Goodreads Indonesia
Desember 2013
Poppy D. Chusfani
Penerjemahan bisa kita definisikan sebagai menerjemahkan makna teks dari bahasa sumber
ke bahasa sasaran sesuai dengan yang dimaksud pengarang. Maka ketepatan makna adalah
hal yang tidak bisa ditawar. Penerjemah diimbau agar tidak malas membuka kamus dan
meriset, terlebih lagi jika berhadapan dengan frasa atau peribahasa. Waspadalah jika
menemukan bagian kalimat yang terasa tidak nyambung dengan konteks, karena biasanya
itu adalah frasa atau idiom.
Bandingkan:
dengan
Contoh lain:
She’s going to swim across the wide canal. I think she lost her marbles.
Setiap penulis memiliki gaya bahasa sendiri, maka penerjemah diharapkan mampu
mewakili gaya si penulis dalam bahasa sasaran. Beberapa naskah ‘serius’ menuntut gaya
bahasa baku pula dalam penerjemahannya, berbeda dengan naskah yang gaya bahasanya
lebih santai atau non-formal.
a. “I was dancing!”
“Do you think people will respect you if you jiggle your hips like that?”
Terjemahan:
“Kaupikir orang bakal menghormatimu kalau kau menggoyangkan panggul seperti itu?”
b. “Stop what?”
“That...that jiggling about. Every now and then you--- There! You did it again!”
Terjemahan:
“Menghentikan apa?”
Latihan:
2. She threw the book at Daniel, hit him squarely on the head. He tumbled backwards and
sprawled on the floor.
KATA GANTI ORANG
Dalam pembahasan tentang rujukan (hlm. 181-186) di bukunya, In Other Words, Mona Baker
menyebutkan bahwa setiap bahasa memiliki pola rujukan yang berbeda-beda. Dalam
bahasa yang satu, mungkin cukup menyebutkan nama seseorang satu kali, lalu dalam teks
selanjutnya merujuknya dengan kata ganti orang sampai berhalaman-halaman kemudian.
Pembaca dalam bahasa itu sudah langsung mengerti siapa yang dimaksud. Namun, ada
pula bahasa lain yang harus lebih sering mengulang nama yang dimaksud untuk
mengingatkan pembaca.
Dalam penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah kata he dan she. Kita tidak bisa selalu menerjemahkan kedua kata ini
menjadi dia saja, tetapi kadang-kadang harus menggantinya dengan nama tokoh agar
rujukannya menjadi jelas. Agar terjemahan tidak terlalu sering mengulang nama, kita bisa
juga memanfaatkan kata lain untuk menggantikan rujukan, misalnya:
Kita tidak perlu khawatir bahwa kita tidak mengikuti perujukan dalam bahasa Inggris
secara persis. Karena seperti kata teori, setiap bahasa memiliki pola perujukannya masing-
masing. Yang penting adalah terjemahan yang dihasilkan jelas dan enak dibaca.
Contoh:
After her father’s death, Mosca‘s eyes had at least earned her a roof over her head. Her
uncle, the older brother of her dead mother, was glad to have someone to take care of his
accounts and letters. His niece was useful but not trusted, and every night he locked her in
the mill with the account book to keep her out of trouble. This evening he had turned the
key upon her as usual, without knowing that he was doing so for the very last time. He was
now snoring like an accordion amid sweet dreams of grist and fine grain, with no inkling
that his niece was loose yet again and embarked upon a desperate mission.
REDUNDANT
Terjemahan:
Aku melihat seorang anak perempuan kecil mengambil sebuah bola dari atas sebuah meja.
Suntingan:
Terjemahan:
Suntingan:
Terjemahan:
Suntingan:
Seorang, sesosok, seekor, sebuah, dan lain sebagainya bisa dihilangkan jika tidak
menentukan jumlah. ‘Tangan kirinya memegang apel, sementara tangan kanan
menggenggam pisau’ akan lebih enak dibaca daripada ‘Tangan kirinya memegang sebuah
apel, sementara tangan kanannya menggenggam sebilah pisau.’
Pengulangan tidak perlu pada kata-kata seperti ini:
- alis mata
- menuju ke
- sebuah buah
- turun ke bawah
- naik ke atas
Kata sambung seperti ‘adalah’, ‘oleh’, ‘dari’, ‘merupakan’ dan lain sebagainya bisa
disingkirkan jika kalimat masih bisa dimengerti tanpa memerlukan kata sambung, seperti
‘dia dikepung lima pemuda kekar’. Tanpa kata sambung ‘oleh’ di tengah-tengahnya,
kalimat itu valid.
GENERIC ‘YOU’
Ada kata you yang digunakan untuk merujuk orang secara umum, bukan orang tertentu
yang diajak bicara. You seperti ini disebut generic you. Dalam bahasa Indonesia, rujukan
orang umum biasanya menggunakan kata kita.
The teacher says, “If you are honest, people will trust you.”
Terjemahan:
Suntingan:
I think if you took all the universities and all the hospitals out of greater Boston, you’d be able to fit
what’s left into about six city blocks.
Terjemahan:
Kupikir jika Anda mengeluarkan semua universitas dan rumah sakit dari wilayah besar
Boston, Anda dapat memuat sisanya dalam daerah sebesar enam blok kota.
Suntingan:
Kupikir jika semua universitas dan rumah sakit dikeluarkan dari wilayah besar Boston,
yang tersisa dapat dimuat dalam daerah sebesar enam blok kota.
Latihan:
1. Statilius’s limp form was let down … and finally Cethegus, who screamed and sobbed
and put up such a tremendous struggle that two men had to sit on him while a third tied his
wildly thrashing legs—in the end they tipped him through the hole head first and he fell
with a thud.
2. You know you’re in trouble when your parents call you with your full name.
FRASA
1. May wish
If you plan to stay in Indonesia for an extended time, you may wish to open an Indonesian bank
account.
Terjemahan:
Jika Anda berencana untuk tinggal di Indonesia cukup lama, Anda mungkin ingin
membuka rekening di bank Indonesia.
Suntingan:
Jika Anda berencana untuk tinggal di Indonesia cukup lama, ada baiknya Anda membuka
rekening di bank Indonesia.
Konteks adegan ini adalah seorang pelayan restoran tengah bertanya kepada tamu yang
jauh lebih muda daripadanya. Maka tentu saja tidak tepat bila diartikan, “Apa yang bisa
saya ambilkan, Sayang?”
Terjemahan final:
Terjemahan:
Suntingan:
Latihan:
4. Why don’t you wear this blue dress while I wear the red one?
5. Maybe I should check with the dean first, but you know what? Let’s just go!
RAGAM MAKNA DALAM KATA
Dalam contoh ini, afraid bukan berarti takut. Maka kurang tepat jika diartikan ‘Aku takut
tidak akan bisa datang’.
“…the women goose-gabbling all about us and fussing with our hair.”
Terjemahan:
Suntingan:
“…para wanita ribut mengoceh di sekitar kami dan mengurusi rambut kami.”
Terjemahan:
Suntingan:
atau
Latihan:
2. Georgia hadn’t noticed at first because all Talians seemed exotic to her, but there was
something different about Aurelio and Raffaella.
3. I’ve always wanted to learn how to swim.
5. She can’t bear children, since her womb was removed during cancer operation.
Dalam karya fiksi, salah satu alat narasi yang digunakan penulis adalah kilas balik atau
flashback, yaitu ketika cerita beralih ke masa lalu sejenak, sebelum kembali lagi ke masa kini.
Dalam bahasa Indonesia, hal ini cukup mudah dilakukan, yaitu dengan memberi markah
waktu.
Dalam bahasa Inggris, peralihan waktu ini dapat ditandai dengan perubahan tense, yaitu
menggunakan past perfect tense untuk adegan kilas balik, lalu menggunakan past tense lagi
saat kembali ke masa “kini”.
He watched as his wife boarded the airplane. They had met ten years ago at a friend’s wedding. They
had danced, they had talked all night, and they had parted with reluctance. He still felt reluctant to be
apart from her for more than a day.
Sebagai penerjemah, kita harus waspada saat menemukan kalimat past perfect dalam
menerjemahkan novel, dan harus menelaah fungsinya. Jika fungsinya untuk menandakan
adegan kilas balik, kita sebaiknya tidak menerjemahkan past perfect tense ini dengan kata
telah, seperti misalnya:
Ia memandangi istrinya naik ke pesawat. Mereka telah bertemu sepuluh tahun lalu di pesta
pernikahan teman. Mereka telah berdansa, telah mengobrol sepanjang malam, dan telah
berpisah dengan enggan. Ia masih enggan jika harus berpisah dari istrinya lebih dari sehari.
Suntingan:
Ia memandangi istrinya naik ke pesawat. Mereka bertemu sepuluh tahun lalu di pesta
pernikahan teman. Saat itu mereka berdansa, mengobrol sepanjang malam, dan berpisah
dengan enggan. Sekarang pun ia masih enggan jika harus berpisah dari istrinya lebih dari
sehari.
Bayangkan betapa repotnya jika kilas balik ini panjangnya beberapa paragraf. Tentunya
tidak enak dibaca kalau semua memakai past perfect tense. Maka, untuk kilas balik yang
panjang, biasanya penulis menggunakan past perfect hanya satu atau dua kalimat saat baru
masuk ke adegan kilas balik, kemudian menggunakan past tense, lalu menggunakan past
perfect lagi satu atau dua kalimat saat hendak kembali ke masa kini.
2. Was
A: “She’s gone?”
3. I didn’t know
“I didn’t know” adalah kalimat past tense, yang berarti ketidaktahuan si pembicara terjadi di
masa lampau. Bagaimana cara mengungkapkan kelampauan ini dalam terjemahan?
Dalam banyak kasus, konteksnya sendiri sudah menunjukkan kelampauan ini, atau ada
kata keterangan yang menunjukkan waktu kejadian, misalnya, “I didn’t know she wasn’t at
home, so I went to her place to return her books.” Atau, “Yesterday I didn’t know anything
about origami, but now, after just one lesson, I can make a paper bird from one sheet of
paper.” Untuk kasus seperti ini, terjemahan “saya tidak tahu” sudah cukup.
Namun, dalam beberapa kasus, harus ditekankan bahwa ketidaktahuan si pembicara terjadi
di masa lampau, bukan masa kini. Terjemahan “saya tidak tahu” kadang tidak cukup.
Dalam kasus seperti itu, kita bisa menerjemahkannya sebagai “saya baru tahu”.
Misalnya, seseorang melihat temannya bermain piano di pesta, lalu berkata, “Hey, I didn’t
know you played the piano.” Ini bisa diterjemahkan menjadi, “Eh, aku baru tahu kamu bisa
main piano.” Kalau diterjemahkan menjadi “Aku tidak tahu kamu bisa main piano”,
kalimatnya menjadi aneh. Jelas-jelas dia melihat temannya bermain piano, kok masih tidak
tahu juga?
4. I wish
Dalam pekerjaan menerjemahkan, sering ditemukan ungkapan I wish yang diikuti anak
kalimat past tense. Ini berarti bahwa hal yang diungkapkan dalam anak kalimat tersebut
adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Biasanya diterjemahkan menjadi salah satu dari
tiga alternatif berikut, tergantung konteksnya:
* I wish I could remember what my grandfather looked like, but I was still very young when he passed
away.
* Aku ingin sekali bisa ingat wajah kakekku, tetapi aku masih kecil sewaktu dia meninggal.
Ada juga yang menerjemahkan frasa ini menjadi aku berharap. Tetapi ini kurang pas karena
kata harap menyiratkan bahwa si pembicara merasa hal yang diharapkannya masih bisa
tercapai, dan makna kalimatnya menjadi berbeda. Mari kita rasakan makna kalimat-kalimat
ini:
* I hope I can remember what my grandfather looked like (after seeing his photos again).
Latihan:
B: “He quit his job and became a writer. He writes crime-thrillers, basing them on his
experience as a cop.”
2. I didn’t know he was gone until this morning when I went to his room to wake him up.
AKTIF-PASIF
Beberapa kalimat aktif dalam bahasa Inggris akan lebih enak dibaca jika diterjemahkan
menjadi pasif. (Bisa dilihat juga dalam bagian Generic You)
The baby wouldn’t stop crying, forcing the mother to stop the car and check on him.
Terjemahan:
Bayi itu tak berhenti menangis, memaksa ibunya menghentikan mobil dan memeriksa
keadaan si bayi.
Suntingan:
Bayi itu tak berhenti menangis, sehingga ibunya terpaksa menghentikan mobil dan
memeriksa keadaan si bayi.
Terjemahan :
Suntingan:
There wasn’t any remorse or regret – she knew she was making the right decision.
Terjemahan:
Tak ada kesedihan atau penyesalan. Ia tahu, ia mengambil keputusan yang benar.
Suntingan:
Latihan:
1. On the other hand, the Duke was the most important person Enrico had ever worked for.
3. No more flowers were thrown and the musicians had ceased playing.
KONVERSI
Saat menerjemahkan, mau tidak mau kita akan bertemu dengan istilah ukuran yang perlu
diubah sesuai dengan kebiasaan Indonesia. Dalam ukuran Amerika kita biasa bertemu
dengan mile, feet, inch, pound dan sebagainya. Dalam ukuran Inggris kita bisa bertemu
dengan yang lebih tidak familier seperti stone, yard, cup dan lain-lain. Bagaimana
menentukan mana yang perlu diubah dan mana yang tidak? Dan sejauh apa?
Untuk buku anak-anak dan beberapa narasi yang memerlukan bayangan pembaca tentang
jarak, berat, dan sebagainya, kita biasa mengonversinya ke metriks Indonesia. Misalnya,
mile menjadi kilometer, feet menjadi meter, pound menjadi kilogram, dan lain-lain. Begitu
pula dengan ukuran suhu, yang biasanya memakai Fahrenheit, perlu diubah menjadi
Celsius agar pembaca bisa membayangkan seperti apa suhu yang sedang dibicarakan. Tidak
mungkin kita membiarkan dialog ini tanpa dikonversi:
Bisa-bisa pembaca menyangka cuaca di luar sama dengan titik didih air dalam Celsius.
Mengubah metriks sendiri sangat mudah, tinggal meng-klik mouse di situs konversi online
misalnya, dan terpampanglah ukuran yang kita inginkan. Tapi sejauh apa mengonversinya?
Ada buku terjemahan dengan kalimat kira-kira sebagai berikut:
Pernahkah kita menjawab pertanyaan, “Butuh berapa meter tali?” dengan “Satu koma
delapan tiga meter”? Bisa-bisa kita disuruh mengukurnya sendiri dengan penggaris atau
meteran.
20 mil bisa dikonversi menjadi 30 kilometer. 32 kilometer pun rasanya tidak lazim
diucapkan seseorang yang mengira-ngira jarak (kecuali terdapat papan tanda yang
menunjukkan sebuah lokasi persis 32 kilometer ke depan). Tidak lupa tambahkan dengan
kata “kira-kira”, kecuali kalau disebutkan persis 20 mil, bisalah diganti menjadi 32
kilometer.
6 kaki bisa diganti menjadi 2 meter, kecuali jika memang ada penjelasan bahwa sesuatu
sedang diukur dan hasilnya persis 6 kaki, maka 1,8 meter bisa digunakan. Begitu pula
dengan ukuran suhu. Tapi untuk tinggi badan, tentunya lebih baik diubah dengan tepat.
Tidak aneh jika kita mengucapkan, “Dia jangkung, tingginya 179 senti.”
Tapi pengecualian dalam kasus ukuran mile, ada beberapa yang sebenarnya tidak terlalu
perlu dikonversi. Cukup menggunakan mil, maka pembaca sudah bisa membayangkan. Ini
jika ukuran mil tidak terlalu berpengaruh pada cerita dan pada bayangan pembaca tentang
situasi yang dinarasikan. “Jaraknya seratus mil!” pastinya sudah terbayang betapa jauhnya
tanpa perlu mengubahnya menjadi “Jaraknya seratus enam puluh kilometer!”
Pembaca tidak akan mau dipusingkan dengan ukuran sampai desimal terkecil.
Membayangkannya pun bakal repot. Maka bulatkan angka ke bawah atau ke atas,
tergantung sejauh apa desimal yang tertera. Apalagi untuk dialog, ukuran yang dibulatkan
akan tampak lebih luwes daripada membaca seorang tokoh mengucapkan “32,187
kilometer”.
TUNTUTAN KREATIVITAS
1. Akronim
Jika kita menemukan akronim dalam naskah yang harus diterjemahkan dan akronim itu
adalah hasil kreativitas sang penulis (bukan singkatan umum), maka penerjemah
diharapkan mencari padanan yang sama kreatifnya. Terjemahan sebisa mungkin menjadi
akronim juga, dan kadang-kadang singkatannya pun memiliki arti. Mungkin tidak terlalu
masalah jika hanya bertemu satu atau dua akronim yang berdiri sendiri. Seperti misalnya
istilah AdviSeer yang diterjemahkan menjadi Penasiramal. Atau ada judul bab berupa
permainan kata “In FES Station” di mana FES-nya adalah Fee Every Stop, yang
diterjemahkan menjadi Stasiun Pusat (Pungutan Setiap Lewat). Tapi bagaimana dengan
akronim-akronim yang bersambungan dan mirip satu sama lain?
POPS (Prompt, On Time, Punctual Service) menjadi Lecet: Layanan Tepat, Cepat dan
Tangkas
PIPS (Positive, Inspirational, Peaceful Service) menjadi Lampir: Layanan Damai, Positif dan
Inspiratif
PIPS (Pleased, Inspired, Pleasantly-surprised Service) menjadi Lapuk: Layanan Asik, Penuh
kejutan dan Unik
PEPS (Put-out, Exasperated, Pissed-off Service) menjadi Lakban: Layanan Kesal, Sebal dan
Enggan.
Atau sebuah akronim yang menuntut tidak terjadi perubahan makna kata sama sekali:
Di buku Erec Rex #1: Mata Naga terdapat puisi yang berisi kalimat sandi. Erec dan
sahabatnya, Bethany, harus mencari kalimat sandi ini agar bisa menang dalam kompetisi
Pencarian Laut. Erec dan Bethany berhasil menguraikan sandi setelah tersadar bahwa di
setiap baris puisi terdapat satu kata yang berasal dari laut. Huruf depan masing-masing
kata tersebut, jika disatukan, bakal menunjukkan kalimat sandinya.
Saya harus mencari satu kata yang berhubungan dengan laut untuk setiap baris puisi,
terjemahan puisi tersebut harus terdiri dari enam belas baris seperti aslinya, dan harus
berakhiran berima. Dan tentu saja, terjemahan kalimat sandinya tidak boleh melenceng dari
aslinya!
Ini saya sebut sebagai cantik tapi tidak setia, tapi kalimat sandi tetap harus setia dengan
aslinya:
3. Istilah
Beberapa pengarang gemar menyatukan beberapa kata menjadi istilah baru atau bahkan
menciptakan kata baru. Kreativitas penerjemahan dibutuhkan untuk kasus-kasus seperti ini.
Dalam menerjemahkan Lockwood & Co. The Screaming Staircase karya Jonathan Stroud, saya
menemukan beberapa istilah:
Ghost-lock: Kuncian-hantu
Gibbering-mist: Kabut-peracau
Other-light: Sinar-gaib
4. Permainan Kata
Dalam menerjemahkan The BFG karya Roald Dahl, saya harus mengasah kreativitas demi
menyampaikan keanehan cara bicara si Raksasa dan kata-kata ciptaan Dahl yang tidak
bakal kita temukan di kamus. Demi tersampaikan, penerjemahan terpaksa tidak setia.
Beberapa contoh:
“Every human bean is diddly and different. Some is scrumdiddlyumptious and some is uckyslush.
Greeks is all full of uckyslush. No giant is eating Greeks, ever.”
Terjemahan:
“Setiap tomat manusia rasanya khas dan berbeda. Ada yang ramnyamnyam dan ada yang
bwahbweh. Orang Arab rasanya bwahbweh. Tidak ada raksasa makan orang Arab.”
“Orang Arab dari Arab Saudi rasanya seperti minyak,” jawab si Raksasa.
Gobblefunk: Jungkar-jungkir
Delumptious: Nyamnyum
Castaterous: Busibah
Redunculous: Menggelitikkan
Latihan:
Rujukan bacaan:
www.rimakata.com
www.kritikbahtera.org
www.penerjemahan.wordpress.com
www.thefreedictionary.com
www.onlineconversion.com
www.oxforddictionaries.com
www.merriam-webster.com