Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putri Zindi Arviana Havid

NIM : 119260066
Kelas : Farmasi A
Dosen Pengampu: Irfanianta Arif Setyawan, S. Farm., M.Sc.Apt.

Tugas 1 Farmakologi Dasar


1. Bagaimana profil obat jika bersifat asam dan bagaimana jika masuk kedalam organ yg
bersifat asam. Lalu bagaimana dengan obat yg asam lemah/basa lemah jika masuk keusus
halus yg bersifat basa, apa yg terjadi pada obat basa lemah atau asam lemah tersebut?
(dikaitkan dengan derajat ionisasi dan ph)
Jawaban: Obat yang bersifat asam, cenderung lebih terionisasi pada pH basa, sementara
obat yang bersifat basa, lebih terionisasi pada pH asam. Obat-obat yang bersifat
asam biasanya disuplai dalam larutan basa untuk membuatnya lebih larut dalam
air sedangkan obat-obatan yang bersifat basa biasanya disuplai dalam larutan
asam untuk alasan yang sama, kecuali jika pH memengaruhi stabilitas obat,
seperti pada kasus dari sebagian besar anestesi lokal esterobat yang bersifat asam
lemah akan lebih terionisasi pada suasana basa, sedangkan obat yang bersifat basa
lemah akan terionisasi pada suasana asam. (Dea, 2017).
Untuk penyerapan obat di saluran pencernaan pada tablet dan kapsul dapat
berlangsung Ketika obat tersebut hancur menjadi partikel- partikel yang kecil dan
larut dalam cairan gastrointestinal. Pada lingkungan lambung yang asam, obat
yang bersifat asam akan sulit mengalami ionisasi, dan oleh karena itu lebih cepat
terserap. Maka sebaliknya, pada obat yang bersifat basa akan mudah terionisasi
dan sulit diserap di lambung. Kemudian, kerja obat pada usus yang ph nya lebih
basa yaitu sekitar 5-7, dimana obat yang bersifat asam lemah mudah terionisasi
sehingga sulit diserap. Sedangkan, basa lemah nya justru lebih mudah diserap ke
dalam peredaran darah karena berbentuk nonionik. Maka di dalam lambung
penyerapan berlangsung pada obat-obat yang bersifat asam, sedangkan di usus
halus pada obat-obat yang bersifat basa. (Dewi, 2003)
2. Apakah kira kira obat aman atau tidak untuk ibu menyusui, faktor tingkat lipofilik suatu
obat, apakah berdampak larutnya obat pada asi, memungkinkan atau tidak, terekskresi
melalui asi dan dikonsumsikan oleh bayi?
Jawaban: Pada ibu menyusui, sebaiknya dalam menggunakan obat, harus mengetahui
keamanan obat yang digunakan saat mengalami keluhan. WHO telah
mengelompokan 5 kategori tingkat keamanan obat untuk ibu menyusui yaitu
Obat kategori satu ialah obat yang aman digunakan oleh ibu menyusui karena
secara teori tidak kontraindikasi untuk digunakan, obat kategori dua adalah obat
yang diperbolehkan penggunaannya pada ibu menyusui, tetapi perlu dipantau
adanya efek samping ringan pada bayi contohnya seperti gangguan tidur bayi,
bayi menangis terus, diare, dan sariawan. Pada kategori tiga, jika memungkinkan
obat sebaiknya dihindari penggunaannya dan perlu pemantauan terhadap adanya
efek samping pada bayi contohnya seperti apnea, bradikardi, hemolisis, dan
penekanan sumsum tulang belakang pada bayi. Kategori empat jika
memungkinkan obat sebaiknya dihindari karena dapat menurunkan jumlah ASI
yang dikeluarkan oleh responden. Obat dengan kategori lima sebaiknya dihindari
penggunaannya pada ibu menyusui karena memiliki kemungkinan untuk
menekan sistem imun contohnya seperti metotreksat dan doksorubisin. (WHO,
2003)
Terdapat beberapa obat yang dapat keluar melalui ASI meskipun dalam jumlah
yang sangat rendah. Obat yang masuk ke dalam ASI dapat bervariasi tergantung
pada sifat fisikokimia dari masing-masing molekul obat. Karakteristik obat yang
dapat masuk ke dalam ASI adalah obat yang bersifat larut lemak, obat dengan
ikatan protein lemah, obat yang berada dalam bentuk tidak terion, serta obat
dengan berat molekul <200 Dalton. (Lee KG, 2007)
Kita dapat menggunakan strategi untuk mengurangi risiko penggunaan obat
yang terekskresikan melalui ASI yaitu dengan cara memilih obat untuk ibu
menyusui yang aman digunakan pada bayi. (Wells et al, 2015). Sementara itu,
menurut penelitian lain terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan
mengenai peresepan obat terhadap ibu menyusui, salah satunya ialah dengan
memberikan informasi kepada ibu menyusui untuk mengamati gerak bayi yang
dapat dikaitkan dengan terjadinya efek samping seperti perubahan dalam pola
makan bayi, perubahan pola tidur bayi, bayi resah atau gelisah, dan gangguan
pencernaan.
(Chaves dkk, 2004). Terdapat pendapat lain yang mengutarakan, bahwa dalam
peresepan suatu obat pada ibu menyusui perlu untuk memberikan rute alternatif
yang bertujuan untuk dapat menghasilkan jumlah obat terkecil yang sampai pada
bayi.

Jadi, menurut saya, untuk penggunaan obat pada ibu menyusui aman-aman saja
asalkan tetap memperhatikan prosedur penggunaan obat itu sendiri, lalu
mengonsumsi obat yang tidak diperlukan harus dihindari, minum obat
seperlunya saja dengan memperhatikan dan mempertimbangkan bagaimana
manfaat serta resiko obat tersebut dan meresepkan obat untuk ibu menyusui
perlu mempertimbangkan juga bagaimana efeknya terhadap bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Chaves RG., & Lamounier AJ. 2004. Breastfeeding and maternal medication. Jornal de
Pediatria. Nov; 80(5):189-198.

Hotham N. & Hotham E. 2015. Drugs in breastfeeding. Australian Prescriber. Oct; 38:156-
159.

Ilett KF. & Kristensen JH. 2005. Drug use and breastfeeding.Expert Opinion on Drug
Safety, Jul ; 4(4):745-768.

Kartika, Dewi. 2003. Pemantauan Kadar Obat Dalam Terapi. Bandung: fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Maranatha.

Lee KG. Lactation and drugs.2007. Paediatrics and Child Health. Feb;17(2): 68-71.

Risna, Dea. 2017. Prinsip Dasar Farmakologi. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana.

World Health Organization. 2003. Breastfeeding and maternal medication. Departemen of


Child and Adolescent Health and Development : World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai