Anda di halaman 1dari 38

KARYA SENI TEATER

TRADISIONAL
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata pelajaran Seni Budaya

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2

1. Cokorda Istri Indah Wiryastuti (04)


2. Dw. Ayu Ratna Sekar Lestari (05)
3. Gst. Ayu Dinda Pramesta Dewi (06)
4. Gst. Ngurah Angga Julystyana (09)
5. I Kadek Ananda Dwi Putra (11)
6. I Putu Adi Candra (14)
7. Ni Wayan Agung Putri Anjani (26)
8. Ni Wayan Nanik Juliantari (27)
9. R.A.A Nadiya Cahyani Putri (32)

SMA NEGERI 1 UBUD


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan Karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mata Pelajaran Seni Budaya berupa Makalah. Makalah ini
yang kami susun berjudul “Karya Seni Teater Tradisional”.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami
telah berhasil menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang juga sudah
memberikan bantuan kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini pada khususnya dan pembuatan makalah-makalah yang lain
dikemudian hari. Kami berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Karya Seni Teater Tradisional ........................................................ 3
2.1.1 Pengertian Teater.................................................................... 3
2.1.2 Unsur-unsur Dramatik............................................................ 5
2.1.3 Ciri-ciri Umum Teater Tradisional......................................... 8
2.1.4 Macam-macam Teater............................................................ 9
2.2 Teater Tradisional Nusantara........................................................... 11
2.2.1 Teater Dari Jawa..................................................................... 11
2.2.2 Teater Dari Bali....................................................................... 14
2.2.3 Teater Dari Sumatra................................................................ 17
2.2.4 Teater Dari Kalimantan........................................................... 18
2.2.5 Teater Dari Wor dan Papua..................................................... 18
2.3 Unsur-unsur Karya Teater................................................................ 19
2.3.1 Naskah..................................................................................... 19
2.3.2 Pemain..................................................................................... 19
2.3.3 Sutradara................................................................................. 19
2.3.4 Tata Artistik............................................................................ 20
2.3.5 Penonton................................................................................. 28
2.4 Menampilkan Pertunjukan Teater..................................................... 29
2.4.1 Persiapan................................................................................. 29
2.4.2 Menyusun Naskah Drama....................................................... 29
2.4.3 Memilih Pemain...................................................................... 30
2.4.4 Prinsip Kerja Sama dan Persiapan Pertunjukan...................... 31
2.4.5 Menggelar Pertunjukan Karya Teater Kriatif......................... 31
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 32
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 32
3.2 Saran ................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 33
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teater tradisional merupakan bagian dari identitas budaya dan menjadi kekayaan
kultural bangsa-bangsa yang berperadaban kuno. Meski demikian sebagian besar pakar
seni menilai perlu diadakannya perubahan dalam menampilkan seni pentas tersebut
sesuai dengan tuntutan masyarakat modern. Menggali kembali akar sejarah teater
tradisional merupakan langkah awal untuk menggelar perubahan. Selain itu, mengenal
asal-asul dan mencari unsur-unsur asli teater tradisional dengan cara memisahkannya dari
tendensi sosial dan politik yang melingkupinya di masa lalu merupakan salah satu cara
untuk menemukan format dasarnya. Selain itu, memadukan teater tradisional dengan
sentuhan modern yang lebih inovatif seperti penggunaan tata cahaya, dekorasi, dan musik
merupakan salah satu cara untuk membuat seni pentas tradisional terlihat makin menarik.
Pementasan teater tradisional secara klasik sudah tidak menarik lagi bagi publik
modern dan hanya menghibur mereka beberapa jam saja. Karena itu, upaya
mempromosikan teater tradisional harus diiringi dengan rekonstruksi seni pentas ini.
Kehidupan masyarakat tradisional dan problematika mereka harus bisa menyusup dalam
teater tradisional. Sebab hanya dengan cara itulah teater tradisional bisa tetap bertahan.
1.2 Rusmusan Masalah
Dari latar belakang diatas, kami dapat menarik rumusan masalah yang akan kami
bahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Apa pengertian teater tradisional?
2. Bagaimana hubungan antara teater dengan seni peran?
3. Bagaimana ciri-ciri teater tradisional?
4. Apa saja unsur-unsur yang terkandung dalam seni teater tradisional?
5. Bagaimana cara menampilkan pertunjukan seni teater?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas kami menarik tujuan dari pemblajaran karya seni
teater tradisional, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu karya seni teater tradisional
2. Untuk mengetahui hubungan seni teater dengan seni peran
3. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri dari teater tradisional
4. Untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam seni teater tradisional
5. Untuk mengetahui cara menampilkan pertunjukan seni teater
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karya Seni Teater Tradisional


Setiap daerah memiliki jenis teater yang berbeda-beda, misalnya Ludruk. Ludruk
merupakan teater tradisional di Jawa Timur yang bersifat kerakyatan. Cerita yang
diperankan biasanya tentang sketsa kehidupan rakyat. Setiap daerah memiliki jenis teater
yang berbeda-beda. Dalam teater juga terdapat unsur-unsur karya teater yang perlu
diperhatikan. Penyebab beragamnya jenis teater Nusantara disebabkan oleh unsur-unsur
pembentuk teater yang berbeda-beda, tergantung pada kebudayaan masing-masing daerah.
2.1.1 Pengertian Teater
Kata teater berasal dari Bahasa Yunani “Theatron” yang berarti gerak.
Hal ini karena tontonan teater atau drama menonjolkan percakapan (dialog) dan
gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung. Dalam pengertian lain Teater adalah
cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan seni peran di depan penonton
yang menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimic, boneka,
music, tari, dan lain-lain.
Lahirnya seni teater bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan oleh
pemuka agama. Upacara keagamaan ini kemudian berkembang, bukan hanya
berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan
dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan penceritaan.
2.1.2 Pengertian Teater Tradisional
Teater tradisional atau yang juga dikenal dengan istilah “Teater daerah”
adalah merupakan suatu bentuk pertunjukan dimana para pemainnya berasal dari
daerah setempat dengan membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah
yang sejak dulu telah berakar dan dirasakan sebagai milik sendiri oleh setiap
masyarakat yang hidup di lingkungan tersebut, misalnya mitos atau legenda dari
daerah itu.

Selain itu terdapat beberapa pengertian teater menurut beberapa para ahli,
yaitu sebagai berikut :

1. Menurut Wood dan Attfield


Teater adalah proses lakon sebagai tokoh dalam peran, mencontoh,
meniruh gerak pembicaraan perseorangan, menggunakan secara nyata dari
perangkat yang dibayangkan, penggunaan pengalaman yang selalu serta
pengetahuan, karakter dan situasi dalam suatu lakuan, dialog, monolog,
guna menghindarkan peristiwa dan rangkaian cerita cerita tertentu.
2. Menurut Benhart
Teater adalah suatu karangan dalam prosa atau puisi yang disajikan
dalam dialog atau pantomi, suatu cerita yang mengandung konflik atau
kontras seorang tokoh, terutama sebagai suatu cerita yang diperuntukkan
buat dipentaskan di panggung dramatik.
3. Menurut Tarigan
Teater adalah suatu karangan, kini biasa dalam prosa disusun buat
pertunjukan dan dimaksimalkan untuk memotret kehidupan atau tokoh
suatu cerita dengan gerak dan biasanya dengan dialog yang bermaksud
memetik beberapa hal berdasarkan cerita dan sebagainya yaitu lakon.
4. Menurut Sumardjo dan saini dalam Nuryatin
Teater adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melalui
dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarnya
hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk
dipentaskan.
2.1.3 Unsur-unsur Dramatik
Dalam drama terdapat berbagai unsur yang disebut unsur-unsur dramatic
yang biasanya dipelajari sebagai dramaturgi (teori yang memplajari seluk-beluk
naskah drama). Unsur-unsur tersebut, antara lain sebagai berikut.
1. Tema
Tema adalah pikiran pokok yang mendasari kisah drama. Pikiran pokok
tersebut di kembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kisah yang seru
dan menarik.  Tema dapat di persempit menjadi topik kemudian topik tersebut
di kembangkan menjadi kisah dalam teater dengan dialpg-dialognya.
Sementara itu, judul dapat diambil dari isi ceritanya.
2. Plot
Plot adalah rangkaian peristiwa atau jalan kisah dalam drama. Plot terdiri
atas konflik yang berkembang secara bertahap, dari sederhana menjadi
kompleks, klimaks, sampai penyelesaian. Tahapan plot yaitu sebagai berikut.
a) Eksposisi
Perkenalan tokoh melalui adegan-adegan dan dialog yang
mengantarkan penonton pada keadaan yang nyata.
b) Konflik
Pada tahapan ini mulai ada kejadian atau peristiwa atau insiden yang
melibatkan tokoh dalam masalah.
c) Komplikasi
Insiden yang terjadi mulai berkembang dan menimbulkan konflik
semakin banyak, rumit dan saling terkait tetapi belum tampak
pemecahan masalahnya.
d) Klimaks
Berbagai konflik telah sampai pada puncaknya atau puncak
ketegangan bagi para penonton. Disinilah konflik atau pertikaian antar
tokoh semakin memanas.
e) Penyelesaian
Tahap ini merupakan akhir penyelesaian konflik. Disini, penentuan
ceritanya akan berakhir menyenangkan,mengharukan, tragis, atau
menimbulkan sebuah teka-teki bagi para penonton.
3. Penokohan
Penokohan/karakter pelaku utama adalah pelukisan karakter/kepribadian
pelaku utama. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Penokohan
berhubungan dengan nama pelaku, jenis kelamin, usia, bentuk fisik, dan
kejiwaannya. Perwatakan berhubungan dengan sifat pelaku. Dalam teater
penokohan dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu:
a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang pertama kali mengambil prakarsa
dalam cerita. Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama mengalami
benturan-benturan atau masalah, memiliki sifat yang baik sehingga
penonton biasanya berempati.
b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang menentang tokoh protagonis
atau tokoh yang menentang cerita. Tokoh antagonis biasanya
memiliki sifat jahat.
c. Tokoh tritagonis, yaitu tokoh penengah serta pendamai dua pihak
(tokoh protagonis dan tokoh antagonis) dan penyelesaian ketegangan.
4. Dialog
Dialog adalah percakapan antar tokoh (yang bersamaan dalam satu gerak
atau adegan) untuk merangkai jalannya kisah. Dialog harus mendukung
karakter tokoh, mengarahkan plot dan mengungkap makna yang tersirat.
5. Setting
Setting atau latar adalah keadaan tempat dan suasana terjadinya suatu
adegan di panggung. Setting ini bisa mencakup tata panggung dan tata lampu.
6. Bahasa
Bahasa merupakan bahan dasar naskah atau skenario dalam wujud kata
dan kalimat. Kata dan kalimat harus dapat mengungkapkan pikiran dan
perasaan secara komunikatif dan efektif.
7. Ide dan Pesan
Ide dan pesan dalam pertunjukan harus bisa di tuliskan oleh penulis dan di
implementasikan di atas panggung oleh pemeran. Ide bisa di dapat dengan
cara merekayasa secara logis, sehingga selain dapat menghibur, pementasan
teater juga menampilkan pesan moral melalui nilai-nilai pendidikan.
2.1.4 Ciri-ciri Umum Teater Tradisional
Teater tradisional tiap-tiap daerah memiliki keunikan yang berbeda-beda.
Namun, secara umum teater tradisional memiliki ciri-ciri yang bersifat sama
(kecuali teater transisi), yaitu :
a. Tidak ada naskah
Teater tradisional biasanya tidak dilengkapi naskah, hanya berupa
garis besar cerita sehingga setiap pemain berbicara secara spontan
menyahut dialog pemain lain sesuai dengan watak tokoh yang dibawakan.
b. Persiapan dilakukan secara sederhana
Persiapan singkat dan sederhana, mengingat para pemain tidak
menghafal dialog melainkan mengenali garis besar cerita sehingga tidak
ada jadwal latihan rutin.
c. Ceritanya monoton
Cerita teater tradisional biasanya monoton atau tidak memiliki
keragaman ceritanya. Cerita ini diambil dari cerita rakyat setempat, seperti
dongeng, hikayat, atau cerita kepahlawanan daerah setempat.
d. Bersifat fleksibel
Teater daerah bias dilakukan dimana saja, tidak terkait oleh tempat
pertunjukan tertentu, bahkan dikatakan menyatu dengan masyarakat.
2.1.5 Macam-macam Teater
Dilihat dari isi ceritanya, teater tradisional dibagi menjadi lima macam
sebagai berikut :
a. Opera (Penyajiannya berupa music dan nyanyian sebagai dialog)
b. Sendra Tari (ceritanya klasik, semuanya dengan tarian tanpa kata – kata)
c. Komedi (penyajiannya bersuka cita atau kelucuan dengan penuh sindiran)
d. Tragedi (penyajiannya bersuka cita, penuh kematangan, dan kesedihan)
e. Komedi dan Tragedi (penyajiannya penih kesedihan, kelucuan, dan
kegembiraan)
Menurut karakteristiknya, teater dapat dikelompokan menjadi tiga macam,
yaitu sebagai berikut :
a. Teater tradisional, bersifat seederhana dan kedaerahan. Ciri- ciri teater
tradisional adalah tanpa naskah (sastra lisan ), persiapannya sederhana,
penyajiannya monoton (statis), media ungkapannya beragam (berupa dialog,
tarian, dan nyanyian), mengambil cerita kerajaan atau dongeng, akrab dengan
penonton, didominasi oleh music dan tarian, serta menggunakan bahasa
daerah.
b. Teater Konvesional, bersifat sederhana tetapi lebih manusiawi dan universal.

c. Teater modern, teater penyajiannya yang bersifat dinamis menggunakan


naskah (sastra drama) , segalanya dipersiapkan dengan detail, ceritanya
bervariasi mengenai kehidupan manusia, serta music dan lagu dipakai hanya
jika diperlukan. Teater modern di bagi menjadi dua yaitu teater kontemporer
dan film.
2.2 Teater Tradisional Nusantara
Bentuk teater atau drama di Nusantara sangat beragam sesuai dengan ciri khas
daerahnya masing-masing. Drama tradisional daerah biasanya disajikan dengan
acting/seni peran yang matang. Berikut beberapa contoh teater tradisional yang ada di
Indonesia.
2.1.1 Teater dari Jawa
a. Wayang Wong (Jawa Tengah dan Yogyakarta)
Wayang orang mementaskan cerita pewayangan dari kitab Ramayana dan
mahabrata .Para pemain wayang mempertunjukan perannya lewat tarian dan
tembang /nyanyian. Dalam melakukan dialog ada istilah
ontowecana/pembicaraan yang di sertain gerak tangan.

b. Longser (Jawa Barat )


Ciri –ciri : Badut /seorang pelawak memimpin rombongan longser ,terdiri
atas beberapa penari wanita (ronggeng) dan memperkenalkan para ronggeng
sebelum pertunjukan dimulai.
c. Jipeng (Betawi)
Seni teater ini merupakan pertunjukan drama dari rakyat betawi yang
menggunakan iringan tanjidor. Jipeng berasal dari kata tanji dan topeng. Ciri –
ciri :sama dengan topeng betawi dan lenong , penuh humor ,serta unsur unsur
tapi kurang menonjol.

d. Lenong (Jakarta)
Ciri-ciri:lenong diperankan oleh sejumlah penari laki laki dan
perempuan ,gerak silat dan lawak lebih menonjol ,diiringan gambang
kromong ,dan tema yang diambil dan kenyataan sehari-hari.

e. Ludruk (Jawa Timur)


Ciri-ciri :selalu membawakan lakon pada setiap pementasannya,
pementasan di awali tari ngremo, ada lawakan yang di awali dengan nyanyian
yang di sebut kidung.
f. Dampu Awang (Kediri)
Dampu awang merupakan teater yang mempunyai ciri khas daerah
Kediri.Jumlah pementasan nya mulai mundur ,dan hanya bertahan di daerah –
daerah pedesaan.

g. Janger (Banyuwangi)
Teater jangger mememiki ciri-ciri :Tema yang di ambil adalah cerita
Damarwulan atau Brawijaya dan mirib dengan teater tradisonal Bali.

h. Glipang (Madura)
Ciri-ciri dialog dan tembang lebih menonjol dan peran laki-laki
terkadang di perankan oleh perempuan.
2.1.2 Teater Dari Bali
1. Sendratari
Sendratari yang merupakan kepanjangan dari Seni Drama dan Tari
hingga kini masih menjadi seni drama andalan di Bali. Sendratari tak
pernah absen ditampilkan di event besar kebudayaan Bali seperti
pembukaan Pesta Kesenian Bali .Lakon yang dimainkan, umumnya adalah
lakon pewayangan.

a .travel.com

2. Arja

Arja adalah seni drama klasik, yang dulunya dipentaskan untuk


menghibur para raja di Bali. Para pelakonnya tidak hanya berakting,
namun juga harus melantunkan tembang serta menari. Arja berasal dari
bahasa sansekerta, yang artinya keindahan. Lakon yang dimainkan
didominasi cerita rakyat dan heroik klasik. Bisa dibilang pertunjukan ini
adalah drama musikalnya Bali.
bl
3.
4.
5.
6.
7.
3. Gambuh
Seni teater klasik berikut ini, mungkin bisa dibilang yang paling klasik dari list
sebelumnya. Berbeda dengan sendratari maupun arja, gambuh didominasi oleh
iringan musik suling. Tidak hanya itu, bahasa yang digunakan pun mayoritas adalah
bahasa kawi. Untuk itu, gambuh bisa kamu temui pada upacara agama di Bali. Lakon
yang dimainkan pun didominasi cerita kerajaan. Sayangnya, gambuh kurang diminati
masyarakat karena bahasa yang sulit dimengerti dan membawakan lakon yang
ceritanya berat.

balie

4. Drama Gong
Berbeda dari Gambuh, kalau yang satu ini adalah seni drama yang paling modern
nih. Masih menggunakkan pakaian tradisional Bali, para pelakon akan membawakan
cerita rakyat yang dikemas dalam bentuk modern. Dibumbui naskah penuh jenaka,
para pemainya sering kali menyelipkan pesan kritik terhadap masalah kekinian.
Musik yang mengiringi pun, merupakan perpaduan gamelan dan musik modern
seperti gitar dan keyboard.
metrobali.com

5. Bondres
Seni drama ini terbilang paling populer di Bali. Lawakan jenaka yang dipenuhi
nilai-nilai moral ini sangat diminati penontonnya. Ciri khas drama ini adalah
pemainnya menggunakan topeng menutupi sampai hidung saja. Lakon yang
dibawakan bersifat kontemporer, dan menyesuaikan isu kekinian.

nusabali.com
2.1.3 Teater Dari Sumatra

a. MakYong
Mak Yong adalah seni pertunjukan yang berasal dari Kepulauan Riau.
Kesenian ini menggabungkan seni drama, seni tari, seni musik, dan pertuturan
dongeng. Ceritanya mengisahkan tentang kerajaan. Biasanya dibuat oleh
pujangga- pujangga kerajaan Melayu.

b. Bangsawan
Pementasan bangsawan sangat khas karena dialog dilakukan dalam
pantun yang terdiri atas empat bait. Pertunjukan ini didominasi oleh lawakan.
Humor merupakan unsur utama dalam pertunjukan ini. Baik dalam lakon lucu
ataupun serius, pemain menangis dan tertawa secara bersamaan.

c. Randai
Kesenian Randai berasal dari sastra tutur/ lisan yang disebut
Kaba/Bakaba. Kaba dapat diartikan sebagai cerita, sedangkan Bakaba artinya
bercerita. Pementasan randai mengga-bungkan unsur basijobang (permainan
sijobang), tonil Belanda, dan seni pencak silat setempat.

d. Malelang (Padang)
Ciri-ciri : menggunakan Bahasa pengantar yang mirip Minangkabau
yang disebut aneukjame dan tema cerita rakyat seorang pemuda Malelang
yang dihukum karena dianggap melanggar sopan santun Bersama pemudi,
putri pamannya.

e. Dulmuluk (Sumatra Selatan)


Ciri-ciri : dipentaskan ditempat terbuka dengan layer bergambar sebagai
dekor, tema diambil dari kehidupan kerajaan, hanya dimainkan oleh laki-laki,
dan selalu menggunakan kuda-kudaan yang merujuk pada kebersamaan suatu
kerajaan.

(Teater Randai)

2.1.4 Teater Dari Kalimantan

a. Wayang Gong
Ciri-ciri : dipentaskan ditempat terbuka dan tema cerita dari kisah
Ramayana.
b. Mamanda (Kalimantan Selatan)
Ciri-ciri : terdiri atas pemain laki-laki dan perempuan dan memasukan
unsur lawak, tari, dan lagu.

2.1.5 Teater dari Wor dan Papua


Ciri-ciri : Tema cerita tentang filosofi antara manusia dan haggi, penguasa
langit dan dibawakan pada saat upacara inisiasi anak laki-laki yang berumur 10
tahun.
2.3 Unsur-Unsur Karya Teater
Sebuah pertunjukan teater muncul sebagai seni kolektif yang melibatkan seni –
seni yang lain, seperti seni musik dan seni tari. Bahkan seni rupapun ikut diambil dalam
pertunjukan seni teater. Berikut unsur pembentuk teater
2.1.1 Naskah
Naskah adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Naskah memuat nama-
nama tokoh dalam cerita, dialog yang akan diucapkan para tokoh, tindakan yang
akan dilakukan, serta keadaan panggung yang akan di perlukan.
2.1.2 Pemain
Dalam pertunjukan teater, pemain memegang peranan penting karena
pemain adalah orang yang memperagakan cerita. Seorang pemain harus
menguasai teknik bermain peran. Seorang pemain harus mampu menghayati
setiap situasi yang diperankannya serta mampu menyelami dan menghidupkan
jiwa dan tokoh yang dibawakannya sebagai dirinya sendiri.
2.1.3 Sutradara
Sutradara merupakan pimpinan utama kerja kolektif sebuah teater. Baik
atau buruknya pementasan teater ditentukan oleh kerja sutradara. Berikut
beberapa tipe sutradara dalam penyutradaraan pertunjukan teater.
a. Sutradara konseptor
Sutradara konseptor menentukan pokok penafsiran dan mengemukakan
konsep penafsirannya kepada pemain.
b. Sutradara dictator
Sutradara mengatur dan menentukan seluruh langkah, gerak, dan segala
hal yang dilakukan pemain.
c. Sutradara koordinator
Sutradara koordinator menetapkan diri sebagai pengarah yang
mengoordinasi pemain sesuai dengan pemikirannya
d. Sutradara paternalis
Sutradara paternalis merupakan sutradara yang berperan sebagai guru
yang mengamalkan ilmu bersama dengan mengasah batin para anggotanya.

2.1.4 Tata Artistik


Tata artistic merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari teater. Unsur
artistic membantu pementasan menjadi sempurna sebagai pertunjukan. Berikut
beberapa unsur artistic yang dibutuhkan dalam pertunjukan teater.
a. Tata Panggung
Tata panggung merupakan pengaturan pemandangan dipanggung selama
pementasan berlangsung. Jenis-jenis panggung dalam pementasan teater yaitu
sebagai berikut.
1. Panggung Arena

Panggung arena adalah panggung yang penontonnya melingkar atau


duduk mengelilingi panggung. Penonton sangat dekat sekali dengan
pemain. Agar semua pemain dapat terlihat dari setiap sisi maka penggunaan
set dekor berupa bangunan tertutup vertikal tidak diperbolehkan karena
dapat menghalangi pandangan penonton.

2. Panggung Prosenium

Panggung prosenium bisa juga disebut sebagai panggung bingkai


karena penonton menyaksikan aksi aktor dalam lakon melalui sebuah
bingkai atau lengkung proscenium (proscenium arch). Bingkai yang
dipasangi layar atau gorden inilah yang memisahkan wilayah akting pemain
dengan penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah.

3. Panggung Thurst

Panggung Thurst seperti panggung Proscenium tetapi dua pertiga


bagian depannya menjorok ke arah penonton. Pada bagian depan yang
menjorok ini penonton dapat duduk di sisi kanan dan kiri panggung.
Panggung Thurst nampak seperti gabungan antara panggung arena dan
proscenium. 

4. Bentuk Tapak Kuda


Bentuk ruangan ini akan memantulkan gelombang bunyi secara memusat di
sisi tengah ruangan, karena permukaan dinding yang berbentuk cekung.
Keadaan ini dapat membuat suara menjadi lebih jelas di bagian tengah
ruangan, tetapi dibagian lain akan kurang. Jika berlebihan, suara yang
terdengar di titik fokus pantulan akan terlalu keras.

5. Bentuk Segi Empat


Bentuk ini merupakan bentuk yang sederhana dari ruang teater. Perletakan
panggung perunjukkan berada di salah satu sisi dan ruang penonton berada
disisi yang lain. Kondisi ini menyebabkan penonton yang berada di arena
samping akan merasa kesulitan menikmati pertunjukkan kesenian, karena
arah hadapnya tidak lurus ke arah panggung perunjukkan sehingga
mengurangi rasa nyaman.

6. Bentuk Kipas (melingkar)


Bentuk kipas menjadikan ruang penonton melingkari panggung
pertunjukkan. Dengan kondisi ini, kemampuan visual penonton terhadap
pertunjukkan kesenian yang berlangsung tidak terganggu dengan posisinya.

7. Auditorium
Panggung pertunjukkan berada ditengah, dengan auditorium terletak
mengelilingi panggung pertunjukkan. Bentuk ini sering digunakan dalam
pertunjukkan konser musik ( terutama band ) dan pertunjukkan teatrikal.
Tidak sesuai untuk pertunjukkan sulap.

b. Tata Rias
Tata rias merupakan seni menggunakan bahan kosmetika untuk
menciptakan wajah peran sesuai dengan tuntutan penokohan. Tata rias dalam
teater ada beberapa jenis, dan ini dipengaruhi oleh gaya pementasan teater.
Tata rias teater dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu; tata rias korektif, tata rias
fantasi, dan tata rias karakter.
1). Tata Rias Korektif
Tata rias korektif (corective make-up atau Straight make-up)
merupakan bentuk tata rias yang bersifat menyempurnakan (koreksi).
Seseorang yang memiliki bentuk wajah kurang sempurna, misalnya dahi
terlalu lebar, hidung kurang mancung, dan sebagainya, dapat
disempurnakan dengan tata rias korektif. Wajah pemain cukup
disempurnakan dengan menyamarkan, menegaskan, dan menonjolkan
bagian wajah sesuai tokoh yang diperankan.
(Tata rias korektif hidung terlihat mancung)

2). Tata Rias Fantasi


Tata rias fantasi dikenal dengan tata rias karakter khusus. Disebut
tata rias karakter khusus, karena menampilkan wujud rekaan dengan
mengubah wajah tidak realistik. Tata rias fantasi menggambarkan tokoh
yang tidak riil keberadaannya dan lahir berdasarkan daya khayal semata.
Tipe tata rias fantasi beragam, mulai dari badut, tokoh horor, sampai
binatang. Beberapa teater di Asia, seperti Opera Cina dan Kabuki
menggunakan jenis tata rias fantasi. Tata Rias Opera Cina menyerupai
topeng. Wajah pemain yang sebenarnya tak tampak. Tata Rias Kabuki
memiliki pola yang menggambarkan karakter berbeda.

(Tata rias fantasi pada opera cina)


Tata rias kabuki

(Pola tata rias pada Kabuki diaplikasikan pada wajah pemain yang seluruhnya dibuat putih)

(Aplikasi tata rias kabuki)

3). Tata Rias Karakter


Tata rias karaker adalah tata rias yang mengubah penampilan wajah
seseorang dalam hal umur, watak, bangsa, sifat, dan ciri khusus yang melekat
pada tokoh. Tata rias karakter dibutuhkan ketika karakter wajah pemeran tidak
sesuai dengan karakter tokoh. Tata rias karakter tidak sekedar menyempurnakan,
tetapi mengubah tampilan wajah. Contoh, mengubah umur pemeran dari muda
menjadi tua. Mengubah anatomi wajah pemain untuk memenuhi tuntutan tokoh
dapat juga digolongkan sebagai tata rias karakter, misalnya memanjangkan
telinga, misal tokoh suku Dayak Kalimantan yang memiliki tradisi memanjangkan
telinga.
c. Tata Busana
Tata busana meliputi semua perlengkapan yang dikenakan untuk
memperindah tubuh pemain dengan tujuan memperjelas watak tokoh.
Dibutuhkan kerja sama antara penata rias dengan penata busana untuk saling
memahami dan menyesuaikan agar mampu menafsirkan dan mementasan rias
dan busana yang terdapat pada naskah cerita.

d. Tata Suara
Tata suara adalah pengaturan keluaran yang dihasilkan dari berbagai
sumber bunyi, seperti suara actor, efek suasana dan music. Secara garis besar
suatu tata suara harus paling tidak mempunyai tiga elemen penting yaitu:
mikropon, Audio Mixer, dan Power Amplifier.
 Mikropon
Sebagai pengubah atau penangkap getaran suara (transducer)
kualitas dan karakteristik mikrophon haruslah disesuaikan. Pola
pengarahan mikropon adalah penting untuk diperhatikan apakah
itu direksional maupun omnidireksional. pemilihan berdasarkan pola
pengarahan, sensitifitas mikrophon sangat menentukan kualitas audio yang
akan dilalukan kedalam perangkat Audio Mixer.
 Audio Mixer
Sebagai titik kumpul dari semua mic dan juga sumber-sumber
audio yang ada, Audio mixer menentukan berapa banyak kanal mikropon
yang bisa dilayani dan bagaimana nada yang dihasilkan oleh mikropon
dipadukan.
 Audio Power Amplifier
Audio amplifier adalah penguat akhir dari semua sinyal yang telah
dipadukan oleh Audio Mixer.Besarnya penguatan diukur dalam
hitungan watt (rms).tergantung dari keperluan,besarnya kemampuan
amplifier dari ratusan watt untuk pemakaian kecil untuk pesta atau acara-
acara pertemuan dan ratusan ribu watt untuk pertunjukan besar seperti
acara pertunjukan langsung musik band-band terkenal.

e. Tata Lampu
Pengaturan cahaya dipanggung dibutuhkan untuk mendukung jalan cerita.
Berikut fungsi tata lampu dalam pertunjukan teater.
1) Menerangan panggung dan pemain
2) Membantu melukis dekor dalam menambah nilai dan warna sehingga
terdapat efek sinar dan bayangan.
3) Memberikan efek alamiah dari waktu dan suasana
4) Melambangkan maksud dengan memperkuat kejiwaanya
5) Mampu memberikan variasi-variasi pada panggung sehingga tidak statis
Adapun jenis-jenis penerangan (lampu) dalam pertunjukan teater, yaitu
sebagai berikut.
 Main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara
keseluruhan.
 Foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
 Fing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
 Front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
 Back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya
ditempatkan di panggung bagian belakang.
 Silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.
 Upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya
ditempatkan tepat di atas panggung.
Adapun juga jenis-jenis warna serta perannya dalam pertunjukan teater,
yaitu sebagai berikut.
 Warna Merah (untuk suasana tegang dan kejam)

 Warna Kuning (untuk suasana hening dan sedih)


 Warna Biru (untuk suasana sejuk dan tenang)

 Warna Hijau (untuk suasana ceria dan bergairah)

2.1.5 Penonton
Penonton berperan sebagai apresiasi dan penilai pertunjukan teater.
Keberadaan penonton dapat menjadi tolok ukur kesuksesan suatu pertunjukan.
Selain itu, keberadaan penonton juga dapat menjadi motivasi tersendiri bagi para
pemain.

2.4 Menampilkan Pertunjukan Teater


2.1.1 Persiapan
Persiapan diawali dengan menyusun panitia penyelenggara. Panitia berfungsi
untuk mengatur dan mempersiapkan segala perlengkapan pertunjukan. Susunan
panitia untuk menggelar pertunjukan seni teater sebagai berikut :
a. Pemimpin produksi, orang yang bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan
pertunjukan.
b. Sekretaris, pembantu pemimpin produksi dalam bidang administrasi.
c. Bendahara, pembantu pemain produksi dalam bidag keuangan.
d. Seksi-seksi, pembantu umum yang mengurusi bidang-bidang lain. Pada
pertunjukan seni teater biasanya memerlukan seksi-seksi khusus,, diantaranya
penata gerak, penata busana, penata iringan, penata rias, dan penata panggung.

2.1.2 Menyusun Naskah Drama


Dalam membuat naskah perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Pemilihan Materi
Penyusun materi menjadi hal yang sangat penting bagi pertunjukan teater.
Dalam memilih materi sebaiknya disesuaikan dengan tema yang diangkat
dalam pertunjukan.
b. Menentukan Tema dan Premis
Tema adalah keseluruhan cerita dan kejadian yang dijadikan dasar lakon,
sedangkan premis adalah ide awal dan emosi awal yang dirumuskan secara
singkat yang dijadikan sebagai ide dasar.
c. Penyusun Watak
Penentuan watak didasarkan pada tema dan tokoh yang dipilih
berdasarkan premis yang telah ditentukan.
d. Pengolahan Materi
Pengolahan materi dapat dilakukan dengan berpedoman pada premis yang
telah dibuat. Materi dapat diolah ke dalam dialog atau gerak laku para pemain.
e. Penulisan Naskah
Penulisan naskah adalah pemaparan tentang kehidupan sejelas-jelasnya
dan terperinci mengenai kehidupan dan aspek yang terkandung dalam teater
sehingga mampu diinterpretasikan oleh pemain dan dirasakan oleh penonton.

2.1.3 Memilih Pemain


Pemain adalah alat untuk memperagakan tokoh. Namun, bukan sekedar alat
yang harus tunduk terhadap naskah. Dalam menampilkan pertunjukan teater,
pemain teater perlu mempersiapkan fisiknya untuk menghadapi pementasan,
latihan fisik meliputi hal-hal berikut.
a. Olah Tubuh
Latihan olah tubuh juga meningkatkan keluwesan, kekuatan dan kebugaran
tubuh, meningkatnya impovisasi dan perciptaan gestur.
b. Olah Vokal
Latihan vocal sangat penting sebelum mementaskan karya teater. Semua
penonton harus dapat mendengar suara pemain dengan jelas. Olah suara dapat
dilatih dengan mengucapkan berbagai vocal dan konsonan dengan jelas,
kemudian mengucapkan dialog-dialog dengan berbagai ekspresi.
c. Olah Pikir
Seseorang pemain teater tidak hanya harus memiliki kekuatan fisik atau olah
vocal yang bagus, tapi juga harus memiliki kemampuan mengolah pikiran
yang tinggi. Latihan mengolah pikiran dapat dilakukan dengan membaca,
berimajinasi, dan memunculkan tenaga jiwa.

2.1.4 Prinsip Kerja Sama dan Persiapan Pertunjukan


Untuk menghasilkan suatu karya teater, setiap orang yang terlibat dalam
kegiatan tersebut harus dapat bekerja sama dengan pihak yang lain. Penulis
naskah merupakan seniman (orang) yang menciptakan konsep pertama yang
dituangkan dalam sebuah naskah.

2.1.5 Menggelar Pertunjukan Karya Teater Kreatif


Pertunjukan teater memerlukan persiapan dan pengelolaan yang matang.
Satu jam sebelum pertunjukan atau pementasan, para pemain harus sudah
mempersiapkan diri. Persiapan pemain meliputi kostum dan tata rias. Sutradara
juga harus focus dalam mengoordinasi para seksi perlengkapan agar efek yang
dibutuhkan selama pementasan dapat berjalan dengan lancar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Arti Teater secara etimologis teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
Dalam arti luas teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang
banyak. Dalam arti sempit teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia
yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku
didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian,
dsb. Misalnya wayang orang, ketoprak, ludruk, arja, reog, lenong, topeng, dagelan,
sulapan akrobatik, bahkan pertunjukan band dan lain sebagainya. Dalam arti
sempit/khusus: drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas
pentas, disaksikan oleh penonton, dengan media percakapan, gerak dan laku, dengan
atau tanpa dekor (setting), didasarkan atas naskah yang tertulis (hasil dari seni sastra)
dengan atau tanpa musik, nyanyian, tarian.

3.2 Saran
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu kepada
semua pihak bisa menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentang seni teater ) dengan
mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak
hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga
negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Teater

http://karyailmiahbn2013.files.wordpress.com/2013/02/seni-teater-by-mutiara-mc-moran-
rambet.pdf

http://kliping.co/pengertian-seni-teater-unsur-jenis-dan-contohnya/

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-teater-tradisional.html

http://www.febrian.web.id/2014/03/jenis-jenis-teater-nusantara-seni-budaya.html

Anda mungkin juga menyukai