Bab-14-Pj-1998-Cek 20090203095346 1781 14
Bab-14-Pj-1998-Cek 20090203095346 1781 14
BAB XIV
TRANSPORTASI
A. PENDAHULUAN
XIV/3
pembangunan wilayah dan stabilitas nasional, serta meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Prasarana jalan dibangun
serasi dengan perkembangan transportasi jalan raya, terutama
keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kendaraan dengan
kemampuan daya dukung jaringan jalan, termasuk pembangunan
jalan tol yang dilaksanakan melalui kerjasama antara pemerintah
dan swasta. Sementara itu pembangunan jalan yang membuka
keterisolasian daerah terpencil dan mendukung pengembangan
permukiman perdesaan termasuk permukiman transmigrasi terus
ditingkatkan.
XIV/4
45.545 kilometer untuk jalan atau sebesar 70,1 persen dari sasaran
Repelita VI yang sepanjang 65.000 kilometer dan 64.027 meter
untuk jembatan. Program pembangunan jalan dan jembatan arteri
dan kolektor yang lebih ditujukan untuk membuka daerah-daerah
terpencil dan mendukung perkembangan daerah perkotaan masing-
masing mencapai 4.504 kilometer dan 15.039 meter atau sebesar
91,9 persen dan 49,7 persen dari sasaran Repelita VI yang
sepanjang 4.900 kilometer untuk jalan dan 30.250 meter untuk
jembatannya, sedangkan pembangunan jalan tol selama kurun
waktu empat tahun pelaksanaan Repelita VI telah mencapai 155
kilometer atau sebesar 50 persen dari sasaran Repelita VI yang
sepanjang 310 kilometer.
XIV/5
jalan melalui pemeriksaan kendaraan bermotor, serta
pengembangan prasarana dan sarana fasilitas lalu lintas jalan, di
samping peran serta masyarakat dan peningkatan disiplin pengguna
jalan.
XIV/6
juta orang, sedangkan pada tahun 1997/98 jumlahnya meningkat
menjadi sekitar 95,1 juta orang. Volume angkutan barang
meningkat dari sekitar 26,2 juta ton pada tahun 1993/94, menjadi
sekitar 33,1 juta ton pada tahun 1997/98. Selain angkutan
penumpang dan barang, jumlah kendaraan yang diangkut juga
mengalami peningkatan, yaitu dari sekitar 5,7 juta kendaraan pada
tahun 1993/94 menjadi sekitar 10,0 juta kendaraan pada tahun
1997/98. Dengan demikian pertumbuhan produksi angkutan
penyeberangan rata-rata adalah sekitar 13,0 persen pertahun untuk
volume penumpang yang diangkut, 6,1 persen pertahun untuk
volume barang yang diangkut, dan 14,1 persen pertahun untuk
jumlah kendaraan yang diangkut, atau secara umum telah dapat
mencapai sasaran pertumbuhan sektor transportasi dalam Repelita
VI yaitu rata-rata sebesar 7,0 persen pertahun.
XIV/7
menyelesaikan pembangunan dermaga sepanjang 9.661 meter,
gudang seluas 24.590 meter persegi, lapangan penumpukan seluas
259.897 meter persegi, terminal penumpang 15.720 meter persegi,
29 menara suar, dan 268 rambu suar. Bila dibandingkan hasil
kumulatif pembangunan sampai dengan tahun 1993/94
pembangunan dermaga meningkat 7,8 persen, gudang meningkat
9,4 persen, lapangan penumpukan meningkat 19,5 persen, dan
terminal penumpang meningkat 27,3 persen. Tetapi bila dibanding -
kan dengan sasaran Repelita VI, pembangunan dermaga mencapai
96,7 persen, gudang 32,5 persen, lapangan penumpukan 80,5
persen, terminal penumpang 78,1 persen, menara suar 90,6 persen,
dan rambu suar 89,3 persen. Dalam kurun waktu empat tahun
tersebut telah dibangun 6 pelabuhan peti kemas, 10 pelabuhan semi
peti kemas, dan 114 pelabuhan rakyat dan perintis.
XIV/8
penumpang dan barang yang diangkut pertahun. Pada penerbangan
dalam negeri, peningkatannya rata-rata mencapai 12,3 persen
pertahun untuk penumpang dan 11,6 persen pertahun untuk barang.
Pada penerbangan luar negeri meningkat masing-masing 5,6 persen
pertahun untuk penumpang dan 7,4 persen pertahun untuk barang.
Peningkatan yang terjadi untuk penumpang yang diangkut pada
penerbangan dalam negeri telah mencapai sasaran yang
direncanakan sebesar 9 persen pertahun. Kenaikan barang yang
diangkut tidak mencapai sasaran yang direncanakan sebesar 12,2
persen pertahun. Demikian pula untuk penerbangan luar negeri
yang peningkatannya juga tidak mencapai sasaran yang
direncanakan sebesar 12 persen pertahun untuk penumpang dan
12,2 persen pertahun untuk barang diangkut. Tidak tercapainya
sasaran peningkatan tersebut disebabkan angkutan barang di dalam
negeri melalui udara belum dapat bersaing dengan moda angkutan
darat dan laut, serta perusahaan penerbangan nasional belum
mampu bersaing dengan perusahaan penerbangan internasional.
Jumlah pesawat-kilometer dan jam terbang selama Repelita VI
menunjukkan peningkatan pula meskipun jumlah armada
penerbangan berjadwal yang dimiliki perusahaan penerbangan
nasional menurun. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
pesawat telah semakin efisien.
XIV/9
Pusat Pelayanan dan 6 Pusat Kalibrasi; rehabilitasi 4 unit Radar
Cuaca di Medan, Palembang, Semarang, dan Denpasar. Untuk
meningkatkan keberhasilan operasi SAR, hingga tahun keempat
Repelita VI telah dilakukan penambahan sarana tindak awal SAR
berupa 5 unit helikopter dan 3 unit rescue boat yang masing-
masing ditempatkan di Jakarta, Tanjung Pinang dan Denpasar.
XIV/10
pembangunan jalan dan jembatan baru dalam rangka terwujudnya
panjang jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri sepanjang 16.000
kilometer, jalan kolektor sepanjang 50.000 kilometer, jalan lokal
sepanjang 201.370 kilometer, dan jalan tol sepanjang 660
kilometer, serta tercapainya kemantapan jalan arteri dan kolektor
sebesar 100 persen dan jalan lokal sebesar 60 persen, termasuk
jalan poros desa.
XIV/11
rehabilitasi KRL sebanyak 36 buah; modifikasi dan rehabilitasi
kereta penumpang sebanyak 60 buah; pengadaan kereta penumpang
sebanyak 170 buah; pengadaan lok disel sebanyak 52 buah;
pengadaan KRL sebanyak 84 buah; peningkatan kapasitas angkutan
kereta api di Jawa dan Sumatera, termasuk angkutan penumpang
dengan KRL di wilayah Jabotabek.
XIV/12
Sasaran Repelita VI di subsektor transportasi laut adalah
terselesaikannya pembangunan 7 pelabuhan peti kemas;
pembangunan 14 pelabuhan semi peti kemas; pembangunan 158
pelabuhan rakyat dan perintis; pembangunan 32 menara suar;
pembangunan 300 rambu suar: pengerukan alur pelayaran sebanyak
60 juta meter kubik; tersedianya kapasitas armada pelayaran dalam
negeri yang mampu mengangkut muatan sebesar 167 juta ton;
tersedianya kapasitas armada milik nasional yang mampu
mengangkut 10 persen dari muatan ekspor-impor; serta
pengoperasian armada perintis sebanyak 34 kapal per tahun.
XIV/13
sebesar 2.130 ribu dead weight ton (DWT), armada khusus curah
690 ribu DWT, armada khusus cair dan gas 2.830 ribu DWT, serta
armada pelayaran rakyat 320 ribu DWT. Sekitar 90 persen dari
armada tersebut diusahakan oleh swasta dan sisanya oleh badan
usaha milik negara (BUMN). Di samping itu, akan dilakukan
penambahan 13 buah kapal penumpang untuk meningkatkan
pelayanan jasa angkutan penumpang, dan beberapa di antaranya
akan dioperasikan sebagai armada perintis. Pengadaan kapal ini
akan dilakukan oleh BUMN.
XIV/14
persegi antara lain di Surakarta, Surabaya, Banjarmasin, Manado
dan Ambon; serta pembangunan dan perluasan bangunan penunjang
operasi 18.300 meter persegi terutama pada bandar udara kecil.
XIV/15
Untuk mencapai sasaran sesuai dengan . arah kebijaksanaan
tersebut di atas, pembangunan transportasi dilaksanakan melalui
lima program pokok dan tiga program penunjang. Program pokok
meliputi program pengembangan sistem transportasi nasional,
program pembangunan prasarana jalan dan jembatan, program
pembangunan transportasi darat, program pembangunan
transportasi laut, dan program pembangunan transportasi udara.
Program pokok tersebut didukung oleh tiga program penunjang
yaitu program pembangunan meteorologi, geofisika, pencarian dan
keselamatan, program pendidikan dan pelatihan transportasi, serta
program penelitian dan pengembangan transportasi.
1. Program Pokok
XIV/16
Dalam rangka mewujudkan sistem transportasi nasional yang
andal dan efisien tersebut, selama empat tahun Repelita VI telah
dikembangkan beberapa konsep strategis dan kebijaksanaan dasar
sistem transportasi yang serasi dengan rencana tata ruang wilayah
nasional dan dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi wilayah, berupa jaringan dan lintas transportasi nasional.
Sampai dengan tahun 1997/98 telah dilaksanakan berbagai
studi/penelitian yang mendukung konsep sistem transportasi
nasional dan pengembangan wilayah, diantaranya adalah studi
Sistem Transportasi Regional, studi Input-Output Sektor
Transportasi, studi transportasi yang terkait dengan persiapan dan
antisipasi menghadapi kesepakatan GATT/WTO, serta studi
pengembangan kualitas sumber daya manusia sektor transportasi.
Pelaksanaan berbagai studi tersebut ditindaklanjuti dengan kajian-
kajian dan rumusan-rumusan penyusunan peraturan perundangan
dan perumusan kebijaksanaan pembangunan transportasi pada masa
yang akan datang, khususnya dalam mengantisipasi meningkatnya
peranan sektor swasta.
XIV/17
tan; (2) peningkatan jalan dan jembatan; dan (3) pembangunan
jalan dan jembatan.
XIV/18
Sumatera Mara; Dumai-Simpang Batang, Pakanbaru-Simpang Tiga
di Propinsi Riau; Kendari-Kolaka, Lepo Lepo-Ambesia di Propinsi
Sulawesi Tenggara; Lautem-Los Palos, Baucau-Viqueque, Dili-
Aileu di Propinsi Timor Timur; dan Manokwari-Maruni, Wamena-
Piramid, Merauke-Sota di Propinsi Irian Jaya.
XIV/19
pelaksanaan Repelita VI telah dilakukan peningkatan jalan arteri
dan kolektor sepanjang 24.285 kilometer dan penggantian jembatan
sepanjang 65.412 meter, yaitu sebesar 113,7 persen dan 118,9
persen dibanding sasaran Repelita VI yang sepanjang 21.350
kilometer untuk jalan dan 55.000 meter untuk jembatan.
Peningkatan jalan dan penggantian jembatan dilakukan antara lain
di ruas-ruas jalan : Palembang-Prabumulih-Muara Enim di Propinsi
Sumatera Selatan; Cikampek-Pamanukan-Lohbener, Cilegon-
Cikande-Jakarta di Propinsi Jawa Barat; Bawen-Surakarta di
Propinsi Jawa Tengah; Gempol-Malang, Gempol-Pasuruan,
Gempol-Probolinggo di Propinsi Jawa Timur; Asambaru-Pangkalan
Bun, Tamiang Layang-Dayu Ampah di Propinsi Kalimantan
Tengah; dan Pantai Hambawang-Amuntai, Lianganggang-
Martapura di Propinsi Kalimantan Selatan. Selain itu selama empat
tahun Repelita VI telah dilakukan pula peningkatan jalan
kabupaten/lokal sepanjang 45.545 kilometer, yaitu sebesar 71,1
persen dibanding sasaran Repelita VI yang sepanjang 65.000
kilometer dan jembatan sepanjang 64.027 meter atau sebesar 116
persen yang tersebar di seluruh propinsi. Program peningkatan jalan
dan penggantian jembatan pada tahun 1998/99 direncanakan untuk
meningkatkan kapasitas jalan arteri dan kolektor sepanjang 4.278
kilometer serta penggantian jembatan pada jalan arteri dan kolektor
sepanjang 15.518 meter, sehingga pada akhir Repelita VI akan
tercapai peningkatan kapasitas jalan arteri dan kolektor sepanjang
28.563 kilometer dan penggantian jembatan sepanjang 80.930
meter yaitu sebesar 133,8 persen dan 147,1 persen dari sasaran
Repelita VI yang sepanjang 21.350 kilometer untuk peningkatan
jalan dan 55.000 meter untuk penggantian jembatan.
XIV/20
3) Pembangunan Jalan dan Jembatan
XIV/21
Untuk mendukung upaya pemerataan pembangunan
prasarana jalan di kawasan timur Indonesia termasuk kawasan
perbatasan, telah dilakukan pembangunan jalan lintas antara lain
lintas Irian Jaya, lintas Kalimantan, lintas Sulawesi, dan lintas
Maluku. Hasil-hasil pembangunan jalan lintas yang telah dicapai
selama empat tahun pelaksanaan Repelita VI antara lain pada lintas
timur Sumatera sepanjang 2.470 kilometer, lintas barat Sumatera
sepanjang 2.340 kilometer, lintas tengah Sumatera sepanjang 2.490
kilometer, lintas Pantai Selatan Jawa Barat sepanjang 555
kilometer, lintas Kalimantan sepanjang 2.740 kilometer, lintas barat
Sulawesi sepanjang 1.573 kilometer, lintas Sulawesi Tenggara
sepanjang 546 kilometer, lintas tengah Irian Jaya sepanjang 2.363
kilometer dan lintas perbatasan Irian Jaya sepanjang 1.263
kilometer. Selain itu juga dibangun lintas-lintas di pulau-pulau
kecil dan strategis antara lain : lintas selatan Pulau Lombok
sepanjang 176 kilometer, lintas selatan Pulau Sumbawa sepanjang
240 kilometer, lintas selatan Pulau Timor sepanjang 636 kilometer,
lintas utara Pulau Flores sepanjang 487 kilometer, lintas Seram
sepanjang 395 kilometer, lintas Halmahera sepanjang 345
kilometer,. dan lintas Tranggan di propinsi Maluku untuk
mendukung pengembangan armada angkutan laut wilayah timur
sepanjang 23 kilometer.
XIV/22
penyelesaian dan diharapkan selesai keseluruhannya pada tahun
1998.
XIV/23
Pada tahun kelima Repelita VI direncanakan tetap
terpeliharanya jaringan jalan sepanjang 4.864 kilometer, jembatan
sepanjang 16.245 meter, peningkatan jalan sepanjang 1.436
kilometer, penggantian jembatan sepanjang 4.007 meter dan
pembangunan jalan sepanjang 774 kilometer dan jembatan
sepanjang 2.540 meter. Pada akhir Repelita VI diharapkan telah
tercapai pembangunan jalan dan jembatan baru masing-masing
sepanjang 5.278 kilometer dan 17.579 meter, yaitu sebesar 107,7
persen dan 58,1 persen dari sasaran Repelita VI yang sepanjang
4.900 kilometer untuk pembangunan jalan dan 30.250 meter untuk
jembatannya. Hasil-hasil pembangunan prasarana jalan dan
jembatan tersebut telah memberikan dampak positip berupa
peningkatan aksesibilitas ke daerah-daerah yang potensial, dan
memberikan daya dukung dalam upaya peningkatan angkutan peti
kemas.
XIV/24
tri, pertanian, perdagangan dan pariwisata. Peran serta swasta dan
koperasi dalam angkutan jalan semakin meningkat dan terus
didorong untuk menunjang terwujudnya iklim berusaha yang sehat
dan saling menghidupi melalui pemberian kemudahan dan fasilitas
bagi investor swasta khususnya di bidang penyediaan armada dan
pelayanan jasa angkutan jalan baik bus, truk, maupun kendaraan
penumpang lainnya.
XIV/25
motor yang berjumlah 13,1 juta buah pada akhir Repelita V, maka
pada tahun 1997/98, jumlah sarana angkutan jalan meningkat
menjadi 16,9 juta buah, atau mengalami peningkatan sekitar 29,0
persen. Secara terperinci perkembangan pertumbuhan masing-
masing sarana angkutan jalan tersebut dari tahun 1992/93 sampai
dengan tahun 1997/98 dapat dilihat pada Tabel XIV-3.
XIV/26
pertumbuhan ekonomi wilayah-wilayah yang berpotensi tetapi
relatif masih belum berkembang, khususnya di daerah pedalaman
atau daerah terpencil. Pengadaan sarana bus perintis sejak tahun
1994/95 sampai dengan tahun 1997/98 telah mencapai jumlah 69
bus.
XIV/27
bus kota/perintis sebagian diarahkan untuk dilaksanakan oleh
BUMN ataupun kerjasama BUMN dengan pihak swasta. Demikian
juga untuk pembangunan terminal diarahkan untuk dibiayai dari
dana pemerintah daerah dan swasta. Perkembangan pembangunan
fasilitas keselamatan angkutan jalan sejak tahun 1992/93 sampai
dengan tahun 1997/98 secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel
XIV-4. Sebaran spasial dan klasifikasi terminal penumpang untuk
seluruh Indonesia dalam Repelita VI dapat dilihat dalam lampiran
Peta Prasarana Indonesia.
2) Pengembangan Perkeretaapian
XIV/28
Program pengembangan prasarana kereta api tersebut telah
meningkatkan kapasitas lintas dan kecepatan serta keselamatan
perjalanan kereta api sehingga mendorong peningkatan
produktivitas dan peran angkutan kereta api dalam melayani
kebutuhan masyarakat banyak. Jika pada tahun 1993/94, jumlah
penumpang yang diangkut sebanyak 98,0 juta orang dan angkutan
barang sebanyak 15,7 juta ton, maka pada tahun 1997/98 jumlah
penumpang yang diangkut meningkat menjadi 165,1 juta orang dan
angkutan barang menjadi 21,6 juta ton atau mengalami kenaikan
rata-rata per tahun masing-masing 14,2 persen dan 8,5 persen
sehingga lebih besar dari target pertumbuhan rata-rata sektor
perhubungan yaitu sekitar 7,0 persen per tahun. Perkembangan
produksi jasa angkutan kereta api sejak tahun 1992/93 sampai
dengan tahun 1997/98 secara lebih rinci dapat dilihat dalam Tabel
XIV-5.
XIV/29
Repelita VI adalah rehabilitasi/peningkatan jalan kereta api dan
pembangunan jalan kereta api. Penyebab tidak tercapainya sasaran
kegiatan tersebut terutama adalah karena terbatasnya kemampuan
pendanaan.
XIV/30
pemerataan dalam penyediaan jasa pelayanan kereta api, Para
pengguna kereta api kelas ekonomi tetap mendapatkan prioritas
utama; antara lain melalui pengadaan sarana kereta api penumpang
kelas ekonomi maupun kereta rel listrik untuk wilayah Jabotabek,
serta rehabilitasi kereta diesel. Juga telah dilaksanakan pola
pendanaan untuk mendukung penugasan angkutan kereta api yang
tidak komersial melalui bantuan pendanaan pemerintah terhadap
kebijaksanaan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah agar tetap
terjangkau oleh daya beli masyarakat umumnya. Sedangkan untuk
pengusahaan angkutan penumpang yang bersifat komersial akan
diterapkan sistem "Track Access Charge", yaitu berupa biaya yang
dikenakan terhadap penggunaan prasarana kereta api.
XIV/31
Subsidi operasi bagi angkutan darat serta angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan diberikan melalui pengoperasian bus-
bus perintis dan kapal-kapal perintis. Subsidi ini diberikan untuk
mempertahankan keberadaan pelayanan transportasi untuk lintas-
lintas yang secara ekonomis belum menguntungkan. Selama empat
tahun Repelita VI telah dilaksanakan pembangunan 11 kapal
perintis serta pendanaan pengadaan 5 buah kapal ferry cepat untuk
penumpang yang akan dioperasikan pada lintas Jakarta-Surabaya
dalam upaya mengurangi beban angkutan jalan raya pada rute
tersebut, serta untuk penyeberangan antar pulau yaitu lintas
Semarang-Kumai, Banjarmasin-Surabaya, dan lintas Balikpapan-
Pare Pare.
XIV/32
Selama empat tahun Repelita VI telah dilakukan
pembangunan 47 buah dermaga penyeberangan dari target Repelita
VI sebanyak 41 buah dan telah diselesaikan sebanyak 28 buah. Di
samping pembangunan dermaga penyeberangan, juga dilaksanakan
pembangunan 58 buah dermaga sungai dan danau dari target
Repelita VI sebanyak 60 buah, dan pembangunan 25 buah kapal
penyeberangan dari target Repelita VI sebanyak 25 buah, di mana
16 diantaranya telah diselesaikan sampai dengan tahun 1997/98.
Selain itu telah dilakukan pula peningkatan/rehabilitasi 28 buah
dermaga penyeberangan dari target sebanyak 25 buah, serta
rehabilitasi 19 buah dermaga sungai dan danau dari target 17 buah.
Dalam upaya peningkatan keselamatan angkutan sungai, danau,
dan penyeberangan, selama empat tahun Repelita VI telah
dibangun rambu penyeberangan, sungai, dan danau sebanyak 3.412
buah dari target 8.760 buah, serta pembersihan alur sungai
sepanjang 623 kilometer dari target 1.327 kilometer. Sebagian
besar kegiatan tersebut di atas berlokasi di kawasan timur
Indonesia. Sebaran lokasi dan klasifikasi pelabuhan penyeberangan
di seluruh Indonesia dapat dilihat dalam lampiran Peta Prasarana
Indonesia.
XIV/33
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Dengan demikian selama Repelita
VI telah dibangun sebanyak 25 unit kapal sesuai dengan sasaran
Repelita VI. Untuk menunjang angkutan keperintisan, diberikan
subsidi operasi angkutan penyeberangan perintis yang sebagian
besar adalah untuk kawasan timur Indonesia.
XIV/34
dalam negeri, selama Repelita VI menunjukkan peningkatan kinerja
yang cukup berarti. Peningkatan kinerja tersebut ditunjukkan antara
lain dengan peranan armada pelayaran nasional dalam memberikan
jasa transportasi, dan peningkatan pemanfaatan fasilitas pelabuhan
untuk bongkar muat barang dan penumpang.
XIV/35
pelabuhan konvensional, dan 858,2 ton/tahun atau naik 64,7 persen
untuk pelabuhan rakyat.
XIV/36
penumpang 350 meter persegi, sehingga pencapaian sasaran
Repelita VI menjadi 101,9 persen untuk dermaga, 34,2 persen
untuk gudang, 81,8 persen untuk lapangan penumpukan, dan 79,6
persen untuk terminal penumpang. Perkembangan pembangunan
fasilitas pelabuhan dari tahun 1992/93 sampai dengan tahun
1997/98 dapat dilihat dalam Tabel XIV-8. Sebaran lokasi
pelabuhan berdasarkan struktur dan fungsinya serta kapasitas
terpasang setiap propinsi dapat dilihat pada lampiran Peta Prasarana
Indonesia.
2) Keselamatan Pelayaran
XIV/37
meningkat menjadi 88,2 juta ton, berarti terjadi kenaikan jumlah
kapal sebesar 12,4 persen dan kenaikan jumlah muatan sebesar 2,5
kali. Selain barang komoditi umum masih terdapat komoditi khusus
seperti batubara, minyak, semen, pupuk, dan barang-barang
keperluan explorasi lepas pantai dimana pola distribusinya dilayani
oleh armada pelayaran khusus. Pada tahun 1993/94 armada
pelayaran khusus berjumlah 3.100 kapal dan muatan yang diangkut
263,3 juta ton; pada tahun 1997/98 terjadi peningkatan jumlah
armada menjadi 3.678 kapal atau meningkat dengan 18,6 persen
dan jumlah muatan menjadi 318,4 juta ton atau meningkat dengan
20,9 persen.
XIV/38
yang mendorong adanya kontrak jangka panjang untuk komoditi
tertentu, sehingga kontrak tersebut dapat dijadikan jaminan kredit
perbankan.
XIV/39
nasional meningkat cukup besar yaitu 129,0 persen, sebab pada
tahun 1993 peranan armada nasional hanya sebesar 3,1 persen.
Perkembangan pelayaran samudera dari tahun 1992/93 sampai
dengan tahun 1997/98 dapat dilihat dalam Tabel XIV-13.
XIV/40
terminal penumpang seluas 21.797 meter persegi pada 28 bandar
udara yang terdiri 5 bandar udara di kawasan barat Indonesia dan
23 bandar udara di kawasan timur Indonesia, serta pembangunan
dan perluasan bangunan operasi seluas 19.174 meter persegi di 88
bandar udara di mana 72 bandar udara di antaranya di kawasan
timur Indonesia.
XIV/41
diantaranya mampu didarati pesawat sejenis B-747 yaitu bandar
udara Polonia di Medan, Soekarno-Hatta dan Halim
Perdanakusuma di Jakarta, Juanda di Surabaya, Ngurah Rai di
Denpasar dan bandar udara Frans Kaisiepo di Biak; 5 bandar udara
mampu melayani pesawat maksimum sejenis DC-10/A-300 yaitu
bandar udara Hasanudin di Ujung Pandang, Sam Ratulangi di
Manado, Hang Nadim di Batam, El Tari di Kupang, dan bandar
udara Baucau di Timor Timur; 10 bandar udara dapat melayani
pesawat maksimum sejenis DC-9/B-737 yaitu bandar udara Sultan
Iskandar Muda di Banda Aceh, Tabing di Padang, Simpang Tiga di
Pekanbaru, S.M.Badarudin H di Palembang, Adi Sumarmo di
Surakarta, Adi Sucipto di Yogyakarta, Sepinggan di Balikpapan,
Syamsudin Noor di Banjarmasin, Pattimura di Ambon dan Sentani
di Jayapura; 18 bandar udara untuk melayani pesawat maksimum
sejenis F-28 dan 20 bandar udara dapat didarati pesawat sejenis F-
27/CN-235, serta sisanya sebanyak 87 bandar udara merupakan
bandar udara kecil dengan kemampuan maksimum pesawat sejenis
Cassa-212/DHC-6.
XIV/42
Padang, Simpang Tiga di Pekanbaru, S.M.Badarudin II di
Palembang, Ahmad Yani di Semarang, Adi Sucipto di Yogyakarta,
Selaparang di Mataram, Komoro di Dili, Tjilik Riwut di
Palangkaraya, Syamsudin Noor di Banjarmasin, Mutiara di Palu,
Pattimura di Ambon, Sentani di Jayapura dan bandar udara Timika
di Irian Jaya. Selain itu 16 bandar udara mampu didarati pesawat
maksimum sejenis F-28 dan 24 bandar udara dapat dipergunakan
untuk pesawat maksimum sejenis F-27/CN-235, serta 120 bandar
udara kecil yang hanya mampu melayani pesawat sejenis Cassa
212/DFIC-6 yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara terutama di
kawasan Timur Indonesia.
XIV/43
tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi telah melibatkan
partisipasi masyarakat melalui kerjasama antara perusahaan swasta
dengan BUMN seperti yang akan dilakukan pada pembangunan
bandar udara baru di Lombok dan Medan, serta pengembangan
bandar udara di Surakarta dan Denpasar.
XIV/44
Pada tahun 1998/99 diprogramkan kegiatan pengembangan
bandar udara di Manado, Ambon, Gorontalo, Ujung Pandang,
Denpasar, Surabaya dan Palembang; pembangunan bandar udara
baru di Padang; perpanjangan landasan 11.500 meter persegi di
Tarakan dan Sibolga; dan kelanjutan pembangunan bandar udara
perintis di Takengon (Aceh) dan Pulau Selayar (Sulawesi Selatan).
Disamping itu untuk meningkatkan kenyamanan penumpang di
bandar udara juga akan dibangun terminal penumpang seluas 6.151
meter persegi di Bengkulu, Bima (Nusa Tenggara Barat), Maumere
(Nusa Tenggara Timur), Malinau (Kalimantan Timur),
Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Mamuju (Sulawesi Selatan),
Buli (Maluku), Batom, Kebar dan Ilu (Irian Jaya); dan
pembangunan bangunan penunjang operasi seluas 2.667 meter
persegi pada 26 lokasi terutama pada bandar udara kecil dikawasan
timur Indonesia.
XIV/45
komunikasi tetap antar bandar udara yang berupa Aeronautical
Fixed Service High Frequency (AFS-HF) Communication System
15 unit dan AFS-Leased Channel 2 unit, VHF Air Ground
Communication System 14 unit, AMSC sebanyak 6 unit, NDB
sebanyak 20 unit terutama untuk bandar udara kecil di kawasan
timur Indonesia, alat bantu penjejak arah dan jarak pesawat berupa
Very High Frequency - Direction Finding (VHF-DF) 10 unit pada
10 lokasi di mana 9 diantaranya untuk bandar udara di kawasan
timur Indonesia; ILS untuk 3 lokasi, runway light untuk 2 lokasi,
approach light pada 6 lokasi; alat untuk memberikan informasi
penerbangan bagi penumpang di terminal berupa Flight
Information Display System (FIDS) 3 unit di mana 2 diantaranya
untuk bandar udara di kawasan timur Indonesia.
XIV/46
Dalam rangka keselamatan penerbangan, pengaturan lalu
lintas udara di seluruh wilayah Nusantara kini telah dapat dilakukan
sepenuhnya oleh Indonesia antara lain melalui peningkatan peralat -
an pengatur lalu lintas udara di bandar udara Soekarno-Hatta
(Jakarta), pemasangan . radar di kepulauan Natuna serta kesiapan
perangkat peraturan pendukungnya. Di samping itu juga telah
ditetapkan bahwa bandar udara Hasanudin di Ujung Pandang
menjadi pusat pengatur lalu lintas udara untuk wilayah timur dan
bandar udara Soekarno-Hatta untuk wilayah barat. Juga sedang
dipersiapkan penggunaan peralatan komunikasi, navigasi dan
pengatur lalu lintas penerbangan dengan menggunakan satelit yang
mengacu pada persyaratan penerbangan internasional.
XIV/47
lain dengan cara sewa. Pada tahun 1997/98 pelayanan transportasi
udara dilayani oleh 920 buah pesawat dimana 215 buah digunakan
untuk penerbangan berjadwal dan 705 buah untuk penerbangan
tidak berjadwal. Pada tahun 1993/94, armada pesawat udara masih
berjumlah 869 buah, diantaranya 249 buah untuk penerbangan
berjadwal dan 620 buah untuk penerbangan tidak berjadwal.
XIV/48
1997/98 mencapai 40 perusahaan, meningkat 29 persen
dibandingkan tahun 1992/93.
XIV/49
Perkembangan angkutan udara luar negeri secara lebih rinci dapat
dilihat pada Tabel XIV-15.
XIV/50
menggunakan pesawat yang disewa dari perusahaan penerbangan
asing. Sejak tahun 1997/98 pelayanan penerbangan haji dilakukan
melalui 6 embarkasi yaitu bandar udara Polonia di Medan, Halim
Perdanakusuma di Jakarta, Adi Sumarmo di Surakarta, Juanda di
Surabaya, Sepinggan di Balikpapan dan Hasanudin di Ujung
Pandang.
2. Program Penunjang
XIV/51
1) Pengembangan dan Peningkatan Jejaring Pengamatan
Meteorologi, Klimatologi, Komposisi Atmosfer dan
Komunikasi Data
XIV/52
rehabilitasi 4 unit Radar Cuaca di Medan, Palembang, Semarang
dan Denpasar.
XIV/53
perluasan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja di sektor
transportasi serta pendidikan masyarakat pengguna jasa transportasi
agar menggunakan sarana transportasi dengan tertib dan berdisiplin
serta taat kepada peraturan lalu lintas.
XIV/54
informasi; (3) pengembangan tenaga peneliti; (4) penataan
pengembangan sarana dan prasarana; (5) pembinaan di bidang
usaha transportasi; (6) peningkatan keselamatan dan pelayanan
transportasi; (7) pengelolaan lingkungan; (8) peningkatan
manajemen dengan menerapkan quality, cost and delivery; (9)
pembinaan teknologi informasi serta (10) pemanfaatan sumber dana
dan sumber daya alam secara optimal.
D. PENUTUP
XIV/55
memantapkan peranannya dalam mendukung kehidupan ekonomi,
sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Walaupun ada
berbagai kendala dalam pelaksanaannya sebagian besar sasaran-
sasaran yang ditetapkan dalam Repelita VI diharapkan dapat
dicapai.
XIV/56
kegiatan yang telah mencapai sasaran adalah pengadaan dan
pemasangan rambu lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas.
Sedangkan beberapa kegiatan dalam Repelita VI yang sasarannya
belum tercapai diarahkan untuk dibiayai dengan dana BUMN,
pemerintah daerah dan swasta, terutama untuk kegiatan yang
berorientasi komersial. Diantaranya adalah pembangunan terminal
penumpang dan barang serta pengadaan alat pengujian kendaraan
bermotor (PKB), pengadaan bus kota, dan pemasangan marka jalan.
Pengadaan bus perintis yang juga tidak mencapai sasaran akan
dilanjutkan dalam Repelita berikutnya.
XIV/57
Perkembangan perekonomian yang pesat selama empat tahun
Repelita VI kecuali paruh kedua tahun keempat, telah mendorong
laju pertumbuhan volume angkutan. Jumlah kendaraan yang
terdaftar terus meningkat yang meliputi bus, truk, mobil
penumpang, dan sepeda motor. Jumlah pengguna jasa angkutan
kereta api juga telah meningkat, baik untuk angkutan penumpang
maupun angkutan barang.
XIV/58
diutamakan untuk bandar udara kecil dalam rangka memenuhi
secara minimal persyaratan keselamatan penerbangan. Sampai
dengan tahun keempat Repelita VI telah terbangun fasilitas
keselamatan penerbangan di 120 bandar udara kecil di seluruh
Indonesia. Kebutuhan peralatan keselamatan penerbangan pada
bandar udara besar pada umumnya sudah terpenuhi, namun saat ini
sedang dikaji kembali antara lain dengan mulai dipergunakannya
sistem satelit untuk telekomunikasi dan navigasi penerbangan di
dunia.
XIV/59
Memasuki era globalisasi ketersediaan secara memadai dan
kehandalan sistem transportasi dalam mendukung kehidupan
ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan
semakin diperlukan. Oleh karena itu pembangunan sarana dan
prasarana transportasi harus terus dilanjutkan dan ditingkatkan
dengan memperhatikan partisipasi sektor swasta yang makin besar,
pengembangan sumber daya manusia, dan keterkaitan yang erat
dengan rencana tata ruang dan pengembangan wilayah.
XIV/60
TABEL XIV - 1
REALISASI PROGRAM-PROGRAM
DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
XIV/61
TABEL XIV – 1.A
REALISASI PROGRAM-PROGRAM
DI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 - 1988/89
1) Angka tahunan
2) Program penunjang jalan dan jembatan serta peningkatan jembatan sejak
Repelita IV dimasukkan dalam program peningkatan jalan dan penggantian jembatan.
XIV/62
TABEL XIV – 2
PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI
DAN JALAN KOLEKTOR
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/63
GRAFIK XIV – 2
PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI
DAN JALAN KOLEKTOR
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
XIV/64
TABEL XIV – 2.A
PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI
DAN JALAN KOLEKTOR
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84, 1988/89
1) Angka tahunan
XIV/65
TABEL XIV – 3
PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Angka kumulatif
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/66
GRAFIK XIV – 2
PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
XIV/67
TABEL XIV – 3.A
PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 - 1988/89
XIV/68
TABEL XIV – 4
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN FASILITAS KESELAMATAN
ANGKUTAN JALAN RAYA 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
XIV/69
TABEL XIV – 4.A
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN FASILITAS KESELAMATAN
ANGKUTAN JALAN RAYA 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 - 1988/89
XIV/70
TABEL XIV – 5
PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(ribuan)
XIV/71
TABEL XIV – 5.A
PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(ribuan)
1) Angka tahunan
XIV/72
TABEL XIV – 6
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN
PENGADAAN FASILITAS PERKERETA-APIAN 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(buah)
1) Angka kumulatif
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/73
TABEL XIV – 6.A
PERKEMBANGAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN
PENGADAAN FASILITAS PERKERETA-APIAN 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 - 1988/89
(buah)
XIV/74
TABEL XIV – 7
PERKEMBANGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
XIV/75
TABEL XIV – 7.A
PERKEMBANGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 - 1988/89
XIV/76
TABEL XIV – 8
PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Angka tahunan
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
3) Angka diperbaiki
XIV/77
TABEL XIV – 8.A
PENAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 - 1988/89
XIV/78
TABEL XIV – 9
ARMADA PELAYARAN NUSANTARA 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Angka Tahunan
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
3) Angka diperbaiki
4) Kapal PT. PELNI
XIV/79
TABEL XIV – 9.A
ARMADA PELAYARAN NUSANTARA 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 ,1988/89
1) Angka tahunan
2) Kapal PT. PELNI
XIV/80
TABEL XIV – 10
ARMADA PELAYARAN RAKYAT 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Angka Tahunan
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/81
TABEL XIV – 10.A
ARMADA PELAYARAN RAKYAT 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84 - 1988/89
1) Angka tahunan
XIV/82
TABEL XIV – 11
ARMADA PELAYARAN PERINTIS 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Angka Tahunan
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/83
TABEL XIV – 11.A
ARMADA PELAYARAN PERINTIS 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84, 1988/89
1) Angka tahunan
XIV/84
TABEL XIV – 12
ARMADA PELAYARAN KHUSUS 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Angka Tahunan
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/85
TABEL XIV – 12.A
ARMADA PELAYARAN KHUSUS 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84, 1988/89
1) Angka tahunan
XIV/86
TABEL XIV – 13
ARMADA PELAYARAN SAMUDERA 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
XIV/87
TABEL XIV – 13.A
ARMADA PELAYARAN SAMUDERA 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84, 1988/89
1) Angka tahunan
XIV/88
TABEL XIV – 14
ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Penerbangan Berjadwal.
2) Faktor Muatan = Ton-Km Produksi
Ton-Km Tersedia
3) Angka diperbaiki
4) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/89
TABEL XIV – 14.A
ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84, 1988/89
XIV/90
TABEL XIV – 15
ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI 1)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
1) Penerbangan Berjadwal.
2) Faktor Muatan = Ton-Km Produksi
Ton-Km Tersedia
3) Angka diperbaiki
4) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIV/91
TABEL XIV – 15.A
ANGKUTAN UDARA LUAR NEGERI 1)
1968, 1973/1974, 1978/79, 1983/84, 1988/89
XIV/92