Disusun Oleh :
YULITA DAWA
PN200876
Refleksi muntah
Rumus IMT
IMT = BB/ ( TB x TB )2
Keterangan:
IMT : Indeks Massa Tubu
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
E. Tanda Dan Gejala
1. Subjektif
a. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
b. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
c. Melaporkan perubahan sensasi rasa
d. Melaporkan kurangnya makanan
e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
2. Objektif
a. Tidak tertarik untuk makan
b. BB kurang atau lebih dari normal
c. Lesu
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
3. Penatalaksana medis
a. Memberikan makanan yang bergizi
b. Mengatur diet pasien
c. Menambah suplemen atau vitamin
d. Mengajarkan pola makanan yang sehat
e. Menawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering
f. Berkolaborasi dengan ahli gizi
4. Penatalaksana keperawatan
Pengkajian
a. Riwayat keperawatan dan diet
1) Apakah diet yang dilakukan secara khusus?
2) Anjuran makan makanan kesukaan, waktu makan
3) Adakah penurunan dan peningkatan BB dan berapa lama periode dietnya?
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan
demam.
5) Adakah toleransi makan atau minum tertentu?
b. Faktor yang mempengaruhi diet
1) Kesehatan atau status kesehatan
2) Kultur atau kepercayaan
3) Status sosial ekonomi
4) Faktor psikologis
F. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
1. Pemeriksaa Fisik
a. Keadaan fisik : apatis, lesi
b. Berat badan : obesitas, kurus
c. Otot : flaksia atau lemah, tonus belakang, tendernes, tidak mampu bekerja
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, parestesia, refleks menurun
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatuslensi, pembesaran lifer atau
lien.
f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100x/menit, irama abnormal, tekanan darah
rendah atau tinggi.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses
b. USG
c. SGOT dan SGPT
d. Sitologi berfumgsi untuk menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
e. Rongen berfungsi untuk mengetahui kelainan yang muncul ada yang dapat
menghambat tindakan opersi.
G. Terapi Medis
1. Terapi Farmakologi dengan injeksi vitamin
2. Terapi Non-farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi untuk nafas dalam
dan memenuhi nutrisi, cairan dengan minum sedikit-sedikit tapi sering.
H. Pengkajian
1. Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi dapat dikaji :
a. Pengukuran antropometik (antropometik measuremant)
b. Data biomedis (biomedical data)
c. Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical sign)
d. Diet (dietary)
NIC:
a. Nutrition managemen
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3) Yakinkan diet yang di makan mengandung serat untuk mencegah konstipasi serta
melancarkan pencernaan
4) Berikan makanan yang terpilih atau sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi
5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6) Kaji informasi tentang kesehatan dan kebutuhan nutrisi
7) Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori dan tindakan keperawatan yang
berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT
b. Nutrition Monitoring
1) Berat badan pasien dalam batas normal
2) Monitor mual dan muntah
3) Monitor kadar
a) albumin
b) total pasie
c) hemoglobin
d) kadar Hz
4) Monitor makanan kesukaan
5) Monitor menekan kesukaan
6) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
7) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankelebihan
intake atau gaya hidup atau konsumsi terlalu tinggi kalori.
Tujuan :
a. Peningkatan aktivitas dengan penurunan berat badan
b. Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang tekontrol
c. Terjadi penurunan berat badan
d. Menahan diri untuk tidak makan terlalu banyak dalam waktu tertentu
J. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Kriteria hasil : nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji pola nutrisi
Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
b. Kaji makan yang disukai dan tidak disukai pasien
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian
makanan yang tidak disukai.
c. Anjurkan tilah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
e. Timbang berat badan tiap hari
Rasional : mengetahui adanya kenaikan atau penurunan berat badan.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient, anoreksia, ditandai dengan lidah kotor, mual, muntah.
Kriteria hasil :
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang telah
disediakan, adanya keseimbangan intake dan output.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pasien dengan keluarga pasien
Rasional : pasien dan keluarga koperatif dalam tindakan keperawatan.
b. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat cairan dan nutrisi bagi
tubuh.
Rasional : penelasan tersebut bisa membuat pasien mengerti dan memahami sehingga
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
c. Pemberian nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
Rasional : pemberian bubur halus sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan.
d. Observasi intake dan output cairan dan nutrisi pasien
Rasional : untuk mengetahui perkembangan keseimbangan cairan dan nutrisi dalam
tubuh.
e. Memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering
Rasional : untuk menghindari mual dan muntah pada pasien.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.
Kriteria hasil :
pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :
f. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
g. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien.
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan
penyakit.
h. Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga setelah di beri
penjelasan tentang penyakitnya.
i. Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat.
Rasional : memeberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan penyakitnya.
K. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nutrisi dilakukan dengan menilai masalah keperawatan yang
muncul. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat di capai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan.
Langkah – langkah evaluasi
1. Daftar tujuan pasien
2. Melakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu
3. Bandingkan antara tujuan pasien dengan kemampuan pasien
4. Diskusikan kepada pasien apakah tujuan tercapai atau tidak, jika tujuan tidak tercapai,
maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluar terbaik, kemudian catat
apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
II. Konsep Dasar Fistula Entero Kutan
A. Pengertian Fistula Entero Kutan
Fistel berarti adanya hubungan abnormal antara ruang yang satu dengan ruangyang
lainnya. Jadi Fistel enterokutaneus adalah celah atau saluran abnormalantara usus
dengan kulit abdomen. Berdasarkan atas hubungan dengan dunialuar, maka fistel dibagi
menjadi 2 bagian yaitu fistel external dan fistelinternal. Fistel eksternal dimaksudkan pada
fistel yang salurannyamenghubungkan antara organ dalam tubuh dengan dunia luar,
contohnya fistelenterokutaneus, fistel umbilikalis. Sedangkan fistel internal adalah fistel
yngmenghubungkan dua bagian tubuh yang kedua-duanya masih berada dalamtubuh,
contohnya fistel vesicorectal, fistel rektovaginal, fistel vesikokolik (Brunner & Suddarth,
2010).
B. Manifestasi Klinik
Menurut Suzanne (2010) Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat
bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau
feses dari vagina atau kandung kemih,tergantung pada saluran fistula. Fistula yang
tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala yang berhubungan
C. Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan.
Fistulektomi (eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah
dievakuasi secara seksama dengan enema yang diprogramkan. Selama pembedahan,
saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau dengan menginjeksi
saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan terbuka, dan
insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa
DAFTAR PUSTAKA
Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Diagnosa
Nanda, Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran.
Brunner and Suddarth, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Agung Waluyo, et
al, Edisi 8, EGC, Jakarta
Docterman dan Bullechek. 2009. Nursing Interverention Classification (NIC). Edition 4 United
States Of America: Masby Elsever Acadamic Press.
NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher.
Uliyah, Musfifatul. 2006. Keterampilan Dasa Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer Suzanne. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.