Anda di halaman 1dari 6

BLOW OUT

Blowout adalah suatu peristiwa mengalirnya minyak, gas atau cairan lain dari dalam sumur
minyak dan gas ke permukaan atau di bawah tanah yang tidak bisa dikontrol. Peristiwa ini bisa
terjadi ketika tekanan hidrostatis lumpur pemboran lebih kecil dari tekanan formasi.

Blowout umumnya terjadi pada saat pemboran sumur eksplorasi minyak dan gas. Untuk
mencegah terjadinya blowout digunakan peralatan pemboran yang disebut alat pencegah sembur
liar (blowout preventer).

Blowout biasanya diawali dengan adanya “kick” yang merupakan intrusi fluida bertekanan tinggi
kedalam lubang bor. Intrusi ini dapat berkembang menjadi blow out bila tidak segera diatasi.
Blowout prevention (BOP)

2.1.        Tekanan Formasi

            Pada tekanan Formasi di kenal tiga macam :


         Tekanan Overbourden

         Tekanan fluida formasi

         Tekanan Rekah formasi

2.1.1.   Tekanan Overbourden

            Tekanan yang diakibatkan oleh seluruh beban yang berada di atas suatu
kedalaman tertentu tiap satuan luas di derita fluida akibat beban batuan diatasnya.

P = Go x D

Go = gradient tekanan Overbourden psi / ft

D = kedalaman
2.1.2.   Tekanan fluida formasi, terdapat :

2.1.2.1.    Tekanan fluida formasi normal

                Tekanan fluida (minyak, gas, air) yang bekerja pada pori – pori batuan.
Secara hidrostatis untuk keadaan normal sama dengan keadaan tekanan kolom cairan
yang ada didalam dasar formasi sampai ke permukaan. Bila isi dari kolom yang terisi
cairannya bebeda, maka besarnya tekanan hidrostatik berbeda, untuk kolom air tawar
sebebsar 0.433 psi/ft dan untuk kolom air asin gradient tekanan hidrostatiknya sebebsar
0.465 psi/ft

                Formasi di katakan normal apabila garadient tekanan formasinya 0.465 psi.

2.1.2.2.    Tekanan formasi Abnormal

                Yang dimaksud dengan tekanan formasi abnormal biasanya tekanan


formasi yang lebih besar dari yang di perhitungkan pada gradient hidrostatik. Hal ini di
sebabkan oleh kompaksi sedimen yang ada di atasnya sedemikian rupa sehingga air
yang keluar dari lempeng tidak langsung dapat menghilang dan tetap berada di dalam
batuan.

2.1.2.3.    Tekanan formasi Subnormal

                Tekanan formasi yang berada di bawah tekanan hidrostatik normal,


kejadiannya bias akibat proses geologi naik turunnya formasi.

2.1.3.   Tekanan Rekah formasi

                        Tekanan dimana formasi itu akan merekah, karena adanya tekanan
yang besar dari dalam lubang bor

                        Kalau formasi rekah tentunya lumpur pemboran akan lari masuk ke
formasi. Besarnya gradient tekanan rekah dipengaruhi oleh besarnya tekanan
overbourden, tekanan formasi dan kondisi kekuatan batuan.

                        Mengetahui gradien tekanan rekah sangat berguna ketika meneliti
kekuatan casing, sedangkan bila gradient tekanan rekah tidak diketahui maka akan
mendapat kesulitan dalam pekerjaan penyemenan dan penyelubungan
sumur.                 

2.2.      Pengertian kick


            Kick adalah merupakan suatu proses masuknya fluida formasi ke dalam lubang
sumur. Terjadi karena kondisi tekanan Hidrostatik (Ph) lebih kecil dari pada tekanan
formasi (Pf). Tekanan Hidrostatik turun tergantung pada berat jenis lumpur, dan
ketinggian kolom lumpur.
2.3.      Penyebab terjadinya Kick
            Kick dapat terjadi karena disebabkan oleh :
1.    Berat jenis lumpur yang tidak memadai

2.    Swab Effect

3.    Menembus formasi gas

4.    Tinggi kolom lumpur

2.3.1.   Berat jenis lumpur yang tidak memadai

            Berat jenis lumpur turun dikarenakan bercampurnya fluida formasi


dengan lumpur bor, fluida formasi yang cepat menurunkan berat jenis lumpur adalah
gas.

2.3.2.   Swab Effect


                        Swab Effect terjadi apabila pencabutan rangkaian pipa pemboran yang
terlalu cepat, dan viscositas lumpur yang terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan lumpur
yang diatas bit  terlambat turun ke bawah bit sehingga ruangan yang berada di bawah
bit menjadi vakum, sehingga fluida formasi masuk kedalam lubang.

                        Pencegahannya dapat dilakukan dengan mencabut rangkaian pipa


bor jangan terlalu cepat, terutama di dalam open hole, dan usahakan viscositas lumpur
jangan terlalu tinggi.
2.3.3.   Menembus formasi gas

                        Formasi gas mengandung gas di dalam pori – pori batuannya, waktu
menembus formasai gas, cutting yang dihasilkan akan mengandung gas. Gas keluar
dari cutting dan masuk kedalam lumpur, makin lama gas makin banyak sehingga akan
menurunkan berat jenis lumpur.

2.3.4.   Tinggi kolom lumpur

                        Tinggi kolom lumpur dapat turun dikarenakan lumpur yang masuk
kedalam formasi (lost circulation), sehingga hal ini menyebabkan terjadinya kehilangan
sirkulasi, maka berakibat berkurangnya volume lumpur juga dan akhirnya mengurangi
tekanan hidrostatik lumpur itu sendiri, maka cairan formasi akan mendesak lumpur
dalam sumur juga.

Hal ini dapat disebabkan oleh :

1.    Formasi pecah

2.    Bit masuk formasi berongga, bergoa atau rekahan

2.4.      Tanda – tanda terjadinya kick

            Tanda – tanda Well kick dalam operasi pemboran dapat diketahui dari
beberapa parameter, yaitu :

            2.4.1.   Saat sedang dilangsungkannya pemboran

1.  Laju penembusan tiba – tiba naik

2.  Volume di lumpur naik

3.  Tekanan pompa untuk sirkulasi turun dengan kecepatan pompa naik.

4.  Hadirnya gelembung – gelembung gas pada lumpur

2.4.2.   Saat menyambung pipa, pompa dihentikan

            1.  Aliran tetap walaupun pompa dihentikan.


            2.  Volume lumpur di tangki bertambah.

            3.  Tekanan pompa untuk sirkulasi makin turun dengan bertambahnya pipa.

2.5.      Kondisi tekanan system pada saat normal, saat Well kick dan pada saat
penanggulangannya.

            2.5.1.   Kondisi tekanan ketika operasi pemboran berjalan dengan normal.

1.    Besarnya tekanan lumpur yang keluar dari annulus sangat kecil mendekati nol, supaya
lumpur tersebut tidak tersembur ke atas tetapi yang diinginkan berupa pengaliran dari
flow line ke shale shaker dan alat – alat lainnya sampai ke tangki lumpur.

2.    Karena selama operasi pemboran tersebut lumpur mulai dari pompa sampai kembali di
flow line mengalami kehilangan tekanan (pressure loss) akibat lumpur bergesekan
dengan pipa – pipa dan viscositas lumpur itu sendiri, sedangkan dalam keadaan static
tekanan dalam pipa dan annulus pipa dipermukaan sama yaitu nol, maka ketika
sirkulasi terjadi pompa harus memberikan tekanan kepada lumpur sebesar tekanan
yang hilang sepanjang jalan yang dilalui.

3.    kondisi tekanan selama operasi pemboran berjalan dengan normal ialah, gradient
tekanan lumpur dinamik di annulus lebih besar sedikit dari gradient tekanan lumpur
static  dan lebih besar dari gradient tekanan formasi. Dalam kondisi ini dijamin tidak ada
fluida formasi yang masuk kedalam lubang bor yang kita sebut dengan Well kick.

            2.5.2.   Tekanan operasi ketika ada kick

                        Hadirnya kick pada sumur pemboran menunjukkan bahwa gradient


tekanan formasi lebih besar dari gradient tekanan hidrostatik lumpur.

                        Gradient tekanan static formasi lebih besar dari gradient tekanan dinamik
lumpur maupun gradient tekanan static lumpur sehingga menyebabkan fluida formasi
mendesak masuk ke lubang bor.
            2.5.3.   Tekanan operasi penanggulangan

                        Pada kondisi normal tekanan formasi cukup terpenuhi oleh tekanan hidrostatik
lumpur sehingga tekanan di permukaan beharga nol.

                        Pada kondisi kick tekanan formasi dipenuki oleh tekanan hidrostatik lumpur dan
hidrostatik kick.

Anda mungkin juga menyukai