Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan dasar manusia untuk memulai hidup, sehingga menjadi
komitmen bersama bahwa pendidikan sangat mempunyai peran yang luhur dan agung. Sifat
yang agung ini ditunjukkan dari peran pendidikan yang dipahamai sebagai pemberian bekal
peserta didik untuk menghadapi masa depannya. Dalam lagu kebangsaan Indoneisia Raya
salah satu lirik lagunya menekankan “bangunlah jiwanya, bangunlah raganya” ini terbukti
secara komsuntif pendidikan sangant dibuthkan.

Pendidikan merupakan proses untuk mendewasakan manusia atau kata lain


pendidikan merupakan untuk “memanusiakan manusia” Melalui pendidikan manusia dapat
tumbuh dan berkembang secara normal dan sempurna sehingga dapat melaksanakan tugasnya
sebagai manusia.

Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari perilaku buruk
menjadi tabiat yang baik, pendidikan mengubah semuanya. Begitu penting Pendidikan dalam
Islam, sehingga menjadi kewajiban perorangan. Pendidikan membutuhkan suatu sistem agar
tujuan mulia dari pendidikan itu tercapai. Dan makalah ini akan mencoba menjelaskan sistem
dalam pendidikan itu.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem

Kata sistem berasal dari bahasa yunani yaitu system yang berarti “cara strategi”.
Dalam bahasa inggris system bearti “ sistim, susunan, jaringan, cara” sistem juga diartikan
suatu strategi, cara berfikir atau model berfikir”.1

Defenisi tradisional bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur


yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Misalnya mobil adalah suatu sistem,
yang meliputi komponen seperti roda, rem, kemudi, rumah-rumah, mesin dan sebagainya
nya. Dalam artian yang luas, mobil sebenarnya adalah suatu subsistem atau komponen dalam
sistem trasportasi, disamping alat-alat trasportasi lainnya yaitu sepeda, motor, pesawat
terbang dan sebagainya, dan dalam arti lebih luas lagi trsaportasi adalah sub sistem atau
komponen dari sistem ekonomi, sedangkan ekonomi adalah komponen-komponen atau
subsistem dari sistem kehidupan.

Defenisi modern juga tidak jauh berbeda dengan defenisi tradisional seperti
dikemukakan oleh para pakar secara terperinci, seperti :

1. Roger A kaufan mendefinisikan sistem yaitu suatu totalitas yang tersusun dari bagian-
bagian yang bekerja secara sendiri-sendiri ( independent) atau bekerja secara bersama-
sama untuk mencapai hasil .atau tujuan yang diinginkan berdasarkan kebutuhan.
2. Immegart mendefinisikan esensi sistem adalah suatu keseluruhan yang tersusun
secara sistematis, bagian-bagian, itu terelasi antara satu dengan yang lain, serta peduli
terhadap konteks lingkungannya. Dan pendapat di atas dijelaskan bahwa sistem itu
memiliki stuktur yang teratur yang saling terikat dan saling bekerjasama dalam mencapia
tujuan.
3. Mc Ashan mendefinisikan sistem sebagai strategi yang menyeluruh atau rencana
dikomposisi oleh satu elemenn yang harmonis, merepresentasikan kesatuan unit, masing-
masing elemen yang mempunyai tujuan tersendiri yang semuanya berkaitan terurut
dalam bentuk yang logis.
4. G. Ryans sistem adalah sejumlah elemen ( obyek, orang, aktivitas, rekaman, informasi
dan lain-lain ) yang saling berkaitan dengan proses dan struktur secara teratur dan
1 Made pirdata, landasan kependidikan stimulasi ilmu pendidikan bercorak indonesia(jakarta: kalam mulia, 2002) cet. Ke 23 hlm. 26.

2
merupakan kesatuan organisasi yang berfungsi untuk mewujudkan hasil yang dapat
diamati ( dapat dikenal wujudnya ) sedangkan tujuan yang tercapai.

Pendidikan merupakan sistem tersendiri di antara berbagai sistem di dunia ini, ada
perinciannya dan unsur-unsurnya yang sama. Dia merupakan sistem tersendiri, baik tentang
cakupannya maupun tentang kesadarannya terhadap detak-detak jantung, goresan hati, karsa
dan rasa.

B. Pengertian Pendidikan Islam

Kata sistem berasal dari bahasa yunani yaitu system yang berarti “cara strategi”.
Dalam bahasa inggris system bearti “ sistim, susunan, jaringan, cara” sistem juga diartikan
suatu strategi, cara berfikir atau model berfikir”. antara lain adalah:

1. Q.S. Al-Isra’: 24

َ  ‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح ال ُّذلِّ ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُل رَّبِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬
)۲۴ : ‫(اإلسراء‬ .ً‫ص ِغيرا‬ ْ ‫َو‬
Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S al-Isra’: 24)

Tafsir Q.S. Al-Isra’ : 24

Kata Tarbiyah merupakan akar kata dari ‫يربى‬ _ ‫ربى‬ . Kata ini pada hakikatnya


menunjuk kepada Allah (Tuhan) selaku Murobbi (pendidik) sekalian alam. Hal ini
menunjukkan bahwa pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas
pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai pendidik Yang Maha
Agung.2 Hal ini termaktub dalam Q.S. al-Fatikhah: 1. M. Quraisy Syihab dalam Tafsir al-
Mishbah,  menyebutkan bahwa Allah dalam surat al-Fatikhah bukan
saja Rabb  (pemelihara/pendidik) manusia, tetapi Allah adalah Rabb al-‘Alamiin. Kata (
‫المين‬ff‫)ع‬ adalah bentuk jamak dari kata (‫الم‬ff‫)ع‬ yang terambil dari akar kata yang sama
dengan ilmu atau alamat (tanda-tanda).3

Ayat ini menjelaskan bahwa kata tarbiyah mempunyai konotasi yang lebih luas


dalam bahasa Indonesia karena mencakup mendidik, mengajar, mengasuh dan sebagainya.

2 Prof. Dr. H. Jalaluddin., Teologi Pendidikan Islam,  (Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada), 2001, hlm. 112.

3 M. Quraisy Syihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,  Jakarta: Lentera Hati, 2002, hlm. 32

3
2. Q.S. Al-Baqarah: 31

‫أَنبِئُونِي بِأ َ ْس َماء هَـ ُؤالء إِن ُكنتُ ْم‬ ‫فَقَا َل‬ ‫ضهُ ْم َعلَى ْال َمالَئِ َك ِة‬
َ ‫َو َعلَّ َم آ َد َم األَ ْس َماء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر‬
)۳۱ : ‫(البقراة‬  َ‫صا ِدقِين‬ َ
Artinya : “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-
Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!".  (Q.S al-Baqarah:
31)

Tafsir Q.S. Al-Baqarah: 31

Kata ‫عَلَّ َم‬ dalam ayat di atas lebih mengacu kepada konotasi pemberian pengetahuan,
kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Ayat ini menunjukkan bahwa sebenarnya islam
sebagai agama lahir bersamaan dengan hadirnya manusia pertama yaitu Nabi Adam a.s. Saat
itu pula pendidikan dimulai oleh Allah yang mendidik dan membimbing manusia pertama
yaitu Adam sebagai subyek didik, dengan mengajarkan ilmu pengetahuan (nama-nama
benda), yang tidak diajarkan kepada makhluk lain termasuk kepada malaikat sekalipun.

3. Hadist Nabi SAW

)‫اإلمالء عن ابن مسعود‬ ‫ادب‬ ‫(رواه ابن السمعان فى‬ . ‫ربى فأحسن تأديبى‬ ‫بنى‬ ‫اد‬


Artinya: “Aku (Muhammad SAW) telah dididik oleh Tuhanku, lalu Dia mendidik dengan
didikan yang terbaik”. 
Kata ‫ادب‬ dalam hadist di atas berarti mendidik. Menurut Naguib al-
Attas, ta’dib  mengandung pengertian mendidik dan juga sudah merangkum
pengertian tarbiyah dan ta’lim yaitu pendidikan bagi manusia. Kata ta’dib lebih ditujukan
kepada pembinaan akhlak dan budi pekerti.4

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga kata bahasa Arab
tersebut, bahwa tarbiyah mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih cocok dipakai
untuk kata pendidikan dibandingkan dengan kata ta’lim dan ta’dib. Kata ta’lim lebih
dititikberatkan kepada pengajaran karena lebih terfokus kepada pengetahuan, kecerdasan, dan

4 Naguib al-Attas., Konsep Pendidikan Islam,  Terj. Haidar Baqir, Bandung: Mizan, 1986, hlm. 112.

4
ketrampilan. Sementara kata ta’dib  lebih banyak mengacu kepada pendidikan akhlak dan
budi pekerti.
Menurut Hasan Langgulung yang dikutip oleh Abuddin Nata (2003: 59) menyatakan
bahwa pendidikan itu dapat dilihat dari dua segi, yakni dari sudut pandang masyarakat dan
dari sudut pandang individu. Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewarisan
kebudayaan atau nilai-nilai budaya baik bersifat intelektual, keterampilan, keahlian dari
generasi tua kepada generasi muda agar masyarakat tersebut dapat memelihara kelangsungan
hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi pandangan individu pendidikan
berarti upaya pengembangan potensi-potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam
agar dapat teraktualisasi secara konkrit, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu
tersebut dan juga masyarakat.

Dari pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa pendidikan mempunyai dua
fungsi, yakni pada satu sisi pendidikan berfungsi untuk memindahkan nilai-nilai dalam upaya
memelihara kelangsungan hidup suatu masyarakat dan peradaban. Sedangkan di sisi lain
pendidikan berfungsi untuk mengaktualisasikan fitrah manusia agar dapat hidup secara
optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dan mampu memikul
tanggung jawab, sehingga memperoleh kebahagiaan dan kehidupan yang sempurna.

M. Yusuf Qardhawi yang dikutip oleh Abuddin Nata (2003: 60) menyatakan bahwa
pengertian pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya yakni akal dan hatinya
serta jasmani dan rohaninya, akhlak dan keterampilannya karena itu pendidikan Islam
menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan
menyiapkannya untuk 18 menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatan,
manis dan pahit.

Adapun menurut salah satu pakar pendidikan Islam Naquib Al-Attas yang dikutip oleh

Taqiyuddin (2011: 18) menuliskan bahwa, kata ta’dib merupakan istilah yang paling
tepat dan cermat menunjukkan sebuah sistem sebuah pendidikan dalam Islam yang di
dalamnya ada tiga sub-sistem yaitu pengetahuan, pengajaran dan pengasuhan (tarbiyah). Ini
artinya bahwa, kata tarbiyah merupakan salah satu sub sistem saja dari sistem ta’dib.

Selanjutnya Azyumardi Azra (2012: 6) menjelaskan tentang pengertian-pengertian


pendidikan Islam penekanannya pada “bimbingan”, bukan “pengajaran” yang mengandung
konotasi otoritatif pihak pelaksana pendidikan, katakanlah guru. Dengan bimbingan sesuai

5
dengan ajaran-ajaran Islam maka anak didik mempunyai ruang gerak yang cukup luas untuk
mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya dan guru hanya sebagai fasilitator.

Berkaitan dengan hal tersebut, lebih lanjut Azyumardi Azra (2012: 10) menjelaskan
pendidikan Islam memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan
lainnya, diantaranya:

Pertama, pendidikan Islam penekanannya pada pencarian ilmu pengetahuan,


penguasaan dan pengembangan. Ilmu ini merupakan suatu proses yang berkesinambungan
dan pada prinsipnya berlansung seumur hidup (life long education) dalam sistem pendidikan
modern. Sebagai sebuah ibadah proses pengembangan ilmu tersebut sangat menekankan pada
nilai-nilai akhlak. Dalam konteks ini maka kejujuran, sikap tawadlu, menghormati sumber
pengetahuan dan sebagainya merupakan prinsip-prinsip penting yang perlu dipegangi setiap
pencari ilmu.

Kedua, sikap pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang
dalam suatu kepribadian. Setiap pencari ilmu dipandang sebagai makhluk Tuhan yang perlu
dihormati dan disantuni, agar potensipotensi yang dimilikinya dapat teraktualisasi dengan
sebaik-baiknya.

C. Pengertian Sistem Pendidikan Islam

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Sistem berarti perangkat unsur secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori,
asas dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan tujuan pendidikan islam maka sestem pendidikan
islam adalah seperangkat unsur yang terdapat dalam pendidikan yang berorientasi pada ajaran
islam yang saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan dalam mencapai satu tujuan.
Sistem Pendidikan Islam merupakan cara dan langkah yang tersusun berdasarkan sumber-
sumber ajaran islam dengan dalam melaksanakan pendidikan secara baik dan teratur dalam
mencapai tujuan pendidikan islam.

Hubungan antara nilai-nilai dan unsur-unsur dalam suatu Sistem pendidikan Islam
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antar satu dengan lainnya, ibarat gula
dengan manisnya dan garam dengan asinnya.5

5 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm.6

6
Pendidikan Islam adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana dan sistematis
untuk mengembangkan potensi anak didik berdasarkan pada kaidah-kaidah agama Islam.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan
pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal
pikiran, kecerdasan, perasaan serta panca indera yang dimilikinya.

Dalam Perspektif budaya, pendidikahn Islam adalah sebagai pewarisan budaya, yaitu
sebagai alat transmisi unsur-unsur pokok budaya kepada para generasi, sehingga identitas
umat tatap terpelihara dalam tangangan zaman, bahkan dalam terma sosio kultural yang
plural dikatakan pendidikan Islam tanpa daya sentuhan budaya akan kehilangan daya tarik
yang pada akhinya hanya akan menjadi tontonan artifisial yang membosankan ditengah
percaturan arus globalisasi.

Dari berbagai literature tampaknya Pendidikan Islam sebagai suatu sistem tidaklah
sama dengan sistem pendidikan kontemporer pada umumnya. Hal ini juga disinyalir oleh
Ramayulis “ pendidikan Islam memiliki system yang berbeda dengan system pendidikan lain.
Namun pendidikan Islam yang didasrkan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi tidak
menyebutkan secara spesifik tentang sistem pendidikan.

D. Ciri Suatu Sistem Dan Komponennya

Secara teori menurut Reja Mudyaharjo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Keseluruhan adalah hal yang utama dan bagian- bagian adalah hal yang kedua
2. Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara bagian-bagian dalam satu sistem
3. Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan
4. Begian-bagian memainkan peran mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan
dan keseluruhan
5. Sifat dan bagian dari fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh
keseluruhan terhadap hubungan- hubungan bagiannya
6. Keseluruhan adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dan
energi dan prilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak kompleks
7. Segalah sesuatu haruslah dimulai dan keseluruhan sebagai suatu dasar dan bagian-
bagian serta hubungan- hubungan serta baru kemudian terjadi secara berangsur-angsur.6

6 Redja Mudyharjo. Pengantar Pendidikan, (Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 41.

7
Sebuah sistem terdiri atas bebarapa sub-sistem, setiap sub-sistem mungkin terdiri dari
beberapa sub- sub sistem, selanjutnya setiap sub-sub sistem mungkin terdiri dari beberapa
sub-sub-subsistem, begitu seterusnya sampai bagian itu tidak dapat dibagi lagi yang disebut
komponen. Setiap sub-sistem itu dlama kemandiriannya merupakan satu sistem pula.

Sedangkan J.W Getzel dan E.G Guba menyatakan bahwa umumnya system sosial
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terdiri atas unsur-unsur yang berkaitan antara satu sama lain.


2. Berorientasi kepada tujuan yang ditetapkan.
3. Didalamnya terdapat peraturan-peraturan dan tata tertib kegiatan dan sebagainya.

Bila diaplikaskan dalam sistem pendidikan seperti yang dikemukakan para pakar
sebagai berikut:

a. Neong muhadjir membagi komponen sistem kepada tiga kategori yaitu:

1. Bertolak dari lima unsur dasar pendidikan, meliputi: yang memberi, yang menerima,
tujuan, cara/jalan, dan konteks positif
2. Bertolak dari empat komponen pendidikan yaitu kurikulum, subjek didik,
personifikasi pendidik, dan konteks belajar mengajar
3. Bertolak dari tiga fungsi pendidikan yaitu pendidikan kreativitas, pendidikan
moralitas, dan pendidikan produktif.

b. Prof.Dr.H.Ramayulis membagi sistem pendidikan7 tersebut atas empat unsur, yaitu :

1. Kegiatan pendidikan yang meliputi: pendidikan diri sendiri, pendidikan oleh


lingkungan, pendidikan oleh seseorang terhadap orang lain
2. Binaan pendidika , mencangkup: jasmani akal dan galbu
3. Tempat pendidikan mencnagkup: rumah tangga, sekolah, dan masyarakat
4. Komponen pendidikan mencangkup: dasar, tujuan, materi, metode, media, evaluasi,
administrasi, dan dan sebagainya.

E. Pendekatan Sistem

7 Ramayulis, Ilmu pendidikan islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2007), cet ke 6, hlm 50.

8
Pendekatan Sistem adalah suatu proses kegiatan yang mengidentifikasi kebutuhan,
memilih problem mengidentifikasi syarat-syarat pemecahan problem serta memilih
alternative pemecahan problem yang paling tepat mengevaluasi hasil dan merevisi sebagian
atau seluruh sistem yang dilaksanakan sehingga memenuhi kebutuhan dalam memecahkan
masalah dengan baik.

Menurut Reja Mudyaharja pendekatan sistem adalah cara-cara berfikir dan bekerja
yang menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.

Dengan demikian pendekatan sistem merupakan proses pemecahan masalah yang


logis untuk mencapai hasil pendidikan secara efektif dan efisien. Sistem menurut Reja
Mudyaharja8 yaitu:

1. Sistem Tertutup : Sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah


menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka pendek.
Struktur bagian-bagiannya tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.
2. Sistem Terbuka : Sistem yang bagian depannya terus menyesuaikan diri dengan
masukan dan lingkungan secara terus-menurus, berubah dalam usaha untuk mencapai
kapasitas optimal. Struktur bagiannya bersifat lentur dan bentuk operasinya dinamis
karena bagian-bagian dalam system dapat berubah karakteristik dan posisinya.

Pendidikan Islam itu bisa dikategorikan sebagai sistem tertutup karena da prinsip-
prinsip dasar dalam sistem tersebut yang sudah baku (tidakberubah dan tidak boleh berubah)
yaitu al-quran dan hadist, tetapi dalam sistem lain pendidikan Islam dikategorikan sebagai
sistem karena dalam perkembangannnya selalu berkaitan dengan berbagai sistem dalam
masyarakat yang mempengaruhi pendidikan Islam.

F. Model Perumusan Sistem Pendidikan Islam

Sebagai suautu sistem, pendidikan islam berbeda dengan sistem pendidikan non-islam
sebab pendidikan islam memiliki dua model yaitu :

1. Model idealistik

Model idealistik adalah model yang lebih mengutamakan penggalian sistem


pendidikan islam dari ajaran islam sendiri yaitu alquran dan hadist yang menggandung

8 Redja Mudyaharjo, op. cit. hlm. 40.

9
prinsip-prinsip pokok berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek pendidikan. Menurut
aryumani arza, dasar-dasar pembentukan dan pengembangan pendidikan islam yang pertama
dan utama dalam al-quran dan sunnah.

Model lain menggunakan pola deduktif, dengan membangun premis mayor ( sebagai
postulat) yang dikaji dari nash.bangunan premis mayorini digunakan sebagai “kebenaran
universal dan mutlak” untuk diterapkan pada premis minornya , dan proses ini mendapatka
konglusi mengenai sistem pendidikan islam,

Menurut abdul mujib prosedur penyusunan model ini sebagai berikut:

1. Digali pemecahan persoalan kependidikan islam berdasarkan nash secara langsung.


Prosedur ini biasanya menggunakan pendekatan maudhu’i (tematik) yaitu
mengklafisikasikan ayat atau hadist menurut katagorinya lalu menyimpulkan
2. Digali dari hasil interpretasi nash para ahli filosofis islam seperti konsep jiwa manusia
menurut al-farabi, al-kindi, ibn sina, ibn maskawaih, ibn thufail dan sebagainya konsep
ini berkaitan dengan komponen peserta didik dan pendidik. Ciri utama interpretasi
kelompok ini adalah sangat mengutamakan pendidikan intelektual(al-agl)
3. Digali dari hasil interpresati para sufi muslim seperti konsep jiwa dan konsep ilmu
menurut al-gasali dan lainnya. Konsep ini berkaitan dengan komponen peserta didik,
pendidik, kurikulum, metode, alat pendidikan. Ciri utama interpresati dangat
mengutamakan pendidikan intuisi(al-gaib)
4. Digali dari hasil interpertasi para musafir dan para ahli pendidikan modern, seperti
mahammad abduh, rasyid ridha, igbal dan sebagainnya. Ciri utama kelompok ini adalah
hasill interpretasi nash-nya didukung oleh data ilmiah, seperti yang tertulis di dalam
tafsir al-manar. Model idealistik ini lebih didasarkan atas kerangkah dasar yang diyakini
kebenarannya sehingga Ia becolak se-islam mungkin. Namun untuk merumuskannay
memerlukan metosologi yang tepat dan benar. Di indonesia sabagian pakar pendidikan
islam lemah dalam penguasaan metodologi.

2. Model Pragmatis

Model pragmatis adalah model yang lebih mengutamakan aspek praktis dan
kegunaannya artinya formulasi sisetem pendidikan itu diambil dari sistem pendidikan

10
kontemorer dapat dikembangkan dalam pendidikan islam, selalam tidak bertentangan dengan
prinsip-prisnsip dasar yang terdapta dalam alquran dan sunnah.

Model pragmatis dilakukan dengan cara :

1. Adobsi yaitu mengambil secara utuh sistem pendidikan non-islam


2. Asimilasi yaitu mengambil sistem pendidikan non-islam dengan menyesuaikannya
disana sini
3. Legitimasi yaitu mengambil sistem pendidikan no-islam kemudian dicarikan nash
untuk justifikasinya

Menurut abd mujib sistem pendidikan yang didasarkan model ini bersumber dair
pemikiran filsafat pendidikan, psikologi pendidikan kontemporer. Sistem pendidikan yang
terdapat di dalam aliran progrevisme, esensisalisme, dan rekontruksionisme

Model pragmatis paling banyak diminati pakar pendidikan islam. Disamping efektif
dan efisiensinya, model ini tekh diuji keunggulannya. Sistem penddikan islam yang
dikembangkan melalui model ini memiliki posisi tersendir bahkan mampu menjadi alternatif
bagi keberadaan sistem pendidikan kontemporer.

Perbedaan Sistem Pendidikan Islam Dengan Sistem Pendidikan Non Islam:

1. Sistem Ideologi
Islam memiliki ideology al-tauhid yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah. Sedangkan
non-islam memiliki berbagai macam ideologi yang bersumber dari isme-isme materialis,
komunis, ateis, sosialis, kapitalis dan sebagainya.
2. Sistem Nilai
Sistem Islam bersumber dari nilai al-Quran dan sunnah, sedangkan non-islam bersumber
dari nilai hasil pemikiran, hasil penelitian para ahli, dan adat kebiasaan masyarakat.
Dalam Islam nilai-nilai pada al-Quran dan Sunnah tersebut diinternalisasikan kepada
peserta didik melalui proses pendidikan.
3. Orientasi Pendidikan
Pendidikan Islam berorientasi kepada pada kedua kehidupan yaitu duniawi dan ukhrawi,
sedangkan pendidikan non-islam orientasinya duniawi semata. Didalam islam kehidupan
akhirat merupakan kelanjutan dari kehidupan dunia, bahkan suatu mutu kehidupan
akhirat konsekuensi dari mutu kehidupan dunia.

11
G. Sistem Pendidikan Islam Dalam Hadits
Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar atas dasar keimanan dan ketakwaan,
sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan dan diselenggarakan dengan maksud lillahi
Ta’ala, karena dalam rangka mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang mengatakan bahwa
mencari ilmu atau yang berjuang dalam keilmuan merupakan “jihad fi sabilillah,” jadi para
penyelenggara pendidikan harus mempunyai pilar kuat tentang keyakinan ini. Dengan
demikian dibutuhkan landasan ideologis dan filosofis untuk membangun  pendidikan Islam,
dengan merujuk kepada Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud menyampaikan
gagasanya “Ajaran Iqra  adalah satu seruan pencerahan intelektual yang telah terbukti dalam
sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari masa kegelapan.”
Memahami pada dataran prakteknya memang sering dijumpai  hambatan dan
rintangan, tapi  jika niat lurus dan niat beribadah itu telah tertanam maka hal sesulit apapun
akan terasa mudah, sebagaimana para guru ngaji yang masih kental dengan tradisi-tradisi
demikian, sehingga tak heran jika mereka mengajar santri-santrinya tanpa dibayar materi
sedikitpun mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas seperti  ini merupakan ke-khasan dan
kekayaan pendidikan Islam yang tidak terdapat pada gaya dan sistem pendidikan manapun
didunia. yang mana dari dulu sistem pendidikan ini dilestarikan oleh para ulama dan cendekia
muslim dalam mengajarkan Ilmunya dengan niat lillahi Ta’ala.
Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar sebagai tempat berpijak yang kuat,
begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai usaha untuk membentuk manusia yang
berkepribadian baik harus mempunyai dasar sistemik yang baik dan benar-benar tepat sesuai
asas-asas Islam. Dalam aktivitas Pendidikan Islam yang baik dalam penyusunan konsep
teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh berdasarkan
ajaran-ajaran Islam. Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan Islam
mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak kehilangan arah
dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media  untuk mempengaruhi orang lain ke arah
kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai ajaran Islam dan mentaati semua yang
diperintahkan Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh Allah, dengan kesadaran insani
yang tertanam kuat dengan aspek keilmuan, sehingga hasilnya bukan sekedar taat buta, tapi
penghambaan yang berdasarkan keilmuan, semua yang dilakukan  dalam ruang lingkup
peraturan Allah, sehingga dasar dari pendidikan Islam itu sendiri  tiada lain ialah sumber
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan yang dipaparkan

12
oleh Ahmad Tafsir, beliau memberikan komentar tentang dasar pendidikan Islam dengan
ungkapan “Karena pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam kehidupan manusia
maka wajarlah orang Islam menempatkan Al-Qur’an, Hadist dan akal sebagi
dasarnya.”9 Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena falsafah dan dasar dari
pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk sedikit menggambarkan alasan kenapa
Al-Qur’an dan Hadist menjadi landasan utama pendidikan Islam, dengan pertimbangan
sebagai berikut:

1. Al-Quran
Dikarenakan landasan utama dan holistik ajaran Islam yaitu Al-Qur’an, maka dalam
mengembangkan sayap pendidikan Islam harus bisa menerjemahkan wahyu Tuhan tersebut
secara cerdas ke dalam bahasa manusia, agar Al-Qur’an bisa lebih kontekstual dengan
keadaan zaman, karena Al-Qur’an memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai
aspek, Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber
ajaran yang tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran yang
termaktub  didalamnya sudah dipastikan memuat ajaran yang universal, kalaupun ada ayat-
ayat yang sifatnya temporal itu harus bisa diterjemahkan secara subtantif. Sehingga
pendidikan Islam seharusnya ketika mengalami kemunduran dan pudarnya sinergitas dalam
dataran praktis harus dikembalikan kepada dasar pendidikan Islam yaitu asas-asas Islam
sebagaimana yang digariskan Al-Qur’an, sebagaimana ungkapan HM.Arifin mengenai Al-
Qur’an bahwa Al-Qur’an mengandung dan membawa nilai-nilai yang membudayakan
manusia,hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi
umat manusia.10

2. Al-Hadits
Selain Al-Qur’an dalam Islam untuk menentukan hukum dan rujukan pola kehidupan
juga menggunakan hadits  nabi, karena hadits dalam posisinya sebagai sumber kedua
sekaligus bentuk tafsir dan penjelasan  terhadap Al-Qur’an. Terlebih dalam dataran praktek
hadits lebih mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam hadits selain
merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap persoalan yang
muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan rangkuman dari sosok agung dalam Islam,
Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam konsep pendidikan  Islam, hadits merupakan

9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 22

10 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 25.

13
landasan filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan Islam, terlebih dalam  Hadits
banyak sekali menekankan tentang akhlak dan pendidikan.
Seiring dengan kemajuan zaman dan perbedaan budaya, maka tuntutan dan persoalan
umat menjadi rumit dan berkembang, sedang Al-Qur’an dan Hadist sudah tidak turun lagi
untuk menjawab persoalan umat  sebagaimana pada masa kerasulan Muhammad SAW. Maka
kita harus meyakini lebih dalamlagi bahwa Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber hukum
yang tak terbatas waktu, kalaupun secara tekstual itu menunjukan hukum periodik namun
secara prinsip  Al-Qur’an dan Hadist berlaku tanpa batas waktu,  ini  yang menuntut
kecerdasan dan pemahaman untuk lebih memahami pesan dan hukum dari kedua sumber
ajaran Islam tersebut, Sehingga pendidikan Islam selain tetap mengacu pada kedua sumber
tersebut juga, tetap terbuka terhadap unsur lain dalam menentukan rujukan seperti halnya
Ahmad Tafsir menambahkan Akal sebagai sumber filosofis pendidikan Islam.
Dengan demikian dasar-dasar Pendidikan Islam  paling tidak yaitu terdiri dari  Al-
Qur’an, Sunah dan ijtihad, walaupun sebenarya ijtihad disini hanya pemahaman dan
penerjemahan terhadap kedua sumber utama tersebut, namun seperti yang dijelaskan tadi 
perlunya ijtihad digunakan karena semakin banyaknya permasalahan yang berkembang
sekarang ini dalam bidang pendidikan, sehingga ijtihad bisa menjadi sumber lain dalam
penyelenggaran pendidikan, karena diperlukannya pemikiran-pemikiran baru yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu adanya
terobosan ilmiah sebagai penunjang dalam pengembangan Pendidikan Islam secara
sistematis.
Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis merupakan harapan mendasar
untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini. Jadi dengan pengembangan sistem
pendidikan yang mengadopsi dari hal-hal baru yang baik merupakan suatu keharusan, dengan
catatan sesuai dengan konsep dasar landasan pendidikan islam yaitu Al-Qur’an dan
Hadis,karena dengan  membuka diri kepada sesuatu yang baru yang baik, sejalan dengan
dialektika pendidikan. Karena pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah pengetahuan,
namun justru mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.11

H. Komponen Sistem Pendidikan


U

11 Muhmidayeli, Membangun Paradigma Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau, (Pekanbaru, 2007), hlm. 215.

14
Kata sistem berasal dari bahasa yunani yaitu system yang berarti “cara strategi”.
Dalam bahasa inggris system bearti “ sistim, susunan, jaringan, cara” sistem juga diartikan
suatu strategi, cara berfikir atau model berfikir”.

1. Tujuan
Tujuan pendidikan  berfungsi sebagai arah yang ingin dituju dalam aktivitas
pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka komponen-komponen pendidikan yang
lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman kepada tujuan, sehingga efektivitas proses
pendidikannya selalu diukur apakah dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan akhir pendidikan Islam adalah:12
a.  Pembinaan akhlak
b.  Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat
c.  Penguasaan ilmu
d.  Keterampilan bekerja dalam masyarakat
                                                    
2. Siswa
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan Islam tentang
hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua dimensi (jasmanyiah dan ruhaniyah) yang
didesaian dengan sebaik-baik model dan sekaligus fleksibel serta berpotensi tinggi untuk
dikembangkan. Keutamaan lain yang diberikan Allah SWT adalah fitrah, yakni potensi
manusiawi yang educable.

3. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah
orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam.13

4. Materi/isi Pendidikan

12 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 49

13 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41

15
Materi adalah bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan
dalam suatu sistem institusional pendidikan.
Materi/isi pendidikan adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik
kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang
diselenggarakan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, terdapat syarat utama dalam
pemilihan beban/materi pendidikan, yaitu:
(a) materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan,
(b) materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Klasifikasi Ibnu Khaldun tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan Islam yang bersumber
dari Al Qur’an meliputi sebagai berikut:14
a. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika, fisika, medis, pertanian,
metafisika, serta ilmu yang berkaitan dengan kuantitas.
b. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences), terdiri dari: ilmu Al
Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqh, teologi (ilmu ketuhanan), dan bahasa.

5. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan
pendidikan. Proses pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat.
a. Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam
b. Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Universitas Islam
c. Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan mushala, TPA.

6.  Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang
berfungsi sebagai perantara pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik
kepada siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. 
Alat pendidikan dapat membentu dan bahkan terkadang dalam hal tertentu dapat
menggantikan peran pendidikdalam proses pembelajaran.
Dalam prakteknya paling tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat
pendidikan dalam arti metode, kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang
digunakan seperti media pembelajaran dan sarana pembelajaran.
14 Arifin, Op. Cit., hlm 136

16
17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata sistem berasal dari bahasa yunani yaitu system yang berarti “cara strategi”.
Dalam bahasa inggris system bearti “ sistim, susunan, jaringan, cara” sistem juga diartikan
suatu strategi, cara berfikir atau model berfikir”. Kata sistem berasal dari bahasa yunani yaitu
system yang berarti “cara strategi”. Dalam bahasa inggris system bearti “ sistim, susunan,
jaringan, cara” sistem juga diartikan suatu strategi, cara berfikir atau model berfikir”.

Kata sistem berasal dari bahasa yunani yaitu system yang berarti “cara strategi”.
Dalam bahasa inggris system bearti “ sistim, susunan, jaringan, cara” sistem juga diartikan
suatu strategi, cara berfikir atau model berfikir”.

18
DAFTAR PUSTAKA

Pirdata, Made. 2002. Landasan Kependidikan Stimulasi Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Kalam Mulia.

Jalaluddin. 2001. Teologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Remaja Grafindo Persada.

Syihab, Quraisy. 2002. Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an.Jakarta:
Lentera Hati.

Al-Attas, Naguib. 1986. Konsep Pendidikan Islam, Terjemahan. Haidar Baqir. Bandung:
Mizan.

Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS

Mudyharjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Tafsir, Ahmad. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arifin. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhmidayeli. 2007. Membangun Paradigma Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana UIN


Suska Riau. Pekanbaru,

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

19

Anda mungkin juga menyukai