Anda di halaman 1dari 13

Proposal Riset

Gaya hidup orang percaya berlandaskan Mazmur 91 : 1-16 dalam

menyikapi masalah virus corona (Covid-19) masa kini

DISUSUN OLEH:

Nama : Sofia Lwrence Bunga

No.Stbk : 2171.3612

Mata Kuliah : Metode Penelitian & Penulisan Karya Ilmiah

Dosen : Pdt. Dr. Bartholomeus Padatu, M.Th,


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
1
Keadaan dunia saat ini digemparkan oleh informasi mengenai virus mematikan ke 7 di
dunia yang menyebar secara pesat ke beberapa wilayah belahan dunia saat ini. Virus tersebut
di kenal dengan nama Virus Corona (Covid-19) yang adalah jenis baru yang menular ke
manusia yang menyerang gangguan pada system pernapasan, sampai berujung pada
kematian. Menghadapi masalah serius yang mengglobal tersebut, masyarakat dunia
membutuhkan sikap yang cermat untuk menjaga kesehatan dengan sebaik mungkin serta
kebijaksanaan sebagai mahluk sosial yang berasio. Wujud nyata sebagai mahluk yang berakal
budi, yakni gaya hidup manusia yang diekspresikan dalam aktivitas hidup,minat dan
opininya. Kotler ( 2002, p.192) menegaskan bahwa gaya hidup manusia itu menggambarkan
keseluruhan dari diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan, menjadi satu pola
tatanan kehidupan sebagai hasil dari refleksi status sosialnya. Di Indonesia telah menjadi
salah satu negara yang sudah terdeteksi Virus ini. Di Jakarta ( Berita uptudate maret 2020),
juru bicara pemerintah khusus penanganan Virus covid-19 Achmad Yurianto, dalam
konferensi pers mengatakan bahwa jumlah pasian positif covid-19 di Indonesia diperkirakan
309 orang. 25 di antaranya meninggal dunia dan 15 orang sembuh.
Gaya hidup masyakat Indonesia sekarang ini menjadi salah satu bagian dari yang sangat
berpengaruh dalam menyikapi masalah yang serius dengan adanya Covid-19 saat ini telah
posotif terdeteksi di beberapa wilayah daerah-daerah. Peran gereja perlu mencolokkan diri
untuk menyikapi setiap masalah baik ringan maupun berat.
Dan gaya hidup orang percaya saat ini dapat menjadi saksi di tengah-tengah maraknya
masalah virus ini, menjadi bukti dari buah Iman di dalam Kristus yang berlandaskan Firman
Allah. Gaya hidup orang percaya dalam menyikapi masalah penyakit seperti sekarang ini,
dalam Mazmur 91:1-16 menjadi landasan utama untuk melihat bagaimana orang Kristen
memperlihatkan bahwa dirinya berbeda dari yang lain dalam mengatasi dan menghadapi
badai topan duniawi, menjadi saksi dari Iman di dalam Kristus.
Dalam dunia ini, Allah memanggil umatNya untuk melakukan pekerjaan yang baik yang
telah Allah siapkan bagi dunia ini. Melayani dan memuliakan Dia adalah sebuah wujud nyata
Iman Pengharapan di dalam Kristus. berbuat baik, mengasihi sesama, menolong orang lain,

1
T Haryono And Daniel Fajar Panuntun, “ Model Gaya Hidup Nazir Sebagai Refleksi Gaya Hidup Hedon
Pengkhotbah Pada Zaman Milenial. “ https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/146/pdf.
memberi, sabar, percaya menjadi gaya hidup yang benar bagi gereja dan alasan utama
mengapa Allah memberikan hidup kita ini sepenuhnya di dalam Dia. Gaya hidup Kristen
dapat di lihat dalam Efesus 2:4-5, Rasul Paulus menegaskan kepada umat di Efesus tentang
karya luar biasa Allah yang telah mengubah hidup mereka. “ Allah yang kaya dengan rahmat,
oleha karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, telah menghidupkan
kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita
oleh kasih karunia kamu di selamatkan”. 2Allah telah memanggil dan memampukan orang
percaya untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Dia dan melayani sesama. Orang
percaya tahu bahwa setiap masalah tidak dapat dihentikan ataupun dihindari, namun dalam
menghadapi banyak masalah yang menekan hidup dapat menjadi motivasi yang kuat bagi diri
apabila dapat di hadapi dan dikendalikan dengan bijaksana dan benar sesuai dengan Firman
Allah. Ketaatan kepada Tuhan adalah landasan utama untuk menyikapi permasalahan apapun
yang datang silih berganti. Jika landasan utama tidak diprioritaskan maka kekhawatiran
dalam diri orang percaya akan berujung ketakutan, kekhawatiran mendalam dan kebinasaan
yang mencekam. Khususnya ketika di tengah menghadapi masalah penyakit yang
mengancam nyawa hidup manusia. Gaya hidup orang Kristen harus benar-benar di lakukan
dengan sungguh-sungguh percaya di dalam Kristus, dengan menata pola hidup yang baik
dalam menyikapi masalah penyakit menular ini menjadi salah satu jaminan untuk melewati
rintangan hidup orang percaya di masa mendatang. Menghadapi masa-masa sukar, akan
terasa tenang jika di sikapi dengan prinsip gaya hidup rohani dengan mengandalkan perisai
Allah sebagai tembok yang kuat untuk berperang dengan musuh seperti penyakit virus
corona. Seperti prinsip profesionalitas yang harus dimiliki seorang pengkhotbah dalam
mengemban amanat agung Kristus dalam bermisi, yang perlu memiliki perencanaan dalam
menghadapi masa-masa sulit, baik pada dirinya serta pada orang-orang disekelilingnya
menjadi motivasi bagi orang percaya lainnya untuk tetap tenang menyikapi perkembangan
zaman yang tidak dapat di prediksi kapan terjadinya. Menghadapi virus corona juga orang
percaya harus memotong urat ketakutan yang penuh dengan roh kegelapan yang
mempengaruhi dan menghambat orang percaya untuk datang kepada Allah meminta
pertolongan.
Menyikapi penyakit yang di hadapi setiap hidup manusia, tentunya memerlukan dorongan,
motifasi, penguatan, sikap hidup yang tertata agar dapat menyikapi sebuah wabah penyakit

2
Efi Nurwindayani and Daniel Fajar Panuntun, “ Pengaruh Saat Teduh dan Ibadah Terhadap Pengambilan
Keputusan dalam Memilih Pasangan Hidup .”
http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-journal/index.php/fidei/article/view/52/pdf
yang merisaukan hidup masyarakat dunia milenial saat ini. Di akhir-akhir ini tahun 2020,
dunia telah diguncang oleh sebuah virus corona. Sebagaimana yang dilihat dalam media
sosial reaksi orang-orang terhadap wabah dunia ini bermacam-macam (ada yang pasrah dan
menyerah tidak tahu harus berbuat apa, ada yang saling menyalahkan siapa biang keladi dari
masalah ini). Namun sebagai orang yang beriman, menghadapi bahaya maut seperti ini satu
jalan yang benar ialah berlari kepada Tuhan yang menjadi sumber segala pertolongan setiap
orang yang percaya kepadaNya. Ketika orang percaya takut, kuatir, cemas, dan panik luar
biasa menyikapi virus ini, maka gaya hidup yang benar untuk di pegang teguh oleh orang
percaya di cerminkan dalam Mazmur 91:1-16 untuk berdoa dan merenungkanNya, sehingga
dapat menenangkan hati orang percaya. Orang percaya harus menyerahkan seluruh totalitas
hidup, nasib hanya kepada Kristus, karena pertolongan yang sempurna orang percaya hanya
di dalam Dia. Dalam Mazmur 91:1-16, jaminan keamanan orang percaya nyata di dalam
Allah. Di zaman Perjanjian Lama, ada berbagai bentuk bahaya yang mengancam orang.
Serangan bangsa-bangsa yang lebih kuat merupakan bentuk ketakutan “wajar” yang di alami
bangsa-bangsa yang lemah. Dalam lingkungan masyarakat Israel selain ancaman bangsa
sekitar, ada juga bentuk bahaya lain yang sangat ditakuti, seperti wabah ,penyakit sampar,
penyakit menular, yang setiap saat dapat merenggut nyawa siapa saja (ay. 3,5,6). Keadaan
yang di hadapi oleh bangsa Israel lewat penyakit menular yang juga mematikan, sama halnya
yang di hadapi oleh dunia saat ini. Para pakar kesehatan khusus Virus corona telah
menghimbau agar masyarakat khususnya Indonesia, untuk tidak terlalu cemas dengan adanya
virus tersebut. Menjaga tubuh tetap sehat dan bersih adalah langkah awal yang di anjurkan
agar terhindar dari gejala yang memicu virus tersebut, karena virus ini menyerang system
pernapasan melalui bakteri dan kuman-kuman yang memancing datangnya virus-virus
penyakit. Sebagai orang percaya, sembari menerapkan anjuran dari pakar kesehatan
jasmaniah , kesehatan rohani pun menjadi satu hal yang sangat penting untuk menyikapi
masalah virus ini agar tetap berpengharapan hanya di dalam Kristus. Mengatasi penyakit
yang seperti ini, pemazmur memperoleh jaminan keamanan dari rasa takut di dalam Allah
(ay.2). diyakininya bahwa Allah dengan perisai tembok membentengi umatNya dari segala
yang jahat dan yang mengancam (ay.3-13). Keyakinan ini muncul kerena kedekatan dan
pengenalannya akan Allah bahwa dari Dia akan datang keselamatan kekal. Allah sendiri
berjanji akan memberkati orang yang percaya kepadaNya (ay.14-16). Gaya hidup secara
rohani, menjadi bahasa jasmiah dalam meyakini perlindungan Allah yang sempurna untuk
menghadapi setiap bahaya-bahaya yang mengancam hidup umat Allah.
3
Orang percaya di dalam Kristus di panggil untuk terus bertumbuh dan berbuah dalam
kedewasaan Iman, seperti yang ditegaskan oleh Rasul Paulus bahwa: kamu telah menerima
Kristus Yesus Tuhan kita, karena itu hendaknya hidup orang percaya tetap di dalam Dia.
Nasihat Rasul Paulus tersebut menyadarkan orang percaya bahwa sandaran yang pasti hanya
di dalam perlindungan Kristus untuk setiap hal yang sukar untuk di lalui. Hidup di dalam
Kristus dan mengalami pertumbuhan kedewasaan Iman adalah keputusan yang benar sebagai
umat kepunyaan Allah yang berkenan kepadaNya. Jika orang percaya tidak berserah diri
kepadaNya, maka kesukaran itu akan meliputi dan tak ada jalan keluar untuk mengatasi
masalah apapun. Begitupun menghadapi virus corona yang semakin hari semakin tak terduga
penyebarannya, orang lain boleh khawatir tingkat dewa, namun orang percaya harus tampil
berbeda untuk menyikapi penyakit tersebut dengan kewaspadaan yang ekstra serta iman yang
kokoh agar tidak mengalami ketakutan yang mendalam seperti orang yang tidak beriman.
Menyikapi virus corona dengan tenang dan berserah dalam Kristus, menjadi kunci
keselamatan di dalam dunia melawan penyakit tersebut, sebaliknya jika menyikapi masalah
tersebut dengan kekhawatiran tanpa mengandalkan Tuhan, sama saja mengundang virus
Corona ke dalam hidup orang yang tidak percaya. kesaksian pemazmur dalam perikop ini
menjadi saksi bagi orang percaya untuk memegang gaya hidup rohani sebagai landasan iman
percaya orang Kristen untuk memenangkan jiwa yang larut dalam kekhawatiran menghadapi
virus yang mematikan ini, Sehingga pekerjaan Allah nyata di dalam kesaksian orang percaya.
Merebaknya pandemi virus COVID-19 di seluruh dunia telah menghadirkan kecemasan
dan ketakutan. Ketika jumlah pasien di Nusantara semakin meningkat dalam beberapa
minggu terakhir, masyarakat Indonesia tidak lagi bisa menganggap sepi ancaman pandemi
ini. Semua orang, termasuk orang-orang Kristen, berusaha untuk menyikapi situasi ini sesuai
dengan keyakinan masing-masing. Seperti yang bisa diduga, tidak semua orang Kristen
berbagi keyakinan yang sama. Sebagian mengalami ketakutan yang berlebihan. Sebagian
yang lain tampak tenang. Kelompok yang terakhir ini meyakini bahwa wabah dan tulah tidak
akan menimpa orang yang beriman. Banyak ayat dimunculkan sebagai dukungan. Salah
satunya adalah Mazmur 91.
4
Penafsiran historis terhadap teks ini menunjukkan bahwa Mazmur 91 memang telah
menjadi penghiburan dan pengharapan bagi bangsa Yahudi maupun umat Kristen di
sepanjang zaman. Sebagian orang bahkan menjadikan teks ini sebagai mantera maupun

3
Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, 189.
4
Ibid
bacaan wajib tiap malam, terutama ketika bencana datang menghadang. Beberapa misionaris
yang menghadapi tantangan besar di ladang juga menjadikan teks ini sebagai ayat favorit
mereka. Menjadikan Mazmur 91 sebagai penghiburan di tengah bahaya yang datang memang
wajar. Beragam kata yang berkaitan dengan perlindungan muncul berkali-kali dalam teks ini:
lindungan (ayat 1), naungan (ayat 1), perlindungan (ayat 2, 9), pertahanan (ayat 2), perisai
dan pagar tembok (ayat 4), perteduhan (ayat 9), keselamatan (ayat 16). Begitu pula pelbagai
kata kerja yang mengarah pada ide yang sama: melepaskan (ayat 3), menudungi (ayat 4),
menjaga (ayat 11), menatang (ayat 12), meluputkan dan membentengi (ayat 14). Sehubungan
dengan kasus virus Corona Covid-19, mazmur ini menjanjikan bahwa penyakit sampar dan
menular tidak akan menakutkan bagi orang yang beriman (ayat 5-6). Walaupun ribuan orang
akan rebah, kita hanya akan menonton saja (ayat 7-8).
5
Jika kita memerhatikan dengan cermat, mazmur ini menggunakan kata ganti orang yang
berlainan. Di ayat 1-2 pemazmur berbicara tentang “orang yang duduk dalam lindungan
Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa”. Mulai ayat 3-13
pemazmur menggunakan sapaan “engkau”. Ayat 14-16 menampilkan Allah sebagai
pembicara. Perbedaan kata ganti ini diyakini oleh banyak penafsir sebagai petunjuk ke arah
penggunaan mazmur ini dalam konteks ibadah (liturgi). Ada kemungkinan mazmur ini
dinyanyikan secara bersahut-sahutan selama ibadah. Jika benar demikian, semua janji dalam
mazmur ini hanya berlaku secara umum bagi umat Allah. Keadaan spesifik masing-masing
orang mungkin akan berbeda. Allah mungkin memiliki rencana tertentu bagi individu
tertentu. Walaupun demikian, mazmur ini secara umum bisa dijadikan penghiburan di tengah
ketakutan.

6
Semua bahaya yang disebutkan dalam mazmur ini—peperangan (ayat 5), penyakit (ayat
6), malapetaka dan tulah (ayat 10)—sebaiknya dipahami sebagai hukuman dari Allah kepada
orang-orang fasik. Dugaan ini didukung secara eksplisit oleh ayat 8: “Engkau hanya
menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik”.
Selain itu, penggunaan istilah “jerat penangkap burung” (ayat 3) dan “tulah” (ayat 10)
mengarah pada maksud jahat dari orang-orang fasik yang mencoba menciderai orang
percaya, tetapi Allah merespons itu dengan hukuman. Dalam situasi seperti ini, kita bisa
meyakinkan diri kita bahwa semua upaya jahat itu tidak akan berhasil. Kalau pun berhasil,
hal itu justru akan mengerjakan kebaikan bagi kita (lihat Kejadian 50:20). Jika maksud
pemazmur memang seperti itu, Mazmur 91 tidak boleh diterapkan secara mutlak dalam
5
Morris, “Iman,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 1:431.
6
Ibid
konteks persebaran virus COVID-19. Tidak ada tanda-tanda bahwa wabah ini merupakan
hukuman Allah bagi orang fasik. Ini adalah persoalan biasa. Siapa saja bisa terpapar.
Beberapa pasien adalah orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.

7
Untuk memahami maksud suatu teks, pembaca perlu mengetahui jenis sastra (genre) dari
teks tersebut. Kita tidak akan membaca buku sejarah layaknya membaca sebuah puisi, begitu
pula sebaliknya. Masing-masing jenis sastra memiliki karakteristik dan aturan penafsiran
sendiri-sendiri. Hal yang sama berlaku pada Mazmur 91. Teks ini ditulis dalam bahasa puisi:
beragam metafora, permainan kata, pengulangan ide, dan ungkapan-ungkapan figuratif.
Sebagai contoh, marilah kita melihat ayat 13: “Singa dan ular tedung akan kaulangkahi,
engkau akan menginjak anak singa dan ular naga”. Apakah kita seharusnya menafsirkan
bagian ini secara harfiah? Tentu saja tidak! Akan sangat konyol dan memalukan kalau ada
orang Kristen yang secara gegabah melangkahi dan menginjak binatang-binatang buas sambil
berharap dia akan baik-baik saja. Teks ini tidak untuk diterapkan secara harfiah.

Semua janji di mazmur ini bersifat bersyarat (kondisional). Janji-janji itu tidak berlaku
untuk semua orang atau siapa saja. Di awal mazmur ini sudah diajarkan bahwa kebaikan
Allah di sini hanya ditujukan kepada mereka yang “duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi
dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa” (ayat 1). Kata “duduk” (Ibrani yāshab)
seharusnya diterjemahkan “berdiam”. Bukan sekadar duduk, tetapi memang tinggal di sana
(lihat semua versi Inggris). Terjemahan “bermalam” (lûn) menyiratkan istirahat atau
ketenangan setelah bepergian jauh (LAI:TB “bermalam”). Dengan kata lain, orang yang
berdiam dan bermalam dalam TUHAN adalah mereka yang menjadikan TUHAN sebagai
tempat perlindungan dan kubu pertahanan (ayat 2). Metafora di ayat 1-2 ini selanjutnya
diulang lagi di ayat 9. Jadi, sekali lagi, janji ini hanya berlaku bagi mereka yang menjadikan
TUHAN sebagai tempat perlindungan dan perteduhan.

Apakah yang dimaksud dengan “menjadikan TUHAN sebagai tempat perlindungan dan
perteduhan”? Pemazmur menjelaskan itu di ayat 14-15. Berlindung dan berteduh pada
TUHAN berarti memiliki relasi personal dengan Allah yang intim (ayat 14). Keintiman ini
diungkapkan melalui frasa “hatinya melekat kepada-Ku” (LAI:TB). Kata Ibrani di balik
terjemahan ini bisa berarti “mengasihi” atau “menempel pada sesuatu”. Beberapa versi
Inggris menggabungkan dua makna ini sekaligus (ESV “he holds fast to me in love”; RSV
“he cleaves to me in love”). Ungkapan lain yang menggambarkan keintiman tersebut adalah

7
Morris, “Iman,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 1:431.
“mengenal nama-Ku”. Kata kerja “mengenal” di sini tentu saja bukan sekadar tahu, tetapi
benar-benar dekat. Istilah “nama” di sini pun bukan sekadar sebutan atau panggilan. Nama
berbicara tentang Pribadi. Dengan kata lain, mengenal nama berarti mengenal secara dekat.
Menjadikan TUHAN sebagai perlindungan dan perteduhan juga berarti menyandarkan diri
pada Allah melalui doa (ayat 15). Yang mendapatkan janji TUHAN adalah mereka yang
“berseru kepada-Ku”. Doa ini lahir dari kelemahan, keterbatasan, dan ketidakberdayaan
(“dalam kesesakan”). Di samping itu, doa ini juga muncul dari iman, dari hati yang berani
berkata: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai” (ayat
2).

8
Pada momen pencobaan di padang gurun, Iblis mengutip salah satu ayat dari mazmur ini
(ayat 11-12). Yang dikutip tentu saja yang berisi janji ilahi bahwa TUHAN akan menyuruh
para malaikat untuk menopang orang benar sehingga kakinya tidak akan terantuk (Matius
4:6). Bukankah Yesus orang yang benar? Bukankah para malaikat pasti akan menatang Dia?
Lalu apakah Yesus akhirnya benar-benar melompat dari bubungan bait Allah? Tentu saja
tidak! Tuhan Yesus memahami bahwa teks ini tidak boleh ditafsirkan dan diterapkan secara
sembarangan. Menggunakan ayat ini secara sembrono berarti mencobai TUHAN (Matius
4:7).

9
Setiap saat, bahkan setiap detik, kita menghadapi fakta dan berita mengenai pandemik
covid-19 ini. Fakta ini (pandemik virus Corona) adalah sebuah kenyataan empirik, yang
sedang mencekam dunia. Setiap saat, kita semua dengan muda mendapatkan informasi yang
aktual, baik di tingkat regional, nasional bahkan internasional mengenai jumlah orang yang
positif terjangkit, yang meninggal dan yang sembuh. Selain itu, setiap detik juga, kita berada
di tengah-tengah lalu lintas data dan informasi yang bisa saja tidak terkonfirmasi dari
sejumlah media sosial yang memuat informasi-informasi yang semakin menakutkan,
sehingga kita memang sedang berada di dalam dunia tercekam oleh virus menakutkan ini.

Terhadap fakta empirik dan informasi serta berita yang menakutkan seluruh dunia saat ini,
orang beragama khusunya Kristen cenderung jatuh pada dua sikap ekstrim mengatasi
masalah, seperti pandemik ini. Pertama, scientific faith, yakni orang yang mengandalkan
temuan-temuan kebenaran dan usaha-usaha ilmu pengetahuan semata dalam hal menilai,

8
Morris, “Iman,” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 1:431.
9
Efi Nurwindayani and Daniel Fajar Panuntun, “ Pengaruh Saat Teduh dan Ibadah Terhadap Pengambilan
Keputusan dalam Memilih Pasangan Hidup .”
http://www.stt-tawangmangu.ac.id/e-journal/index.php/fidei/article/view/52/pdf.
menganalisis bahkan mencari solusi dalam mengatasi persoalan, seperti pendemik virus
Covid-19 ini, tanpa melihat korelasinya dengan hal-hal agama. Kedua, artificial faith, yakni
orang yang meyakini bahwa dengan kesetiaan mereka melakukan kegiatan-kegiatan agama
sekalipun berada di tengah-tengah bahaya, termasuk penyebaran wabah pademik virus
Covid-19 yang sangat mudah dan cepat, mereka mengklaim akan dilindungi bahkan semakin
diberkati. Tentu kedua esktrim ini, selain tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, juga
bertentangan dengan nilai nilai filosofi bangsa kita Pancasila. Karena itu, sebagai orang
Kristen Indonesia, kita menghindari kedua sikap ekstrim ini.

10
Semestinya, sebagai orang Kristen Indonesia, kita dipanggil untuk hidup dan berperan
sesuai dengan Teologi Kristen kita dan juga sesuai dengan nilai nilai moral bangsa kita.
Keduanya tidak saling bertentangan. Hal ini terwujud dalam dua peran kewarganegaraan kita,
yakni sebagai warga Negara Republik Indonesia dan sebagai warga Kerajaan Sorga. Itu
artinya, orang Kristen memiliki dual obedience (ketaatan ganda), yakni kepada ajaran Alkitab
dan kepada pemerintah (bandingkan Roma 13:1-3). Itu artinya pula, beragama (baca ber-
Iman) dan bernegara, adalah dua sisi yang sinergis, sebagaimana sikap sinergis kita
mengatasi dengan cara membatasi penyebaran virus Covid-19. Itu pun artinya, mentaati
pemerintah merupakan wujud dari mentaati Tuhan dengan segala perintahNya. Mentaati
semua ketentuan pemerintah yang sedang berjuang mengatasi masalah besar bangsa yakni
penyebaran virus dan menangani korban Covid-19 adalah wujud ber-iman kita.

Sesungguhnya, terhadap fakta dan data yang menakutkan dari virus Covid-19, orang
percaya dipanggil untuk mengalami biblical faith, yakni orang yang ber-iman sesuai dengan
apa yang diajarkan oleh Alkitab, maksudnya sesuai dengan content (isi) nya, context (ruang
dan waktu)-nya, comprehensif (menyeluruh) bahkan terpadu secara integratif. Content (isi
teks) Alkitab tidak dapat dipisahkan dengan context (ruang- waktu) masa kini, termasuk tidak
dapat berdiri sendiri dengan keseluruhan kebenarannya, termasuk ilmu pengetahuan. Itu
artinya, orang beriman kepada Alkitab, adalah orang mensinergiskan secara integratif iman
dan pengetahuan, khususnya berkenaan dengan pengetahuan mengenai virus Covid-19 dan
cara-cara menghentikan penyebarannya dan menyembuhkan mereka yang telah terjangkit, ini
adalah hakekat manusia yang memiliki akal budi (intellectus) yang sifatnya terbuka bagi yang
tak terbatas (ratio).
10
T Haryono And Daniel Fajar Panuntun, “ Model Gaya Hidup Nazir Sebagai Refleksi Gaya Hidup Hedon
Pengkhotbah Pada Zaman Milenial. “ https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/146/pdf.
Mengimani kebenaran Alkitab, tidak dapat dipisahkan dengan pengharapan dan kasih,
sebagaimana yang tertulis: “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan
kasih (1 Kor. 13:13). Orang yang beriman adalah orang yang mengasihi Allah dan sesama
dengan seutuhnya yakni dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap
kekuatan (Markus 12:30).

11
Selain berdoa, tentu kita juga perlu bekerja. Ora et labora, berdoa dan bekerja. Ada
berbagai upaya yang dapat kita lakukan untuk bersama-sama mengatasi ancaman virus ini.
Kita memperhatikan dan mempraktikan dengan sungguh-sungguh protokoler medis seperti
sering mencuci tangan, menjaga jarak sosial (minimal satu meter), stay at home, bekerja di
rumah, mempraktekan pola hidup sehat, termasuk memperkuat iman dan spiritualitas kita.
Ketahanan dan ketangguhan iman spiritual merupakan salah satu hal yang mesti kita
tingkatkan dari waktu ke waktu. Dengan basis spiritual dan iman yang kuat kita juga akan
mampu menyebarkan energi positif dan berani mengambil tanggungjawab untuk bersama-
sama pemerintah mengatasi masalah ini. Kita pendarkan harapan agar dunia ini menjadi lebih
baik.

Dengan memahami apa yang dijelaskan di atas, kita tidak akan kaget ketika melihat
seorang yang sungguh-sungguh beriman ternyata terkena suatu wabah atau bencana. Janji-
janji di Mazmur 91 memang berlaku secara umum. TUHAN pasti memiliki rencana yang
lebih baik bagi orang tersebut. Sikap Tuhan Yesus ketika dicobai oleh Iblis dengan
menggunakan ayat ini memberikan pencerahan penting untuk memandang janji-janji ilahi ini
dengan benar. Bagi Yesus Kristus, yang terpenting bukan perlindungan bagi diri sendiri,
melainkan penggenapan rencana Allah. Untuk apa memperoleh perlindungan tetapi gagal
memenuhi panggilan Allah? Bukankah perlindungan dari Allah seharusnya ditujukan untuk
penggenapan rencana-Nya? Jika Allah memandang bahwa kematian seseorang lebih
memuliakan Dia, untuk apa Dia memberikan kelepasan dari kematian? Namun, jika
kelepasan memang lebih bermanfaat bagi penggenapan rencana-Nya, Allah pasti akan
campur tangan. Intinya, baik hidup atau mati, semua untuk kepentingan Allah. Mana saja
yang lebih memuliakan TUHAN, itu yang kita jadikan pilihan.

11
Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, 191.
12
Pemahaman di atas juga menghindarkan kita dari gaya hidup yang sembrono. Semua
upaya untuk menghindarkan diri dari pandemi virus ini harus dilakukan: sering mencuci
tangan dengan benar, menjaga pola makan yang sehat, beristirahat dengan cukup, tidak stres,
rajin berolah raga dan menghindari kerumunan orang. Kita juga berusaha semaksimal
mungkin untuk tidak menjadi penyebar atau perantara virus. Hindari aktivitas yang bisa
membuat kita terpapar. Sama seperti Kristus yang tidak mau sembarangan menerapkan janji-
janji Allah di mazmur ini, demikian pula dengan kita. Bagian kita adalah menjaga diri sebaik
mungkin sambil terus mendekat kepada Allah. Jika sesuatu yang buruk tetap terjadi, hal itu
berarti Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik daripada sekadar perlindungan.
Allah sedang menyertakan kita dalam rencana-Nya.

Orang percaya harus memiliki gaya hidup yang berlandaskan kitab Mazmur 91:1-16,
sebagai pedoman hidup yang memegang teguh Prinsip yang kuat kepada Iman percaya di
dalam Kristus dalam menyikapi masalah penyakit menular seperti yang di hadapi oleh bangsa
Israel dalam Perjanjian Lama, seperti sama halnya dengan fenomena virus corona yang
mematikan yang penggemparkan dunia zaman milenial yang dapat menggoyahkan iman
pengharapan umat percaya di dalam Kristus. Setiap orang Kristen yang percaya akan
keberadaan Allah sebagai

13
Allah yang Mahahadir pasti akan mengerti apa yang dimaksud dengan takut akan
TUHAN, sebab setiap orang yang menyadari keberadaan Allah sebagai pribadi yang
Mahahadir tidak akan pernah melakukan hal-hal yang tidak benar sekalipun itu mungkin
tidak kelihatan oleh orang lain karena kesadarannya akan kehadiran Allah setiap saat disetiap
langkah kehidupan yang dijalani setiap hari. Kitab amsal dengan jelas berkata, bahwa mata
TUHAN ada di segala tempat untuk mengawasi orang yang jahat maupun orang yang baik
(Ams. 15:3). Ini berarti bahwa Allah hadir di segala tempat tanpa terkecuali untuk mengawasi
segala yang manusia lakukan dalam dunia ini. Hanya orang bebal yang tidak pernah
mengakui akan keberadaan Allah sebagai Allah yang Mahahadir (Mzm. 14:1). Keberadaaan-
Nya bukan seperti yang oleh kebanyakan orang ketahui. Banyak orang menyangka bahwa
Allah itu jauh dari manusia (Transenden), Dia tidak dapat dijangkau oleh manusia. Manusia
merasa Allah yang jauh itu tidak dapat hadir dan dekat dengan manusia, bahkan Dia tidak
mengetahui apa-apa tentang manusia sedikitpun. “Golongan Teisme selalu percaya pada
Allah yang transenden sekaligus imanen, sedangkan golongan Deisme menyingkirkan Allah
12
T Haryono And Daniel Fajar Panuntun, “ Model Gaya Hidup Nazir Sebagai Refleksi Gaya Hidup Hedon
Pengkhotbah Pada Zaman Milenial. “ https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/EJTI/article/view/146/pdf.
13
Ibid
dari dunia dan menekankan ketransendenan Allah dengan akibat penyingkiran keimanannya.
Kalau manusia menyadari akan keberadaan Allah yang Mahatahu ini dengan benar, maka
semua hal yang menyangkut kehidupannya, gerak-geriknya dan semua yang dilakukannya
berdasarkan Takut akan TUHAN, sehingga segala sesuatu yang buruk dan tidak memuliakan
TUHAN tidak akan pernah menjadi kesukaannya.

Orang percaya ialah orang-orang yang telah dikuduskan di dalam Kristus karena itu gaya
hidup yang benar di dalam Firman Allah perlu di hidupi di dalam hidupnya, serta tidak ada
kekhawatiran yang menggebu-gebu karena kita adalah orang-orang yang telah di menangkan
di dalam Dia maka pertolongan sejati hanya di dalam Kristus. dan jika virus corona menjadi
suatu hal yang sangat di takuti oleh dunia, maka orang percaya harus menjadi perisai Kristus
untuk menjadi prajurit yang siap setiap menghadang badai topan corona tersebut dengan
berserah di dalam Kristus tanpa keraguan sedikit pun. Dan kita harus takut akan TUHAN,
Takut akan Tuhan adalah kesadaran akan kekudusan, keadilan dan kebenaran-Nya sebagai
pasangan terhadap kasih dan pengampunan- Nya, yaitu: mengenal Dia dan memahami
sepenuhnya siapakah Dia (bd. Ams 2:5). Takut akan Tuhan berarti memandang Dia dengan
kekaguman dan penghormatan kudus serta menghormati-Nya sebagai Allah karena
kemuliaan, kekudusan, keagungan, dan kuasa-Nya yang besar (Flp 2:12).

II. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, ditarik suatu rumusan masalah penelitian yakni :
Bagaimanakah seharusnya gaya hidup yang berbeda dari yang lain dalam Mazmur 91:1-16
dalam menyikapi masalah-masalah penyakit apapun yang dihadapi oleh dunia, khususnya
Virus Corona yang mematikan saat ini ?

III. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah yang pertama, Memberi kesadaran bagi orang Kristen
bahwa sebagai orang percaya di dalam Kristus, segala masalah yang tidak dapat di atasi
dunia namun di dalam Kristus semua aman di dalam lindunganNya. Kedua, memberikan
sebuah model gaya hidup yang berlandaskan Firman Allah untuk dapat di
implementasikan dalam hidup mereka sebagai pedoman yang sempurna untuk
permasalah penyakit tersebut saat ini yang sewaktu-waktu akan sampai di sekitarnya
dalam waktu yang tidak terdugakan. Ketiga, memotivasi orang Kristen untuk
menghidupi di dalam dirinya gaya hidup yang sesungguhnya melalui Firman Allah di
tengah pergumulan seberat apapun yang terjadi.
IV. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gaya hidup yang berbeda dari yang
lain dalam Mazmur 91:1-16 dalam menyikapi masalah-masalah penyakit apapun yang
dihadapi oleh dunia, khususnya Virus Corona yang mematikan saat ini.

V. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah Allah diam saja dalam epidemi corona atau covid ini ?
2. Apakah pandemi covid 19 ini adalah hukuman dari Allah ?

Anda mungkin juga menyukai