INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Fase / Kelas : E - X (Sepuluh)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Elemen : Pribadi Peserta didik
Sub Elemen : Aku memiliki kemampuan dan keterbatasan,
kelebihan dan kekurangan
Alokasi Waktu : 3 JP
Tahun Penyusunan : 2022
LCD Projector,
Multimedia pembelajaran interaktif,
Laptop,
Printer,
Alat pengeras suara,
Jaringan internet.
Kitab Suci,
Buku Siswa,
Proyektor.
KOMPONEN INTI
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu memahami jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling
melengkapi dan sederajat, bersyukur kepada Allah yang menciptakan dirinya sebagai
perempuan atau laki-laki, sehingga pada akhirnya menghargai sebagai perempuan atau
laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
V. ASESMEN/PENILAIAN
Kognitif : pemahaman peserta didik tentang jati diri sebagai perempuan atau
laki-laki.
Sikap : penilaian yang dilakukan oleh peserta didik terhadap keadaan
dirimu yang sebenarnya, juga dari teman sekelas dan anggota
keluarganya.
Perilaku : penilaian terhadap kesungguhan peserta didik mengikuti
pembahasan di kelas dan pengerjaan tugas-tugas.
5
6
2. Pengayaan
Peserta didik mencari dari berbagai sumber (mass media cetak maupun elektronik,
tokoh agama, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua, dan sebagainya) untuk
memperoleh informasi, atau pengalaman atau paham/ pandangan, yang berkaitan
dengan tema: Kesetaraan Pria dan Wanita”. Hal itu dapat dilakukan dengan studi
literatur, pengamatan, survei, wawancara dan teknik pengumpulan data yang
dikuasai peserta didik.
Refleksi Guru :
Apakah kegiatan belajar berhasil? Apa yang menurut ibu/bapak berhasil? Kesulitan apa
yang dialami? Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?
LAMPIRAN- LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Kognitif
Pemahaman peserta didik tentang Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan.
No Soal Jawaban
.
3. Upaya apa yang Upaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam masyarakat yang
dapat kita lakukan dapat kita lakukan adalah;
untuk mewujudkan a) Mengakhiri diskriminasi terhadap semua wanita dan anak
kesetaraan dalam perempuan.
masyarakat yang b) Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam berbagai
dapat kita lakukan? kegiatan.
c) Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
dan anak baik di ranah publik maupun pribadi. Hal ini termasuk
perdagangan manusia dan eksploitasi seksual pada
perempuan dan anak.
d) Meningkatkan pelayanan umum dan kebijakan publik yang
lebih pro terhadap perempuan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2
3
Sikap
1) Sikap Spiritual:
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda v pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.
jumlah nilai
Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal
jumlah nilai
Skor = jumlah nilai X 100% Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal
Penilaian Keterampilan;
Guru meminta peseta didik untuk membuat refleksi tentang keunikan dirinya sebagai
ciptaan Allah
Lampiran 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Artikel :
TEMPO.CO, Jakarta – Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Lenny N Rosalin mengatakan anak perlu
dididik kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sejak dini. "Usia di bawah enam
tahun adalah golden age ketika pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat dan
tidak bisa digantikan pada masa mendatang," kata Lenny dalam seminar daring yang
diikuti di Jakarta, Jumat 3 Juli 2020.
Lenny mengatakan keluarga dan orang tua adalah tempat pertama dan utama bagi anak
mendapatkan pendidikan. Anak belajar dengan melihat apa yang dilakukan orang tua dan
menirunya, sehingga orang tua berperan sebagai guru pada usia awal anak.
Karena itu, untuk mengajarkan kesetaraan kepada anak sejak dini, orang tua harus
membangun kesetaraan dalam keluarga dengan memberikan akses dan partisipasi yang
setara bagi suami, istri, dan anak, serta memastikan keputusan diputuskan bersama oleh
suami dan istri.
"Orang tua dan keluarga juga harus memastikan kesetaraan antara anak laki-laki dan
perempuan dalam berbagai hal. Misalnya di bidang pendidikan, jangan membedakan
antara anak laki-laki dan perempuan," katanya.
Kesetaraan dalam keluarga bisa dibangun dengan mengembangkan perilaku, sikap dan
komitmen sebagai atribut perempuan dan laki-laki yang bisa diterima. "Pengenalan gender
kepada anak harus ditanamkan sejak dini. Pembelajaran mengenai kesetaraan gender
merupakan tanggung jawab orang tua di rumah," katanya.
Kesetaraan gender bisa diajarkan melalui kegiatan bermain peran. Anak-anak berhak
menentukan peran apa yang dia inginkan.
Saat bermain, orang tua jangan membatasi peran tertentu lebih pantas untuk laki-laki atau
perempuan. Semua orang berhak bekerja menjadi apa yang dia inginkan. "Dalam jangka
panjang, memperkenalkan kesetaraan gender kepada anak usia dini tidak hanya
menumbuhkan kepercayaan diri, tetapi juga membangun pola pikir yang tidak
membedakan antara laki-laki dan perempuan," katanya
https://gaya.tempo.co/read/1360986/ajarkan-kesetaraan-pada-anak-di-keluarga-dengan-
bermain-peran/full&view=ok
Puisi
Menghapus “Katanya”
Oleh: Maudy Ayunda
Materi:
Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki maupun
perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-
pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang kaku. Hal ini bukan berarti
bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung jawab dan
kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau
perempuan.
Kesetaraan gender memberikan penghargaan dan kesempatan yang sama pada
perempuan dan laki-laki dalam menentukan keinginannya dan menggunakan
kemampuannya secara maksimal di berbagai bidang.
PBB bahkan menekankan kesetaraan gender bagi semua adalah hak fundamental yang
dimiliki oleh setiap manusia. Pernyataan itu mengakar dari Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia ayat pertama yang jelas menyatakan bahwa, “Setiap manusia dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.”
Upaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam masyarakat yang dapat kita lakukan adalah:
Mengakhiri diskriminasi terhadap semua wanita dan anak perempuan.
Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam berbagai kegiatan.
Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak baik di
ranah publik maupun pribadi. Hal ini termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi
seksual pada perempuan dan anak.
Meningkatkan pelayanan umum dan kebijakan publik yang lebih pro terhadap
perempuan.
Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup.
Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan
dengan dia” (Kejadian 2: 18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh
merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan
lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu
demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2: 23). Dari
kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang
suci dan sepadan.
Dalam Katekismus Gereja Katolik Artikel 370 - 371 disebutkan bahwa pria dan wanita
diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai
manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk
satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk
yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”),
sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan
kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat,
sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan
kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi”
(Kej. 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan
wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara
yang sangat khusus.
Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan
memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati.
Penolong itu adalah yang “sepadan” dengan dia, artinya yang memliki kedudukan yang
sama dan itu adalah MANUSIA YANG LAIN. Dengan adanya manusia yang lain
memungkinkan manusia membangun relasi dengan yang lain.
Lampiran 3
GLOSARIUM
aspek fisik : Aspek Fisik /Jasmani Bertumbuh menjadi dewasa
secara fisik adalah meliputi bertambahnya usia, berat badan dan
perubahan organ-organ yang lain termasuk organ seksual .
Perubahan organ-organ seksual yaitu kemampuan berkembangnya
organ-organ seksual atau ciri-ciri seksual yang semakin
membedakan antara pria dengan wanita.
aspek intelektual : Aspek yang berkaitan dengan kecerdasan peserta didik,
kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan bernalar
atau berpikir
aspek emosi : Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap
sesuatu.
aspek sosial : Aspek sosial merupakan hasil aktivitas hubungan manusia dengan
alam sekitarnya. Salah satu bentuknya adalah penindasan.
Penindasan adalah suatu kekerasan, ancaman, atau paksaan yang
dilakukan seseorang kepada orang lain yang melibatkan
ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau orang lain.
aspek rohani : aspek rohani (spiritual) pada segala sesuatu, adalah eksistensi
bahwa segala sesuatu adalah dicipta oleh Tuhan.
aspek identitas : aspek-aspek identitas diri adalah genetik, adaptif, struktural,
dinamis, timbal balik psikososial dan status eksistensial yang
dapat membantu individu dalam menemukan identitas dirinya
Lampiran 4
DAFTAR PUSTAKA
Maman Sutarman dan Sulis Bayu Setyawan, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
untuk SMA Kelas X, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Flores, 1995.
Internet
• https://gaya.tempo.co/ read/1360986/ ajarkankesetaraanpada-anak-dikeluarga-
denganbermain-peran/full&view=ok
• https://kumparan.com/pencerahnusantara/bagaimanacara-terbaikmewujudkankesetaraan-
gender-dalampembangunan1t2fR7y5OrH/full
• https://kumparan.com/the-shonet/ wow-maudyayunda-bikin-puisiuntuk-para-wanitayang-
sedangberjuang-dengankesetaraan-gender- 154193337999261 9260