untuk dikonsumsi oleh Elia. Ini menunjukkan kasih Allah.
Roti ini dibakar di atas api arang, sama seperti yang Tuhan Yesus lakukan untuk
beberapa murid-Nya saat mereka sedang lemah dan baru kembali dari menangkap
ikan (Yoh. 21:9). Allah memberikan Elia kekuatan melalui roti (firman Tuhan) dan air
(roh-Nya). Ketika melakukan pekerjaan kudus, Allah pun akan memberikan kita ‘roti’
untuk dimakan dan ‘air’ untuk diminum. Ketika merasa lemah dan butuh pertolongan
untuk melanjutkan perjalanan rohani ini, Tuhan akan memuaskan dan memelihara
kita dengan kasih-Nya yang tulus.
Elia, kepala penjara dan Musa, semuanya orang-orang yang berniat untuk
mengakhiri hidup mereka pada saat-saat putus asa. Bagaimanapun, mereka tidak
berpaling kepada orang lain di sekeliling mereka untuk meminta bantuan.
Menguji Pemahaman
2. Apakah alasan utama dari seseorang yang berniat untuk bunuh diri?
4. Apakah yang kita akan lakukan, bila memiliki pikiran untuk bunuh diri?
Penerapan Kehidupan
Bagian A –
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara
kamu.” (1 Pet. 5:7)
Pada bagian Pemahaman Alkitab, kita telah melihat berbagai tokoh Alkitab
yang meminta untuk mati. Kebanyakan alasan mereka adalah serupa: Tidak memiliki
harapan lagi, merasa tidak dikasihi, merasa lelah, tipu daya Iblis, menanggung
banyak beban. Perangkap Iblis adalah untuk memperdaya manusia, agar
beranggapan bahwa tidak ada harapan lagi, tidak seorangpun mengasihi mereka.
Sebagai akibatnya, orang-orang ini menarik diri dan merasakan benar-benar tidak
ada pengharapan lagi. Tetapi, Tuhan telah menjanjikan kita bahwa Dia akan selalu
menjaga kita selama mencari Dia untuk memohon pertolongan-Nya.
a. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali
kepadamu.” (Yoh. 14:18)
b. “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan
memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan”
(Yes. 41:10)
c. “Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan firman-Mu”
(Mzm. 119:28)
d. “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang
pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan
bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap.
Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah
Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak
menyakiti engkau pada waktu siang atau bulan pada waktu malam. TUHAN
akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu.
TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.”
(Mzm. 121:1-8)
Kasus 2 – Aku seorang Kristen, tetapi mau pula lakukan bunuh diri
Di manakah Tuhan? Aku merasa begitu tertekan. Semuanya tidak ada yang berjalan
dengan lancar di rumah. Sejak ayah meninggal, ibu mengurung dirinya dalam kamar
setiap saat. Dia tidak banyak berkomunikasi dengan kami. Aku merindukan ayah!
Tidak ada seorangpun yang benar-benar dapat diajak untuk berkomunikasi di sini.
Tampaknya aku tidak lagi memiliki semangat untuk melakukan apapun. Bahkan
mengikuti kelas Pendidikan Agamapun telah menjadi sebuah pergumulan bagiku.
Aku mengetahui bahwa guru-guru Pendidikan Agama begitu menaruh perhatian
terhadap diriku, tetapi aku tidak mau bertemu orang lain. Aku lebih suka tinggal di
rumah dan menjadi diriku sendiri. Bahkan tidak suka pergi dengan teman-temanku.
Aku merasa bahwa semuanya tidak berarti. Kadang, aku ingin memohon Tuhan
untuk mengambil nyawaku, sehingga dapat bersama dengan ayah. Aku sangat
merindukannya!
Kasus 4 – Tolong!
Aku mulai terlibat dengan orang-orang yang tidak baik beberapa minggu yang lalu.
Aku mencoba banyak hal. Ya, bahkan akhohol dan obat-obatan. Aku beruntung,
karena dapat melepaskannya. Tidak, itu bukan suatu keberuntungan. Itu pasti
pimpinan Tuhan dan aku sungguh bersyukur kepada-Nya untuk hal itu. Tetapi, aku
tetap merasa begitu bersalah. Aku merasa sangat tidak lagi layak disebut anak-Nya.
Aku tidak tahu. Dosa-dosa yang kulakukan di masa yang lalu – aku hanya berpikir
Nyanyikan pujian dalam Kidung Rohani # 523: “Betapa Mulianya Hari Itu.”
Ini adalah pujian pengharapan dan penghiburan. Pujian ini memberikan kita
sukacita yang besar dan harapan untuk masa depan. Ternyata tidaklah sesuram
yang kita sangka, “Tuhan akan menghapus semua air mata mereka” (Why. 21:4).
Pada saat-saat putus asa, tidak ada harapan, depresi dan paling membutuhkan, kita
haruslah berpaling kepada Tuhan. Hanya Dialah yang dapat memberikan kekuatan
yang kita perlukan untuk menanggungnya. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan,
menghibur dan memberikan kita damai sejahtera dan harapan. Pada akhirnya, hujan
dan badai pasti akan berlalu. Dan di situ, akan ada cahaya matahari yang indah!
Bacaan Kitab
Yak. 1:13-15; 1 Pet. 5:8; 1:15-25; 1 Kor. 10:13; Mat. 5:27-30; Mzm. 119:11
Sasaran Pelajaran
1. Memahami bahwa tampilan-tampilan yang kita lihat dan percakapan
online dapatlah mempengaruhi pikiran dan hidup kita dengan cara yang
tidak kentara
2. Memahami bahwa banyak tampilan dan percakapan online kita tidaklah
nyata
3. Melakukan pengintrospeksian diri dan mengukur tingkat kecanduan kita
dalam menjelajahi internet
4. Menggunakan internet untuk melayani Yesus Kristus, Tuhan kita
Ayat Alkitab
“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa
daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka.” (Mat. 5:29)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Pemanasan
Apakah pendapat kalian mengenai kisah Gordon? Bagaimana hal itu dapat
terjadi? Bagaimana seseorang dapat begitu kecanduan internet? Mengapa?
Menurut sebuah penelitian, sebanyak sebelas juta orang telah kecanduan
internet. Itu telah menjadi salah satu jumlah pertumbuhan kecanduan internet tercepat
pada masyarakat sekarang ini dan peningkatannya setara dengan kecanduan lain
seperti merokok, mengkonsumsi minuman keras dan berjudi. Hari ini, kita akan
melihat penyebab kecanduan internet dan bagaimana itu dapat mempengaruhi
kehidupan rohani kita.
A. Apakah Kecanduan?
a. Seks
Mulai dari situs porno sampai cybersex (hubungan seksual secara maya), yang
memunculkan hal-hal seperti bercumbu hingga melakukan masturbasi. Ini mudah
diakses, tidak menggunakan nama, sehingga menyebabkan internet pornografi
lebih menarik dan tampaknya tidak terlalu beresiko pula.
Kehidupan Kristen (3) 91
Kecanduan semacam ini menjadi sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan
pertemuan nyata dengan teman online-nya untuk berhubungan seks.
b. Uang
Berjudi, lelang secara online, perdagangan dan belanja harian, semuanya berada
di bawah kategori ini. Kecanduan seperti ini dapat menyebabkan terjadinya
konflik di dalam keluarga ketika pecandu dirugikan atau menghabiskan bagian
penghasilan keluarga yang utama.
c. Chatting Room
Ini juga termasuk instant message (pesan singkat) dan menjadi persoalan
tersendiri. Tidak seperti email, chat servers mengizinkan interaksi secara real
time. Selain itu, untuk dapat tetap berinteraksi dengan orang-orang yang dikasihi,
teknologi seperti ini mengizinkan user (pengguna) untuk bertemu secara maya
dan berteman dengan orang-orang dari seluruh dunia. Mereka dapat memakai
identitas baru yang tidak dikenal dan menjalin suatu persahabatan yang baru.
Berbagai interaksi melalui komputer semacam ini mengantikan kontak
nyata manusia secara fisik, sehingga menyebabkan orang hidup dalam dunia
maya.
d. Browsing
Ini mungkin satu-satunya bentuk kecanduan internet, yang dapat benar-benar
disebut kecanduan, selain chatting online. Kecanduan browsing (berkelana di
dunia internet sepanjang malam) dengan segera dapat melihat apa yang ada di
luar sana. Mereka membuang banyak waktu yang berharga, mencoba mencari
hal-hal yang menarik. Pencarian ini bukan untuk mencari informasi tertentu,
tetapi untuk mencari setiap informasi, tentang apapun dan di manapun.
1. Seringkah kalian
dapati diri lakukan
online daripada
niat pakai internet
sebelumnya?
2. Seringkah kalian
abaikan pekerjaan dan
habiskan waktu lebih
pada internet?
3. Seringkah kalian
menjalin hubungan
dengan teman
pengguna internet?
4. Seringkah sesama
mengkritik kehidupan
kalian berkenaan
jumlah waktu yang
dihabiskan untuk
internet?
5. Seringkah nilai
pelajaran dan tugas
sekolah diabaikan,
karena jumlah waktu
yang dihabiskan untuk
internet?
6. Seringkah kalian
memeriksa email
daripada melakukan
sesuatu yang harus
dilakukan?
7. Seringkah membela
diri dan sembunyikan
sesuatu ketika ditanya
apa yang kalian
lakukan pada saat
online?
8. Seringkah mencari
hal-hal yang dapat
merangsang hasrat di
internet dan merasa
bersalah atau malu
terhadap hubungan
kalian dengan Allah?
9. Seringkah kalian
merasa jengkel
dan berteriak,
bila seseorang
mengganggu kalian
yang sedang online?
Menguji Pemahaman
Tidak ada pertanyaan untuk pelajaran ini. Lihatlah pertanyaan yang ada pada
bagian Penerapan Kehidupan.
Kasus 1
Ketika di SMU, aku kecanduan internet. Hal itu bermula dari melakukan komunikasi
di chatting room. Lambat laun, aku menjadi kecanduan dalam hal ini. Bahkan aku
mengembangkan hubungan dengan beberapa sahabat pena secara online. Aku
beranggapan bahwa hal itu tidaklah beresiko. Ketika merenungkannya kembali, aku
merasa bahwa aku telah membodohi diriku sendiri, tetapi bagaimanapun, ada daya
tarik di dalamnya. Bahkan aku bertemu dengan orang-orang yang aku kenal dari
chatting room. Beberapa orang hanya beberapa jam jauhnya dari tempat tinggalku.
Kadang, kami berkumpul bersama dan bersenang-senang. Telah bebrapa hari
lamanya aku tetap di internet selama lebih dari 20 jam. Begitu selesai pelajaran di
sekolah, aku langsung pulang dan log on (melakukan chatting). Aku mulai gagal
dalam pelajaran di sekolah dan hubunganku dengan anggota keluargaku sungguh
mengerikan. Perlu lebih dari dua tahun lamanya, agar aku dapat kembali lagi pada
kenyataan hidup.
Kasus 2
Tony, 14 tahun, bergegas pulang setiap malamnya untuk bermain game online;
yang sebagian besarnya adalah permainan yang mengandung unsur kekerasan. “Di
siang hari, aku seolah-olah tampak seperti seorang pria yang lembut dan siswa yang
ulet. Para jemaat di gereja menganggapku sebagai seorang anak yang baik,” kata
Tony. “Tetapi pada malam harinya, dengan sebuah tombol di komputer, aku berubah
menjadi seorang yang paling agresif, yang dapat kalian bayangkan sendiri. Dan tidak
seorangpun mengetahuinya, akulah pelakunya. Hal itu sungguh mengerikan. Aku
memerlukan pertolongan dalam hal ini.”
Kasus 3
Stacy memperoleh akses intertet yang merupakan bagian dari pekerjaannya
sebagai seorang asisten administrasi di sebuah kantor real-estate yang sibuk.
Tetapi, untuk melancarkan pekerjaannya dalam bidang komunikasi, dia melakukan
browsing (menjelajah beberapa situs) ke cbyerspace (situs iklan bagi para lajang
untuk menemukan pria yang disukainya). Mereka mengetik pesan-pesan cinta
Kasus 4
Aku pernah begitu kecanduan internet hingga hampir tidak tidur. Aku pernah sulit
makan hingga kehilangan berat badanku dalam jumlah besar. Itu merupakan
berkat, sekaligus kutuk bagiku. Aku bersyukur, karena firman Allah menarikku keluar
dari chatting room dan membuatku menyadari betapa berdosanya pikiranku. Aku
haruslah bersyukur atas Kebaktian Kebangunan Rohani yang kuikuti. Ya, internet
begitu membuatku kecanduan. Jadi, berjaga-jagalah, karena Tuhan sedang melihat
setiap hal yang kalian lakukan. Aku berjanji tidak akan masuk ke chatting room
lagi. Itu dapat memikat kalian melakukan banyak hal yang bertentangan dengan
kehendak Tuhan, terutama dosa-dosa seksual.
Kasus 5
Izinkan aku menjelaskan kisah tragisku kepada kalian. Ketika orangtua membelikan
komputer untukku, aku segera mempelajarinya, sehingga dapat melakukan online
dengan teman-temanku. Aku menyadari bahwa tidak menjadi persoalan bagi
teman-teman cyber-ku bahwa aku kelebihan berat badan dan tidak merasa gelisah.
Chatting room merupakan sebuah media komunikasi yang mengandung janji dan
penerimaan. Inilah sarana aku dapat menjadi diriku sendiri tanpa terlihat secara fisik.
Kehidupan mulai menjadi lebih menyenangkan dan menjanjikan. Aku menghabiskan
sangat banyak waktuku untuk online, sehingga tidak keberatan pula, bila aku kurang
tidur. Yang membuatku lebih bergairah adalah percakapan dengan teman-teman
di chatting room segera mengarah pada cybersex. Cybersex adalah aktivitas seks
bersama yang diterapkan dengan cara mengetik gambaran dari tindakan seksual
dan menggantinya dengan dialog verbal melalui email atau instant message (pesan
singkat). Cybersex mengandung banyak fantasi dan aku menjadi bergairah oleh
karenanya. Hal itu segera diikuti dengan pembicaraan seputar dunia seks melalui
telepon. Dari situ, tidak perlu waktu yang terlalu lama untuk membuat kesepakatan
bertemua di sebuah hotel, yang tidak mungkin terelakkan, untuk melakukan tindakan
seksual yang sebenarnya. Aku begitu ingin bertemu dengan wanita ini, bahkan tidak
peduli bahwa dia itu orang asing, selain untuk waktu yang kita akan habiskan bersama
secara online. Karena rasa ingin tahu yang ada, aku mendapati diriku menemuinya
17 Mei 2002
Sebagai catatan, ini ditulis dengan segala ketulusan dan kasih. Aku tidak ingin
memperlihatkan kritik yang tidak membangun sama sekali.
Aku terbangun pagi ini dengan rasa sakit pada gigiku. Aku telah berusaha untuk
memakai alat penahan sakit yang telah kupakai selama kira-kira setahun lamanya. Pada
pukul 6 pagi, aku berbaring di tempat tidur, menjadi seorang pemikir atau pemimpi dan
sesuatu muncul di benakku:
Internet memberikan kesempatan yang indah untuk mempublikasikan apapun
yang kalian inginkan. Kalian bagaikan seorang penerbit dari perusahaan kalian sendiri.
Dengan sistem pengaturan (jurnal) yang bersahabat bagi para pengguna – blogger,
livejournal, xansa, akan membantu menerbitkan pikiran kita sendiri dengan cara yang
lebih mudah. Bagaimanapun, kita semua haruslah menyadari bahwa sesungguhnya,
mempublikasikan sesuatu berarti membuatnya berlaku untuk umum. arena itu, akar
katanya sama dengan “pub.” Sebagai para pengikut Kristus, kita tidak dapat mengirimkan
semua perasaan dan tindakan tanpa mempedulikan para pembaca kita.
Bacaan Kitab
2 Tim. 2:22; Ams. 4:23; Kol. 2:8; Yak. 1:21-27; Mzm. 101:3
Sasaran Pelajaran
1. Memahami bahwa tampilan-tampilan yang kita lihat berdampak pada
pikiran dan otak kita
2. Berkomitmen untuk tidak melihat film-film yang tidak mendidik
3. Mencari cara untuk menggunakan waktu luang dan uang kita dengan
cara-cara yang lebih bermakna
Ayat Alkitab
“Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku
dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!” (Mzm. 119:37)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Hosea 13-Yoel 1
Yakobus 4:8 memberitahukan bahwa bila kita mendekat kepada Allah, Dia
pun akan mendekat kepada kita. Allah adalah terang. Allah adalah kasih. Allah
adalah Roh. Bila Allah mendekat kepada kita, kita akan merasakan terang-Nya
di dalam hati. Oleh karena itu, dosa dan pelanggaran tidak memiliki tempat untuk
bersembunyi. Ketika Tuhan memenuhi hati, kita akan merasa kasih-Nya. Kita akan
merasa begitu bersukacita berada di dalam kasih-Nya. Selain itu, ketika Dia berada
di dalam kita, Roh-Nya akan memenuhi kita dan kita akan dipenuhi dengan kuasa,
damai sejahtera dan sukacita. Oleh karena itu, bila Tuhan tinggal di dalam kita dan
kita dipenuhi oleh-Nya, kita dapat merasakan damai sejahtera kerajaan surga di
dalam hati kita. “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi
soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17). Inilah
manfaat dari mendekat kepada Tuhan. Marilah kita mendekat kepada Bapa Surgawi,
sehingga dapat menerima berkat-Nya yang berlimpah, membuang semua pikiran
dan keinginan jahat dari hati kita.
Ukurlah mata kerohanian kalian melalui tes ini. Lingkarilah huruf yang kalian setujui.
1. Ketika membaringkan tubuh di padang rumput terbuka dan melihat langit yang
dipenuhi oleh awan, apakah yang kalian lihat? (Mzm. 19:2)
a. Pelangi
b. Awan Petir
2. Ketika melihat sebuah gelas diisi dengan setengah air, apakah yang kalian
pikirkan?
a. Gelas setengah penuh
b. Gelas setengah kosong
4. Bagaimana reaksi kalian ketika berada di dalam sebuah kelompok yang selalu
melakukan hal-hal yang buruk, seperti membicarakan mengenai seseorang yang
kalian kenal?
a. Menyarankan bahwa ada dua sisi dari setiap cerita kehidupan dan kalian
tidak berhak untuk menghakiminya.
b. Dengarkan saja dan bersyukur bahwa kalian tidak menjadi bahan
pembicaraan.
5. Ketika melihat kesalahan orang lain, seperti apakah yang kalian lihat pertama
kalinya? (Mat. 7:1-5)
a. Balok di mata kalian
b. Selumbar di mata mereka
Hasil pemeriksaan tes: Untuk setiap jawaban (a) yang kalian lingkari, berikan nilai 2.
Untuk setiap jawaban (b) yang kalian lingkari, berikan nilai 1.
Tes ini disadur dari Spritual Vision Test, Discussion and Lesson Starters 2 for
Youth Groups, Youth Specialties, Inc, 1997, USA.
Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian berada pada tingkatan yang
memiliki kerohanian bagaikan terkena glukoma? Saya berharap tidak sama sekali!
Memang kadang, kita dibutakan oleh dunia yang ada di sekitar, sehingga kita tidak
menyadarinya. Hari ini, kita akan melihat betapa banyak film masa kini yang dapat
membutakan mata rohani banyak orang percaya dan apa yang kita seharusnya
lakukan untuk mengatasinya.
Sejak awal, film dan televisi telah menggeser batasan-batasan moral dalam
masyarakat semakin menjauh dari standar firman Allah. Sekarang, banyak film yang
menampilkan adegan-adegan ketelanjangan, percabulan, kekerasan dan kata-kata
yang tidak pantas untuk diucapkan. Dari sudut pandang seorang Kristen yang ingin
mentaati panggilan Tuhan terhadap kekudusan, tidak ada perbedaan yang nyata.
Ketidaksopanan, ya ketidaksopanan; mengutuk, ya mengutuk; penghujatan, ya
penghujatan; seks di luar nikah, ya seks di luar nikah. Bila sebuah film mengandung
sedikit saja dari semua unsur ini daripada adegan lainnya, berarti film itu tidaklah
berkenan kepada Tuhan.
Adalah penting untuk membuat pilihan-pilihan bijak yang berkaitan dengan
hiburan, sehingga kita tidak akan tersandung. Sudut pandang dan opini moral
dari industri perfilman (terutama Hollywood) sangatlah berbeda dan seringkali
bertentangan dengan standar Tuhan. Bila ingin menjadi saleh dan tidak berdosa,
kita haruslah menunjukkannya dengan tindakan. Bila mengatakan bahwa ingin
menjadi kudus dan dipisahkan untuk Tuhan, kita haruslah waspada terhadap apa
yang masuk ke dalam kehidupan kita. Sama seperti Rasul Paulus mengingatkan:
“Sebab itu, jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”
(2 Tim. 2:22).
Ketika tiba saatnya untuk memilih film, kita haruslah bijak dalam keputusan.
Banyak film sekarang yang dipenuhi hal-hal yang dapat meruntuhkan ketetapan hati
dan kepercayaan kita. Pernahkah menonton film yang membuat kita merasa ngeri?
Pernahkah kita melihat sesuatu di layar televisi, yang ingin kita hapus dari ingatan?
Kita haruslah mengenal kepercayaan sendiri dan hidup di dalamnya. Janganlah
biarkan film menjadi penyebab kejatuhan kalian! Berikut adalah empat hal yang kita
harus waspadai ketika menonton sebuah film.
Baik masyarakat maupun media dipenuhi dengan adegan seksual, sindiran dan
percakapan. Bila tidak mengeluarkan hal ini dari kehidupan, kita akan terpengaruh.
Kita mungkin beranggapan bahwa menonton film dengan beberapa adegan seksual
tidak akan mempengaruhi diri kita. Tetapi, adegan seperti itu akan membekas dan
mencemarkan hati kita. Bila selalu menonton film-film dengan adegan seksual,
lambat laun, kita akan terpengaruh. Bila menonton film dengan adegan seksual atau
sindiran dan hati kita terangsang, inilah dosa. Pada dasarnya, kita mengeluarkan
sejumlah uang untuk mencobai diri sendiri.
Dampak dari menonton film-film yang memiliki unsur seksual dapat sangat
mempengaruhi iman kita. Hal itu dapat berpengaruh pada hasrat dan timbulkan
tindakan seks yang tidak pantas, perasaan bersalah atau malu dan menanyakan
pertanyaan-pertanyaan dengan maksud ingin memberontak terhadap standar Allah.
Ketika menonton sebuah film, tanyakan kepada diri sendiri, apakah itu menyimpang
D. Film-Film Gaib
Sebuah pertanyaan penting yang kita harus ajukan kepada diri sendiri,
“Mengapa kita menonton film ini?” Apakah motif kita? Mungkin alasan kita adalah:
Kita merasa jenuh, sehingga ingin pergi dan menyenangkan diri dengan
menonton film. Ini tidak berbahaya. Itu sangat bergantung pada pilihan film yang
kita akan tonton. Bagaimanapun, lain kali ketika merasa jenuh, tertekan, putus
asa, atau depresi, sebagai ganti dari pergi menonton film, lebih baik mencoba
untuk pergi kepada Bapa Surgawi. Kepuasan sejati berasal dari Yesus Kristus.
“Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-
sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami” (Mzm. 90:14). Kunci untuk memerangi
kejenuhan adalah menjaga diri tetap sibuk dengan sesuatu yang bermakna, yang
akan meneguhkan kerohanian kita.
B. Rangsangan
Banyak orang Kristen membiarkan diri mereka tidak peka terhadap dosa.
Mereka menjadi seperti seekor katak. Bila kita menjatuhkan seekor katak ke dalam
sebuah periuk yang berisi air mendidih, dia akan segera mencoba untuk melompat
keluar, tetapi bila kita menaruhnya ke dalam sebuah periuk dan perlahan-lahan
menambahkan temperaturnya hingga panas, maka akhirnya kita dapat merebusnya,
karena dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi terhadap dirinya sendiri. Inilah
yang telah terjadi pada orang Kristen pada umumnya dalam masyarakat di sekitar
kita. Sebagai ganti dari memisahkan diri dari masyarakat, mereka justru kembali ke
standar dan moral Kristen yang lebih rendah untuk mneyesuaikan diri dengan dunia.
Hal ini seharusnya tidak perlu sampai terjadi.
Kita perlu memiliki kepekaan rohani. Kepekaan rohani merupakan
kemampuan untuk merasakan dan menanggapi melalui kuasa Roh Kudus terhadap
kehendak Allah, kasih-Nya dan kesalahan kita. Untuk menjadi peka secara rohani,
kita haruslah senantiasa berjaga-jaga. Ini terjadi melalui doa dan pimpinan Roh
Kudus. Ada beberapa tips untuk mengejar kekudusan rohani. Ikutilah tips ini dengan
seksama. Jangan biarkan diri kita tergelincir dalam kebebalan rohani.
B. Rajutlah Hati Kita Menjadi Seperasaan dengan Hati Tuhan (Mzm. 73:28)
Dalam keadaan apapun, Raja Daud senantiasa mencari Allah untuk meminta
nasihat-Nya (2 Sam. 5:18-19). Dia bukan hanya mencari nasihat, tetapi menantikan
petunjuk Allah dan mengikutinya. Demikian pula, untuk tetap peka, kita haruslah
menjadi seperasaan dengan hati Tuhan. Bagaimana agar kita tetap peka? Mazmur
51:9-12 berkata: “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku
menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku
mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-
sorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala
kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh
yang teguh!” Untuk menjadi seperasaan dengan hati Tuhan, kita haruslah disucikan
oleh Roh Kudus, sehingga Dia dapat bekerja di dalam diri kita dan menuntun setiap
langkah kita.
Agar dapat melihat seperti yang Tuhan lihat, kita haruslah memiliki mata rohani.
Kita memerlukan Roh Kudus untuk mengarahkan dan menuntun kita kepada seluruh
kebenaran. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu
ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri,
tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya, itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia
akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (Yoh. 16:13). Roh Kudus
hanya dapat menuntun dan mengajar ketika kita mau taat kepada-Nya (Yoh. 14:26).
Kita haruslah menyucikan hati seperti yang diperintahkan oleh Rasul Yakobus
dalam Yakobus 4:8. Untuk melakukannya, haruslah menyucikan mata rohani kita,
karena keduanya saling berhubungan. “Mata adalah pelita tubuh. Bila matamu baik,
teranglah seluruh tubuhmu” (Mat. 6:22-34).
1. Empat hal apakah yang kita harus waspadai ketika membuat pilihan-pilihan
hiburan?
Penerapan Kehidupan
Seorang ayah dari dua remaja memiliki aturan dalam rumahnya bahwa tidak
ada seorangpun yang boleh menonton film-film kategori R/Restricted (kategori film
untuk usia 17 tahun ke atas). Suatu hari, sebuah film yang sangat terkenal dirilis,
sehingga semua pemuda membicarakannya. Bahkan para pemuda di gereja
membicarakannya pula. Kedua remaja itu sangat ingin menonton film itu, yang
ternyata termasuk kategori film 17 tahun ke atas, sekalipun mengetahui bahwa
ayah pasti tidak akan mengizinkan mereka menonton film itu. Untuk beroleh alasan
boleh menonton, mereka melakukan survei dan membuat daftar semua orang yang
bersikap pro dan kontra terhadap film itu. Yang bersikap pro mengomentari bahwa
film itu adalah film bermutu yang dibuat oleh seorang sutradara terkenal, dibintangi
oleh para aktor terkenal, memiliki alur cerita yang bagus dan lain sebagainya.
Sementara, yang bersikap kontrapun mengatakan bahwa film itu memuat adegan
dengan menggunakan bahasa kotor, kekerasan dan satu adegan seks (tetapi,
kebanyakan seks terselubung, yang biasa kita saksikan di televisi). Kedua remaja ini
memberikan daftar itu kepada ayah mereka. Untuk menyenangkan kedua anaknya,
ayah mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkannya dan memberitahukan
keputusannya pada malam itu.
Pada malam itu, ayah memanggil anak-anaknya untuk mendengarkan
keputusan yang telah dipelajarinya. Anak-anak turun dan senang melihat ayah
mereka sedang memegang sepiring kue brownies. Ayah berkata kepada anak-
anaknya, “Ayah telah mempertimbangkan permohonan kalian untuk menonton film
itu dan akan mengizinkan kalian menonton film itu, bila kalian mau makan sebuah kue
brownies saja. Anak-anak itu melompat kegirangan. “Tetapi, sebelum kalian mencoba
kue brownies itu, ayah ingin kalian mengetahui bahwa ayah membuat kue brownies
ini dengan susah payah dengan mengikuti resep dari buku masakan terkenal dan
menggunakan bahan-bahan terbaik. Satu-satunya yang ayah tambahkan adalah
sedikit kotoran anjing dan mencampurkannya ke seluruh adonan, sehingga kalian
mungkin, bahkan tidak ingin mencicipinya.” Anak-anak merasa jijik untuk memakan
kotoran anjing, sehingga tidak akan berani memakan kue brownies itu.
Kasus 1
Brick, seorang saudara seiman, mengaku bahwa dia telah menonton film orang
dewasa di TV kabel pada larut malam. Baru-baru ini, dia kesulitan dalam berdoa,
karena adegan-adegan yang terdapat dalam film itu terus saja melintas di dalam
ingatannya setiap kali dia menutup matanya. Dia telah benar-benar berhenti
membaca Alkitab dan kehilangan minat untuk mengikuti kebaktian. Saudara ini
mengetahui bahwa dia telah melakukan kesalahan, tetapi kurang kekuatan atau
tekad untuk berhenti dari padanya. (“Mengatasi Pencobaan dan Dosa,” Hidup Baru
Dalam Kristus, Buku Kegiatan Bagi Jemaat Baru, Seri Pemuridan, halaman 62-68,
Gereja Yesus Sejati Indonesia.)
Kasus 2
Olivia suka menonton film. Pada tiap-tiap kesempatan, dia akan berusaha mengajak
orang lain untuk menonton film bersama dengannya. Dia suka semua macam film.
Bagaimanapun, Olivia suka pula pergi ke gereja, beribadah kepada Tuhan, berdoa
dan mempelajari Alkitab. Akhir-akhir ini, dia mendapat tugas dari Departemen
Pendidikan Agama di gereja setempatnya. Dia telah melakukan suatu pekerjaan
yang baik. Sesungguhnya, Olivia adalah salah seorang guru Pendidikan Agama
yang paling dihormati oleh murid-muridnya.
Pada suatu hari Sabat, ketika sedang mengikuti kebaktian, Olivia membawa
semua murid-murid di kelasnya untuk menonton film yang memuat adegan kekerasan
dan seks secara terbuka. Saat itu, dia mengingatkan murid-murid untuk jangan
jadikan pemain film atau alur cerita dari film itu sebagai contoh dalam kehidupan
rohani mereka.
Tetapi dengan berlalunya waktu, salah seorang muridnya, seorang saudari
yang baru duduk di kelas (di Indonesia, kelas SMP 2), beranggapan bahwa memiliki
seorang kekasih merupakan ide yang bagus. Saudari ini teringat bagaimana
pahlawan yang tampan dalam film itu berhubungan intim dengan sejumlah gadis
cantik. Saudari ini tertarik untuk merasakan alangkah senangnya memiliki seorang
kekasih. Diapun memutuskan untuk mulai mengejar salah seorang murid laki-laki
yang paling tampan di sekolahnya. Akhirnya, saudari ini mendapatkannya untuk
diajak berpacaran. Waktu terus berlalu, murid laki-laki ini ingin menghabiskan lebih
banyak waktu bersama saudari ini. Sesungguhnya, dia ingin menghabiskan begitu
banyak waktu bersama dengannya hingga saudari ini tidak dapat pergi lagi ke
Bagian C – Saluran 23
1. Berapa banyakkah waktu yang kalian habiskan untuk menonton televisi selama
satu minggu? (rata-rata dari tiap-tiap anggota dari setiap kelompoknya)
2. Program tayang apakah yang paling kalian suka tonton setiap minggunya?
(Sebutkan satu program tayang untuk tiap-tiap anggota kelompok)
3. Dalam hal apakah televisi paling mempengaruhi kehidupan kalian?
4. Bila tidak ada televisi, apakah hidup kalian akan menjadi berbeda? Apakah yang
kalian akan lakukan tanpa televisi?
5. Dapatkah kalian menyebutkan setiap petunjuk yang diberikan dalam Alkitab,
yang berlaku untuk menonton program tayang televisi? Cobalah sebutkan
beberapa ayat.
Bacaan Kitab
Luk. 22:39-46; Kej. 28:11-22; 32:22-30; Mzm. 66:17-20; Yes. 49:15-26;
Ibr. 13:5
Sasaran Pelajaran
1. Memahami apa penyebab dari kesepian
2. Ingatlah bahwa Tuhan adalah teman dan rekan tetap kita
3. Belajar mencari kekuatan dan penghiburan dalam firman Tuhan
4. Mencari cara untuk membantu teman-teman dan jemaat yang sedang
menderita, karena kesepian
Ayat Alkitab
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar
karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai
engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan
engkau.” (Ul. 31:6)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Yoel 2-Amos 1
Tidak ada informasi pada bagian Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini.
“Adalah hal yang aneh dikenal secara umum, tetapi merasa begitu kesepian”
(Albert Einstein)
“Kita dilahirkan ke dalam dunia dengan perasaan asing memenuhi diri kita”
(Ronald Liang)
“Kesepian mempengaruhi beberapa orang setiap saatnya dan semua orang
di zaman ini” (Kevin Flannagan)
“Kesepian adalah persoalan terbesar yang dihadapi manusia pada hari ini”
(Billy Graham)
Pemahaman Alkitab
Dalam kehidupan rohani, kita dapat menjadi seorang diri, tetapi janganlah
memiliki perasaan kesepian. Yesus Kristus berhubungan dengan banyak orang pada
siang hari, tetapi pada malam hari, Dia menarik diri-Nya untuk berkomunikasi seorang
diri dengan Allah (Luk. 5:15-39). Ketika Yesus Kristus menarik diri, Dia seorang diri,
tetapi Dia tidak kesepian.
Tuhan, Allah kita mengetahui bahwa manusia membutuhkan manusia
lainnya untuk memperoleh dukungan moral. Itulah sebabnya, Dia menciptakan
Hawa, karena “tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej. 2:18). Sesungguhnya, Adam dan
Hawa tidaklah seorang diri, karena mereka memiliki persekutuan dengan Allah dan
seorang dengan lainnya. Tetapi saat jatuh ke dalam dosa, mereka terpisah dari Allah.
Ketegangan antar pribadi masuk ke dalam hubungan mereka bersamaan dengan
perasaan sepi.
Perasaan sepi pun terbukti dalam kehidupan Yakub, Yesus, Musa, Ayub,
Nehemia, Elia dan Yeremia. Dalam Mazmur 142, Raja Daud mengungkapkan
perasaan sepinya saat berada dalam gua. Bagaimanapun, sebagai ganti dari hanya
mengeluhkannya, dia justru manfaatkan waktunya untuk berhubungan dengan Allah.
Dia pun menyebutkan: “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun
TUHAN menyambut aku” (Mzm. 27:10).
Demikian pula, Tuhan kita, Yesus pun merasa kesepian di Taman Getsemani.
Penderitaan dan kecemasan yang Dia alami ditunjukkan melalui doa-Nya yang
sungguh-sungguh. Dia hanya dapat mengatasi penderitaan dan kesepian melalui
pertolongan Allah Bapa, yaitu saat seorang malaikat muncul dan meneguhkan-Nya
(Luk. 22:41-44; Mat. 26:36-45).
Solusi untuk kesepian seperti yang ditunjukkan dari Kitab Suci adalah memiliki
hubungan yang bertumbuh dengan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, kesepian
tidaklah akan muncul ketika kita bersekutu dengan Tuhan dan belajar untuk mengasihi,
menolong, memperhatikan, mengampuni dan saling memotivasi. Sesungguhnya,
ada dua sisi dari kesepian – emosi dan rohani – yang saling berkaitan. Bila memiliki
hubungan yang baik dengan Tuhan, kita akan memiliki hubungan yang baik pula
terhadap sesama dengan sendirinya dan tidak akan merasa kesepian. Ketika kita
merasa kesepian, seringkali itu menunjukkan adanya persoalan di dalam hubungan
antar pribadi dan dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan tidak
akan pernah melupakan kita (Yes. 49:15-26).
Kita akan menjadi kesepian, bila tidak memiliki teman. Tetapi, bila memiliki
temann-teman yang baik, kita akan ingin berbagi segalanya dengan mereka. Sebagai
hasilnya, kita akan merasa puas dan dikasihi. Bagaimanapun, bila tidak ada orang
yang membagikan hal-hal yang baik dengan kita, perasaan kita akan menjadi sangat
berbeda.
Suatu ketika, seorang pendeta di Ghana mengundang seorang pekerja
penuh waktu untuk makan ayam goreng dengannya. Selagi menyantapnya, pendeta
memandang ke arah pekerja itu dan menyadari bahwa salah satu dari potongan
ayamnya menghilang. Dia mengira bahwa pekerja inilah yang telah memakan
satu potongan ayam itu dan membungkus potongan lainnya untuk dibawa pulang
ke gereja, sehingga dapat memberikan kepada rekan kerjanya. Pekerja ini dapat
saja memakan semua potongan ayam itu dan memberitahu rekan kerjanya ketika
pulang bahwa betapa lezatnya potongan ayam itu. Tetapi, dia justru menyimpan
satu potongan ayam untuk diberikan kepada rekan kerjanya, sehingga dia pun dapat
menikmatinya. Mengasihi orang lain membuat kita sungguh merasa bersukacita!
Bila seorang diri, kita tidak dapat berbagi sesuatu dengan orang lain. Apalagi bila
seorang diri dan terjatuh, tidak ada seorangpun yang dapat mengangkat kita.
Selanjutnya, bila menikah dengan orang yang tidak percaya, kita akan
merasa begitu kesepian secara rohani, karena tidak ada orang yang memotivasi
kita. Kesepian dalam perjalanan rohani dapat menjadi fatal bagi iman kita. Seperti
dikatakan dalam Pengkhotbah 4:10, “Karena kalau mereka jatuh, yang seorang
mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang
lain untuk mengangkatnya!”
Demikian pula, ketika memutuskan untuk pindah ke suatu tempat, kita
haruslah memikirkan kerohanian kita. Bila pindah ke suatu tempat yang tidak
ada gereja atau jemaat, kita akan merasa kesepian dan akhirnya, iman kita akan
menjadi dingin. Ada seorang saudara yang begitu giatnya ketika pulang ke negara
asalnya. Dia adalah seorang guru Pendidikan Agama dan koordinator persekutuan
pemuda. Bagaimanapun, saat pindah ke Amerika, dia hanya mengikuti kebaktian
kira-kira tiga kali saja dalam kurun waktu 20 tahun, karena tidak ada gereja di daerah
itu. Tidak dapat dihindari, imannya menjadi dingin. Tetapi, Tuhan Maha pemurah
memanggilnya kembali dengan mengizinkan putrinya menderita suatu penyakit.
Saudara itu menyadari bahwa Tuhan sedang memanggil dirinya dan keluarga,
sehingga membawa seluruh keluarganya ke gereja. Selama baptisan air, putrinya
menyaksikan penglihatan darah Yesus Kristus dan menjadi sembuh. Bila Tuhan
tidak memanggil diri dan keluarganya kembali, mungkin seluruh keluarga itu telah
menjadi tersesat.
“Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali
tiga lembar tak mudah diputuskan” (Pkh. 4:12). Ketika sedang memilih perguruan
tinggi yang kita akan pilih, yang terbaik adalah carilah sekolah yang lokasinya dekat
dengan gereja atau suatu tempat yang sudah ada jemaatnya. Bila memilih sekolah
B. Merindukan Seseorang
Ketika ditolak oleh teman-teman atau keluarga, kita akan merasa beban dunia
seolah-olah sedang menimpa kita. Kita mungkin mulai menarik diri, karena mengira
tidak seorangpun menginginkan kita. Lebih mudah menghadapi diri sendiri daripada
menghadapi orang lain. Lalu, perasaan kesepian akan muncul dan itu bagaikan
lubang yang sulit untuk dipanjat keluar. Kadang, mungkin kita ditolak, karena orang
tidak menyukai cara kita atau karena mereka tidak memahami kita. Kadang, mungkin
kita telah melakuakn sesuatu yang membuat orang lain menghindari kita.
