Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIKUM : Proses Industri Kimia

MODUL PERCOBAAN : Pembuatan Pati Dari Biji Alpukat sebagai


Bahan Baku Pembuatan Dekstrin

DISUSUN OLEH

FAUZIAH RAHMA SARI

KELOMPOK :4
ANGGOTA KELOMPOK :
1. Andrika noverianto
2. Syafrianda ikhsan
3. Sajid zikri wahyudi

Nilai Lap Awal

Nilai Lap Akir


Nilai akir

LABORATORIUM PROSES INDUSTRI KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA BAHAN NABATI
POLITEKNIK ATI PADANG
TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok :4

Praktikum : Proses Industri Kimia

Modul Percobaan : pemanfaatan pati dari biji alpukat sebgai bahan baku
pembuatan dekstrin

Tanggal Praktikum : 14 Januari 2021

Dosen Pengampu : Ir. Desniorita, MP dan Miftahul Khairati, M.Sc

Analis : Faldi Lulrahman, ST dan Roswita, ST

N
Nama Praktikan Buku Pokok
o
1 Andrika Noverianto 1912065
2 Fauziah Rahma Sari 1912066
3 Syafrianda Ikhsan 1912067
4 Sajid Zikri Wahyudi 1912068
5

Paraf Dosen
Catatan Tanggal
Pengampu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dekstrin memiliki banyak manfaat dalam industri pangan dan farmasi
diantaranya yaitu pada produksi makanan beku, roti, bahan minuman prebiotik
dan bahan penyalut lapis tipis (film coating) tablet. Dekstrin dimanfaatkan sebagai
pengganti gula dan untuk mempertahankan produk tetap beku. Kebutuhan
dekstrin di bidang industri ini semakin meningkat, sedangkan sebagian besar
dekstrin yang dibutuhkan masih impor. Hal ini menyebabkan diperlukan adanya
produksi dekstrin yang dapat memenuhi kebutuhan industri tersebut terutama
yang berasal dari sumber lokal seperti ubi kayu (Manihot esculenta Crantz). Ubi
kayu merupakan tanaman yang mudah beradaptasi di daerah tropis maupun
subtropis dan mudah diperoleh dengan harga murah. Ubi kayu memiliki
kandungan pati yang cukup tinggi yaitu mencapai 34,70% dalam 100 gram bahan
(Rukmana dan Yuniarsih, 2001)
tanaman ini sangat cocok dimanfaatkan sebagai sumber pati dalam pembuatan
dekstrin. Pemanfaatan ubi kayu sebagai sumber pati bagi dekstrin selain untuk
memenuhi kebutuhan dekstrin di bidang industri, juga dapat meningkatkan nilai
ekonomi ubi kayu (Chafid dan Kusumawardani, 2010).
Pati biji alpukat akan lebih cepat menjadi dekstrin melalui reaksi hidrolisis
parsial dengan adanya bantuan enzim amilase. Dekstrin yang dihasilkan pada
reaksi hidrolisis parsial dapat diuji secara kualitatif dengan uji iodin sehingga
dihasilkan warna merah kecoklatan, sedangkan pati dengan uji iodin
menghasilkan warna biru Enzim amilase yang digunakan dalam proses hidrolisis
pembuatan dekstrin dapat diperoleh dari mikroorganisme. Penggunaan enzim dari
mikroorganisme memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah isolasi lebih
mudah, lebih sederhana dibandingkan enzim yang berasal dari tumbuhan maupun
hewan dan dapat dikendalikan dengan baik pada proses pembuatannya.
Maka dari itu sekarang dijelaskan bagaimana cara pembuatan dekstrin dengan
memanfaatkan pati dari biji alpukat sebagai bahan baku pembuatan dekstrin
sehingga dapat membantu dalam memanfaatkan hasil bumi agar dapat
dimanfaatkan dengan baik.
1.2 Tujuan percobaan
1. Mempelajari pembuatan dekstrin melalui proses hidrolisis asam dengan
katalisator asam klorida
2. Menentukan konsentrasi HCl dan lama waktu pemanasan (kondisi perlakuan
yang terbaik) dalam proses hidrolisis pati untuk mendapatkan produk dekstrin
yang bermutu tinggi.
3. Mengetahui mutu produk dekstrin yang dihasilkan dari hidrolisis asam pada
kondisi perlakuan yang terbaik berdasarkan standar SNI 1992.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Dekstrin


Dextrin adalah zat yang dibentuk pada hidrolisa pati atau pencernaan
parsial pati. Dextrin merupakan produk degradasi pati yang dapat dihasilkan
dengan beberapa cara yaitu memperlakukan suspensi pati dalam air dengan asam
atau enzim pada kondisi tertentu, atau degradasi/pirolisis pati dalam bentuk kering
dengan menggunakan perlakuan panas atau kombinasi antara panas dan asam atau
katalis lain. Dextrin mempunyai rumus kimia (C6H10O5)n dan memiliki struktur
serta karakteristik intermediate antara pati dan dextrose. Berdasarkan reaksi
warnanya dengan yodium, dextrin dapat diklasifikasikan atas amilodextrin,
eritrodextrin dan akrodextrin.
Pada tahap awal hidrolisa, akan dihasilkan amilodextrin yang masih
memberikan warna biru bila direaksikan dengan yodium. Bila hidrolisa
dilanjutkan akan dihasilkan eritrodextrin yang akan memberikan warna merah
kecoklatan bila direaksikan dengan yodium. Sedangkan pada tahap akhir
hidrolisa, akan dihasilkan akrodextrin yang tidak memberikan warna bila
direaksikan dengan yodium. Berdasarkan reaksi warnanya dengan yodium,
dextrin juga dapat dibedakan dengan amilosa dan amilopektin. Pati bila berikatan
dengan yodium akan menghasilkan warna biru karena struktur molekul pati yang
berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul yodium dan membentuk warna
biru. Berdasarkan percobaan diperoleh bahwa pati akan merefleksikan warna biru
bila 2 polimer glukosanya lebih besar dari 20 (seperti amilosa).
Bila polimer glukosanya kurang dari 20, seperti amilopektin, akan
dihasilkan warna merah. Sedangkan polimer yang lebih kecil dari lima, tidak
memberi warna dengan yodium. Pada prinsipnya membuat dekstrin adalah
memotong rantai panjang pati dengan katalis asam atau enzim menjadi molekul-
molekul yang berantai lebih pendek dengan jumlah untuk glukosa dibawah
sepuluh. Dalam proses ini molekul-molekul pati mula-mula pecah menjadi unit-
unit rantai glukosa yang lebih pendek yang disebut dekstrin.
Dekstrin ini dipecah menjadi glukosa, tetapi banyak sisa cabang pada
amilopektin tertinggal dan disebut dekstrin. Pembuatan desktrin dapat dilakukan
dengan tiga maca proses yaitu proses konversi basah dengan katalis asam, proses
konversi basah dengan enzim serta proses konversi kering.
Proses konversi basah dengan katalis asam dilakukan dengan cara
memanasakan bubur pati dalam larutan asam secara perlahan-lahan, sampai
derajat konversi yang diinginkan tercapai. Kemudian yang dihasilkan dinetralisasi
dan segra dikerinngkan pada rol panas atau spary dryer. Proses konversi basah
dengan enzim dilakukan dengan menggunakan enzim α-amilase pada larutan pati
untuk menghidrolisis pati menjadi molekul-molekul pati dengan berat molekul
yang lebih rendah. Di industri, pembuatan dekstrin dengan cara konversi basah
dengan menggunakan enzim dilakukan dengan meningkatkan suhu secara
perlahan-lahan serta dengan menambahkan enzim secara periodik dalam jumlah
sedikit. Sedangkan pembuatan dekstrin dengan cara konversi kering dapat
dilakukan dengan memanaskan pati secara kering (menyangrai) pada suhu 79-
190°C sealama 3-24 jam. Selama pemanasan biasanya ditambahkan pula sejumlah
kecil katalis asam seperti HCl.
Desktrin yang diperoleh dengan pemanasan kering disebut pirodekstrin.
Dekstrin dari hidrolisis asam atau pemanasan kering pada umumnya
diklasifikasikan berdasarkan tingkat hidrolisisnya menjadi dekstrin putih, dekstrin
kuning, dan Bristh Gum. Produksi dextrin dengan cara pemanasan pati secara
kering, pertama kali dikenal pada tahun 1804 oleh Bouillon-Lagrange. Mereka
berhasil memperoleh produk hasil pemanasan pati secara kering yang dapat
digunakan sebagai pengganti gum. Pada bagian ini akan dikaji mengenai
pengertian dextrin serta klasifikasinya.
Berdasarkan cara pembuatannya, dekstrin dilompokkan menjadi dextrin
putih, kuning, dan British Gum. Dextrin putih dibuat dengan menggunakan suhu
rendah, pH rendah serta waktu yang cepat menghasilkan produk konversi tanpa
perubahan warna yang menyolok. Dextrin kuning dibuat dengan menggunakan
suhu tinggi, pH rendah serta waktu yang lama menghasilkan produk konversi
tingkat tinggi. British Gum dibuat dengan menggunakan suhu tinggi, pH tinggi
dan waktu mendekati 20 jam menghasilkan produk dengan warna yang lebih
gelap dari pada dextrin putih. Selain dextrin putih, dextrin kuning dan British
Gum, dikenal pula dextrin Schardinger adalah suatu jenis dextrin yang dihasilkan
dari degradasi pati oleh Bacillus macerans. Dextrin Schardinger dikenal juga
sebagai Siklodextrin karena strukturnya yang melingkar.
2.2 Dextrinisasi
Pembuatan dextrin dapat dilakukan dengan tiga macam proses yaitu
proses konversi basah dan katalis asam, proses konversi basah dengan enzim serta
proses konversi kering. 3 Pada proses konversi basah dengan katalis asam, terjadi
hidrolisa pati menghasilkan sejumlah besar oligosakarida dan polisakarida dengan
berat molekul rendah. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan bubur pati
dalam larutan asam secara perlahan-lahan sampai derajat konversi yang
diinginkan tercapai. Kemudian produk yang dihasilkan dinetralisasi dan segera
dikeringkan pada rol panas atau spray drier.
Proses konversi basah dengan enzim dilakukan menggunakan enzim
αamilase pada larutan pati untuk menghidrolisa pati menjadi molekul-molekul
pati dengan berat molekul yang lebih rendah. Di industri, pembuatan dextrin
dengan cara konversi basah dengan menggunakan enzim dilakukan dengan
meningkatkan suhu secara perlahan-lahan serta dengan menambahkan enzim
secara periodic dalam jumlah sedikit. Sedangkan pada proses konversi kering,
molekul pati diperkecil ukurannya sampai pada suatu tingkat dimana molekul
tersebut dapat larut dalam air dingin.
Pembuatan dextrin dengan cara konversi kering dapat dilakukan dengan
memanaskan pati secara kering (menyangrai) pada suhu 79 – 190o C selama 3 –
24 jam. Selama pemanasan biasanya ditambahkan pula sejumlah kecil katalis
asam seperti HCl. Terdapat empat tahap utama yang terlibat dalam proses
konversi kering yaitu persiapan bahan, pemanasan pendahuluan, pemanasan lanjut
atau pirokonversi dan pendinginan.
2.3 Pemanfaatan Alpukat pada dekstrin
Buah alpukat berbiji dikotil termasuk kedalam kelas dicotyledoneae.
Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit bijinya dilepas. Pada saat buah masih
muda, kulit biji ini menempel pada daging buahnya. Bila buah telah tua, biji akan
lepas dengan sendirinya. Umumnya sifat ini dijadikan salah satu tanda
kematangan buah alpukat.
Sel-sel pada bakal buah akan membentuk jaringan daging dan kulit buah
disebut perikarp (pericarpium). Jaringan perikarp ini tersusun oleh tiga lapis
jaringan eksokarp, jaringan mesokarp, dan jaringan endocarp. Jaringan endocarp
merupakan jaringan paling dalam dari pericarp. Jaringan ini tersusun oleh
beberapa sel perenkim yang lebih kecil dan agak melekat ke kulit biji. Biji alpukat
tersusun dari jaringan perenkim yang mengandung sel-sel minyak dan pati.
Biji alpukat merupakan tempat penyimpanan cadangan makanan bagi
tumbuhan selain buah, batang, dan akar. Pati merupakan penyusun utama
cadangan makanan tumbuh-tumbuhan. Pati adalah polimer D-glukosa dan
ditemukan sebagai karbohidrat simpanan dalam tumbuhan. Pati terdapat sebagai
butiran kecil dengan berbagai ukuran dan bentuk yang khas untuksetiap spesies
tumbuhan. Pati terdiri atas dua polimer yang berlainan, senyawa rantai lurus,
amilosa, dan komponen yang bercabang, amilopektin.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai
C-nya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri atas dua
fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan
fraksi tidak larut disebut amilopektin.
Pati atau karbohidrat dapat diperoleh dari berbagai jenis tumbuhan seperti
ketela pohon, ketela rambat, padi, pisang da sebagainya. Di dalam tumbuh-
tumbuhan, pati disimpan dalam batang, akar, buah atau biji sebagai cadangan
makanan. Pati memegang peranan penting dalam industri pengolahan pangan. Pati
secara luas juga dipergunakan dalam industry, baik industri pangan maupun
industri non pangan. Di dalam industri non pangan seperti tekstil dan kemasan,
pati dipergunakan sebagai bahan pengisi. Pati dapat digunakan sebagai bahan
yang mengurangi kerutan pada pakaian dan digunakan untuk busa buatan untuk
kemasan “kacang tanah”.
Pada sektor kimia, pati dan turunannya banyak diaplikasikan pada
pembuatan plastic biodegradable, surfaktan, poliurethan, resin, senyawa kimia
dan obat-obatan. Pada sector lainnya, pati dan turunannya dimanfaatkan sebagai
bahan detergent yang bersifat non toksin dan aman bagi kulit, pengikat, pelarut,
biopestisida, pelumas, pewarna dan flavor. Adapun di dalam industri pangan, pati
sangat penting untuk pembuatan makanan bayi, kue, pudding, bahan pengental
susu, permen jelly, dan pembuatan dekstrin.
2.4 Hidrolisis pati
Hidrolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan air
untuk memisahkan ikatan kimia dai substansinya. Hidrolisis pati merupakan
proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian penyusunnya yang
lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, dan glukosa.
Pada reaksi hidrolisis pati dengan air, air akan menyerang pati pada ikatan
1-4α glukosida menjadi rantai yang paling pendek. Hasilnya berupa dekstrin,
sirup, atau glukosa, tergantung pada derajat pemecahan rantai polisakarida dalam
pati. Jika perbandingan suspense dan waktu yang tepat, dekstrin yang terbentuk
akan terhidrolisis menjadi glukosa. Reaksi hidrolisis pati berlangsung menurut
persamaan reaksi berikut.

(C6H10O5 )n + nH2O n(C6H12O6)


Karbohidrat Air Glukosa

Ada beberapa tingkatan dalam reaksi di atas. Molekul-molekul pati mula-


mula pecah menjadi unit-unit rantai glukosa yang lebih pendek yang disebut
dekstrin, dekstrin yang merupakan bagian dari oligosakarida ini pecah menjadi
maltose dan akhirnya maltose pecah menjadi glukosa.
Reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, sehingga perlu
bantuan katalisator, bias berupa enzim atau asam. Katalisator yang seing
digunakan adalah katalisator asam yaitu asam khlorida, asam sulfat, asam nitrat.
Asam yang sering digunakan dalam industri adalah asam klorida (HCI) karena
garam yang terbentuk tidak berbahaya yaitu garam dapur (NaCI).
Dekstrin bersifat sangat larut dalam air panas atau dingin, dengan
viskositas yang relative rendah. Dalam proses hidrolisis dikenal tiga jenis dekstrin
yaitu amilodekstrin, eritrodekstrin dan akrodekstrin. Pada tahap awal akan
dihasilkan amilodekstrin kan memberikan warna biru apabila direaksikan dengan
larutan yodium. Pada tahap akhir hidrolosis dihasilkan akrodekstrin
(maltodekstrin) yang tidak memberikan warna bila direaksikan dengan larutan
yodium.
Dekstrin banyak digunakan baik dalam industri pangan maupun non
pangan. Dalam industri panngan pirodkstrin digunakan untuk meningkatkan
kerenyahan, sebagai carrier dalam pembuatan minuman instan, dan untuk
mencegah migrasi minyak pada pembuatan kacang goreng. Sedangkan dalam
industri non pangan digunakan sebagai perekat dan carrier pad pembuatan obat-
obatan karena sifatnya yang mudah larut
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
1. Oven berfungsi untuk mengeringkan endapan alpukat
2. Desikator berfungsi untuk menghilangkan kadar air
3. Blender berfungsi untuk menghaluskan alpukat
4. Ayakan berfungsi untuk memisahkan bagian halus dan kasar
5. Pisau stainless steel berfungsi untuk mengupas kulit biji alpukat
6. Baskom berfungsi sebagai wadah
7. Timbangan berfungsi untuk menghitung berat sampel
8. Gelas ukur berfungsi untuk menghitung volum cairan
9. Gelas piala berfungsi untuk melarutkan zat
10. Hot plate berfungsi sebagai pemanas
11. Pengaduk berfungsi untuk mengaduk cairan
12. Termometer berfungsi untuk menghitung suhu
13. Pipet takar berfungsi untuk memindahkan cairan
14. Erlenmeyer berfungsi untuk mengukur cairan
15. Labu ukur berfungsi untuk pembuatan larutan
16. pH meterb erfungsi untuk mengukur ph

3.2 Bahan
1. Pati dari biji alpukat sebagai bahan baku
2. HCl sebagai pelarut untuk pembuatan suspensi pati
3. NaOH sebagai penghentian hidrolisis
4. Na2S2O3 sebagai bahan perendam hasil endapan
3.3 PROSEDUR KERJA
a. Pembuatan pati biji alpukat
1. Kupas kulit biji buah alpukat hingga bersih.
2. Potong dadu biji alpukat dengan ukuran ± 1cm x 1cm x 1cm.
3. Haluskan potongan biji alpukat tersebut dengan blender (penambahan air
dilakukan dengan perbandingan g biji alpukat : mL air = 1 : 0.5)
4. Saring dengan kain belacu dan endapan dicuci sebanyak 1 kali.
5. Rendam dengan 500 mL larutan Na2S2O3 0.019 M dan saring.
6. Keringkan dengan oven suhu 50oC.
7. Haluskan dan ayak.
b. Pembuatan Dekstrin
1.Buat suspensi pati dalam larutan HCl (konsentrasi ditentukan) dengan
perbandingan = g pati : mL HCl : mL aquadest = 1 : 0.5 : 10
2.Panaskan pada waktu yang ditentukan.
3. Tambahkan 50 mL NaOH 0,05 N untuk penghentian hidrolisis.
4. Dikeringkan dengan oven pada suhu 50oC.
5. Haluskan dan ayak

LEMBAR PENUGASAN
Kelompok :4

Praktikum : Proses Industri Kimia

Modul Percobaan : Pemanfatan pati dan biji alpukat sebagai bahan baku
pembuatan dekstrin

Tanggal Praktikum : 14 Januari 2021

Dosen Pengampu : Ir. Desniorita, MP dan Miftahul Khairati, M.Sc

Analis : Faldi Lulrahman, ST dan Roswita, ST

N
Nama Praktikan Buku Pokok
o
1 Andrika Noverianto 1912065
2 Fauziah Rahma Sari 1912066
3 Syafrianda Ikhsan 1912067
4 Sajid Zikri Wahyudi 1912068

Adapun penugasan yang diberikan sebgai berikut:

1. Timbang biji alpukat sesuai penugasan


2. Membuat larutan Na2S2O3 0,019 N
3. Pembuatan HCL 0,1 N
4. Membuat larutan NaOH 0,05 N

LEMBAR DATA PENGAMATAN


Kelompok :4

Praktikum : Proses Industri Kimia

Modul Percobaan : pemanfatan pati dari biji alpukat sebagai bahan baku
pembuatan dekstrin

Tanggal Praktikum : 14 Januari 2021

Dosen Pengampu : Ir. Desniorita, MP dan Miftahul Khairati, M.Sc

Analis : Faldi Lulrahman, ST dan Roswita, ST

Adapun hasil pengamatan dari percobaan sebagai berikut:


1. Pembuatan Pati
Masa bji alpukat : 105,204 gram
Masa kaca arloji : 17,25 gram
masa Na2S2O3 0,019 N : 1,5 gram
2. Pembuatan dekstrin
Warna dekstrin : Oren kecoklatan
Berat pati : 26,67 gram
Larutan HCL 0,1 N : 4,1667 mL
Massa NaOH terimbang : 0,1 gram
Suhu : 50℃
Waktu : 30 menit
Masa dekstrin kering : 17,389 gram
Rendemen dekstrin : 65,2%

BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada percobaan sebagai berikut:
Kelompok Bahan baku Waktu Kosentrasi Rendemen
pemanasan HCL
4 Alpukat 30 menit 0,1 N 73,67%

4.2 pembahasan
Pada percobaan ini kita mendapatkan hasil seperti diatas dimana setelah
pemanasan selama 30 menit didapatkan rendemen sebesar 73,67%. Pada prcobaan
ini pratikan menggunakan biji alpukat dihalus sehingga berbentuk bubur, setelah
melalui proses penghalusan bubur biji alpukat dicuci dengan air bersih dengan
perbandingan 1 : 0,5 dan kemudian di rendam dengan larutan NaS2O3 0,019 N
sebanyak 500 mL. Selanjutnya setelah proses perendaman bubur biji alpukat
disaring untuk mendapatkan pati dan dikeringkan didalam oven dengan suhu
50oC.
Pada tahap kedua pembuatan dekstrin. Pati yang telah dikeringkan tadi
dibuat menjadi suspensi dengan perbandingan pati : mL HCl : mL aquadest = 1 :
0.5 : 10. Dipanaskan selamat 30 menit dengan suhu 70 oC bertujuan untuk
mempercepat proses hidrolisis dari pati. Penambahan NaOH setelah pemanasan
bertujuan untuk menghentikan proses hidrolisis yang berjalan proses dapat
menghasilkan dekstrin. Jika proses hidrolisis tidak dihentikan dekstrin tidak akan
didapatkan melainkan hanya menghasilkan glukosa.
Setelah semua selesai masuk kedalam pemanasan hingga suhu mencapai
30 derajat celcius atau sesuai dengan penugasan. Dekstrin bersifat sangat larut
dalam air panas atau dingin, dengan viskositas yang relative rendah. Dekstrin
banyak digunakan baik dalam industri pangan maupun non pangan. Dalam
industri panngan pirodkstrin digunakan untuk meningkatkan kerenyahan, sebagai
carrier dalam pembuatan minuman instan, dan untuk mencegah migrasi minyak
pada pembuatan kacang goreng.

BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pratikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Dekstrin merupakan pati alami yang mudah dibuat dan mudah didapatkan.
2. Agar pati biji alpukat dapat cepat menjadi dekstrin, maka dilakukan
pemberian katalis HCL sehingga pati akan berwarna pucat
3. Tingkat kehalusan pada dekstrin mempengaruhi hasil, semakin halus dekstrin
maka semakin bagus hasil yang didapatkan.
4. Dekstrin dibuat dengan menggunakan suhu tinggi dan pada suasana pH
rendah dan waktu yang lama untuk menghasilkan dekstrin dengan rendemen
tinggi
4. Dekstrin digunakan untuk meningkatkan kerenyahan, sebagai carrier dalam
pembuatan minuman instan, dan untuk mencegah migrasi minyak pada
pembuatan kacang goreng
5.1 Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah pada saat proses penyaringan
sebaiknya menggunakan kertas saring sehingga pada penyaringan pati tidak
banyak terbuang ataupun menempel pada saringan karena hal ini juga dapat
berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan.

LAMPIRAN A
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,019M 500 mL
Berat molekul Na2S2O3 = (2 x Ar Na) + (2 x Ar S) + (3 x Ar O)
= (2 x 23) + (2 x 32) + (3 x 16)
= 46 + 64 + 48
= 158
gr 1000
M= x
BM v
gr 1000
0,019 = x
158 500
0,019 x 158 = 2 gr
3,002 = 2 gr
3,002
gr = =1,5010 gr
2
maka, ditimbang Na2S2O3 sebanyak 1,501 gr dan dilarutkan dalam aquadest
500 mL.
2. Pembuatan pengenceran HCL 0,1 N dalam 500 mL aquadest (larutan
induk yang tersedia 12 N)
(V x N)pekat = (V x N)encer
V x 12 N = 500 mL x 0,1 N
500 Ml x 0,1 N
V=
12 N
50 mL
V=
12 N
V = 4,166 mL
maka dipipet HCL sebanyak 4,166 mL dan diencerkan dalam 500 mL
aquadest
3. Pembuatan larutan NaOH 0,05 N dalam 50 mL aquadest
gr 1000
M= x
BE v
BE= BM/jumlah valensi (valensi NaOH)
= 40/1
= 40
gr 1000
0,05 N = x
40 50
0,05 x 40 = 20 gr
2 = 20 gr
g = 2/20
= 0,1 gr
Maka ditimbang NaOH sebanyak 0,1 gr dan dilakukan dalam 50 ml aquadest

4. Pembuatan pati Biji alpukat


Perbandingan massa biji alpukat dan air adalah 1 : 0,5
Massa biji alpukat : 102,6415 gram
Volume air : 102,6415 gram x 0,5 = 51, 3207 mL

5. Pembuatan dekstrin
Perbandingan suspensi pati dalam larutan HCL
g pati : mL HCL : mL aquadest ( 1: 0,5 : 10 )
Massa pati : 24,8465 gram
Vol HCL : 24,8465 x 0,5 = 12,4232 mL
Vol aquadest : 24,8465 x 10 = 248,464 mL
6. Menghitung Rendemen
Massa dekstrin kering : 18,3042 gram
Massa pati : 24, 8465 gram
18,3042
% Rendemen = x 100 %
24,8465
= 73,670 %
LAMPIRAN B
LAMPIRAN GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, R and M. G. Joan, 1993, Basic Biochemical Methods, Second
Edition, John Willey and Sons, Inc. Publication.
Judoamidjojo, Said, G., Liesbetini H.1992. Teknologi Fermentasi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB. Bogor.
Murdiasih, D.K. 2008. Kemampuan Azospirillum sp. KK1 dalam
Menghasilkan Amilase Pada Medium Onggok dan Dedak dengan waktu
Inkubasi Berbeda. Skripsi, tidak dipublikasikan. Fakultas Biologi Unsoed.
Warnijati S., Ida B.A., Sofiyah. 1995. Dekstrinasi Pati Bengkuang dengan
Katalisator Asam Khlorida. Forum Teknik, Jilid 19 No 2. Jurusan Teknik
Kimia. Fakultas Teknik, UGM. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai