Anda di halaman 1dari 12

MODUL AJAR

BAB I. Manusia Makhluk Pribadi


Sub Bab : Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan

INFORMASI UMUM

I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Fase / Kelas : E - X (Sepuluh)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Elemen : Pribadi Peserta didik
Sub Elemen : Aku memiliki kemampuan dan keterbatasan,
kelebihan dan kekurangan
Alokasi Waktu : 3 JP
Tahun Penyusunan : 2022

II. KOMPETENSI AWAL


Peserta didik dapat memahami hal hal yang berkaitan dengan apa yang diingat dalam
pelajaran atau tentang penugasan sebelumnya, misalnya adakah kesulitan dalam
membuat rencana untuk pengembangan diri jangka pendek dan rencana jangka
panjang? Bagaimana program itu akan dilaksanakan? dan lain-lain.
III. PROFIL PELAJAR PANCASILA
 Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman
tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
 Mandiri
Menghargai diri sendiri terwujud dalam sikap integritas, yakni menampilkan tindakan
yang konsisten dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan.
 Bernalar kritis
Mampu menganalisa dinamika kehidupan yang terjadi sebaga anugerah Allah secara
kritis tanpa memaksakan pendapat atau keinginan sendiri sebagai perwujudan
pribadi dewasa.
 Kreatif
Selalu berupaya aktif menolong orang-orang yang membutuhkan dan mencarikan
solusi terbaik untuk mendukung keberlangsungan kehidupan mereka sebagai pribadi
dewasa yang meneladani ajaran Yesus.

IV. SARANA DAN PRASARANA


Fasilitas pembelajaran yang diperlukan diantaranya :

 LCD Projector,
 Multimedia pembelajaran interaktif,
 Laptop,
 Printer,
 Alat pengeras suara,
 Jaringan internet.
 Kitab Suci,
 Buku Siswa,
 Proyektor.

V. TARGET PESERTA DIDIK


Kategori siswa dalam proses pembelajaran ini adalah siswa regular/tipikal.
VI. MODEL PEMBELAJARAN
 Dialog Partisipatif
 Diskusi
 Penugasan
 Studi Pustaka
 Refleksi

VII. PENDEKATAN KATEKETIS


Melalui pendekatan yang diawali dengan pengalaman sehari-hari yang dialami oleh
peserta didik baik secara langsung dialami peserta didik maupun melalui pengamatan,
pengalaman, cerita kehidupan orang lain. Selanjutnya pengalaman tersebut didalami
dalam terang Kitab Suci atau ajaran Gereja, sehingga peserta didik dapat
mengaplikasikan dalam hidup sehari-hari terhadap nilai-nilai yang diperoleh dari
pendalaman yang dilakukan.

KOMPONEN INTI

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu memahami jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling
melengkapi dan sederajat, bersyukur kepada Allah yang menciptakan dirinya sebagai
perempuan atau laki-laki, sehingga pada akhirnya menghargai sebagai perempuan atau
laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.

II. PEMAHAMAN BERMAKNA


Kemampuan pengamatan, pengalaman, cerita kehidupan orang lain. Selanjutnya
pengalaman tersebut direfleksikan dalam terang Kitab Suci atau ajaran Gereja,
sehingga peserta didik dapat mengaplikasikan dalam hidup sehari-hari terhadap nilai-
nilai yang diperoleh dari pendalaman yang dilakukan.

III. PERTANYAAN PEMANTIK


 Mengapa harus ada kesetaraan antara laki-laki dan perempuan?
 Apa saja contoh kesetaraan gender?
 Kesetaraan laki-laki dan perempuan itu meliputi bidang apa saja?
 Apa yang dimaksud kesetaraan gender dan sebutkan contohnya?

IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN


KEGIATAN PENDAHULUAN : 15 Menit

 Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, doa


1.
pembuka dan mengecek kesiapan siswa.
 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
 Guru menjelaskan proses kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
KEGIATAN INTI : 100 menit
1. Menggali Pengalaman Hidup Berkaitan dengan keunikan Diri dan Orang
lain

 Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk merumuskan tanggapan atas


artikel “Ajarkan Kesetaraan pada Anak di Keluarga dengan Bermain Peran”
dan memecahkan masalah berikut:
 Bagaimana peran keluarga dalam mengajarkan makna tentang
kedudukan antara laki-laki dan perempuan?
 Apa maksud dari keluarga sebagai yang tempat yang pertama dan utama
untuk mendapatkan pendidikan?
 Bagaimana menanamkan kesetaraan gender pada anak sejak usia dini?

 Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan


dilanjutkan dengan studi pustaka/ literasi untuk menemukan pentingnya
kesetaraan gender dalam masyarakat, sikap apa yang dapat kita lakukan
untuk mendukung gerakan tersebut,serta mencatat semua temuannya.
 Guru memberikan peneguhan terkait dengan keunikan manusia dan
mengapa setiap orang perlu mengenali kekuatan dan keterbatasannya.
2. Mendalami Pesan Kitab Suci Tentang Kesetaraan Laki-Laki dan
Perempuan

 Peserta didik mendalami teks Kitab Kejadian 2 : 18 – 23 dan Katekismus


Gereja Katolik artikel 371 – 373 yang berbicara tentang kesetaraan laki-laki
dan perempuan di hadapan Allah.
 Peserta didik diminta menganalisa teks, kemudian merumuskan pesan
berdasarkan analisa mereka, dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:
 Siapa yang menghendaki supaya manusia (laki-laki) tidak seorang diri?
Kira-kira mengapa?
 Siapa yang dimaksud dengan penolong bagi laki-laki? Apakah yang satu
lebih tinggi dari yang lain?
 Berdasarkan ayat 23, apakah ini pengakuan sederajat atau menganggap
yang satu lebih hebat dari yang lain?
 Apakah yang dimaksud dengan penolong yang sepadan menurut
Katekismus Gereja Katolik?
 Peserta didik menyusun jawabannya dalam sebuah diskripsi!
 Guru memberikan peneguhan terkait dengan kesetaraan laki-laki dan
perempuan menurut pesan kitab suci.
3. Refleksi dan Aksi:
 Refleksi
 Peserta didik untuk merenungkan puisi inspiratif yang ditulis dan
dibacakan dalam acara Indonesian Women’s Forum (IWF) 2018 oleh
Maudy Ayunda ya berjudul Menghapus “Katanya”
 Peserta didik diminta merenungkan kalimat berikut:
 Pada hari ini kita telah menggali dan mendalami kedudukan laki-laki dan
perempuan di hadapan Allah. Allah menempatkan mereka setara satu
sama lain. Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adaalah:
masing-masing berkembang dan memperkembangkan diri menjadi laki-
laki sejati dan perempuan sejati. Dan melalui puisinya, Maudy Ayunda
berharap semua wanita di Indonesia akan tetap kuat, menjadi dirinya
sendiri dan mampu mengejar mimpinya tanpa takut mereka itu wanita.
Karena wanita itu pasti bisa.
 Aksi
 Peserta didik mebuat sebuah refleksi tentang kedudukan laki-laki dan
perempuan di hadapan Allah.
 Peserta didik membuat slogan yang berisi tentang niat untuk menjunjung
tinggi kesetaraan laki-laki dan perempuan dan menempelkannya di
kamar atau meja belajar. Slogan tersebut diupload di medsos masing
dan menjadi niat yang betul-betul akan dilakukannya.
Kegiatan Penutup: 20 Menit

4.  Guru bersama peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran


 Peeserta didik merefleksikan tentang manfaat tema pelajaran.
 Guru bersama peserta didik menutup pertemuan dengan doa penutup dari
Mazmur 113 yang dibacakan secara bergantian dan menginformasikan
rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

V. ASESMEN/PENILAIAN
 Kognitif : pemahaman peserta didik tentang jati diri sebagai perempuan atau
laki-laki.
 Sikap : penilaian yang dilakukan oleh peserta didik terhadap keadaan
dirimu yang sebenarnya, juga dari teman sekelas dan anggota
keluarganya.
 Perilaku : penilaian terhadap kesungguhan peserta didik mengikuti
pembahasan di kelas dan pengerjaan tugas-tugas.

VI. PENGAYAAN DAN REMEDIAL


1. Remedial/Perbaikan
Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar berdasarkan Kriteria
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran yang ditetapkan diharuskan mengikuti kegiatan
remedial. Kegiatan remedial dilakukan pada waktu tertentu sesuai perencanaan
penilaian.

Program Remedial dan Pengayaan


Sekolah : ……………………………..
Mata Pelajaran : ……………………………….
Kelas : ………………………………
Semester : ……………………………....
Tahun : ………………………………

No. Materi Nama Peserta Rencana Program Tanggal Hasil Simpulan


Didik Pelaksanaan
Pengayaan Remedia Sebelu Sesudah
l m

5
6

2. Pengayaan
Peserta didik mencari dari berbagai sumber (mass media cetak maupun elektronik,
tokoh agama, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua, dan sebagainya) untuk
memperoleh informasi, atau pengalaman atau paham/ pandangan, yang berkaitan
dengan tema: Kesetaraan Pria dan Wanita”. Hal itu dapat dilakukan dengan studi
literatur, pengamatan, survei, wawancara dan teknik pengumpulan data yang
dikuasai peserta didik.

Setara dalam setiap segi kehidupan


Kontrol Perempuan dan laki laki diikutsertakan dalam proses
pengambilan keputusan.
Akses
Partisipasi
Manfaat

VII. REFLEKSI GURU DAN PESERTA DIDIK

Refleksi Guru :
Apakah kegiatan belajar berhasil? Apa yang menurut ibu/bapak berhasil? Kesulitan apa
yang dialami? Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?

Refleksi Peserta Didik :


Nama Peserta didik :
Kelas :
No Pertanyaan Refleksi Jawaban
1 Bagian manakah yang menurutmu paling sulit dari pelajaran ini?
2 Apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki hasil belajarmu?
Jika kamu diminta untuk memberikan bintang 1 sampai 5, berapa bintang
3
akan kamu berikan pada usaha yang telah kamu lakukan?

LAMPIRAN- LAMPIRAN

Lampiran 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Kognitif
 Pemahaman peserta didik tentang Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan.
No Soal Jawaban
.

1. Apa yang a. Kesetaraan gender adalah suatu kondisi di mana semua


dimaksud dengaqn manusia (baik laki-laki dan perempuan) bebas mengembangkan
kesetaraan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa
gender? dibatasi oleh stereotype, peran gender yang kaku. Hal ini bukan
berarti bahwa peran laki-laki dan perempuan harus selalu sama,
tetapi hak, tanggung jawab dan kesempatannya tidak
dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki dan
perempuan.
b. Kesetaraan gender memberikan penghargaan dan kesempatan
yang saa pada perempuan dan laki-laki dalam menentukan
keinginannya dan menggunakan kemampuannya secara
maksimal di berbagai bidang.
2. Bagaimana pesan Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk
kitab suci terkait menjadi teman hidup. Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri
dengan kesetaraan berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
laki-laki dan akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan
perempuan? dengan dia” (Kejadian 2: 18). Untuk menyatakan bahwa wanita
sungguh-sungguh merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan
menciptakan wanita itu bukan dari bahan lain, tetapi dari tulang
rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu
demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku” (Kejadian 2: 23). Dari kutipan Kitab Suci ini jelaslah
bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang suci dan
sepadan.

3. Upaya apa yang Upaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam masyarakat yang
dapat kita lakukan dapat kita lakukan adalah;
untuk mewujudkan a) Mengakhiri diskriminasi terhadap semua wanita dan anak
kesetaraan dalam perempuan.
masyarakat yang b) Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam berbagai
dapat kita lakukan? kegiatan.
c) Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
dan anak baik di ranah publik maupun pribadi. Hal ini termasuk
perdagangan manusia dan eksploitasi seksual pada
perempuan dan anak.
d) Meningkatkan pelayanan umum dan kebijakan publik yang
lebih pro terhadap perempuan

 Lembar pengamatan diskusi

No Nama Melaksanakan Menjawab Menghargai Berpartisipasi Merespon Jumlah


Siswa tugas pertanyaan pendapat aktif dalam penjelasan Score
kelompok teman kelompok guru

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2
3

Sikap

1) Sikap Spiritual:
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
 Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda v pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
 Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.

No. Butir Instrumen Penilaian selalu sering Jarang Tidak


pernah

Aku bersyukur karena Tuhan telah


1. menciptakan diriku sebagai laki-laki atau
perempuan

Aku menyadari bahwa apapun yang melekat


2. pada diriku merupakan bukti bahwa Tuhan
mencintai diri saya secara istimew

Aku merasa bangga terhadap keadaan diri


3.
saya seperti yang nampak saat sekarang ini

Aku menghormati keberadaan lawan jenis


4. sebagai sesama ciptaan Allah yang perlu
dihargai dan dihormati

Aku merawat tubuh sebaik mungkin


5. sebagai ungkapan syukur saya atas
kebaikan Tuhan terhadap diri saya

jumlah nilai
Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal

2) Sikap Sosial: Penilaian diri:


Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
 Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda  pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
 Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.

No. Butir Instrumen selalu sering jarang Tidak


pernah
1 Saya bergaul dengan semua teman tanpa
bertindak diskriminatif
2 Aku menerima dan menghormati sesama apa
adanya sebagai pribadi entah sebagai laki-laki
atau perempuan, yang memiliki ke-mampuan
dan kekurangannya.
3 Saya menerima mereka dengan segala
kekurangannya.

4 Saya tidak memilih-milih dalam pertemanan

jumlah nilai
Skor = jumlah nilai X 100% Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal
Penilaian Keterampilan;
Guru meminta peseta didik untuk membuat refleksi tentang keunikan dirinya sebagai
ciptaan Allah

Pedoman penilaian untuk refleksi

Kriteria A (4) B (3) C (2) D (1)

Struktur Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan


Refleksi struktur yang struktur yang cukup struktur yang struktur yang
sangat sistematis (Dari 3 kurangsistemat tidak sistematis
sistematis bagian, terpenuhi 2). is (Dari 3 (Dari struktur
(Pembukaan – bagian, tidak terpenuhi
Isi – Penutup) terpenuhi 1). sama sekali).

Isi Refleksi Mengungkapka Mengungkapkan Kurang Tidak


(Mengungkapka n syukur syukur kepada mengungkapka mengungkapka
n tema yang kepada Allah Allah, tapi tidak n syukur n syukur
dibahas) dan menggunakan kepada Allah, kepada Alllah.
menggunakan refrensi Kitab Suci tidak ada
refrensi Kitab secara signifikan. refrensi Kitab
Suci. Suci.

Bahasa yang Menggunakan MenggunakanBaha Menggunakan Menggunakan


digunakan Bahasa yang sa yang jelas namun Bahasa yang Bahasa yang
dalam refleksi jelas dan ada beberapa kurang jelas tidak jelas dan
sesuai dengan kesalahan Pedoman dan banyak tidak sesuai
Pedoman Umum Penggunaan kesalahan dengan
Umum Bahasa Indonesia. Pedoman Pedoman
Penggunaan Umum Umum
Bahasa Penggunaan Penggunaan
Indonesia. Bahasa Bahasa
Indonesia . Indonesia .

Lampiran 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Artikel :
TEMPO.CO, Jakarta – Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Lenny N Rosalin mengatakan anak perlu
dididik kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan sejak dini. "Usia di bawah enam
tahun adalah golden age ketika pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat dan
tidak bisa digantikan pada masa mendatang," kata Lenny dalam seminar daring yang
diikuti di Jakarta, Jumat 3 Juli 2020.

Lenny mengatakan keluarga dan orang tua adalah tempat pertama dan utama bagi anak
mendapatkan pendidikan. Anak belajar dengan melihat apa yang dilakukan orang tua dan
menirunya, sehingga orang tua berperan sebagai guru pada usia awal anak.

Karena itu, untuk mengajarkan kesetaraan kepada anak sejak dini, orang tua harus
membangun kesetaraan dalam keluarga dengan memberikan akses dan partisipasi yang
setara bagi suami, istri, dan anak, serta memastikan keputusan diputuskan bersama oleh
suami dan istri.

"Orang tua dan keluarga juga harus memastikan kesetaraan antara anak laki-laki dan
perempuan dalam berbagai hal. Misalnya di bidang pendidikan, jangan membedakan
antara anak laki-laki dan perempuan," katanya.

Kesetaraan dalam keluarga bisa dibangun dengan mengembangkan perilaku, sikap dan
komitmen sebagai atribut perempuan dan laki-laki yang bisa diterima. "Pengenalan gender
kepada anak harus ditanamkan sejak dini. Pembelajaran mengenai kesetaraan gender
merupakan tanggung jawab orang tua di rumah," katanya.
Kesetaraan gender bisa diajarkan melalui kegiatan bermain peran. Anak-anak berhak
menentukan peran apa yang dia inginkan.

Saat bermain, orang tua jangan membatasi peran tertentu lebih pantas untuk laki-laki atau
perempuan. Semua orang berhak bekerja menjadi apa yang dia inginkan. "Dalam jangka
panjang, memperkenalkan kesetaraan gender kepada anak usia dini tidak hanya
menumbuhkan kepercayaan diri, tetapi juga membangun pola pikir yang tidak
membedakan antara laki-laki dan perempuan," katanya
https://gaya.tempo.co/read/1360986/ajarkan-kesetaraan-pada-anak-di-keluarga-dengan-
bermain-peran/full&view=ok

Puisi
Menghapus “Katanya”
Oleh: Maudy Ayunda

Sempat dunia berbisik


Katanya perempuan tegas itu mengintimidasi
Katanya perempuan kritis itu lancang
Katanya perempuan ekspresif itu berlebihan
Katanya perempuan emosional itu tidak bisa berpikir logis
Katanya perempuan yang berkarier pasti bukan ibu yang baik
Katanya perempuan yang sekolah tinggi akan sulit mendapatkan jodoh
Tapi hari ini
Aku berhenti mendengar
Segala katanya yang menggema
di pikiranku

Yang aku tahu


Perempuan lugas, kritis, ekspresif, emosional
Adalah sosok yang berani menjadi diri mereka sendiri

Yang aku tahu


Perempuan bisa mengejar mimpinya tanpa batas

Yang aku tahu


Perempuan tidak harus terperangkap dalam definisi-definisi yang menyempitkan

Yang aku tahu


Perempuan berhak atas kesetaraan di mana pun

Yang aku tahu


Perempuan itu kuat
https://kumparan.com/the-shonet/wow-maudy-ayunda-bikin-puisi-untuk-para-wanita-yang-
sedang-berjuang-dengan-kesetaraan-gender-1541933379992619260

Materi:

 Kesetaraan gender adalah suatu kondisi dimana semua manusia (baik laki-laki maupun
perempuan) bebas mengembangkan kemampuan personal mereka dan membuat pilihan-
pilihan tanpa dibatasi oleh stereotype, peran gender yang kaku. Hal ini bukan berarti
bahwa perempuan dan laki-laki harus selalu sama, tetapi hak, tanggung jawab dan
kesempatannya tidak dipengaruhi oleh apakah mereka dilahirkan sebagai laki-laki atau
perempuan.
 Kesetaraan gender memberikan penghargaan dan kesempatan yang sama pada
perempuan dan laki-laki dalam menentukan keinginannya dan menggunakan
kemampuannya secara maksimal di berbagai bidang.
 PBB bahkan menekankan kesetaraan gender bagi semua adalah hak fundamental yang
dimiliki oleh setiap manusia. Pernyataan itu mengakar dari Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia ayat pertama yang jelas menyatakan bahwa, “Setiap manusia dilahirkan
merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.”
 Upaya untuk mewujudkan kesetaraan dalam masyarakat yang dapat kita lakukan adalah:
 Mengakhiri diskriminasi terhadap semua wanita dan anak perempuan.
 Meningkatkan pemberdayaan perempuan dalam berbagai kegiatan.
 Menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak baik di
ranah publik maupun pribadi. Hal ini termasuk perdagangan manusia dan eksploitasi
seksual pada perempuan dan anak.
 Meningkatkan pelayanan umum dan kebijakan publik yang lebih pro terhadap
perempuan.

 Pria dan wanita diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk menjadi teman hidup.
Pria saja tidaklah lengkap. Allah sendiri berkata: “Tidaklah baik, kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan seorang penolong baginya, yang sepadan
dengan dia” (Kejadian 2: 18). Untuk menyatakan bahwa wanita sungguh-sungguh
merupakan kesatuan dengan pria, maka Tuhan menciptakan wanita itu bukan dari bahan
lain, tetapi dari tulang rusuk pria itu. Maka, pria itu kemudian berkata tentang wanita itu
demikian: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” (Kejadian 2: 23). Dari
kutipan Kitab Suci ini jelaslah bahwa hubungan pria dan wanita adalah hubungan yang
suci dan sepadan.
 Dalam Katekismus Gereja Katolik Artikel 370 - 371 disebutkan bahwa pria dan wanita
diciptakan “satu untuk yang lain”, bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai
manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk
satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi “penolong” satu untuk
yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi (“tulang dari tulangku”),
sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan
kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat,
sehingga mereka “menjadi satu daging” (Kej. 2:24) dan dapat meneruskan
kehidupan manusia: “Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi”
(Kej. 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan
wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara
yang sangat khusus.
 Panggilan Tuhan atas laki-laki atau perempuan adalah: masing-masing berkembang dan
memperkembangkan diri menjadi laki-laki sejati dan perempuan sejati.
 Penolong itu adalah yang “sepadan” dengan dia, artinya yang memliki kedudukan yang
sama dan itu adalah MANUSIA YANG LAIN. Dengan adanya manusia yang lain
memungkinkan manusia membangun relasi dengan yang lain.

Lampiran 3
GLOSARIUM
aspek fisik : Aspek Fisik /Jasmani Bertumbuh menjadi dewasa
secara fisik adalah meliputi bertambahnya usia, berat badan dan
perubahan organ-organ yang lain termasuk organ seksual .
Perubahan organ-organ seksual yaitu kemampuan berkembangnya
organ-organ seksual atau ciri-ciri seksual yang semakin
membedakan antara pria dengan wanita.
aspek intelektual : Aspek yang berkaitan dengan kecerdasan peserta didik,
kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan bernalar
atau berpikir
aspek emosi : Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap
sesuatu.
aspek sosial : Aspek sosial merupakan hasil aktivitas hubungan manusia dengan
alam sekitarnya. Salah satu bentuknya adalah penindasan.
Penindasan adalah suatu kekerasan, ancaman, atau paksaan yang
dilakukan seseorang kepada orang lain yang melibatkan
ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau orang lain.
aspek rohani : aspek rohani (spiritual) pada segala sesuatu, adalah eksistensi
bahwa segala sesuatu adalah dicipta oleh Tuhan.
aspek identitas : aspek-aspek identitas diri adalah genetik, adaptif, struktural,
dinamis, timbal balik psikososial dan status eksistensial yang
dapat membantu individu dalam menemukan identitas dirinya

Lampiran 4
DAFTAR PUSTAKA
Maman Sutarman dan Sulis Bayu Setyawan, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
untuk SMA Kelas X, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Flores, 1995.

Internet
• https://gaya.tempo.co/ read/1360986/ ajarkankesetaraanpada-anak-dikeluarga-
denganbermain-peran/full&view=ok
• https://kumparan.com/pencerahnusantara/bagaimanacara-terbaikmewujudkankesetaraan-
gender-dalampembangunan1t2fR7y5OrH/full
• https://kumparan.com/the-shonet/ wow-maudyayunda-bikin-puisiuntuk-para-wanitayang-
sedangberjuang-dengankesetaraan-gender- 154193337999261 9260

Anda mungkin juga menyukai