Membawa secarik afeksi Meninggalkan sebait renjana Di sudut kota Yogyakarta Tergores lara yang membabi buta
Di pesisir pantai Indrayanti
Ku berjalan bagai seorang putri Dengan mahkota tersemat di kepala Ku digiring menuju istana Istana baru dengan nuansa biru
Kala sampai dihadapan sang pangeran
Disambut ku dengan senyuman yang tak pernah pudar Paras anindita dengan aura penuh wibawa Hingga tak mampu ku sembunyikan rona harsa
Kala ucapan sakral akan menggema
Mengetuk pintu pintu payoda Ku lirik potret wajahnya yang tenang Meski ku tau dibalik jas itu Pair jantungmu sama dengan ku memacu beradu membentuk simfoni merdu
Hujan deras mengguyur dengan angkuhmya
Tetap kau lanjutkan lantunan ikrar suci Kau tunjukan kepada mereka inilah pembuktian berahi
Ditengah guyuran derasnya hujan bulan juni
Angin badai pun ikut serta dalam permainan ini Payoda redum hingga emosi kilatan halilintar menyeruak Dan secepat kilatan itu pula ombak besar menerjang