Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI PADA Tn.T DENGAN


DIAGNOSA MEDIS FISTULA ENTERO KUTAN HIGH PRODUK POST LAPAROTOMI
DI RUANG CENDANA 2 RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

YULITA DAWA
PN200876

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2020
I. Konsep Dasar Gangguan Nutrisi
A. Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit,
termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan
dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan- bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. ( Wartonah, 2010 ).
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting.
Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas dalam sistem
tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh sendiri, seperti glikogen, yang
terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang
berasal dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia. Menurut NANDA
(2012-2014) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Fisiologis
1. Intake Nutrisi
a. Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
b. Pengetahuan
c. Gangguan menelan
d. Perasaan tidak nyaman setelah makan
e. Anoreksia
f. Nausea dan vomitus
g. Intake kalori dan lemak yang berlebih
2. Kemampuan mencerna nutrient
a. Obstruksi saluran cerna
b. Malabsorbsi nutrient
c. DM
3. Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan
b. Stres
c. Kondisi yang mningkatkan BMR
d. Kanker
4. Gaya hidup dan kebiasaan
a. Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
b. Kebiasaan makan pada lansia menghindari makanan yang pantang di makan
5. Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
6. Sumber ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan
bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.
7. Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak memperdulikan tugas memasak untuk
menyediakan makanannya.
8. Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cidera cerebrovascular( CVA) yang menyebabkan kesulitan untuk
berbelanja  dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan makanan
sendiri.
9. Kehilangan
Terutama pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka sendiri. Mereka
biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya seimbang.
10. Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah payah, berbelanja,
memasak atau memakan makanannya
11. Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan
pengonsumsian makanan yang bergizi.
12. Penyakit saluran pernafasan
Termasuk sakit gigi dan ulkus.
13. Obat
Pada lansia yang mendapatkan lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain yang
lebih muda, ini berakibat buruk baginutrisi lansia. Pengobatan akan mengakibatkan
kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
14. Jenis kelamin
Metabolisme basal pada laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Pada laki-laki
dibutuhkan BMR 1,0 kkal/kg/BB/jam, dan pada wanita 0,9 kkal/kg/BB/jam.
15. Tinggi badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas
permukaan tubuh, maka semakin besar pengeluaran panas. Sehinnga kebutuhan
metabolisme basal tubuh juga menjadi besar.
C. Patofisiologi
1. Produksi saliva menurun mempengaruhi perubahan kompleks karbohidrat menjadi
disakarida.
2. Fungsi ludah menurun sukar menelan
3. Fungsi kelenjar pencernaan  perut terasa tidak enak atau kembung
4. Dengan proses menua terjadi gangguan mobilitas otot polos, esofagus dari proses
perubahan-perubahan pada prose penuaan pada lansia menyebabkan intake makanan pada
lansia berkurang yang nantinya akan mempengaruhi status gizi pada lansia.
D. Phatway Nutrisi
Pola makan tidak teratur, obat, stres, alkoho

Berkurangnya pemasukan makanan


 
Kekosongan lambung

Erosi pada lambung

Produksi asam lambung meningkat

Refleksi muntah

Intake makanan tidak adekuat


 
Kurang nutrisi

Kondisi Fisiologis yang mempengaruhi status nutisi  termasuk tingakat aktivitas, keadaan


penyakit, daya beli, dan menyiapkan makanan serta prosedur dan pengobatan yang dilakukan
bergantung pada tingkat aktivitas maka nutrisi kilokalori diperlukan untuk meningkatkan,
sehingga tingkat aktivitas akan meningkat atau menurun. Sementara status penyakit dan
prosedur atau pengobatan yang dilakukan mempunyai dampak pada asupan makanan,
pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunya zat makanan tertentu dan suatu
saat akan meningkat. Penyakit ginjal akan menurunkan kebutuhan protein oleh karena protein
diekskresi oleh ginjal. Penyakit penyakit fisik biasanya meningkatkan kebutuhann zat
makananan biasanya terjadi pada penyakit penyakit saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi disepanjang saluran pencernaan yang menyebabkan
menurunya asupan nutrisi. Gangguan absorbsi,gangguan transportasi atau penggunaan yang
tidak sepantasnya. Luka pada mulut dapat menyebabkan menurunya asupan nutrisi akibat
nyeri saat makan, diare dapat menurunkan absobsi nutrisi. Karena di dorong lebih cepat
terhadap kandungan penyakit pada kandungan empedu tidak berfungsi secara wajar, empedu
yang berfungsi untuk mencerna lemak menjadi tidak efektif.
 Klasifikasi gangguan nutrisi
1. Kwarsior adalah gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein atau desinfektan
protein yang disertai defisiensi nutrient lainnya yang biasa di jumpai pada bayi yang
masa di sapih dan anak prasekolah (balita).
2. Maramus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui
balita penyebabnya antara lain karena masuknya makanan yang sangat kurang infeksi.
Pembawaan lahir, prematunitas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan
lingkungan.
3. Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga
menimbulkan dampak merugikanbagi kesehatan dan meningkatkan masalah kesehatan.
4. Underweight adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat di katakan sebagai masalah asupan gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
 Kategori ambang batas IMT
Kategori                                                                      IMT
-          Kekurangan BB                                                   
Tingkat berat                                                         < 17.0
-          Kekuranga BB
Tingkat ringan                                                       17.0 - < 18,5
-          Normal                                                                  18,5 – 22,9
-          Kelebihan BB
Tingkat ringan                                                       23 -24,5
-          Kelebihan BB
Tingkat ringan moderat ( obes I)                          > 25- 29,9
-          Kelebihan BB
Tingkat berat( obes II)                                          >30.0
 Untuk menentukan dan mengetahui status gizi perseorangan dengan perhitungan Persentase
Body Fat ( % BF)
Jenis Kelompok Low Resiko Hight Very hight
kelamin umur moderate
Laki-laki 20-29 <0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 >0,94
30-39 <0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 >0,96
40-49 <0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 >1,00
Wanita 30-39 <0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 >0,84
40-49 <0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 >0,87

 Ambang batas pengukuran LILA


Klasifikasi Batas ukur
KEK 1)      Wanita usia subur <23,5 cm
Normal 23,5 cm
2)      Usia 0-30 hari
KEP <9,5 cm
Normal 9,5 cm
3)      Balita
KEP <12,5 cm
Normal 12,5 cm

 Rumus IMT
IMT = BB/ ( TB x TB )2
Keterangan:
 IMT : Indeks Massa Tubu
 BB : Berat Badan (kg)
 TB : Tinggi Badan (m)
E. Tanda Dan Gejala
1. Subjektif
a. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
b. Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
c. Melaporkan perubahan sensasi rasa
d. Melaporkan kurangnya makanan
e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan

2. Objektif
a. Tidak tertarik untuk makan
b. BB kurang atau lebih dari normal
c. Lesu
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
3. Penatalaksana medis
a. Memberikan makanan yang bergizi
b. Mengatur diet pasien
c. Menambah suplemen atau vitamin
d. Mengajarkan pola makanan yang sehat
e. Menawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering
f. Berkolaborasi dengan ahli gizi
4. Penatalaksana keperawatan
Pengkajian
a. Riwayat keperawatan dan diet
1) Apakah diet yang dilakukan secara khusus?
2) Anjuran makan makanan kesukaan, waktu makan
3) Adakah penurunan dan peningkatan BB dan berapa lama periode dietnya?
4) Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan
demam.
5) Adakah toleransi makan atau minum tertentu?
b. Faktor yang mempengaruhi diet
1) Kesehatan atau status kesehatan
2) Kultur atau kepercayaan
3) Status sosial ekonomi
4) Faktor psikologis
F. Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
1. Pemeriksaa Fisik
a. Keadaan fisik : apatis, lesi
b. Berat badan : obesitas, kurus
c. Otot : flaksia atau lemah, tonus belakang, tendernes, tidak mampu bekerja
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, parestesia, refleks menurun
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, flatuslensi, pembesaran lifer atau
lien.
f. Kardiovaskuler   : denyut nadi lebih dari 100x/menit, irama abnormal, tekanan darah
rendah atau tinggi.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses
b. USG
c. SGOT dan SGPT
d. Sitologi berfumgsi untuk menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
e. Rongen berfungsi untuk mengetahui kelainan yang muncul ada yang dapat
menghambat tindakan opersi.
G. Terapi Medis
1. Terapi Farmakologi dengan injeksi vitamin
2. Terapi Non-farmakologi dengan memberikan pendekatan serta edukasi untuk nafas dalam
dan memenuhi nutrisi, cairan dengan minum sedikit-sedikit tapi sering.
H. Pengkajian
1. Status nutrisi seseorang dalam hal ini klien dengan gangguan status nutrisi dapat dikaji :
a. Pengukuran antropometik (antropometik measuremant)
b. Data biomedis (biomedical data)
c. Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical sign)
d. Diet (dietary)