Yesus Kristus adalah seorang yang ditolak oleh orang-orang di kampung
halaman-Nya. Mudah saja bagi Tuhan untuk merasa tertolak dan bersikap menyerah
terhadap pekerjaan-Nya. Dia dapat memilih untuk pergi ke padang gurun dan menjadi
diri-Nya sendiri. Tetapi, inilah saatnya Dia bahkan menjadi lebih kuat di dalam doa
dan lebih mengandalkan Allah untuk membantu-Nya mengatasi perasaan itu. Pada
saat ketika merasa orang lain tidak memahami atau menolak kita, karena mereka
tidak dapat menerima kita, kita dapat berdoa kepada Tuhan untuk membantu orang
lain mengenal diri kita lebih baik, sehingga komunikasi dapat membawa semua orang
pada pemahaman yang lebih baik.
Kadang, mungkin ditolak, karena kita tidak melakukan hal yang salah. Bila
orang lain memiliki alasan untuk menghindari kita, kita haruslah menunjukkan suatu
pribadi yang baru dan berubah kepada mereka. Oleh sebab Paulus telah menganiaya
umat Kristen di masa lalu, tidak seorangpun yang ingin mendekatinya segera setelah
dia bertobat. Dan saat Saulus datang ke Yerusalem,
Gejala yang paling jelas dari kesepian adalah menarik diri dari orang lain.
Bagaimanapun, ada tiga dampak lain dari kesepian.
Ketika kesepian, kita akan mengalami perasaan yang tidak layak dan tidak
mampu berhubungan dengan orang lain. Kesepian dapat pula berakibat dengan
penarikan diri ke dalam pikiran yang memusatkan hanya pada diri sendiri dan
beranggapan bahwa tidak seorangpun memahami kita. Sebaliknya, ini akan berakhir
dengan penarikan diri sepenuhnya dan menjauhkan diri dari masyarakat. Ini sungguh
berbahaya.
Ada seorang pemuda yang tidak lagi pergi ke sekolah selama beberapa bulan.
Dia merasa begitu kesepian, sehingga mulai bermain game di internet sampai pukul
4 pagi, sebagai cara untuk meredam rasa kesepiannya. Karena kecanduan, dia tidak
dapat bangun pada waktu sekolah. Dan oleh sebab itu, dia tidak dapat ke sekolah
dan tidak memiliki teman. Jadi, dia menarik dirinya dan bermain internet sepanjang
hari. Dia tidak dapat mengeluarkan dirinya dari lingkaran setan itu. Penghargaan
diri yang rendah muncul sebagai akibat dari tidak bersentuhan dengan orang lain
atau Tuhan. Kita haruslah ingat bahwa menarik diri bukanlah hanya meningkatkan
perasaan penghargaan diri yang rendah. Sebaliknya, kita haruslah tetap bersikap
positif dan mengingat bahwa “kesanggupan kami adalah pekerjaan Tuhan” (2 Kor.
3:5). Janganlah lupa bahwa kita tidaklah seorang diri, karena Alkitab menasihati
bahwa Tuhan memahami kesedihan dan sakit hati kita. Kita haruslah yakin dan
percaya kepada-Nya, mencurahkan segenap isi hati kita kepada-Nya, karena Dia
akan menampung air mata kita di dalam kirbat-Nya (Mzm. 56:9).
B. Depresi
D. Seks dan Kekerasan (Gal 5:19-21; Ams 6:16-19, 16:29; 1 Kor 16:15-24)
Bila tidak mengasihi orang lain, kita akan merasa kesepian. Karena Tuhan
Yesus memerintahkan kita: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
(Mat. 22:39). Ketika memiliki kasih Allah di dalam diri kita, kita akan ingin membagikan
kasih itu dengan orang lain dan tidak akan pernah merasa kesepian. Ketika hidup di
dalam kasih dan melakukan segala sesuatunya dalam kasih, kita tidak akan pernah
merasa putus asa dan kesepian.
Ketika Petrus sedang lemah di dalam imannya, dia menyangkal Tuhan tiga
kali. Satu-satunya alasan penyangkalan ini adalah bahwa dia seorang diri berada
dalam situasi yang berat. Ketika merasa iman sedang lemah, apakah kita merasa
kesepian? Apakah kita memiliki rekan rohani, seorang yang dapat kita jangkau?
Pastikan bahwa kita memiliki teman-teman rohani, karena mendapat perhatian dari
orang lain akan membantu melenyapkan kesepian.
Kita bukan hanya harus menjangkau orang lain, tetapi harus bersedia pula
untuk bersikap terbuka dan memiliki seseorang, yang kita dapat ajak komunikasi
dari hati ke hati dengan serius, sehingga kita tidak akan merasa kesepian. Bila
menyembunyikan diri sendiri dan tidak bersikap terbuka dengan orang lain, kita
akan mengalami betapa menyakitkannya kesepian itu. Ketika menghindar untuk
berhubungan dengan orang lain, kesepian akan semakin dirasa.
Selain bersikap terbuka kepada orang lain, penting pula untuk membuka
hati kita untuk Tuhan. Bila melakukannya, kita tidak akan pernah merasa kesepian,
karena Tuhan tinggal di dalam hati kita. Dengan percaya kepada Tuhan, berdoa
dan mengikuti Pemahaman Alkitab, akan membantu kita membuat kesepian lebih
dapat ditolerir dan beroleh sebuah cara untuk menanggulanginya. Biarkan firman
Tuhan memenuhi pikiran dan hati kalian seperti Tuhan telah berjanji kepada
Yakub: “Sesungguhnya, Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau,
ke manapun engkau pergi dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini,
sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang
Kujanjikan kepadamu” (Kej. 28:15).
Sebagai kesimpulan, bagaimana kita mengatasi kesepian? Rahasianya ada
pada 1 Yohanes 1:3, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu,
kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan
kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-
Nya, Yesus Kristus.” Hari ini, kita seharusnya tidak lagi merasa kesepian, karena kita
memiliki akses langsung kepada Tuhan. Bila memiliki persekutuan yang baik dengan
Tuhan dan saudara-saudari seiman, kesepian kitapun akan lenyap.
“Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan
apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibr.
13:5).
Menguji Pemahaman
1. Apakah kesepian?
Berikut adalah web log on seorang saudara dengan tema kesepian. Baca dan
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.
“When you’re feeling lonely, when your heart is aching, when something happens
that makes you doubt my love. Then my child, come close to me, just be still and
listen. I long to comfort you and renew you in my love.
Don’t let your heart be troubled, just take my hand, it doesn’t matter if you can’t
understand; don’t be afraid, trust in my love, for I will never, ever fail you, I’ll never
forsake or let you down. All I ever do is love you, yes, you are always in my
thoughts, you are always in my care; my arms of love are all you need, so learn
to trust in me completely, for I will not forsake or let you go.
Heaven and earth will pass away, but my word goes on forever, My word lives
on forever. I will not forsake you, I will never leave you alone.”
Bagian C – Jangkaulah!
Kita telah belajar bahwa semua orang mengalami kesepian pada saat-saat
tertentu atau di saat lainnya. Tetapi kita pun telah belajar, bahkan sekalipun kesepian
mendera, kita memiliki kepastian bahwa bila berpaling kepada Kristus dan berjalan
bersama-Nya, kita tidak akan pernah seorang diri. Setelah Kristus menolong kita
mengatasi kesepian, kini giliran kitalah yang membantu orang lain untuk mengatasi
persoalan hidup mereka!
Ada seorang perempuan yang tinggal di sebuah apartemen besar dan bekerja
di sebuah toko bersama dengan banyak orang. Bahkan sekalipun mengenal banyak
orang, tetapi setiap malam dia akan memperdengarkan lagu-lagu perpisahan dari
stasiun radio hanya untuk mendengar sebuah suara berkata, “Kami berharap Anda
memiliki malam yang sangat menyenangkan.” Dia membayangkan penyiar radio
ini baru saja berbicara kepadanya! Dia merasa ‘lapar’ akan ucapan seseorang,
sekalipun dia telah bertemu dengan beratus-ratus orang banyaknya setiap hari.
Apakah kalian merasakan ‘kelaparan’ seperti ini? Atau apakah kalian mengenal
seseorang yang merasakan ‘kelaparan’ ini? Mengapa tidak menjangkau seseorang
dan menghubungi orang itu secara pribadi atau mengirimkan email kepada mereka?
Atau pikirkan cara lain, agar kalian dapat menjangkau seseorang, sehingga dia pun
akan mengalami sukacita, merasa diinginkan dan dikasihi.
Bacaan Kitab
Flp. 4:4-9; Mat. 6:25-34; Rm. 8:28; 1 Pet. 5:7; Luk. 12:22-31; Mzm. 37:8
Sasaran Pelajaran
1. Mengizinkan murid-murid menceritakan kekuatiran yang mereka alami
di dalam kehidupan
2. Memahami apa yang Alkitab katakan Alkitab mengenai kekuatiran dan
bagaimana cara menghadapinya
3. Menganalisis cara-cara untuk mengizinkan orang lain dan Allah
membantu memikul beban kita
Ayat Alkitab
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar
karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai
engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan
engkau.” (Ul. 31:6)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Amos 2-4
Tidak ada informasi mengenai Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini.
Pemahaman Alkitab
“Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat.
6:34).
Kekuatiran merupakan sebuah bentuk perasaan yang mewabah dalam
masyarakat modern. Istilah medis untuk kata ‘kuatir’ adalah cemas; dan setiap
tahunnya, orang-orang Amerika menghabiskan jutaan dollar untuk mengkonsumsi
obat-obat penenang dan perelaks syaraf untuk mengatasi rasa cemas. Kekuatiran
adalah kecemasan terhadap keadaan yang berada di luar kendali kita. Menurut
Webster’s New World Dictionary, kecemasan adalah keadaan dari seseorang yang
sulit, prihatin atau kuatir terhadap suatu kejadian yang mungkin akan terjadi kelak.”
Dalam Alkitab, kecemasan dijelaskan dalam wujud keprihatinan yang sehat
dan dalam wujud keresahan atau kekuatiran.
Kecemasan telah mengelilingi kita untuk waktu yang lama. Bahkan pada
zaman Yesus, kecemasan sudah beredar di manapun. Orang-orang yang berdiri
pada di sisi bukti saat Dia menyampaikan Khotbah di Bukit tidaklah berbeda dengan
kita. Apa yang Tuhan Yesus sampaikan adalah untuk membantu mereka mengatasi
tekanan dan kekuatiran hidup? Dia memberikan cara penanganan atas rasa cemas di
hati mereka. Dia langsung menghadapi penyebabnya dan memiliki cara penanganan
untuk hati yang merasa kuatir atau cemas. Dia mengajarkan bahwa mereka tidak
perlu menguatirkan masa depan atau kebutuhan hidup mereka yang mendasar,
karena Tuhan mengetahui dan memahami semuanya itu. “Karena itu, Aku berkata
kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan
atau minum dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu
pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting
daripada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan
tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan
oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta
saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah
bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun
Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian
seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di
ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih
lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu
kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum?
Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya
itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:25-34). Dengan perkataan lain, kecemasan adalah
suatu perasaan yang sia-sia saja, karena hidup lebih penting daripada harta. Hidup
lebih penting daripada materi. Hidup lebih penting daripada keadaan fisik. Hidup
memiliki dimensi kekekalan yang melampaui diri kita.
Rasul Paulus mengatakan pula mengenai hal ini dengan memberitahu kita
untuk “janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur” (Flp. 4:6-23).
Ketika kita menjauh dari pada Tuhan, mengangkat beban dan tanggung jawab
hidup seorang diri, maka akan menyebabkan kita mengalami kecemasan dan tekanan
yang besar (Ams. 12:25). Dengan berbuat demikian, kita akan tergelincir kepada
sikap bersandar pada diri sendiri dan dipenuhi dengan tekanan-tekanan hidup kita
sendiri. Alkitab tidak mengatakan bahwa ada yang salah dalam menghadapi dan
Dalam Kitab Suci, kita dapat melihat banyak penyebab dari kecemasan.
Sebagai contoh:
– Konflik keluarga (Kej. 32:6-12; 2 Sam. 18:24-33)
– Tindakan otoritas (Est. 4:1-17)
– Rasa prihatin terhadap orang-orang yang dikasihi (Luk. 2:48)
– Penyakit (Yoh. 4:46-49)
– Antisipasi terhadap kejadian-kejadian di masa yang akan datang (2 Kor. 2:12-
17)
Bagaimanapun, dalam pelajaran ini, kita akan berfokus pada empat alasan
utama: Rasa bersalah, ketakutan, kurangnya interaksi dan kurangnya pemahaman.
Kita merasa kuatir, karena tidak memiliki pemahaman dalam kehidupan ini.
Kita kehilangan iman dan tujuan hidup. Kita merasa kuatir, karena tidak percaya
kepada Tuhan. Ketika merasa kuatir, kita memiliki dua pilihan. Kita dapat berpaling
kepada Tuhan dan menyerahkan seluruh kekuatiran kita kepada-Nya atau dapat
menghadapi kekuatiran dengan seorang diri. Ketika tidak lagi mempercayakan
kehidupan atau perasaan atau masa depan kita kepada Yesus Kristus, kita pasti
akan merasa kuatir. Dan ketidakpercayaan tu merupakan dosa, karena kita
bertanggung jawab pada diri sendiri yang merupakan milik Tuhan. Kita dengan
keras kepala menolak meletakkan diri kita ke dalam tangan Tuhan yang kuat. Tetapi,
apa yang Tuhan nasihatkan kepada kita? “Sebab itu, janganlah kamu kuatir dan
berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah
yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.
Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu. Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena
hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari” (Mat. 6:31-34). Tidak ada yang perlu dikuatirkan, Tuhan telah mengendalikan
semuanya. Masukkan saja Dia ke dalam kehidupan ini dan kita akan memahaminya
serta kekuatiran kitapun akan lenyap!
Apakah yang kita seharusnya lakukan ketika merasa kuatir? Filipi 4:4-9
memberikan kita lima langkah untuk mengatasi persoalan ini. Marilah kita meneliti
langkah-langkah ini untuk melihat bagaimana kita dapat mengatasi kekuatiran.
Perintah untuk bersukacita didasarkan pada fakta bahwa sukacita kita ada
di dalam Tuhan. Sukacita sejati tidaklah bergantung pada keadaan, tetapi pada
keyakinan bahwa Tuhanlah yang mengendalikan keadaan itu. Oleh karena itu, kita
dapat belajar untuk senantiasa bersukacita. Makin merasa kuatir, kita akan semakin
kurang dapat bersukacita.
Untuk menerima sukacita dari Tuhan, haruslah rela menyerahkan penderitaan
kita kepada-Nya. Kita haruslah ingat dan yakin bahwa anugerah Tuhan tidak akan
membawa kita ke tempat yang Dia tidak dapat memelihara kita. Yang melemahkan
kekuatan dan menyebabkan kekuatiran terjadi bukanlah kesulitan yang kita hadapi,
tetapi ketidakmampuan kita untuk mengatasinya. Dalam Ratapan 3:22-26, kita
diingatkan bahwa kasih setia Tuhan tidak pernah gagal; selalu baru tiap pagi.
Orang yang dengan diam menantikan dan mengharapkan keselamatan-Nya akan
menerima sukacita.
Oleh karena itu, untuk dapat menyaksikan anugerah Tuhan, kita haruslah
tenang (Mzm. 46:11). Kita harus menantikan Tuhan datang untuk memecahkan
persoalan yang ada. Dia akan membawa kita ke tingkat yang lebih tinggi dan
meninggikan kita. Seperti dikatakan dalam Nehemia 8:10, “Jangan kamu bersusah
hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!” Sukacita dari Tuhan
akan meneguhkan dan menjadikan kita sempurna. Jadi, bagaimana cara membuat
sukacita dari Tuhan itu sebagai kekuatan bagi kita? Dengan tinggal di dalam firman-
Nya (Yoh. 15:11; 1 Yoh. 1:4; Mzm. 119:143). Dan dengan tetap memiliki fokus.
“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran,
damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rm. 14:17). Oleh karena itu, untuk
dapat memiliki Kerajaan Allah di dalam hati dan bersukacita, kita harus mengurangi
kekacauan di dalam kehidupan sendiri dan menyerahkan beban kepada Tuhan.
Langkah ketiga adalah yang paling sulit dari semua langkah yang ada,
karena kedengarannya sangat sederhana, yaitu: Jangan kuatir, berdoalah! Tidak ada
keraguan bahwa penangkal alkitabiah dari kekuatiran adalah berdoa: “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp.
4:6). Doa haruslah ditujukan untuk segala hal (semua kondisi kehidupan). Mohonlah
sesuatu dengan disertai ucapan syukur dan percayalah kepada Tuhan dengan iman
untuk jawaban doa-Nya.
Untuk menerima damai sejahtera dari Tuhan, kita haruslah membuat
permohonan yang dikenan oleh-Nya. Berdoa bukan persoalan percaya kepada-
Nya saja, tetapi memohon kepada pertolongan-Nya pula. Kita haruslah belajar
melepaskan dan mengizinkan Tuhan yang mengambil alih, percayalah bahwa Dia
berkuasa untuk memecahkan persoalan kita (Ibr. 11:6). Agar tidak merasa kuatir,
kita haruslah berdoa dan membawa kekuatiran itu ke hadapan Tuhan. Kita haruslah
berdoa sampai telah dapat mengutarakan semua kekuatiran kepada Tuhan.
Berdoalah sampai telah dapat melepaskan beban. Percayakan semuanya kepada-
Nya. Berdoalah memohon kekuatan-Nya untuk menanggung salib. Ketika saatnya
tiba, Dia akan membuang salib itu. Dia akan menghibur dan membimbing kita.
D. Pikirkan untuk Melihat Persoalan dari Sudut Pandang Tuhan (Flp. 4:8)
Ayat ini bukan hanya memberitahu kita agar tidak merasa kuatir, tetapi
memberitahukan pula untuk belajar berpikir dengan cara yang benar. Ayat ini
memerintahkan kita untuk memikirkan semua yang benar, semua yang mulia, semua
yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua
yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Kekuatiran terjadi, karena kita tinggal di
dalam diri dan persoalan hidup, bukan pada Allah dan solusi-Nya. Orang Kristen
haruslah berpusat pada Kristus dan bukan pada persoalan. Ajarilah diri kita untuk
merenungkan perkara-perkara yang bermanfaat. Ubahlah kecemasan yang negatif
menjadi kebenaran-kebenaran yang positif. Janganlah serahkan kendali hidup
kita pada suatu persoalan, tetapi serahkanlah kepada Roh Kudus, yang dapat
memecahkan persoalan (Rm. 8:26-39).
Sesuatu terjadi, karena Tuhanlah yang mengizinkan hal itu terjadi. Bila
melihat suatu perkara dari sudut pandang Allah, kita akan dapat melihatnya dengan
jelas, sekalligus akan merasa lebih mudah untuk menerima kenyataan. Bila ingin
mengatasi kekuatiran, kita haruslah sampai pada kesadaran bahwa Allah mengasihi
kita dan akan menjaga kita. Bila sungguh-sungguh percaya bahwa Allah berkuasa,
mengasihi kita dan akan memenuhi kebutuhan kita, kita seharusnya tidak merasa
kuatir atas hal apapun. Belajarlah untuk melihat keadaan dari sudut pandang Allah.
Kedewasaan rohani adalah penangkal dari rasa kuatir. Itulah yang setiap
orang Kristen harus kejar. Banyak persoalan yang kita hadapi dalam hidup, entah
besar atau kecil, akan membawa kita kepada kedewasaan rohani.
Ketika mengalami kesulitan dalam hidup, kita janganlah pernah menyerah!
Perjalanan rohani kita sama seperti perlombaan lari maraton. Tahap-tahap akhir
dari perlombaanlah yang selalu tampak paling sulit untuk dilalui. Kita tidak dapat
memenangkan perlombaan pada tahap-tahap awalnya. Kita haruslah terus berlari
sedemikian rupa hingga mencapai garis akhir. Kita haruslah memacu diri dan bersiap
untuk menghadapi putaran dan tahap berikutnya. Ketika semuanya itu terbentang
di sepanjang jalan, janganlah lepaskan perlombaan itu. Ingatlah, ketika perjalanan
menjadi sulit, kesulitan itu kelak akan pergi. “Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN,
maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya
orang benar itu goyah” (Mzm. 55:23). Semua persoalan yang kita hadapi sekarang
ini ada untuk menguatkan dan membentuk diri kita.
Apapun persoalan-persoalan kita, semuanya itu tidaklah sebanding dengan
terang yang kekal. Tidak peduli seberapa besar kegagalan kita, anugerah Allah
tetaplah lebih besar daripada semuanya itu, karena “jawab Tuhan kepadaku:
Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-
Ku menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku,
supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Kor. 12:9). Angkatlah hati dan
mata kita. Janganlah hindari persoalan-persoalan itu dan janganlah pula merasa
kuatir. Halaulah setiap persoalan secara langsung dan ketahuilah bahwa Allah
akan membantu kita melewatinya. Makin sulit persoalannya, semakin besar pula
anugerah-Nya bagi kita.
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami
semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari” (2
Kor. 4:16). Ini merupakan semangat dan sikap seorang Kristen yang kita harus kejar
untuk menjadi dewasa dalam kerohanian. Kiranya Tuhan menuntun dalam segala
kerja keras kita untuk menjadi seorang Kristen yang dewasa secara rohani, sehingga
dapat dengan bebas menyerahkan semua kekuatiran dan beban kita kepada-Nya.
4. Lima langkah apakah yang kita harus ambil untuk mengatasi kekuatiran?
Penerapan Kehidupan
Apakah yang kalian kuatirkan? Sebutkan beberapa hal yang kalian kuatirkan
dan bagikan kepada yang lainnya. Setelah kalian membagikan kekuatiran pribadi,
Anda dan murid lainnya akan menasihati kalian bagaimana cara mengatasinya.
Kasus 1
Untuk Abby, aku begitu tertekan! Ini adalah tahun terakhirku di SMU dan memiliki
banyak persoalan untuk diatasi. Aku adalah seorang anggota tim sepakbola, dewan
siswa, masyarakat Kehormatan Nasional, ditambah lagi tanggung jawab terhadap
teman, keluarga, sekolah dan gereja. AAARRGGH!!! Semuanya itu tampak bagaikan
tugas makalah yang aku harus tulis setiap harinya. Aku selalu tergesa-gesa,
mengerjakan segala sesuatunya. Bahkan aku tidak memiliki waktu untuk makan
dengan benar. Aku menjadi sangat kurus. Apakah yang aku harus lakukan? Aku
tidak ingin mengulangi semuanya ini ketika berada di perguruan tinggi pada tahun
depan. Dapatkan kamu membantuku?
Salam,
Siswa senior yang sedang tertekan
Bagi Siswa senior yang sedang tertekan, Anda seharusnya izinkan Allah menunjukkan
sebuah cara untuk diri Anda, seperti yang dikatakan-Nya dalam Yeremia 10:23.
Anda tidak perlu melakukan setiap aktivitas yang bermanfaat. Mohonlah agar Allah
membimbing diri Anda, sehingga dapat tetap sejalan dengan rencana-Nya untuk diri
Anda (Yer. 29:11). Anda seharusnya memprioritaskan aktivitas tertentu saja untuk
dilakukan dengan melepaskan salah satu aktivitas yang Anda sendiri tidak memiliki
waktu untuk itu. Apakah yang menurut Anda paling penting? Ingatlah untuk tetap
sediakan suatu ruang bagi Allah dalam kehidupan Anda.
Salam,
Abby
Kasus 2
Abby sayang, aku tidak mampu mengatasinya! Ibu bekerja sepanjang hari, sehingga
aku harus menjaga adik-adikku. Tetapi, dia lupa bahwa aku pun masih harus ke
sekolah dan membutuhkan ruang dan waktu untuk diriku sendiri. Ditambah lagi
pekerjaan gereja pada saat yang sama. Aku harus mengajar di kelas Pendidikan
Agama, mengikuti paduan suara dan membantu kelas Pendidikan Agama dalam
mengatur jadwal aktivitas tiap-tiap kwartalnya. Semua itu terlalu banyak bagiku. Aku
merasa kuatir. Mungkin aku akan segera jatuh sakit, karena semua tekanan ini.
Salam,
Seseorang yang sedang merasa kuatir di Wichita
Bagi seseorang yang sedang merasa kuatir di Wichita, Anda seharusnya berbicara
serius dengan ibu Anda. Biarkan beliau mengetahui bahwa Anda tidak mampu
mengatasinya dan perlu bantuan segera. Biarkan pula beliau mengetahui betapa
tertekannya diri Anda selama ini. Ibu Anda pasti akan memahaminya. Anda pun
perlu membicarakan keadaan diri Anda kepada beberapa saudara-saudari seiman.
Biarkan mereka mengetahui bahwa Anda sedang mengalami banyak tekanan
Salam,
Abby
Kasus 3
Untuk Abby, sejujurnya ketika tiba saatnya untuk ujian, aku selalu merasa kuatir!
Aku telah melakukan yang terbaik. Aku selalu berusaha menarik nafas dalam-dalam
sebelum dan setelah mengikuti ujian. Tetapi ketika tiba saatnya untuk menuliskan
jawaban di kertas ujian, semuanya seolah-olah menghilang keluar dari jendela.
Aku tidak dapat tidur dengan nyenyak pada malam harinya. Aku selalu merasa
mengantuk. Bagaimana aku dapat mengatasi kecemasanku pada saat ujian?
Salam,
Seseorang yang merasa kuatir pada saat ujian
Bagi seseorang yang merasa kuatir pada saat ujian, sepertinya Anda benar-benar
merasa cemas pada saat ujian Anda berlangsung. Pertama, Anda haruslah belajar
untuk mencari penyebabnya. Apakah yang menyebabkan Anda merasa cemas ketika
sedang belajar? Terlalu berisik? Penundaan? Kedua, Anda haruslah mengalihkan
pikiran Anda sendiri. Bila terjaga sepanjang malam, Anda mungkin dapat melakukan
hal-hal yang produktif, agar dapat tidur lebih nyenyak ketika akhirnya kembali ke
tempat tidur. Cobalah untuk berdoa dan memohon, agar Allah membiarkan Anda
untuk kembali tidur dengan nyenyak. Itu merupakan obat yang terbaik untuk
insomnia (orang-orang yang kesulitan untuk tidur)! Cara lainnya adalah mengganti
pikiran negatif dengan aktivitas fisik. Lakukan beberapa olahraga seperti jalan atau
lari. Ketiga, tanganilah gejala-gejala yang timbul. Usahakan melihat semuanya dari
sudut pandang yang berbeda. Bila berusaha sebaik mungkin dan mempercayakan
semuanya kepada Allah, Anda tidak lagi perlu merasa kuatir akan apapun. Masuklah
ruang ujian dan kerjakanlah dengan tenang, karena di dalam hati mengetahui bahwa
Allah sedang memperhatikan diri Anda!
Salam,
Abby
Kasus 4
Untuk Abby, aku memiliki banyak persoalan dengan rasa cemas atas segala hal.
Menurutku, aku terlalu banyak kegiatan. Menurut Anda, apakah yang menyebabkan
rasa cemas di hatiku dan bagaimana cara mengatasinya?
Salam,
Amy yang sedang merasa cemas
Ini hanyalah beberapa tips. Anda boleh memikirkan cara yang lainnya. Aku
berdoa, agar Tuhan membimbing Anda dan memberikan ketenangan yang diri Anda
butuhkan! Ingatlah: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6-23). Allah memberkatimu!
Salam,
Abby
Bacaan Kitab
Mat. 23; 15:8-20; Luk. 13:10-17; Tit. 1:16; Yak. 1:22-24; 2:14-26; Rm. 2:1
Sasaran Pelajaran
1. Mengamati dengan sungguh-sungguh apakah kita adalah seorang
Kristen dari penampilan luar saja
2. Memahami apakah maknanya menjadi seorang Kristen yang sejati
3. Mengambil langkah-langkah, agar kita dapat sejalan dengan firman
Allah
Ayat Alkitab
“Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-
Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.”
(1 Yoh. 2:4)
Bacaan Kitab untuk Minggu ini (bagi para guru dan murid)
Amos 5-7
Tidak ada informasi mengenai Latar Belakang Alkitab untuk pelajaran ini.
Pemahaman Alkitab
Kata ‘munafik’ berasal dari kata Yunani ‘hypokrisis,’ yang berarti memainkan
suatu peranan di atas panggung.
Oleh karena itu, sesuai dengan penjelasan di atas, orang-orang munafik
adalah mereka yang berpura-pura. Mereka adalah orang-orang yang tidak bertindak
sesuai dengan dirinya yang sebenarnya, tetapi menyamarkan dirinya menjadi orang
lain. Marilah kita melihat apa yang dikatakan Kitab Suci mengenai orang-orang
munafik dan bagaimana Tuhan Yesus menyebut diri mereka.
“Sebab itu, turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena
mereka mengajarkannya, tetapi tidak melakukannya” (Mat. 23:3).
5. Katakan keprihatinan
Anda kepada mereka yang
belum mengenal Yesus,
namun apakah telah
berusaha untuk bagikan
iman Anda?
6. Nyatakan bagaimana
pentingnya kejujuran,
namun apakah kedustaan
ringan yang diucapkan
akan bantu Anda dalam
hadapi situasi yang sulit?
8. Katakan pentingnya
bergaul dengan sesama
jemaat, namun apakah
Anda habiskan waktu lebih
lama dengan teman yang
non-Kristen daripada yang
sesama jemaat?
Berikan diri Anda sendiri nilai 3 untuk setiap jawaban “tidak pernah,” nilai 2
untuk setiap jawaban “jarang,” nilai 1 untuk setiap jawaban “kadang-kadang” dan
nilai 0 untuk setiap jawaban “sering.”
Nilai 40-45
Anda biasanya melakukan apa yang diyakini. Hal itu luar biasa! Hanya dengan
hidup kudus seperti yang Alkitab ajarkan, Anda akan memiliki kepuasan sejati. Tetapi
ingatlah, kemunafikan itu tidak kentara dan dapat dengan mudah merayap masuk
ketika Anda tidak menduganya. Jadi, tetaplah introspeksi diri untuk memastikan
bahwa Anda sedang menjauhinya.
Nilai 25-39
Anda memiliki beberapa persoalan, tetapi bukan persoalan yang tidak dapat diatasi
oleh Allah dan Anda sendiri. Perhatikan dengan lebih seksama terhadap hal-hal
tertentu yang dapat membuat diri Anda menjadi seorang munafik. Atau apakah itu
dalam kehidupan ibadah Anda sendiri? Atau mungkin di sekolah atau di tempat kerja.
Mulailah dengan mengakui dosa-dosa Anda dan berdoa memohon kekuatan untuk
membuat pilihan-pilihan yang bijak. Pertimbangkan pula dengan menanyakannya
kepada seorang teman Kristen yang dapat dipercayai untuk berdoa bersama-
sama dengan diri Anda. Anda dapat lebih menjadi seorang seperti yang Tuhan
kehendaki.
Nilai di bawah 24
Bila Anda tidak ingin bergaul dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang
dihukum Tuhan karena kemunafikan, Anda perlu melakukan pengintrospeksian diri.
Kabar baiknya adalah bahwa Tuhan lebih senang Anda melakukannya, bila mau
bekerja sama dengan-Nya. Mulailah dengan mengatakan maaf kepada-Nya untuk
jalan yang Anda kira benar, tetapi ternyata bukanlah demikian. Carilah nasihat dan
bantuan dari seorang Kristen dewasa yang mau bertemu dengan Anda secara rutin
untuk berdoa bersama dan bertanggung jawab. Anda janganlah tinggal di dalam
kubangan kemunafikan!
“Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah
TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya”
(Mzm. 27:4). Dengan kata lain, hati penulis dari kitab Mazmur ini akan selalu dirajut
dengan hati Allah.
Ananias dan istrinya, Safira, tidak memberi persembahan dari dalam hati
mereka. Sebaliknya, justru membiarkan Iblis memasuki hati mereka, sehingga
menyembunyikan beberapa keuntungan dari hasil penjualan rumah mereka (Kis.
5:1-11). Ketika memberikan persembahan, itu haruslah berasal dari hati dan
bukanlah dari tipu daya. Ananias dan Safira tidak melakukannya. Mereka memberi
persembahan dalam usaha untuk memperoleh reputasi. Mereka mengubah dan
memutarbalikkan tujuan dari memberi persembahan. Apa yang dianggap sebagai
persembahan ucapan syukur, ternyata dianggap suatu dusta oleh Roh Kudus.
Bukan itu saja, tidak membawa kebaikan pula terhadap mereka, sekaligus Allah
tidak berkenan atas persembahan itu dan mengakibatkan akhir yang tragis bagi diri
mereka. Demikian pula, dalam pelayanan kita kepada Tuhan, Dia menginginkan yang
terbaik dari kita. Dia menginginkan yang paling murni dari hati kita. Dia menginginkan
kita “mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang
memuliakan nama-Nya” (Ibr. 13:15-25).
Selain menyerahkan hati dan semua yang kita miliki kepada Tuhan, kita
haruslah pula berkenan di hadirat-Nya, dengan menyerahkan yang terbaik kepada-
Nya.
Kain dan Habel memberikan persembahan kepada Allah, tetapi Dia hanya
menerima persembahan dari Habel. Allah tidak menerima persembahan dari Kain,
karena dia tidak dikenan di hadirat-Nya. “Apakah mukamu tidak akan berseri, jika
engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip
di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”
(Kej. 4:7). Selanjutnya, dalam 1 Yohanes 3:12 memberitahu kita secara jelas
mengapa Allah tidak menerima persembahan dari Kain; Tuhan berkenan kepada
Habel, karena perbuatannya benar dan perbuatan Kain adalah jahat.
Demikian pula, dalam melayani Allah, tidak peduli apa yang kita lakukan atau
berapa banyak yang kita persembahkan. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita
berkenan di hadirat Tuhan atau tidak. “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu
apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil,
mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mik.
6:8). Inilah persyaratan dari Allah, Dia menghendaki sebuah persembahan sifat
dan perbuatan diri kita. Bahwa sebelum kita dapat memberikan persembahan yang
berkenan di hadirat Allah, kita haruslah berkenan terlebih dahulu di hadirat-Nya.
“Allah itu Roh dan barangsiapa yang menyembah Dia, harus menyembah-
Nya dalam roh dan kebenaran.” Adalah penting bahwa kita mengintrospesi diri
sendiri. Dalam pelayanan kita kepada Tuhan, apakah kita melakukannya untuk diri
sendiri, untuk Allah atau untuk orang lain? Ibadah yang sejati haruslah dengan tulus
dan sepenuh hati.
Dalam Matius 6, Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi, karena berdoa
dan berpuasa agar dapat disaksikan oleh orang lain. Demikian pula, dalam kitab
Zakharia, orang-orang Israel berpuasa empat kali dalam satu tahun selama 70
tahun. Bagaimanapun, Allah beranggapan bahwa puasa mereka adalah untuk ritual
keagamaan saja, sehingga mereka dapat mengatakan bahwa diri mereka telah
menjalankan hari raya dengan benar. Allah tidak dapat ditipu dengan begitu mudah.
“Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu
akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu
gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai…
Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-
Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya,
sebab tanganmu penuh dengan darah” (Yes. 1:11,15). Marilah kita merenungkannya.
Kita mungkin mengikuti banyak Kebaktian Kebangunan Rohani dan mengambil
bagian dalam Perjamuan Kudus, tetapi apakah kita sungguh-sungguh menyembah
Tuhan dalam roh dan kebenaran? Seperti Tuhan memerintahkan orang-orang Israel:
“Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari
depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat” (Yes. 1:16-31). Marilah kita memuliakan
nama Tuhan dengan satu hati dan satu kehendak, sehingga pekerjaan kita tidak
menjadi sia-sia.
2. Bagaimana cara kita mengintrospeksi diri, untuk melihat apakah diri sendiri
merupakan seorang Kristen yang sejati?
3. Untuk menjadi seorang Kristen yang sejati, apakah yang Tuhan wajibkan bagi
kita? (Lihatlah dalam Mikha 6:8)
Penerapan Kehidupan
Kesaksian 1
Dua orang saudari sedang berdoa dan tiba-tiba, keduanya berteriak denagn keras.
Setelah berdoa, mereka berdua saling menanyakan mengapa tiba-tiba berteriak.
Seorang saudari mengatakan bahwa dia mendengar sebuah suara berkata, “Kamu
tidak melayani-Ku dengan segenap hatimu.” Saudari yang lainnya pun mengatakan
hal yang sama. Sejak saat itu, mereka bertekad untuk melayani dan menyembah
Tuhan Allah dengan segenap hati mereka.
Kesaksian 2
Dua orang saudara memiliki mimpi yang sama. Keduanya melihat seorang malaikat
menghampiri mereka. Malaikat itu menunjukkan dua buah kitab ke hadapan mereka.
Satu kitab dengan nama dari Saudara X dan yang lainnya dengan nama dari Saudara
Y. Malaikat itu membuka kitab dari Saudara X. Pada satu sisi dari kitab itu adalah
catatan mengenai semua hal yang telah dilakukannya dan daftar semua pekerjaan
kudus yang telah dilakukannya. Di sisi lainnya adalah tanda centang dari setiap
pekerjaan yang telah dilakukannya. Ketika Saudara X melihatnya, dia merasa begitu
bersukacita. Lalu, malaikat berpaling kepada Saudara Y dan membuka kitabnya.
Dalam kitabnya itu, tercatat pula pekerjaan yang telah dilakukannya, tetapi hampir
setiap pekerjaan diberikan tanda silang, bukan tanda centang. Dia memiliki tanda
centang pada pekerjaannya saja. Di dalam hati, kedua saudara itu mengetahui apa
maksudnya ini. Saudara Y tidak merasa terkejut, tetapi tidak pula merasa bersukacita
atas kitabnya. Malaikat memberitahukan bahwa mereka berdua bekerja dengan
begitu kerasnya, tetapi yang seorang menggunakan dengan kesungguhan hatinya
untuk melayani Allah, sementara yang lainnya tidak menggunakannya.
Sasaran Pelajaran
1. Mengulang kembali ayat-ayat Alkitab pada kwartal yang lalu
2. Dapat menerapkan ayat-ayat itu dalam kehidupan kita sehari-hari
Ulasan
Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini tetapi nyatakanlah dalam segala hal
adalah suatu perintah yang penting, keinginanmu kepada Allah dalam doa
seperti yang nyata dari janji ini: dan permohonan dengan ucapan
syukur. (Flp. 4:6)
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah karena mereka akan disebut anak-
dan kebenarannya, anak Allah. (Mat. 5:9)
Tetapi kamu akan menerima kuasa, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang
kalau Roh Kudus turun ke atas kamu berjalan menyertai engkau; Ia tidak
akan membiarkan engkau dan tidak
akan meninggalkan engkau. (Ul. 31:6)
Lalukanlah mataku dari pada melihat seperti yang nyata dari janji ini:
hal yang hampa, supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi. (Ef. 6:2-3)
Barangsiapa berkata: Aku mengenal karena lebih baik bagimu jika satu dari
Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah- anggota tubuhmu binasa daripada
Nya, ia adalah seorang pendusta tubuhmu dengan utuh dicampakkan
ke dalam neraka. (Mat. 5:29)
Penerapan Kehidupan
Dari Ayat-Ayat Hafalan pada kwartal ini, pilihlah dua ayat yang memiliki arti
penting dalam hidup kalian dan tuliskan sebuah paragraf untuk masing-masing ayat,
jelaskan bagaimana kedua ayat itu telah membantu kalian dalam perjalanan iman
yang harus ditempuh dan bagaimana kaitannya dengan kehidupan kalian yang
sekarang. Ingatkan untuk menuliskan Ayat-Ayat Hafalan yang kalian gunakan untuk
itu.
Ayat Hafalan:
Penerapan Kehidupan:
Ayat Hafalan:
Penerapan Kehidupan:
(Kolose 3:23)
menerima kuasa,
ke atas kamu.”
(Kisah Para Rasul 1:8a)
(Titus 2:7)
Pendidikan Agama
REMAJA
Tahun 3 Buku 3
(2 Timotius 3:16)