INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : .....................................................................................
Satuan Pendidikan : SMA
Fase / Kelas : E - X (Sepuluh)
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Elemen : Pribadi Peserta didik
Sub Elemen : Aku memiliki kemampuan dan keterbatasan,
kelebihan dan kekurangan
Alokasi Waktu : 3 JP
Tahun Penyusunan : 2022
LCD Projector,
Multimedia pembelajaran interaktif,
Laptop,
Printer,
Alat pengeras suara,
Jaringan internet.
Kitab Suci,
Buku Siswa,
Proyektor.
KOMPONEN INTI
I. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu memahami konsekuensi dirinya sebagai citra Allah dalam berelasi
dengan sesama manusia, bersyukur kepada Allah yang menciptakan dirinya sebagai
citra-Nya, dan pada akhirnya menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai
citra Allah yang bersaudara satu sama lain..
a. Refleksi
Peserta didik membaca kitab mazmur 139: 7 – 17 dalam suasana hening
diiringi dengan musik yang lembut. Peserta didik diminta untuk memilih satu
ayat yang paling menyentuh hatinya dan kembali merenungkan dalam
hatinya mengapa mengambil ayat tersebut.
b. Aksi
Peserta didik diminta mebuat sebuah refleksi tentang kedudukan laki-laki
dan perempuan di hadapan Allah.
Peserta didik membuat sebuah doa berdasarkan ayat yang sudah dipilih
dalam refleksi di atas. Doa ditulis pada selembar kertas dan dihias
semenarik mungkin dan ditempel pada meja belajar dalam kamarnya atau
tempat yang sering dilihat.
Kegiatan Penutup: 20 Menit
V. ASESMEN/PENILAIAN
Kognitif : pemahaman peserta didik keluhuran manusia sebagai Citra Allah,.
Sikap : penilaian yang dilakukan oleh peserta didik terhadap keluhuran
manusia sebagai Citra Allah.
Perilaku : penilaian terhadap kesungguhan peserta didik mengikuti
pembahasan di kelas dan pengerjaan tugas-tugas.
2. Pengayaan
Peserta didik mencari dari berbagai sumber (mass media cetak maupun elektronik,
tokoh agama, tokoh masyarakat, teman sebaya, orang tua, dan sebagainya) untuk
memperoleh informasi, atau pengalaman atau paham/ pandangan, yang berkaitan
dengan tema: Keluhuran Manusia sebagai Citra Allah. Hal itu dapat dilakukan
dengan studi literatur, pengamatan, survei, wawancara dan teknik pengumpulan
data yang dikuasai peserta didik.
Refleksi Guru :
Apakah kegiatan belajar berhasil? Apa yang menurut ibu/bapak berhasil? Kesulitan apa
yang dialami? Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
Apakah seluruh siswa mengikuti pelajaran dengan baik?
Lampiran 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Kognitif
pemahaman peserta didik memahami diri dan sesamanya sebagai citra Allah yang
bersaudara satu sama lain.
Makna manusia sebagai Citra Allah berdasarkan dokumen Gaudium et Spes art
12 tersebut terdapat pada nomor... .
A. 1, 3 dan 4
B. 1, 2 dan 5
C. 2, 4 dan 6
D. 3, 4, dan 5
E. 3, 5 dan 6
3. Perhatikan data berikut ini!
1) Membuat penemuan baru
2) Membuat pilihan hidup
3) Membedakan baik dan buruk
4) Memutuskan sesuatu
5) Mempermudah hidup manusia
6) Mengikuti kehendak Tuhan
4. Salah satu contoh perwujudan tugas manusia sebagai citra Allah dalam kehidupan
sehari-hari ditengah-tengah keluarga adalah... .
A. Taat dengan ajaran orang tua
B. Hormat terhadap guru
C. Menjenguk teman yang sakit
D. Rukun dengan tetangga
E. Menerima orang lain seperti adanya
5. Kita sadar akan cinta Allah yang luar biasa dan menempatkan manusia di tempat
yang sangat istimewa, yakni secitra dengan-Nya. Dalam membangun relasi dengan
orang lain, kesadaran ini mendorong kita untuk mengembangkan sikap….
A. Mengasihi semua orang karena mereka semua saudara di hadapan Allah
B. Mengasihi semua saudara seiman dihadapan Allah
C. Rendah diri di tengah-tengah pergaulan dengan semua bangsa
D. Menjadikan diri sebagai tolok ukur kebenaran bagi semua orang
E. Memegahkan diri di tengah-tengah kehidupan maysrakat yang majemuk
Uraian
Soal Jawaban
2. Manusia adalah a. Istilah martabat berasal dari kata dignitas-dignus (latin), dignity
makhluk ciptaan yang berarti layak, patut, wajar. Secara singkat martabat
Tuhan yang berarti konsep moralitas yang menyatakan tingkat nilai atau
bermartabat. Apa bobot seorang pribadi. Karena bernilai itulah, maka manusia
artinya tidak dapat dijadikan obyek, diperalat, diperbudak atau
bermartabat? dijadikan sarana untuk mencapai tujuan tertentu baik oleh
dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
b. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat.
Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia memiliki di
dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak. Manusia
menggunakan akal budi untuk menemukan kebenaran.
Manusia menggunakan perasaan untuk menilai kebaikan.
Manusia menggunakan hatinya untuk memutuskan yang baik.
Dan menusia menggunakan hatinya untuk memilih kebaikan.
Antara akal budi, rasa, hati, hati dan kehendak ada penyatuan
mutlak bagi manusia dalam mencapai kebaikan umum, yaitu
nilai-nilai keutamaan hidup yang berlaku bagi semua orang.
c. St. Thomas Aquinas memandang manusia sebagai makluk
bermartabat karena statusnya sebagai citra Allah yang
memiliki similitudo dan imago Dei. Similitudo adalah
keluhurannya atas makluk ciptaaan yang lain, sedangkan
imago lebih menunjuk pada panggilan terdalam untuk bersatu
dalam hidup Ilahi. Yang mencirikan manusia sebagai makhluk
bermartabat.
4. Hal apa saja yang Yang mencirikan bahwa manusia bermartabat sebagai pribadi
mencirikan bahwa berdasarkan KGK 357?
manusia
bermartabat a. Ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang.
sebagai pribadi b. Ia mengenal diri sendiri.
berdasarkan KGK c. Ia dapat menjadi tuan atas diri sendiri.
357? d. Selalu mengabdikan diri dalam kebebasan.
e. Hidup dalam kebersamaan dengan orang lain.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Sikap
1) Sikap Spiritual:
Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:
Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda v pada kolom yang sesuai
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.
jumlah nilai
Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal
jumlah nilai
Skor = jumlah nilai X 100%
Skor = ------------------- X 100%
Skor maksimal
Penilaian Keterampilan;
Guru meminta peseta didik untuk membuat refleksi tentang keluhuran manusia
sebagai Citra Allah
Lampiran 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Artikel 1 :
Pertemuan Santo Fransiskus dengan Sultan Malek Al-Kamil
Gambar 1.4. Santo Fransiskus Asisi dengan Sultan Malek Al-Kamil
Lalu, datanglah Santo Fransiskus dari Asisi. Awalnya, ia memohon kepada Kardinal Pelagius,
komandan pasukan Kristen, untuk menghentikan pertempuran ini. Namun, Pelagius menolak.
Fransiskus pun mengajak Bruder Illuminatus menemaninya melintasi garis pertempuran dengan
berani tanpa senjata. Tentara Sultan menangkap Fransiskus dan Illuminatus, memukul mereka
hingga babak belur lalu menyeret keduanya ke hadapan Sultan.
Dalam tulisannya, St Bonaventura menggambarkan dalam pertemuan itu, Sultan mengawali
percakapan dan bertanya oleh siapa, mengapa, dalam kapasitas apa mereka diutus, dan
bagaimana mereka sampai di sana. Namun, Fransiskus menjawab, mereka diutus oleh Allah,
bukan oleh manusia, untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada Sultan dan rakyatnya, serta
memberitakan kebenaran Injil. Ketika Sultan melihat antusias dan keberaniannya, ia
mendengarkan Fransiskus dengan sabar dan mendesaknya untuk tetap bersamanya.
Fransiskus menyapa Sultan dengan salam, “Semoga Tuhan memberimu kedamaian.” Ini mirip
dengan salam tradisional Muslim “assalam o alaikum” atau ‘salam bagimu’. Salam yang sontak
mengejutkan Sultan, yang langsung terpesona oleh kekudusan Fransiskus. Fransiskus pun
melanjutkan dengan sebuah renungan dari Injil.
Sultan dapat melihat kasih yang mengalir dari Fransiskus. Ia kagum akan keberaniannya. Mereka
berbicara bersama tentang kehidupan spiritual, dan merefleksikan tradisi masing-masing.
Fransiskus dan Illuminatus kemudian tinggal di kamp Muslim selama beberapa hari. Sebelum
mereka pergi, Sultan memberi banyak hadiah berharga. Namun, karena spiritualitas
kesederhanaannya, Fransiskus menolak semuanya, kecuali satu hadiah istimewa: tanduk gading.
Tanduk gading itu biasa digunakan oleh muazin untuk menandakan azan. Sekembalinya ke Italia,
Fransiskus menggunakan tanduk gading untuk memanggil umatnya berdoa atau saat ia ingin
berkhotbah. Tanduk gading itu kini dipajang di Asisi.
Fransiskus juga membagikan rasa hormatnya yang baru dan mendalam terhadap saudara-saudari
Muslimnya, menghancurkan lingkaran permusuhan dan kesalahpahaman yang memicu Perang
Salib. Fransiskus terutama dikejutkan oleh Muslim yang berdoa lima kali sehari dan bersujud untuk
menyembah Allah. Surat-suratnya mendesak orang-orang Kristen untuk mengadopsi praktik
serupa: menjadikan doa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, untuk mengingat Allah dalam
segala hal.
Pertemuan ini juga mengubah Sultan. Ia meminta prajuritnya untuk mengawal Fransiskus, saat ia
harus melalui negara-negara Muslim. Sejak saat itu, Sultan memperlakukan tahanan perang
Kristen dengan kebaikan dan kemurahan hati.
Fransiskus dan Sultan tidak ada yang berpindah keyakinan. Tetapi, mereka bertemu sebagai
manusia ciptaan Allah. Tak lama setelah itu, ada beberapa ikonografi dari Timur yang
menunjukkan kedua pria ini. Salah satu penasihat spiritual Sultan, mempunyai tulisan di nisannya
bahwa yang mengubah hidupnya adalah pertemuan antara seorang biarawan Kristiani dengan
Sultan.
Hermina Wulohering
HIDUP NO.08 2019, 24 Februari 2019 Hidupkatolik.com/2019/03/26/34266/fransiskus-asisi-dan-
malek-al-kamil/
Artikel 2 :
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang
bermartabat, manusia memiliki di dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak.
Manusia menggunakan akal budi untuk menemukan kebenaran. Manusia
menggunakan perasaan untuk menilai kebaikan. Manusia menggunakan hatinya untuk
memutuskan yang baik. Dan menusia menggunakan hatinya untuk memilih kebaikan.
Antara akal budi, rasa, hati, hati dan kehendak ada penyatuan mutlak bagi manusia
dalam mencapai kebaikan umum, yaitu nilai-nilai keutamaan hidup yang berlaku bagi
semua orang.
Istilah martabat berasal dari kata dignitas-dignus (latin), dignity yang berarti layak,
patut, wajar. Secara singkat martabat berarti konsep moralitas yang menyatakan
tingkat nilai atau bobot seorang pribadi. Karena bernilai itulah, maka manusia tidak
dapat dijadikan obyek, diperalat, diperbudak atau dijadikan sarana untuk mencapai
tujuan tertentu baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
St. Thomas Aquinas memandang manusia sebagai makluk bermartabat karena
statusnya sebagai citra Allah yang memiliki similitudo dan imago Dei. Similitudo adalah
keluhurannya atas makluk ciptaaan yang lain, sedangkan imago lebih menunjuk pada
panggilan terdalam untuk bersatu dalam hidup Ilahi. Yang mencirikan manusia sebagai
makhluk bermartabat.
Mazmur 8: 1 - 10 ini, menggambarkan bagaimana Allah menciptakan manusia dan
menempatkan manusia secara istimewa di antara semua ciptaan dan merefleksikan
kemuliaan manusia. Mazmur ini merupakan kidung pujian kepada Allah karena telah
memberikan kepada manusia tanggung jawab dan martabat. Kej 1:1-2:3. Manusia
ditempatkan Allah pada kedudukan yang sangat istimewa. Ia diciptakan menurut
gambar dan rupa sang Pencipta (Kej 1:26).
Manusia sebagai citra Allah berarti manusia diberi tugas untuk melakukan apa yang
Allah buat yaitu berkuasa atas ciptaan lain. Manusia sungguh akan menjadi gambar
Allah kalau ia sungguh melaksanakan tugasnya itu sesuai dengan kehendak yang
pencipta. Maka tugas manusia ialah meneruskan karya penciptaan Allah di dunia ini
dengan meneruskan dan melestarikan kehidupan serta melaksanakan kekuasaan atas
ciptaan lain. Untuk dapat melaksanakan tugas itu manusia dibekali oleh Allah yaitu
berkat-Nya dan terutama dengan kemampuan intelektual.
Karena manusia diciptakan sebagai Citra Allah, manusia memiliki martabat sebagai
pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Ia mengenal diri sendiri,
menjadi tuan atas diri sendiri, mengabdikan diri dalam kebebasan, dan hidup dalam
kebersamaan dengan orang lain, dan dipanggil membangun relasi dengan Allah,
pencipta-Nya (KGK 357).
Persaudaraan sejati tidak membedakan orang berdasarkan agama, suku, ras, ataupun
golongan, karena semua manusia adalah sama-sama umat Tuhan dan sama-sama
dikasihi Tuhan. Maka setiap orang yang membenci sesamanya, ia membenci Tuhan.
Lampiran 3
GLOSARIUM
aspek fisik : Aspek Fisik /Jasmani Bertumbuh menjadi dewasa
secara fisik adalah meliputi bertambahnya usia, berat badan dan
perubahan organ-organ yang lain termasuk organ seksual .
Perubahan organ-organ seksual yaitu kemampuan berkembangnya
organ-organ seksual atau ciri-ciri seksual yang semakin
membedakan antara pria dengan wanita.
aspek intelektual : Aspek yang berkaitan dengan kecerdasan peserta didik,
kemampuan menyelesaikan masalah, kemampuan bernalar
atau berpikir
aspek emosi : Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau
kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap
sesuatu.
aspek sosial : Aspek sosial merupakan hasil aktivitas hubungan manusia dengan
alam sekitarnya. Salah satu bentuknya adalah penindasan.
Penindasan adalah suatu kekerasan, ancaman, atau paksaan yang
dilakukan seseorang kepada orang lain yang melibatkan
ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau orang lain.
aspek rohani : aspek rohani (spiritual) pada segala sesuatu, adalah eksistensi
bahwa segala sesuatu adalah dicipta oleh Tuhan.
aspek identitas : aspek-aspek identitas diri adalah genetik, adaptif, struktural,
dinamis, timbal balik psikososial dan status eksistensial yang
dapat membantu individu dalam menemukan identitas dirinya
Lampiran 4
DAFTAR PUSTAKA
Komkat KWI, Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk SMA/K
Kelas X. Yogyakarta:Kanisius, 2008.
Kristianto. Yoseph, dkk. 2010. Menjadi Murid Yesus, Buku Teks Pendidikan Agama
Katolik untuk SMA/K Kelas X. Yogyakarta: Kanisius.
Maman Sutarman dan Sulis Bayu Setyawan, Pendidikan Agama katolik dan Budi Pekerti
untuk SMA Kelas X, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Flores, 1995.
Puji Syukur 198, 221
Internet: Hidupkatolik.com/2019/03/26/34266/fransiskus-asisi-dan-malek-al-kamil/