2. Tujuan mengkaji kebutuhan nutrisi :

a. Mengidentifikasi adanya defisiensi nutrisi dan pengaruh terhadap status kesehatan.

b. Mengumpulkan informasi khusus guna menetapkan rencana asuhan keperawatan


terkait nutrisi.

c. Menilai keefektifan asuhan keperawatan terkait nutrisi dan kemungkinan untuk


memodifikasi asuhan tersebut (Potter & Perry,2010).

d. Mengidentifikasi kondisi kelebihan nutrisi yang berisiko menyebabkan obesitas,


diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi.

e. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien (Barkauskas, 2009).


3. Pengukuran antropometik
a. Tinggi badan. Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan balita dilakukan
dalam posisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi dilakukan dalam posisi
berbaring.
b. Berat badan
1) Alat serta skala ukur yang digunakan harus sama setiap kali menimbang.
2) Pasien ditimbang tanpa alas kaki.
3) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali menimbang.
4) Waktu penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan sesudah makan.
c. Tebal lipatan kulit
1) Anjuran klien untuk membuka baju guna mencegah kesalahan pada hasil
pengukuran.
2) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien.
3) Dalam pengukuran TSF utamakan lengan klien yang tidak dominan.
4) Pengukuran TSF dilakukan pada titik lengan atas, antara akromion dan
olekranon
5) Kestika pengukuran dilakukan, anjurkan klien untuk relaks.
6) Alat yang digunakan adalah kaliper
d. Lingkaran tubuh : umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran
ini adalah kepala, dada dan otot bagian tengah lengan atas.
4. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada klien merupakan penilaian kondisi fisik yang
berhubungan dengan masalah malnutrisi. Prinsip pemeriksaan ini adalah head to toe yaitu
dari kepala sampai ke kaki.
5. Pemeriksaan biokimia
Nilai umum yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah kadar total limfosit,albumin
serum, zat besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hemotokrit, keseimbangan
nitrogen dan tes antigen kulit (Barkaukas, 2009
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient atau intake nutrisi yang tidak adekuat.
NOC:
a. Nutritional status : food dan fluid intake
b. Nutritional status : nutrient intake
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

NIC:
a. Nutrition managemen
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3) Yakinkan diet yang di makan mengandung serat untuk mencegah konstipasi serta
melancarkan pencernaan
4) Berikan makanan yang terpilih atau sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi
5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6) Kaji informasi tentang kesehatan dan kebutuhan nutrisi
7) Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori dan tindakan keperawatan yang
berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT
b. Nutrition Monitoring
1) Berat badan pasien dalam batas normal
2) Monitor mual dan muntah
3) Monitor kadar
a) albumin
b) total pasie
c) hemoglobin
d) kadar Hz
4) Monitor makanan kesukaan
5) Monitor menekan kesukaan
6) Monitor pertumbuhan dan perkembangan
7) Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankelebihan
intake atau gaya hidup atau konsumsi terlalu tinggi kalori.
    Tujuan :
a. Peningkatan aktivitas dengan penurunan berat badan
b. Teridentifikasi kebutuhan nutrisi dan berat badan yang tekontrol
c. Terjadi penurunan berat badan
d. Menahan diri untuk tidak makan terlalu banyak dalam waktu tertentu

J. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat.
Kriteria hasil : nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji pola nutrisi
Rasional : mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan.
b. Kaji makan yang disukai dan tidak disukai pasien
Rasional : meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian
makanan yang tidak disukai.
c. Anjurkan tilah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut.
d. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
Rasional : mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
e. Timbang berat badan tiap hari
Rasional :  mengetahui adanya kenaikan atau penurunan berat badan.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbsi
nutrient, anoreksia, ditandai dengan lidah kotor, mual, muntah.
Kriteria hasil :
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan porsi makanan yang telah
disediakan, adanya keseimbangan intake dan output.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pasien dengan keluarga pasien
Rasional : pasien dan keluarga koperatif dalam tindakan keperawatan.
b. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat cairan dan nutrisi bagi
tubuh.
Rasional : penelasan tersebut bisa membuat pasien mengerti dan memahami sehingga
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
c. Pemberian nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
Rasional : pemberian bubur halus sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan.
d. Observasi intake dan output cairan dan nutrisi pasien
Rasional : untuk mengetahui perkembangan keseimbangan cairan dan nutrisi dalam
tubuh.
e. Memberikan makanan sedikit demi sedikit tapi sering
Rasional : untuk menghindari mual dan muntah pada pasien.
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.
Kriteria hasil :
pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :
f. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya.
g. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien.
Rasional : supaya pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan
penyakit.
h. Beri kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti.
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga setelah di beri
penjelasan tentang penyakitnya.
i. Beri reinforcement positif jika pasien menjawab dengan tepat.
Rasional : memeberikan rasa percaya diri pasien dalam kesembuhan penyakitnya.
K. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nutrisi dilakukan dengan menilai masalah keperawatan yang
muncul. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat di capai dan memberikan
umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan.
Langkah – langkah evaluasi
1. Daftar tujuan pasien
2. Melakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu
3. Bandingkan antara tujuan pasien dengan kemampuan pasien
4. Diskusikan kepada pasien apakah tujuan tercapai atau tidak, jika tujuan tidak tercapai,
maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluar terbaik, kemudian catat
apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
II. Konsep Dasar Fistula Entero Kutan
A. Pengertian Fistula Entero Kutan
Fistel berarti adanya hubungan abnormal antara ruang yang satu dengan ruangyang
lainnya. Jadi Fistel enterokutaneus adalah celah atau saluran abnormalantara usus
dengan kulit abdomen. Berdasarkan atas hubungan dengan dunialuar, maka fistel dibagi
menjadi 2 bagian yaitu fistel external dan fistelinternal. Fistel eksternal dimaksudkan pada
fistel yang salurannyamenghubungkan antara organ dalam tubuh dengan dunia luar,
contohnya fistelenterokutaneus, fistel umbilikalis. Sedangkan fistel internal adalah fistel
yngmenghubungkan dua bagian tubuh yang kedua-duanya masih berada dalamtubuh,
contohnya fistel vesicorectal, fistel rektovaginal, fistel vesikokolik (Brunner & Suddarth,
2010).

B. Manifestasi Klinik
Menurut Suzanne (2010) Gejala tergantung pada kekhususan defek. Pus atau feses dapat
bocor secara konstan dari lubang kutaneus. Gejala ini mungkin pasase flatus atau
feses dari vagina atau kandung kemih,tergantung pada saluran fistula. Fistula yang
tidak teratasi dapat menyebabkan infeksi sistemik disertai gejala yang berhubungan
C. Penatalaksanaan
Pembedahan selalu dianjurkan karena beberapa fistula sembuh secara spontan.
Fistulektomi (eksisi saluran fistula) adalah prosedur yang dianjurkan. Usus bawah
dievakuasi secara seksama dengan enema yang diprogramkan. Selama pembedahan,
saluran sinus diidentifikasi dengan memasang alat ke dalamnya atau dengan menginjeksi
saluran dengan larutan biru metilen. Fistula didiseksi ke luar atau dibiarkan terbuka, dan
insisi lubang rektalnya mengarah keluar. Luka diberi tampon dengan kasa

DAFTAR PUSTAKA
Ahem, Nancy R. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Diagnosa
Nanda, Interverensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran.
Brunner and Suddarth, 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa : Agung Waluyo, et
al, Edisi 8, EGC, Jakarta
Docterman dan Bullechek. 2009. Nursing Interverention Classification (NIC). Edition 4 United
States Of America: Masby Elsever Acadamic Press.
NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher.
Uliyah, Musfifatul. 2006. Keterampilan Dasa Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer Suzanne. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. EGC. Jakarta
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai