3. Kalau ada ditambahkan kertas saring atau tissue. Bisa juga kain saringan tahu
Langkah
1. Siapkan santan kental. Sebenarnya, takaran santan sesuai selera ya bisa kurang dari 1 liter bisa lebih. Saya
menggunakan 1.3 liter santan kental dari 5 kelapa parut yang diperas dengan mesin Juicer. Jadi kelapa
parut yang kita peras sebaiknya memang tidak ditambahkan air saat memerasnya. Atau kalau terpaksa,
bisa menggunakan 1 gelas air untuk 2 kelapa, sebagai pancingan agar santannya keluar dengan maksimal.
Masukkan santan kental ke dalam plastik atau ke dalam wadah yang tertutup rapat.
2. Simpan –lagi- santan dalam wadah tertutup [bisa kardus atau toples besar yang bertutup]. Taruh di
tempat hangat misalnya di dalam lemari selama 24 jam. Alternatif lainnya bisa dibungkus kain lalu
ditempatkan di salah satu sisi kulkas yang panas [silahakn cek kulkas masing-masing yang bagian
hangatnya di sebelah mana, kalau punya saya ada di bagian samping kanan kiri].
3. Atau bisa juga ditempatkan di dekat rice cooker atau bisa juga oven [yang sedang dipake tentunya ya jadi
hangat].
4. Nah bisa juga di tempatkan di kardus atau wadah lalu di jemur di panas matahari seharian, setelah malam
bisa disimpan di lemari biar tetap hangat. Tentu saja dengan tetap membungkus rapat-rapat
menggunakan kain atau handuk bersih. Sehingga kehangatan tetap terjaga.
5. Setelah 24 jam keluarkan santan. Akan terlihat gelembung-gelembung menyerupai busa dan santan mulai
terpisah.
6. Di gambar penampakan dengan 2 teknik, yg atas dijemur. Yang bawah diletakan di dekat kulkas.
8. Keluarkan dan biarkan mencair di suhu ruang. Sekarang sudah terlihat pemisahan minyak, ampas VCO
[blondo] dan air residu.
9. Bekukan kembali dalam freezer selama 2 jam saja. Jadi ada dua kali proses pembekuan. Yang pertama
selama 4 hari, yang ke dua cukup 2 jam saja. Kenapa? Proses pembekuan pertama itu untuk memisahkan
ke 3 bagian tadi. Nah untuk pembekuan kedua itu agar minyak dan blondo menjadi beku sehingga lebih
mudah memisahkan air residu [yang tidak terpakai] dari blondo dan minyak VCO. Jelas kan yah? Jadi
jangan bingung. Ok??
10. Setelah 2 jam keluarkan santan dari freezer. Lubangi bagian bawah plastik, buang airnya di dalam wadah.
11. Air residu tersebut kalau suka bisa juga dimanfaatkan untuk menyiram tanaman
12. Letakkan santan beku yg airnya sudah dibuang didalam wadah lain. Biarkan cair sempurna. Akan mulai
terlihat minyak yang berada di atas ampas VCO. Sementara itu siapkan penyaring.
13. Ambil corong yang di bagian lubangnya sudah ditaruh kapas. Begitu juga dibagian dalam [badan] corong
juga sudah dialasi kapas. Atau bisa juga bagian badan corong dialasi tissue dapur atau kain tipis.
14. Ambil minyak secara hati-hati,nih hasilnya dapat satu mug besar.
15. Tuang ke penyaring.
16. Lalu bagaimana dengan blondonya? Sebenarnya blondo tersebut mengandung banyak mikroba
bermanfaat. Karena memang blondo bisa dimanfaatkan sebagai starter pembuatan susu kefir lho. Nanti
kapan-kapan akan saya bagikan caranya yah.
17. Agak lama akan keluar minyak setetes demi setetes dari corong. Minyak ini bening. Proses ini agak lama
ya.. Harus sabar tingkat dewa hehe.
18. Ini dia hasilnya.. VCO bening dengan bau santan yg samar sudah bisa digunakan. Jika kurang suka dengan
aromanya, kita bisa menambahkan aroma alami lain misalnya aroma daun jeruk kering atau daun pandan
yang sudah dikeringkan. Harus dengan bahan yang sudah benar-benar kering ya, jadi tidak merusak
kualitas minyak VCO.
19. Nih jadinya lumayan banyak dan jernih.. ini masih belum selesai ya..karena sebagian masih disaring,
nyaringnya butuh sehari semalam biar bisa tersaring semua.
Uji VCO
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, higiene, minyak kelapa
virgin (VCO).
2 Istilah dan
definisi 2.1
minyak kelapa virgin (VCO)
minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L.) tua yang segar
dan diproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan
atau pemanasan tidak lebih dari 60 °C dan aman dikonsumsi manusia,
Bahan baku utama dalam pembuatan VCO yakni daging buah kelapa tua dan segar.
4 Persyaratan mutu
Tabel 1 - Syarat mutu
1 dari 28
SNI 7381:2008
Tabel 1 (lanjutan)
Buka kemasan minyak kelapa virgin secara aseptis kemudian dimasukkan ke dalam wadah
untuk uji mikrobiologi.
Buka kemasan minyak kelapa virgin kemudian pindahkan contoh ke wadah uji organoleptik.
Kocok contoh minyak kelapa virgin hingga homogen lalu pindahkan contoh ke wadah uji
kimia.
B.2 Keadaan
B.2.1 Bau
B.2.1.1 Prinsip
Melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan indera
penciuman (hidung).
a) jika tercium bau khas minyak kelapa segar dan tidak tengik maka hasil dinyatakan
”normal”;
b) jika tercium bau asing maka hasil dinyatakan ”tidak normal”.
B.2.2 Rasa
B.2.2.1 Prinsip
Melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan indera
perasa (lidah).
a) tuangkan contoh dalam sendok teh bersih dan rasakan dengan lidah,
b) lakukan pengerjaan minimal oleh 3 orang panelis atau 1 orang tenaga ahli.
B.2.3 Warna
B.2.3.1 Prinsip
Melakukan analisis terhadap contoh uji secara organoleptik dengan menggunakan indera
penglihat (mata).
a) jika tidak terlihat warna lain atau kuning pucat maka hasil dinyatakan ”normal”;
b) jika terlihat warna lain maka hasil dinyatakan ”tidak normal”.
B.3 Kadar air
B.3.1.1 Acuan
ISO 662 – 1089 (E), Second edition 1998 – 09 – 15, Annual and Vegetable fats and oil –
Determination of moisture and volatile matter content.
B.3.1.2 Prinsip
Kehilangan pada bobot pemanasan 105 °C dianggap sebagai kadar air yang terdapat dalam
contoh.
B.3.1.3 Peralatan
B.3.1.5 Perhitungan
Kadar air dinyatakan sebagai % (b/b), dihitung sampai dua desimal dengan menggunakan
rumus:
m1 – m2
Kadar air = ----------- x 100%
m1
dengan :
m1 adalah bobot cuplikan
m2 adalah bobot cuplikan setelah pengeringan
B.4 Bilangan iod
B.4.1 Acuan
B.4.2 Prinsip
Penambahan larutan iodium monokhlorida dalam campuran asam asetat dan sikloheksan ke
dalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu dilakukan penetapan halogen yang
dibebaskan dengan penambahan kalium iodida (KI). Banyaknya iod yang dibebaskan
dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat dan indikator kanji.
B.4.3 Pereaksi
a) Cyclohexane
b) Asam asetat
c) Larutan kalium iodida (KI) 20 %, larutkan 20 g kalium iodida dalam100 ml air suling.
d) Larutan natrium tiosulfat 0,1 N. Pembuatan 1 N standar natrium tiosulfat.
Timbang 248 natrium tiosulfat. Larutkan dengan air suling bebas CO2 dan masukkan ke
dalam labu ukur 1 liter kemudian tera dan himpitkan. Encerkan 100 ml larutan natrium
tiosulfat 1 N ke dalam labu ukur 1 liter dan tera labu ukur sampai tanda garis dengan
air suling bebas CO2.
e) Indikator larutan kanji 0,5 %. 0,5 g serbuk kanji dididihkan dengan 100 ml air suling.
f) Larutan wijs.
Pembuatan:
Timbang 13 g iod dilarutkan ke dalam 1 liter asam asetat pekat lalu dialiri gas khlor
(tidak boleh berlebihan), sehingga sejumlah khlor yang terikat setara dengan iod yaitu
diperlukan 3,6 g khlor.
Untuk mengetahui apakah jumlah tersebut sudah cukup, erlenmeyer berisi larutan
asam asetat ditimbang sebelum dan sesudah dialiri gas khlor atau dengan
memperhatikan perubahan warna dari coklat tua menjadi coklat kekuning-kuningan.
Larutan wijs dimasukkan ke dalam botol berwarna dan disimpan di tempat gelap pada
suhu kurang dari 30 °C.
CATATAN Larutan wijs dapat pula diperoleh dalam keadaan siap pakai.
B.4.4 Peralatan
a) Timbang dengan teliti sejumlah contoh berdasarkan bilangan iod dari contoh tersebut
ke dalam erlenmeyer 500 ml, bertutup asah, lihat Tabel B.1 ;
b) Tambahkan 15 ml pelarut (sikloheksan : asam asetat, 1 : 1) dengan menggunakan
gelas ukur untuk melarutkan lemak;
c) Tambahkan dengan tepat 25 ml larutan wijs dengan menggunakan pipet gondok
(jangan dipipet dengan mulut), kemudian tutuplah erlenmeyer tersebut;
d) Simpan selama 1 jam – 2 jam dalam tempat/ruang gelap untuk lemak yang mempunyai
nilai bilangan iod di bawah 50, simpan di tempat gelap selama 1 jam. Untuk lemak
yang mempunyai bilangan iod di atas 50, simpan di tempat gelap selama 2 jam;
e) Tambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 100 ml air suling. Tutup erlenmeyer dengan
segera, kocok dan titar dengan larutan natrium tiosulfat 0,1 N dan larutan kanji sebagai
indikator;
f) Lakukan penetapan duplo;
g) Lakukan penetapan blanko;
h) Hitung bilangan iod dalam contoh.
B.4.6 Perhitungan
Bilangan iod dinyatakan sebagai gram iod yang diserap per 100 gram dihitung sampai dua
desimal dengan menggunakan rumus:
( V0 – V1 ) x N x 12,69
Bilangan iod = ----------------------------
m
dengan :
N adalah normalitas larutan standar natrium tiosulfat 0,1 N
V0 adalah volume larutan tio 0,1 N yang diperlukan pada penitaran blanko, (ml).
V1 adalah volume lautan tio 0,1 N yang diperlukan pada penitaran contoh, (ml).
m adalah bobot contoh, (g).
SNI 7381:2008
B.5 Asam lemak bebas
B.5.1 Acuan
B.5.2 Prinsip
B.5.3 Pereaksi
B.5.4 Peralatan
B.5.6 Perhitungan
Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat), dinyatakan sebagai persen asam lemak,
dihitung sampai dua desimal dengan menggunakan rumus :
V x N x 200
Asam lemak bebas ( sebagai asam laurat ) = --------------
m x 10
dengan :
V adalah volume NaOH yang diperlukan dalam penitaran, (ml)
N adalah normalitas NaOH
m adalah bobot contoh, (g)
200 adalah bobot molekul asam laurat
B.6 Bilangan peroksida
B.6.1 Acuan
B.6.2 Prinsip
Larutan contoh dalam asam asetat glasial, dan kloroform direaksikan dengan larutan KI.
Iodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat.
B.6.3 Pereaksi
B.6.4 Peralatan
a) Timbang ke dalam erlenmeyer 300 ml, sebanyak 0,3 gram – 5 gram contoh.
b) Tambahkan 10 ml kloroform dan larutkan contoh dengan cara menggoyangkan
erlenmeyer dengan kuat.
c) Tambahkan 15 ml asam asetat glasial dan 1 ml larutan kalium iodida jenuh.
d) Tutuplah segera erlenmeyer tersebut dan kocok kira-kira 5 menit di tempat gelap pada
suhu 15 °C – 25 °C.
e) Tambahkan 75 ml air suling dan kocok dengan kuat.
f) Titar dengan larutan standar natrium tiosulfat 0,02 N dengan larutan kanji
sebagai indikator.
g) Lakukan penetapan blanko.
h) Lakukan penetapan duplo.
i) Hitung bilangan peroksida dalam contoh.
B.6.6 Perhitungan
Bilangan peroksida dapat dinyatakan dalam miligram ekivalen dari oksigen aktif
per kg. Dihitung sampai dua desimal contoh dengan menggunakan rumus :
(V1 – V0) x N
Bilangan peroksida (mg/kg) = ------------------ x 1000 atau
m
dengan :
Vo adalah volume dari larutan natrium tiosulfat untuk penitaran
blanko, (ml); V1 adalah volume dari larutan natrium tiosulfat untuk
penitaran contoh, (ml); N adalah normalitas larutan standar
natrium tiosulfat yang digunakan;
m adalah berat contoh, (g).
B.7 Asam-asam lemak
B.7.1 Acuan
B.7.2 Prinsip
Lemak dan asam-asam lemak diekstrak dari contoh dengan cara hidrolisis
menggunakan basa. Hasil ekstraksi kemudian dimetilasi menjadi asam lemak metil
ester dengan menggunakan BF3 dalam methanol. Jumlah asam methil ester dapat
diukur dengan menggunakan Gas Kromatografi (GC).
B.7.3 Peralatan
Suhu W Ting
(°C) akt kat
u
(°C /
(m
eni mnt)
t)
100 0. 5.0
0
0
150 3. 5.0
0
0
250 3. end
0
0
B.7.4 Pereaksi
B.8.1 Acuan
B.8.2 Persiapan dan homogenisasi contoh untuk uji Angka Lempeng Total
B.8.2.1 Prinsip
Pembebasan sel-sel bakteri yang mungkin terlindung oleh partikel makanan dan
untuk menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang mungkin viabilitasnya berkurang
karena kondisi yang kurang menguntungkan dalam makanan. Persiapan dan
homogenisasi contoh bertujuan agar bakteri terdistribusi dengan baik di dalam
contoh makanan yang ditetapkan.
Larutkan bahan-bahan di atas menjadi 1000 ml dengan air suling dan atur pH
menjadi 7,0. Pipet 225 ml larutan tersebut ke dalam botol 500 ml dan 9 ml ke
dalam tabung reaksi. Sterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 °C selama
15 menit.
B.8.2.3 Peralatan
a) Pipet 25 g contoh dan masukkan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi 225
ml larutan pengencer sehingga diperoleh pengenceran 1 : 10.
b) Kocok campuran beberapa kali sehingga homogen.
B.8.3.1 Prinsip
B.8.3.2 Peralatan
B.8.3.3 Pembenihan
B.8.3.5 Perhitungan
(koloni/ml) = n x F dengan :
n adalah rata-rata koloni dari dua cawan petri dari satu pengenceran, dinyatakan dengan
koloni/ml
F adalah faktor pengenceran dari rata-rata koloni yang dipakai
a) pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni
antara 25 koloni – 250 koloni setiap cawan petri. Hitung semua koloni dalam
cawan petri menggunakan alat penghitung koloni. Hitung rata-rata jumlah
koloni dan kalikan dengan faktor pengenceran. Nyatakan hasilnya sebagai
jumlah bakteri per gram;
b) jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25
koloni atau lebih besar dari 250 koloni, hitung jumlah koloni yang terletak
antara 25 koloni – 250 koloni dan kalikan dengan faktor pengenceran.
Nyatakan hasilnya sebagai jumlah bakteri per gram;
contoh :
10-2 10-3
120 25
105 20
120 + 105 + 25
ALT = ------------------------------ = 124,9375
[( 1x 2) + (0, 1x 1) x 10-2]
c) jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25
koloni – 250 koloni, hitung jumlah koloni dari masing-masing pengenceran
koloni per g dengan rumus :
∑C
ALT = ------------------------------
[(1 x n1) + (0,1
x n2) x d] dengan :
C adalah jumlah koloni dari tiap-tiap petri;
n1 adalah jumlah petri dari pengenceran pertama yang
dihitung; n2 adalah jumlah petri dari pengenceran
kedua;
d adalah pengenceran pertama yang dihitung;
Contoh :
10-2 10-3
131 30
a) 25
131 + 143 + 30 + 25
ALT = --------------------------------- =
164,3357 [(1 x 2) + (0,1 x
2) x 10-2]
d) jika jumlah koloni dari masing-masing petri lebih dari 25 koloni nyatakan
sebagai jumlah bakteri perkiraan;
- jika jumlah koloni per cm2 kurang dari 100 koloni maka nyatakan hasilnya
sebagai jumlah perkiraan : jumlah bakteri dikalikan faktor pengenceran.
Contoh :
10-2 10-3 Jumlah bakteri perkiraan
~ 640 1000 x 640 = 640.000 (6.4 x 105)
- jika jumlah koloni per cm2 lebih dari 100 koloni maka nyatakan
hasilnya : area x faktor pengenceran x 100 contoh rata-rata jumlah
koloni 110 per cm2
e) jika jumlah koloni dari masing-masing koloni yang tumbuh pada cawan petri kurang dari
25 maka nyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari 25 koloni
dikalikan pengenceran yang terendah;
B.9.1 Acuan
- Association of Official Analytical Chemistry. 2000. AOAC Official Method 986. 15,
Arsenic, Cadmium, Lead, Selenium, and Zinc in Human and Pet Foods,
Multielement Method, 17th Edition, Chapter 9.1.01.
- SNI 01-2896 -1998, Cara Uji cemaran logam dalam makanan.
B.9.2.1 Prinsip
Peleburan contoh dengan cara pengabuan kering pada 500 °C – 550 °C yang
dilanjutkan dengan pelarutan dalam larutan asam. Logam yang terlarut dihitung
menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
B.9.2.2 Peralatan
B.9.2.3 Pereaksi
B.9.2.6 Ketelitian
Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 11%. Jika RSD lebih besar
dari 11% maka analisis harus diulang.
B.10 Cemaran arsen
B.10.1 Acuan
- Association of Official Analytical Chemistry. 2000. AOAC Official Method 986. 15,
Arsenic, Cadmium, Lead, Selenium, and Zinc in Human and Pet Foods,
Multielement Method, 17th Edition, Chapter 9.1.01.
- SNI 01 – 4866 – 1998, Cara uji cemaran arsen dalam makanan.
B.10.2 Prinsip
Contoh didestruksi dengan asam menjadi larutan arsen. Larutan As5+ direduksi
dengan KI menjadi As3+ dan direaksikan dengan NaBH4 sehingga terbentuk AsH3
yang kemudian dibaca dengan SSA pada panjang gelombang 193,7 nm.
B.10.3 Peralatan
B.10.4 Pereaksi
a) siapkan larutan NaBH4 dan HCl 8M dalam tempat yang sesuai dengan yang
ditentukan oleh alat;
b) pipet 25 ml larutan destruksi dan tambahkan 2 ml HCl 8M, 0,1 ml KI 20%
kemudian biarkan minimal 2 menit;
c) tuangkan larutan tersebut ke dalam tabung contoh pada alat;
d) tuangkan larutan baku kerja As 0,01 µg/ml; 0,02 µg/ml; 0,03 µg/ml; 0,04
µg/ml; 0,05 µg/ml; serta blanko ke dalam 6 tabung contoh lainnya. Nyalakan
burner serta tombol pengatur aliran pereaksi dan aliran contoh;
e) baca nilai absorbans maksimum larutan baku kerja As, larutan contoh dan
larutan blanko menggunakan SSA pada panjang gelombang 193,7 nm;
f) buat kurva kalibrasi antara konsentrasi As (µg/ml) sebagai sumbu X dan
absorbans sebagai sumbu Y;
g) plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi;
h) hitung kandungan As dalam contoh.
B.10.7 Perhitungan
C
Kandungan Arsen (mg/kg) =-------x V
m
dengan :
C adalah konsentrasi logam dari kurva
kalibrasi, (µg/ml) V adalah volume
larutan akhir, (ml);
m adalah bobot contoh, (g).
B.10.8 Ketelitian
Kisaran hasil dua kali ulangan deviasi (RSD) maksimal 16%. Jika RSD lebih
besar dari 16%, Maka analisis harus diulang kembali.