Pendidikan Anti Korupsi Suplemen MKU Pend. Konservasi
Pendidikan Anti Korupsi Suplemen MKU Pend. Konservasi
ANTIKORUPSI
Edisi Revisi
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2 :
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72 :
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENDIDIKAN
ANTIKORUPSI
Edisi Revisi
www.penerbitombak.com
2013
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
Copyright©Dr. Eko Handoyo, M.Si., 2013
Cetakan I: Fakultas Ilmu Sosial UNNES dan Widya Karya, Semarang, 2009
PO.***.**.’13
BAB I PENDAHULUAN
PENDIDIKAN ANTIKORUPSI PERLUKAH?
v
vi D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
B. Dampak Korupsi
C. Rangkuman
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
DAFTAR TABEL
1. Jenis-jenis Korupsi
2. Potensi Kerugian Negara karena Kasus Korupsi
3. Peringkat Korupsi di Asia Pasifik Tahun 2010
4. Faktor-faktor Pemicu Keberhasilan dan Kegagalan Lembaga
Antikorupsi
5. Data Korupsi Pejabat Versi Depdagri (2004-2006)
6. Bidang dan Subbidang dalam KPK
7. Laporan Masyarakat dan Gratifikasi yang ditindaklanjuti oleh
KPK
DAFTAR GAMBAR
1. Segitiga Kecurangan
2. Penanganan Pengaduan Masyarakat
3. Penanganan Kasus/Perkara TPK
4. Perkara TPK Yang Berkekuatan Hukum Tetap (Inkracht)
5. Uang Negara Yang Berhasil Dikembalikan
x
KATA PENGANTAR
K
orupsi merupakan perbuatan amoral yang dilakukan oleh
siapa pun, kapanpun, dan di manapun yang menyalahguna
kan wewenang atau kekuasaan dan menyimpang dari aturan yang
berlaku yang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi, orang
lain, atau kelompok. Banyak yang mengatakan bahwa kemiskinan
menjadi biang keladi bagi tumbuhnya perilaku korupsi, tetapi
pendapat tersebut terbantahkan karena banyak juga korupsi
terjadi di negara-negara yang masyarakatnya sudah makmur.
Bahkan tidak jarang korupsi yang mereka lakukan lebih rapi dan
sistematis, sehingga seolah-olah yang dilakukan bukan perbuatan
korupsi, apalagi jika hasilnya dibagi-bagikan kepada semua pihak.
Dampak korupsi sungguh luar biasa. Ia bisa membuat orang
mati kelaparan gara-gara akses dan aset dikuasai oleh koruptor.
Kriminalitas merajalela, karena sumber-sumber formal tertutup
bagi orang-orang yang kalah (looser), sehingga apapun caranya,
termasuk mencuri dan merampok sekalipun mereka lakukan.
Kinerja perekonomian merosot demikian pula keuangan negara
tergerogoti gara-gara ulah para koruptor. Gara-gara korupsi,
tanah-tanah beralih fungsinya sehingga tidak mampu mendukung
keseimbangan ekosistem. Demikian pula, hutan-hutan digunduli
dan rusak karenanya, sehingga menghilangkan devisa negara.
Penduduk hutan yang biasanya menyambung hidup dari kebaikan
xi
xii D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
S
ejak reformasi bergulir tahun 1998 yang lalu hingga kini, berita
tentang korupsi makin gencar. Berbagai harian (surat kabar)
di Indonesia hampir tiap hari dalam terbitannya memberitakan
peristiwa korupsi. Dalam berita tersebut, korupsi tidak hanya
melanda kehidupan politik, tetapi juga ekonomi dan sosial. Pelaku
yang ditindak oleh aparat tidak hanya para pelaku bisnis, tetapi juga
mereka yang berasal dari kalangan birokrasi dan pemerintahan,
DPR, DPRD, bahkan pula kalangan kampus perguruan tinggi dan
sekolah. Rakyat kecil pun, seperti pedagang beras, pedagang
buah, kondektur bus, sopir angkutan, dan tukang becak pun
turut melakukan korupsi kecil-kecilan. Korupsi tampaknya sudah
menjadi budaya masyarakat Indonesia.
Korupsi sesungguhnya bukan merupakan penyakit di luar diri
bangsa. Ia adalah penyakit bawaan, sebab benih-benih korupsi
sudah ada dalam tubuh bangsa Indonesia tidak hanya pada masa-
masa ketika Indonesia dijajah bangsa kolonial, tetapi juga sudah
berlangsung pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan nusantara.
Upaya untuk mencegah meluasnya perbuatan korupsi dan
tindakan hukum untuk mengatasinya pun telah dilakukan pada
1
2 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
B
anyak tindakan korupsi terjadi tidak karena pelaku
sengaja melakukannya, tetapi juga karena banyak anggota
masyarakat atau kelompok sosial yang tidak memahami bahwa
apa yang mereka lakukan itu merupakan perbuatan korupsi. Dalam
bagian ini diuraikan konsep korupsi, yang meliputi pengertian dan
ciri-ciri korupsi, korupsi sebagai penyakit, perilaku antikorupsi
(termasuk di dalamnya dielaborasi nilai-nilai antikorupsi, seperti
kejujuran, tanggung jawab, keberanian, keadilan, kedisiplinan,
kesederhanaan, dan lain-lain). Setelah itu dijelaskan konsep
pendidikan antikorupsi, meliputi pengertian, tujuan, pendekatan
dan metode serta sekolah dan perguruan tinggi sebagai agen
pendidikan antikorupsi.
18
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 19
B. Penyakit Korupsi
C. Pengertian Antikorupsi
D. Nilai-Nilai Antikorupsi
1. Kejujuran
Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur, ketulusan hati, dan
kelurusan hati (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 479). Kejujuran
36 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
2. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab berasal dari kata tanggung dan kata jawab.
Kata tanggung bermakna beres, tidak perlu khawatir (Pusat Bahasa
Depdiknas, 2002: 1138). Tanggung jawab berarti keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya atau fungsi menerima pembebanan
sebagai akibat sikap pihak sendiri atau orang lain (Pusat Bahasa
Depdiknas, 2002: 1139). Tanggung jawab adalah melaksanakan
tugas dengan sungguh-sungguh dari orang lain atau diri sendiri
hingga selesai atau sanggup menanggung resiko dari apa yang telah
dikerjakan atau diperbuat (Surono (ed), t.th: 16). Tanggung jawab
berarti bahwa orang tidak boleh mengelak bila diminta penjelasan
tentang perbuatannya (Bertens, 2001: 125). Bertanggung jawab
berarti suatu sikap terhadap tugas yang membebani kita, dimana
kita merasa terikat untuk menyelesaikannya demi tugas itu sendiri
(Suseno, 1987: 145). Dalam tanggung jawab terdapat pengertian
penyebab, artinya orang bertanggung jawab terhadap sesuatu
sikap dan perbuatan yang disebabkan olehnya. Setiap orang harus
bertanggung jawab terhadap apa yang diniatkan, dikatakan, dan
dilakukan, terlebih mereka yang mengaku dirinya pemimpin.
Seorang pemimpin yang bertanggung jawab terlahir dari individu
yang bertanggung jawab. Seorang belum dapat memimpin orang
lain kalau ia tidak mampu memimpin dirinya sendiri. Seorang
pemimpin adalah orang yang pertama kali mengerjakan tugas dan
orang yang paling akhir mengambil hak atau bagiannya (Bahri, 2008:
3). Kata kunci tanggung jawab adalah komitmen, siap menanggung
resiko, menjaga amanah, berani menghadapi resiko, tidak mengelak,
38 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
3. Keberanian
Keberanian berasal dari kata berani, yang artinya mempunyai
hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya (Pusat Bahasa
Depdiknas, 2002: 138). Keberanian adalah tindakan untuk
memperjuangkan sesuatu yang diyakini kebenarannya (Sutrisno
dan Sasongko (ed), t.th.: 30). Orang yang berani mengatakan
yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, merupakan
agen penting dalam mengembangkan nilai-nilai antikorupsi.
Mengatakan kebenaran adalah pahit dan buahnya adalah manis,
yaitu terwujudnya pribadi dan masyarakat yang baik dan benar.
Kata kunci keberanian adalah mantap, tegar, hadapi, tekat,
semangat, target, fokus, perjuangan, percaya diri, tak gentar, tidak
takut, dan pantang mundur (Bahri, 2008: 17; Tamrin, 2008: 23).
Nilai keberanian dalam kehidupan sekolah dan kampus dapat
diwujudkan dengan indikator berani bertanggung jawab atas apa
yang telah diperbuat, berani membela kebenaran dan keadilan
betapa pun pahitnya, dan berani mengakui kesalahan.
4. Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil, artinya sama berat, tidak
berat sebelah, tidak memihak; berpihak kepada yang benar,
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 39
5. Keterbukaan
Keterbukaan berasal dari kata terbuka, artinya tidak tertutup,
tersingkap, tidak dirahasiakan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002:
171). Nilai keterbukaan berkaitan erat dengan kejujuran. Terbuka
tidak berarti bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab
selengkap-lengkapnya atau orang lain berhak untuk mengetahui
segala perasaan dan pikiran kita. Terbuka berarti kita selalu muncul
40 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
sebagai diri sendiri (Suseno, 1987: 142). Terbuka berarti pula kita
tidak menyembunyikan wajah kita yang sebenarnya. Pendek kata,
terbuka adalah orang boleh tahu siapa kita ini.
Nilai keterbukaan dalam kehidupan sekolah dan kampus
dapat diwujudkan dengan sikap dan perilaku mengungkapkan
sesuatu tanpa ditutup-tutupi, apa yang dikatakan sama dengan
apa yang dilakukan, apa yang dikerjakan dapat diakses oleh siapa
pun, serta memberikan informasi yang dibutuhkan tanpa ada yang
disembunyikan.
6. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, artinya tata tertib,
ketaatan kepada peraturan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 268).
Disiplin merupakan kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh
sifat yang teguh dalam memegang prinsip, pantang mundur dalam
menyatakan kebenaran, dan pada akhirnya mau berkorban untuk
kepentingan bangsa dan negara (Bahri, 2008: 3). Hidup disiplin
tidak berarti harus hidup seperti pola militer dengan hidup di barak
bagai robot, tetapi hidup disipilin dipahami siswa atau mahasiswa
dengan cara mengatur dan mengelola waktu sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Manfaat hidup disiplin adalah
siswa atau mahasiswa dapat mencapai tujuan atau mengejar
kepentingan secara lebih efisien dan efektif. Kata kunci kedisiplinan
adalah komitmen, tepat waktu, prioritas, perencanaan, taat, fokus,
tekun, dan konsisten (Tamrin, 2008: 17).
Wujud dari kehidupan disiplin dalam kegiatan di sekolah dan
kampus, di antaranya adalah belajar sesuatu dengan cermat,
mengerjakan sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang,
serta menyelesaikan tugas tepat waktu.
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 41
7. Kesederhanaan
Kesederhanaan berasal dari kata sederhana, artinya bersahaja,
tidak berlebih-lebihan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 1008).
Kesederhanaan adalah sikap dan perilaku yang tidak berlebihan
terhadap suatu benda, tetapi lebih mementingkan tujuan dan
manfaatnya (Surono (ed), t.th: 3). Hidup sederhana berarti hidup
bersahaja dan tidak berlebih-lebihan yang didasari oleh suatu
sikap mental rendah hati. Kata kunci sederhana adalah bersahaja,
tidak berlebihan, sesuai kebutuhan, apa adanya, dan rendah hati
(Tamrin, 2008: 19).
Wujud dari nilai kesederhanaan dalam kehidupan sekolah
dan kampus, di antaranya adalah rendah hati dalam pergaulan di
sekolah dan kampus, berpakaian dan menggunakan asesoris tidak
berlebihan, tidak boros dalam memenuhi kebutuhan hidup, tidak
suka pamer kekayaan, serta hemat dalam menggunakan air, listrik,
dan energi lainnya.
8. Kerja keras
Kata “kerja” bermakna kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu
yang dilakukan untuk mencari nafkah (Pusat Bahasa Depdiknas,
2002: 554). “Keras” berarti gigih atau sungguh-sungguh hati (Pusat
Bahasa Depdiknas, 2002: 550). Dengan demikian, bekerja keras
berarti melakukan sesuatu secara bersungguh-sungguh. Pribadi
pekerja keras akan muncul dari sosok yang memiliki motivasi tinggi
untuk berubah dan pantang menyerah dalam segala keadaan.
Pribadi pekerja keras dapat diwujudkan dengan selalu melakukan
tanggung jawab secara sungguh-sungguh serta melakukan segala
sesuatu dengan upaya terbaik, sekuat tenaga, penuh kecerdasan
tinggi, dan sepenuh hati. Menurut Alma (2008: 106), kerja keras
42 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
9. Kepedulian
Kepedulian berasal dari kata “peduli”, artinya mengindahkan,
memperhatikan, menghiraukan (Pusat Bahasa Depdiknas,
2002:841). Kepedulian bermakna berperilaku dan memperlakukan
orang lain dan lingkungan sekitarnya, sehingga bermanfaat bagi
semua pihak (Surono, t.th.: 57). Peduli merupakan sifat yang
dapat membuat segala kesulitan dapat dihadapi, segala keadaan
dapat ditanggung bersama, dan keterbatasan pun dapat dicarikan
solusinya. Kata kunci peduli adalah memahami, menghargai,
mendukung, menghormati, dan menolong (Bahri, 2008: 17).
Wujud dari nilai kepedulian dalam kehidupan di sekolah dan
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 43
E. Pendidikan Antikorupsi
8. Prototipe (Prototype)
Tujuan metode prototype adalah penerapan keilmuan atau ciri
khas perguruan tinggi atau ciri khas lokal dalam mengembangkan
teknik antikorupsi. Kegiatan yang dilakukan adalah membuat
prototype teknologi terkait dengan cara-cara penanggulangan
korupsi. Teknologi tersebut bisa berbasis IT maupun non IT. Hasil-
hasil dari prototipe ini dapat dipamerkan di kelas atau pun di
tempat lain yang dapat diperkenalkan kepada mahasiswa lain atau
pelajar.
H. Rangkuman
B
entuk dan jenis-jenis korupsi di berbagai negara tidak sama,
tergantung pada pengalaman atau sejarah negara tersebut
dan dapat dikembangkan berdasarkan praktik-praktik korupsi atau
kreativitas dari para perampok harta rakyat dan negara.
A. Bentuk Korupsi
62
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 63
janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan
dengan kewajibannya.
Demikian pula pasal 12 huruf b yang menyatakan bahwa
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya, tergolong tindakan suap-
menyuap.
Pasal 13 yang berbunyi: setiap orang yang memberi hadiah
atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya
atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut, termasuk rumusan suap yang
berkaitan dengan posisi pegawai negeri.
Pasal 12 huruf c dan d memuat ketentuan suap yang menimpa
hakim dan advokat. Pasal 12 huruf c berbunyi: hakim yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk memengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.
Sementara itu, pasal 12 d menyatakan: seseorang yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah
atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut untuk memengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan
66 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
B. Jenis-Jenis Korupsi
keuntungan politik atau uang balas jasa untuk partai politik, dan
money politik.
Korupsi upeti merupakan bentuk korupsi yang dimungkinkan
karena jabatan strategis. Karena jabatan yang disandangnya,
seseorang mendapatkan persentase keuntungan dari berbagai
kegiatan, baik ekonomi maupun politik, termasuk pula upeti dari
bawahan dan kegiatan-kegiatan lain atau jasa dalam suatu perkara.
Korupsi kontrak, yaitu korupsi yang diperoleh melalui proyek
atau pasar. Termasuk dalam kategori ini adalah usaha untuk
mendapatkan fasilitas dari pemerintah.
Korupsi pemerasan, terkait dengan jaminan keamanan dan
urusan-urusan gejolak intern dan ekstern. Perekrutan perwira
menengah TNI atau Polisi menjadi manajer human resources
department atau pencantuman nama perwira tinggi dalam dewan
komisaris perusahaan merupakan contoh korupsi pemerasan.
Termasuk pula dalam korupsi jenis ini adalah membuka kesempatan
kepemilikan saham kepada orang kuat tertentu untuk menghindarkan
akuisisi perusahaan yang secara ekonomi tak beralasan.
Dalam literatur fikih ada 6 jenis korupsi yang haram dilakukan,
yaitu: (1) ghulul atau penggelapan, (2) risywah atau penyuapan,
(3) ghashab atau perampasan, (4) ikhtilas atau pencopetan, (5)
sirqah atau pencurian, dan (6) hirabah atau perampokan (KPK,
2007: 7)
Widodo membagi korupsi ke dalam tiga bentuk, yaitu
graft, bribery dan nepotism (Azhari, 2006: 8). Graft merupakan
korupsi yang dilakukan tanpa melibatkan pihak ketiga, seperti
menggunakan atau mengambil barang kantor, uang kantor, dan
jabatan kantor untuk kepentingan diri sendiri. Korupsi tipe ini bisa
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 73
C. Rangkuman
K
orupsi terjadi karena berbagai sebab atau faktor. Faktor-
faktor itu diantaranya politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Dalam korupsi yang bersifat sistemik, faktor-faktor tersebut
terjalin berkelindan menentukan terjadinya korupsi. Meskipun
dalam beberapa hal perbuatan korupsi mendatangkan manfaat,
tetapi dampak negatif korupsi lebih besar daripada kegunaannya.
Dampak negatif korupsi tidak hanya merugikan keuangan dan
perekonomian negara, tetapi juga menyengsarakan rakyat dan
merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
79
80 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
B. Dampak Korupsi
C. Rangkuman
E
ksistensi korupsi di Indonesia bertalian dengan sistem dan kultur
yang tidak memberikan ruang gerak yang cukup bagi upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi. Hal ini terutama tampak
pada konteks sistem pemerintahan. Indonesia dengan kultur birokrasi
patrimonial dengan sistem jabatan patrimonial, dalam praktiknya tidak
mengenal perbedaan birokratis antara lingkup pribadi dan lingkup
resmi/dinas. Menurut Alkaf (2006: 105-106), implementasi birokrasi
pemerintahan dianggap sebagai urusan pribadi sang penguasa dan
kekuasaan politik dianggap sebagai bagian dari milik pribadinya yang
dapat dieksploitasi dengan cara menarik berbagai sumbangan dan
pungutan. Sistem patrimonial ini dalam era modern berkembang
menjadi sistem neo-patrimonial yang dalam sejarahnya melahirkan
sistem kapitalis. Sistem terakhir inilah yang memposisikan elit politik
maupun ekonomi sebagai penguasa tak tersentuh (untouchtable
ruler) dari pengawasan publik. Dalam penyelenggaraan urusan
negara, mereka menjadi dominan, hegemonik, semau gue, dan sama
sekali tidak mempedulikan kepentingan rakyat.
Sejak kejatuhan pemerintahan orde baru di bawah
kepemimpinan Soeharto pada tahun 1998 yang lalu, kondisi
109
110 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
jangka panjang.
Strategi jangka pendek KPK mencakupi: (1) kegiatan
penindakan, (2) membangun nilai etika, dan (3) membangun
sistem pengendalian terhadap lembaga pemerintahan agar
terwujud suatu perubahan yang berlandaskan efisiensi dan
profesionalisme (KPK, t.th: 157).
Strategi jangka menengah KPK meliputi: (1) membangun
beberapa proses kunci dan infrastruktur terkait lainnya di
instansi pemerintah yang mendorong efisiensi dan efektivitas, (2)
memberikan motivasi untuk terbangunnya suatu kepemimpinan
yang mengarah pada efisiensi dan efektivitas, dan (3) meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
pemerintah dan meningkatkan akses publik terhadap pemerintah
(KPK, t.th: 157).
Strategi jangka panjang KPK yaitu: (1) membangun dan
mendidik masyarakat pada berbagai tingkat dan jenjang
kehidupan untuk mampu menangkal korupsi yang terjadi di
lingkungannya, (2) membangun suatu tata pemerintahan yang
baik sebagai bagian penting dalam sistem pendidikan nasional,
dan (3) membangun sistem kepegawaian yang berkualitas, mulai
dari perekrutan, sistem penggajian, sistem penilaian kinerja, dan
sistem pengembangannya (KPK, t.th: 158).
F. Rangkuman
D
alam Bab ini akan diuraikan sejarah pemberantasan
korupsi pada masa pemerintahan orde lama, orde baru,
dan reformasi. Pembahasan difokuskan pada produk perundang-
undangan dan kebijakan pemerintah yang telah dikeluarkan dalam
rangka pemberantasan tindak pidana korupsi. Kasus-kasus korupsi
yang terjadi pada tiga periode pemerintahan tersebut tidak akan
diungkap karena terlalu banyaknya tindak pidana korupsi yang
telah dilakukan oleh para pejabat negara maupun elit politik.
Belum lagi korupsi yang dilakukan oleh kalangan swasta dan
masyarakat yang tidak terungkap, tetapi diduga kasusnya bagaikan
gunung es, sedikit yang muncul di permukaan, tetapi yang berada
di dalam atau di dasar laut tak terhitung jumlahnya.
122
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 123
D. Rangkuman
U
ntuk mendesain strategi yang jitu dalam melakukan
pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia,
perlu dipelajari bagaimana negara-negara lain melakukan upaya
pemberantasan korupsi. Negara-negara yang akan dikaji dalam
tulisan ini, yaitu Australia, Finlandia, China, Hongkong, Malaysia,
Singapura, dan Thailand.
145
146 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
sebanyak 718 atau 7,6%, dan lain-lain sebanyak 640 atau 6,8%
(Hamzah, 2005: 44).
pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling banyak
10.000 dollar Singapura.
Komisi baru ini terdiri atas seorang ketua dan delapan anggota,
yang diangkat oleh raja atas nasihat senat.
Tidak sembarang orang dapat menjadi anggota komisi. Mereka
yang dapat diangkat sebagai anggota NCCC adalah: (1) warga
negara Thailand karena Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemilihan,
Ombudsman, anggota Komisi Nasional Hak Azasi Manusia, Komisi
Audit Negara, sedang menjabat atau mantan tidak lebih rendah
dari Jaksa Agung Muda, Direktur Jenderal atau setingkat, atau
menjabat tidak lebih rendah dari guru besar (Hamzah, 2005: 69).
NCCC memiliki kewenangan yang luar biasa dalam melakukan
pemberantasan korupsi. Kewenangan itu meliputi:
1. Memeriksa fakta-fakta, membuat ringkasan kasus, dan
mempersiapkan pendapat untuk diserahkan kepada Senat
dalam melepaskan seseorang dari jabatan;
2. Memeriksa fakta-fakta, membuat ringkasan kasus, dan
mempersiapkan pendapat yang diajukan kepada Jaksa
Agung untuk tujuan penuntutan kepada Mahkamah Agung
Divisi Kriminal bagi mereka yang memegang posisi politik
berdasarkan pasal 308 Konstitusi;
3. Memeriksa dan memutus apakah seorang pejabat negara
telah menjadi kaya luar biasa atau telah melakukan delik
korupsi, penyalahgunaan jabatan atau penyalahgunaan
wewenang di badan kehakiman;
4. Memeriksa secara akurat adanya aset aktual dan tanggung
jawab pejabat negara serta memeriksa perubahan aset dan
tanggung jawab orang-orang yang memegang posisi politik,
memeriksa aset dan pertanggungjawaban;
5. Menentukan aturan mengenai penentuan posisi, kelas, atau
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 165
H. Rangkuman
S
ejak dibentuk tahun 2003 yang lalu, sudah begitu besar
peran dan prestasi Komisi Pemberantasn Korupsi (KPK)
dalam melakukan pemberantasan korupsi, utamanya dalam
bidang penindakan. Sepuluh tahun KPK berkiprah dalam upaya
pemberantasan korupsi, tetapi jumlah pelaku yang berhasil
ditangkap dan disidangkan sudah banyak. Pelaku kelas kakap pun
dengan mudah ditangkap, tidak seperti halnya yang dilakukan oleh
lembaga penegak hukum lainnya, seperti kepolisian, kejaksaan,
bahkan pengadilan itu sendiri. Sebelum disajikan secara deskriptif
keberhasilan yang telah dicapai oleh KPK, akan diuraikan terlebih
dahulu secara berturut-turut visi dan misi KPK, kedudukan dan
tugas KPK, wewenang dan kewajiban KPK, susunan organisasi
KPK, dan kode etik KPK.
169
170 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
Pusat, karena terbuki korupsi dana BPIH senilai Rp 35,7 miliar dan
Dana Alokasi Umum 2002-2004 sebesar Rp 240,22 miliar (Harman,
2012).
3. Ahmad Sujudi
Ahmad Sujudi adalah mantan Menteri Kesehatan, yang divonis
2 tahun 3 bulan penjara atas kesalahannya menyalahgunakan
kewenangan dalam kasus alat kesehatan, karena penunjukan
langsung rekanan dan pengajuan usulan anggaran tambahan
senilai Rp 463 miliar (Harman, 2012). Pada tingkat banding,
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta memutus hukumannya menjadi 4
tahun penjara.
4. Wafid Muharam
Wafid Muharam adalah mantan Sekretaris Menteri Pemuda
dan Olahraga, yang disangka KPK atas suap yang dilakukan sebesar
Rp 3,2 miliar untuk pemenangan tender PT. DGI dengan anggaran
pembangunan Rp 200 miliar (Harman, 2012).
5. Abdullah Puteh
Korupi yang dilakukan oleh Abdullah Puteh, Gubernur
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD), berawal dari pembelian
helikopter MI-2 merek PLC Rostov buatan Rusia. Dana yang
digunakan untuk membeli helikopter tersebut merupakan
patungan dari 13 kabupaten dan kota di Provinsi NAD yang
masing-masing menyumbang dana 700 juta rupiah. Korupsi yang
dilakukan oleh Puteh terkuak setelah terdapat selisih harga antara
pembelian helikopter terdahulu yang dilakukan oleh TNI-AL dan
helikopter yang dibeli oleh Pemerintah Provinsi NAD. Dengan
kualifikasi dan merek yang sama, TNI-AL membeli helikopter
198 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
6. Bambang Guritno
Bambang Guritno, Bupati Semarang, terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana
diatur dalam pasal 3 juncto pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 dan
UU Nomor 20 Tahun 2001 juncto pasal 55 ayat (1) KUHP. Ia ditahan
LP Ambarawa pada hari Senin, 28 Mei 2007 terkait perkara dugaan
korupsi pengadaan buku ajar SD/MI kabupaten Semarang tahun
2004 senilai Rp 3,95 miliar. Bambang terbukti menerima fee dari
tiga rekanan proyek pengadaan buku. Selain itu, rekanan juga
memberikan uang tanda terima kasih. Dalam pengadaan buku
tersebut diketahui ada mark-up. Total nilai proyek sesungguhnya
hanya Rp 2 miliar, digelembungkan hingga mencapai angka Rp 5,8
miliar (Yuwono, 2008: 45). Dari hasil audit BPKP, negara dirugikan
sebesar Rp 3,6 miliar.
Berkaitan dengan pemeriksaan terhadap Bambang tersebut,
Mendagri melalui SK Nomor 131.33/304/2007 memberhentikan
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 199
8. Probosutedjo
Pada tanggal 22 April 2003, Majelis Hakim PN Jakpus
menjatuhkan vonis kepada Probosutedjo berupa hukuman
200 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
9. Harini Wijoso
Harini Wijoso dinyatakan bersalah karena melakukan tindak
pidana korupsi dengan menyuap lima pegawai Mahkamah Agung,
yaitu Pono Waluyo, Sudi Ahmad, Sriyadi, Malam Pagi Sinuhadji,
dan Suhartoyo, sebesar Rp 5 miliar. Uang tersebut berasal dari
Probosutedjo, dimaksudkan untuk dapat mengubah keputusan
hakim atas hukuman yang dijatuhkan kepada Probosutedjo. Harini
dinyatakan secara sah bersalah karena berdasarkan pasal 5 ayat
(1) huruf a, pasal 6 ayat (1) huruf a, pasal 13 dan 15 UU Nomor
31 Tahun 1999 juncto UU Nomor 20 Tahun 2001, telah berusaha
memengaruhi para penyelenggara negara dengan cara memberi
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 201
14. Satono
Satono adalah Bupati Lampung Timur nonaktif, yang divonis
hakim 15 tahun penjara. Pelaku dinyatakan bersalah, karena telah
melakukan tindak pidana korupsi APBD kabupaten Lampung Timur
sebesar Rp 119 miliar (Konstan, 2012). Selain dihukum penjara,
Satono juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp 500 juta
subsider enam bulan kurungan dan uang pengganti Rp 10 miliar.
16. M. Yaeni
M. Yaeni adalah ketua DPRD nonaktif kabupaten Grobogan
yang menjadi terdakwa kasus korupsi pemeliharaan mobil
204 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
17. Soemarmo
Soemarmo adalah wali kota Semarang yang disangka telah
melakukan penyuapan terhadap anggota DPRD kota Semarang,
dengan tujuan untuk memperlancar pembahasan RAPBD kota
Semarang tahun 2012 (Konstan, 2012). Atas dugaan kesalahan
tersebut, Soemarmo ditahan oleh KPK di rumah tahanan KPK di
Jakarta. Selain Soemarmo, ditahan pula mantan Sekda Semarang
Akhmad Zaenuri dan dua anggota DPRD, Agung Purna Sarjono dan
Sumartono.
F. Rangkuman
K
PK menyadari bahwa sumber daya dan infrastruktur yang
mereka miliki tidak memungkinkan untuk menggarap semua
kasus korupsi yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Jumlah
hakim pengadilan khusus tindak pidana korupsi juga relatif sangat
kurang. Kondisi ini tentu berimplikasi pada sedikitnya kasus korupsi
yang dapat ditangani oleh KPK dibandingkan jumlah kasus yang
masuk ke KPK atau jumlah pengaduan dari masyarakat. Kinerja
KPK tahun 2008 menunjukkan hal ini. Pengaduan dari masyarakat
mengenai korupsi ada 8.000 kasus, yang diselidiki 70 kasus
dengan penuntutan 7 kasus diputuskan mempunyai kekuatan
hukum tetap dan 21 kasus telah dieksekusi (Fahmi, 2009:17). Dari
kasus yang berhasil ditangani KPK tersebut tidaklah sebanding
dengan jumlah kasus yang masuk ke KPK. Itu artinya, kepercayaan
masyarakat terhadap KPK cukup tinggi terlihat dari jumlah kasus
yang cukup besar, tetapi di sisi lain sumber daya KPK yang relatif
kecil belum mampu menangani kasus yang banyak tersebut.
Karena kondisi inilah, dalam bidang penindakan, KPK memilih
untuk mengefektifkan koordinasi dan supervisi dengan kejaksaan
dan kepolisian untuk memastikan bahwa penyelidikan, penyidikan,
209
210 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
B. Pemberian Penghargaan
C. Rangkuman
D
alam bab ini akan dipaparkan profil orang-orang bersih atau
tokoh-tokoh pemerintahan yang dapat diteladani, tidak
dalam arti apakah mereka benar-benar bersih dari tindakan korupsi
dan perilaku koruptif, tetapi utamanya dilihat dari sejauhmana
peran mereka sebagai pemimpin daerah atau masyarakat dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tokoh-tokoh yang
dapat diteladani, di antaranya adalah Joko Widodo, mantan wali
kota Surakarta; Tri Rismaharini, wali kota Surabaya; Yusuf Wally,
bupati Keerom; La Tinro La Tunrung, bupati Enrekang; Amran
Nur, bupati Sawahlunto; Muda Mahendrawan, bupati Kubu Raya;
Abdul Kholiq Arif, bupati Wonosobo; dan Herman Sutrisno, wali
kota Banjar.
218
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 219
karena selama ini Jokowi tidak memiliki rekam jejak pada bidang
birokrasi pemerintahan. Kalau dilihat secara fisik pun, pak
Jokowi tidak memiliki postur yang meyakinkan sebagai wali kota.
Tubuhnya kurus, kerempeng, dan kering, yang tidak menunjukkan
kewibawaan sama sekali. Bahkan beberapa kali dalam sebuah
acara, Jokowi mengeluh pada petugas protokoler dan sekretariat
kantor wali kota, karena ia sering tidak diperlakukan seperti
halnya seorang wali kota. Anak buah Jokowi, yaitu Suryadi yang
lebih ganteng, gagah, dan tubuh atletis, justru yang acap kali
diperlakukan seperti seorang wali kota. Lantaran postur tubuh
Suryadi tersebut, tidak jarang tamu dan warga masyarakat
menyalami lebih dulu Suryadi ketimbang Jokowi, karena mengira
Suryadi adalah wali kota Surakarta. Itulah sebabnya, Jokowi minta
agar anak buahnya diganti supaya tidak menyaingi dirinya sebagai
wali kota. “saya senang usul saya diterima, ajudan saya tidak
seganteng saya”, cetus pak Jokowi.
Meskipun semula diragukan kemampuannya, Jokowi
menunjukkan gebrakan luar biasa, yang menjadikan kota Surakarta
menjadi salah satu kota yang diperhitungkan tidak hanya pada
tingkat Indonesia, tetapi juga pada level dunia. Gebrakan pertama
adalah pembenahan sistem pembuatan kartu tanda penduduk
(KTP), yakni dengan melakukan pemangkasan waktu pembuatan
KTP dari dua minggu menjadi hanya satu jam (Wijoyo, 2012;
Taufani, 2012). Pembuatan KTP ini merupakan program tiga bulan
pertama ia memimpin kota Surakarta.
Dalam hal perizinan, Jokowi juga melakukan reformasi, dari
yang semula memakan waktu 6 hingga 8 bulan, diperpendek
menjadi enam hari. Reformasi yang dilakukan Jokowi tidak mudah
222 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
B. Tri Rismaharini
6,31%, 2008 sempat turun menjadi 6,23%, tahun 2009 turun lagi
menjadi 5,30%, tahun 2010 sejak Risma memimpin, naik drastis
menjadi 7,09% dan tahun 2011 naik lagi menjadi 7,52% (Tempo,
2012). Indeks Pembangunan Manusia Surabaya juga mengalami
kenaikan signifikan, yakni 77,18 pada tahun 2010 menjadi 77,61
pada tahun 2011. Anggaran belanja kota Surabaya juga mengalami
kenaikan, dari 3,75 triliun pada tahun 2011 menjadi 5,16 triliun
pada tahun 2012. Pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah
satu ukuran kinerja wali kota, juga mengalami kenaikan, dari 1,88
triliun pada tahun 2011 menjadi 2,35 triliun pada tahun 2012.
Keluar masuk wilayah atau blusukan seperti halnya yang
dilakukan Jokowi, juga dilakukan bu Risma. Blusukan ini ia lakukan
di kompleks pelacuran Gang Dolly Surabaya. Hal itu ia lakukan
untuk membujuk para pelacur agar mau beralih profesi. Berkat
kesabaran dan keramahannya, Risma telah berhasil menutup
22 tempat pelacuran. Mereka yang kehilangan pekerjaan,
dikembalikan ke daerah asalnya dengan diberi keterampilan dan
modal sebesar Rp 3 juta. Sementara itu, warga masyarakat yang
kehilangan rezeki karena tempat pelacuran ditutup, disiapkan
lapangan kerja baru.
Risma terkenal juga sebagai “bu Giman”, yaitu “ibu wali kota
yang gila taman.” Sejak kepemimpinannya, ia telah membangun
ratusan taman kota. Kota menjadi lebih hijau, asri, dan nyaman
untuk tempat berteduh dan beristirahat bagi warga kota. Berkat
dibangunnya taman kota ini, ruang terbuka hijau (RTH) Surabaya
mencapai angka 31,6% melebihi standar RTH yang ditentukan
Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 30%. Untuk menunjang
kota yang nyaman ini, Risma membuat kebijakan dengan
232 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
C. Yusuf Wally
D. La Tinro La Tunrung
E. Amran Nur
F. Muda Mahendrawan
H. Herman Sutrisno
keluarga tidak mampu. Hingga tahun 2012 sudah 8.000 siswa yang
menikmati dana BOS ala wali kota.
Untuk pelayanan kesehatan, wali kota membebaskan bea
perawatan bagi penduduk yang dapat menunjukkan kartu
penduduk. Hal ini berlaku di Puskesmas. Bagi masyarakat miskin,
juga dibebaskan berobat di rumah sakit daerah.
Untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang
jaraknya jauh dari Puskesmas dan rumah sakit, wali kota
membangun 42 pos kesehatan desa di 25 desa dan kelurahan.
Setiap pos disediakan tenaga medis bidan dan perawat. Dokter
datang tiga kali dalam seminggu.
Di bidang ekonomi, wali kota memprogramkan “Rp 1 miliar
1 desa” pertahun sejak tahun 2007. Dana Rp 1 miliar tersebut
digunakan untuk membangun infrastruktur desa (Rp 350 juta),
membangun usaha ekonomi produktif (Rp 300 juta), dan sisanya
Rp 350 juta untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa. Berkat
program tersebut, pendapat asli daerah meningkat dari Rp 3 miliar
pada tahun 2003 menjadi Rp 41 miliar pada tahun 2012.
Meskipun kota Banjar membutuhkan investasi yang besar,
wali kota tidak serta merta mudah menerima investor. Guna
melindungi pedagang tradisional, wali kota melarang masuknya
pasar retail modern, seperti Alfamart dan Indomart sejak tahun
2008.
Untuk menambah kedekatan dengan warga masyarakat,
Herman membuka lebar-lebar pendopo kota untuk menerima
tamu dan siapa pun yang ingin bertemu wali kota. Sejak
kepemimpinannya, anggaran belanja daerah naik dari Rp 311,82
miliar pada tahun 2008 menjadi Rp 387,84 miliar pada tahun 2012.
242 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
I. Rangkuman
BUKU
Alatas, Syed Hussein. 1986. Sosiologi Korupsi. Terjemahan Al
Ghozie Usman. Jakarta: LP2ES.
Al-Barbasy, Ma’mun Murod. 2006. “Teologi Kritis Pemberantasan
Korupsi di Indonesia”. Makalah. Disajikan dalam Seminar
Nasional AIPI XX di Medan tanggal 3-4 Mei 2006.
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan
Umum. Bandung: Alfabeta.
Alkaf, Halid. 2006. “Lembaga-lembaga Anti Korupsi di Indonesia”.
Dalam Karlina Helmanita dan Sukron Kamil (ed). Pendidikan
Anti Korupsi di Perguruan Tinggi. Jakarta: CSRC UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Azra, Azyumardi. 2006. “Kata Pengantar Pendidikan Anti Korupsi
Mengapa Penting”. Dalam Karlina Helmanita dan Sukron
Kamil (ed). Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi.
Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bahri, Syamsul. 2008. Buku Panduan Guru Modul Pendidikan Anti
Korupsi Tingkat SMP/MTs. Jakarta: KPK.
Bertens, K. 2001. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bracking, Sarah. 2007. “Political Development And Corruption:
Why ‘Right Here’, Right Now’!” in Sarah Bracking (ed).
Corruption And Development The Anti Corruption
Campaigns. New York: Palgrave MacMillan.
De Asis, Maria Gonzales. 2000. “Coalition Building to Fight
Corruption”. Paper. Prepared for the Anti Corruption
Summit. World Bank Institute.
244
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 245
asp?Berita=Pinyuh&id=129619.
Santoso, Amir. 2006. “Korupsi: Birokrasi Pemerintah dan Budaya
Masyarakat”. Makalah. Disajikan dalam Seminar Nasional
AIPI XX di Medan tanggal 3-4 Mei 2006.
Setyawati, Deni. 2008. KPK Pemburu Koruptor Kiprah Komisi
Pemberantasan Korupsi dalam Memberangus Korupsi.
Yogyakarta: Pustaka Timur.
Silalahi, Ulber. 2006. “Manajemen Pencegahan Korupsi di Sektor
Publik: Kerangka Analisis Sebab-Respon”. Makalah.
Disampaikan dalam Seminar Nasional AIPI XX di Medan
tanggal 3-4 Mei 2006.
Sitepu, Dewi Sinorita. 2006. “Peran Masyarakat Sipil dan
Pemberantasan Korupsi di India: Pembelajaran bagi
Indonesia”. Makalah. Disampaikan dalam Seminar
Nasional AIPI XX di Medan tanggal 3-4 Mei 2006.
Steve, Albrecht W. and Chad O. Albrecht. 2003. Fraud Examination.
New York: Thompson South Western.
Sudjana, Eggi. 2008. Republik Tanpa KPK Koruptor Harus Mati.
Surabaya: JP Books.
Suratno, Pardi. 2006. Sang Pemimpin menurut Asthabrata,
Wulangreh, Tripama, dan Dasa Darma Raja. Yogyakarta:
Adi Wacana.
Surono, Yustinus. T.th. Pendidikan Nilai-Nilai Anti Korupsi Untuk
Kelas 6 SD. Jakarta: KPK dan GTZ.
Suryadi, Bambang. 2006. “Belajar dari Pemberantasan Korupsi di
Negara Lain”. Dalam Karlina Helmanita dan Sukron Kamil
(ed). Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi. Jakarta:
CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Suseno, Franz Magnis. 1987. Etika Dasar Masalah-masalah Pokok
Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.
Susilo, NB. 2006. Indonesia Bubar. Yogyakarta: Pinus.
Sutrisno, V dan Eva Sasongko. T.th. Pendidikan Nilai-Nilai Anti
Korupsi Untuk Kelas 5 SD. Jakarta: KPK dan GTZ.
Suyanto, Totok. 205. “Pendidikan Anti Korupsi dan Pengembangan
Pe n d i d i ka n An t i ko r u p s i 249
MAJALAH
Gatra. No. 31. Tahun XVIII. 13 Juni 2012.
Konstan. Nomor 126. April 2012.
Tempo. Edisi 21-27 September 2009 halaman 80.
Tempo. Edisi 15-21 Oktober 2012 halaman 34.
Tempo. Edisi 10-16 Desember 2012.
SURAT KABAR
Kompas. Edisi Sabtu Tanggal 26 September 2009 halaman 1.
Kompas. Edisi Jumat, Tanggal 22 Februari 2013 halaman 4.
Kompas. Edisi Sabtu, Tanggal 2 Maret 2013 halaman 26.
TABLOID
The Politic. Edisi 09. Tahun II. 01-14 Maret 2013 halaman 12.
GLOSARIUM
251
252 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .
255
256 D r. E k o H a n d o y o , M . S i .