Anda di halaman 1dari 55

DISUSUN OLEH :

NOVENTA NUR ANNISA


RINDY LINTANG ARIMBI
RIO JALU PAMUNGKAS
MESSYA RAHMATULLAH WINANTO
RHIYA KRISTI DEBORAH SIAGIAN
NABILLA ARIFAHNY PUTRI
ADITYA PANJI SAPUTRA
EDO PRATAMA
Penanggung Jawab :
Reynaldo Saputra
Materi ini disusun sebagai pelengkap catatan, dan apabila menemukan kesalahan pada materi ini, agar
dapat menghubungi nomor 082119761465 via pesan singkat, telepon, atau whatsapp
Terimakasih.
FASILITAS KITE PEMBEBASAN DAN PENGEMBALIAN

1. DASAR HUKUM

KITE Pembebasan
PMK No 254/PMK.04/2011 jo. PMK No 176/PMK.04/2013
Perdirjen BC No PER-16/BC/2012 jo. Perdirjen BC No PER-04/BC/2014
KITE Pengembalian
PMK No 253/PMK.04/2011 jo. PMK No 177/PMK.04/2013
Perdirjen BC No PER-15/BC/2012 jo. Perdirjen BC No PER-05/BC/2014

2. PRINSIP PEMBERIAN FASILITAS

1. Pembebasan
 Bahan baku impor mendapatkan pembebasan atas Bea Masuk dan PPN dan
PPN/PPnBM tidak dipungut dengan menyerahkan sejumlah jaminan.
 Bahan baku tersebut diproses di perusahaan yang bersangkutan atau dapat
subkontrakan, lalu hasil produksinya akan diekspor.
 Laporan pertanggungjawaban apabila sesuai maka jaminan akan dikembalikan,
namun apabila tidak sesuai maka jaminan akan dicairkan dan dikenakan denda.
2. Pengembalian
 Bahan baku impor dibayar Bea Masuknya menggunakan akun khusus (masuk ke kas
negara) lalu diproses oleh perusahaan yang bersangkutan atau dapat
disubkontrakan untuk tujuan diekspor.
 Permohonan pengembalian bea masuk akan dipenuhi apabila seluruh prosedur
sudah sesuai dengan ketentuannya apabila tidak sesuai maka bea masuk tidak
dikembalikan.

3. PROSES BISNIS KITE

Bahan baku yang berasal dari :


Luar Daerah Pabean, PLB, Gudang Berikat, Kawasan Berikat, dan Kawasan Bebas,
baik diolah, dirakit, maupun dipasang atau dalam proses produksinya dapat disubkontrakan
dengan tujuan hasil produksinya untuk diekspor.
4. BEBERAPA KETENTUAN TERBARU KITE

A. Periode Pembebasan/Jangka Waktu Ekspor (Paling Lama 12 Bulan Sejak


Tanggal Pendaftaran PIB), dapat diperpanjang dalam hal:
 Penundaan ekspor
 Pembatalan ekspor atau penggantian pembeli
 Force majeur
Surat permohonan diajukan sebelum periode pembebasan/jangka waktu ekspor
berakhir, dilampiri: a) PIB yang dimohonkan perpanjangan b) Bukti pendukung

* Dalam hal masa produksi > 12 bulan, maka dapat diberi periode pembebasan sesuai
masa produksinya.

B. IMPOR BAHAN BAKU:


 Menggunakan dokumen sesuai asal bahan baku
 Jenis bahan baku harus sesuai dengan jenis yang tercantum dilampiran NIPER.
 Menyerahkan jaminan sebesar BM dan PPN atau PPN dan PPnBM

C. JAMINAN TERDIRI DARI:


1. Jaminan Bank
2. Customs Bond
3. Corporate Guarantee:
a) Perusahaan AEO
b) Perusahaan MITA
c) Low risk dengan keuangan baik:
 Likuiditas (aktiva lancar : hutang lancar) > 1
 Solvabilitas (total aktiva : total hutang) > 110%
 Rentabilitas (laba bersih : total modal) bernilai positif

Jangka waktu jaminan  “paling singkat selama periode Pembebasan ditambah jangka
waktu penyelesaian penelitian BCLKT (15 bulan)”

D. KONVERSI

Konversi adalah suatu pernyataan tertulis dari Perusahaan mengenai komposisi


pemakaian Bahan Baku untuk setiap satuan Hasil Produksi.
* Dalam pembuatan konversi, hanya bahan baku yang berasal dari impor yang
mendapat fasilitas KITE yang dicatat.

E. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN / BCLKT

Penyerahan BCLKT.01  Paling lama 30 hari sejak berakhirnya periode pembebasan

Penyerahan BCLKT.02  Paling lama 6 bulan setelah terbit LPE (Laporan Pemeriksaan
Ekspor)

F. SUBKONTRAK
 Perusahaan:
1. Termasuk kategori Tbk (memiliki profil fasilitas low/medium), EAO, atau MITA
2. Mengajukan permohonan ke Kanwil/KPU + perjanjian kontrak ekspor/dokumen
sejenis.
 Kanwil/KPU:
1. Menerima surat permohonan + lampiran
2. Setuju = surat persetujuan / Tidak setuju = surat penolakan
G. EKSPOR BARANG GABUNGAN

Ekspor tidak langsung (melalui perusahaan lain dalam rangka ekspor barang gabungan),
syarat:

1. Antar perusahaan fasilitas pembebasan/pengembalian


2. Digabungkan dengan Hasil Produksi Perusahaan Lain dan wajib diekspor dalam
satu kesatuan unit*.
3. Mengikuti ketentuan tata laksana ekspor
4. Penyerahan & ekspor dilakukan sebelum periode pembebasan/jangka waktu ekspor
berakhir.

* satu kesatuan unit : Hasil Produksi Perusahaan digabungkan menjadi satu


kesatuan yang utuh dengan hasil produksi perusahaan lain, namun masingmasing
barang masih dapat dipisahkan seperti akumulator yang dipasangkan
pada kendaraan bermotor.

H. FORCE MAJEURE

Dibebaskan dari Bea Masuk, PPN, dan/atau sanksi jika terjadi force majeure seperti
peperangan, bencana alam, kebakaran, dan lain-lain. Ketentuan :

1. Secara fisik barang telah musnah.


2. Periode pembebasan belum berakhir saat terjadi force majeure.
3. Mengajukan permohonan dilampiri:
a) Bukti adanya force majeure
b) Pernyataan jenis, jumlah, dan uraian barang yang musnah berdasarkan PIB.

PEMUSNAHAN DAN PERUSAKAN (SEBELUM PERIODE PEMBEBASAN BERAKHIR)

 HASIL PRODUKSI 1. PEMUSNAHAN


RUSAK/REJECT 2. REEKSPOR (KHUSUS BAHAN
 BAHAN BAKU BAKU)
RUSAK/REJECT * JIKA TIDAK DAPAT
 WIP RUSAK/REJECT DIMUSNAHAKAN  PERUSAKAN
Kawasan Berikat vs KITE. Bedanya apa?
No Konsep KB KITE (Pembebasan & Pengembalian)
1 Definisi Tempat Penimbunan Berikat untuk Kemudahan Impor Tujuan Ekspor
menimbun barang impor dan/atau barang (KITE) adalah pemberian pembebasan
yang berasal dari tempat lain dalam dan/atau pengembalian Bea Masuk
daerah pabean guna diolah atau (BM) dan/atau Cukai serta PPN dan
digabungkan sebelum diekspor atau PPnBM tidak dipungut atas impor
diimpor untuk dipakai. barang dan/atau bahan untuk diolah,
dirakit, atau dipasang pada barang lain
yang hasilnya terutama untuk tujuan
ekspor
2 Dasar Hukum PMK 147/2011, PMK 255/2011, PMK Pembebasan : PMK 254/2011 dan PMK
44/2012, PMK 120/2013, 176/2013
dan PMK 131/2018 (Pengganti) Pengembalian : PMK 254/2011 dan
PMK 176/2013
3 Jenis Fasilitas Penangguhan BM, Pembebasan Cukai dan Pembebasan BM dan Cukai, tidak
tidak dipungut PDRI (PPN Impor atau PPN dipungut PPN dan PP , dan dipungut
dan PPnBM, PPh Pasal 22) PPh Impor
4 Barang yang Bahan baku, bahan penolong, barang Barang dan/atau bahan asal impor
mendapat fasilitas modal, peralatan kantor, pengemas/ alat untuk diolah, dirakit, atau dipasang
bantu pengemas, dan barang jadi untuk pada barang lain di Perusahaan
digabungkan yang kemudian diekspor dengan tujuan untuk diekspor,
5 Masa produksi Tidak dibatasi Maksimal 12 bulan atau lebih dengan
izin kanwil/kpu
6 Jaminan saat impor Tidak ada Ada, khususnya KITE Pembebasan
7 Lingkup Kawasan dan barang Barang
pengawasan
8 Ketersediaan ruang Wajib Tidak ada
hanggar
KITE IKM
A. Latar Belakang Penerapan KITE IKM (FYI aja)
1. Paket Kebijakan Ekonomi tahun 2015, Diamanatkan dalam perubahan PMK
No.176/PMK.04/2013 tentang KITE Pembebasan, Untuk memberikan fasilitas fiskal
terhadap UKM
2. Target Mendorong Ekspor 2019, Mendorong Ekspor perlu diperlukan dengan cara
membantu usaha sektor kecil dan menengah.
3. Kontribusi UKM bagi Perekonomian Nasional, UKM Mendominasi pertumbuhan
ekonomi indonesia sebesar 57% dari PDB.

B. Pengertian IKM
IKM adalah badan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi produktif yang
memenuhi kriteria usaha kecil atau usaha menengah sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang usaha mikro, kecil dan menengah, yang mendapatkan fasilitas KITE
IKM

C. Pengertian KITE IKM


KITE IKM adalah fasilitas berupa pembebasan Bea Masuk serta Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah terutang tidak dipungut atas impor dan/atau pemasukan Barang dan/atau Bahan
untuk Diolah, Dirakit, atau Dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk ekspor
dan/atau Penyerahan Produksi IKM. (PPh jadi tetep dipungut yaa)

D. Kemudahan yang diberikan


 Pembebasan Bea Masuk
 Tidak dipungut PPN atau PPn dan PPnBM terhadap barang dengan kriteria
tertentu (tertentu  barang untuk diolah, dirakit, dipasang pada barang lain u/ di
ekspor)
 Disediakan Modul KITE IKM
 Pembebasan jaminan untuk kriteria tertentu (kecil 350jt, menengah :1000jt)
 Bisa jual lokal 25% dari nilai ekspor/penyerahan produksi IKM dalam setahun
terbesar yang pernah direalisasikan dalam 5 tahun terakhir.

E. How to mendapatkan fasilitas KITE IKM


 Gini, calon penerima fasilitas mengajukan permohonan ke KPPBC, bisa
diserahkan langsung atau portal pengguna jasa, kemudian KPPBC akan
melaksanakan penelitian administrasi dan pemeriksaan lapangan hingga
menerbitkan persetujuan atau penolakan. Nah proses dari permohonan
diterima kppbc dan persetujuan/penolakan itu dilakukan dalam 14 hari
kerja.
F. Kriteria Bebas Jaminan
Defaultnya, perusahaan KITE itu harus menyerahkan jaminan untuk impor barang paling
sedikit nilainya sama dengan BM dan PPN/PPnBM (Kalo ada BM tambahan, AD, dll,
dimasukkan juga ke jaminan). Tetapi disini terdapat suatu kuota jaminan untuk KITE IKM
dimana IKM dan Konsorsium IKM dikecualikan dari kewajiban menyerahkan jaminan.
Kuota tersebut, Sebagai Berikut :
1. Untuk Industri Kecil , Rp350.000.000
2. Untuk Industri Menengah, Rp1.000.000.000
Keduanya atas barang / dan bahan yang belum dipertanggungjawabkan.Yaitu BCLKT
belum disetujui.

G. Barang yang mendapat fasilitas KITE IKM


1. Bahan Baku, Bahan penolong, Harus diproses untuk ekspor/penyerahan
2. Mesin, Pengembangan, rehabilitasi, dan modernisasi, Digunakan paling kurang 2
tahun.
trus kalo udah 2 tahun gimana???cek pasal 29 PMK 176 2016 gan!
a. Pindah tangan ke TLDDP
i. kalau sudah digunakan 2 > 4 tahun sejak diimpor  bayar BM, PPN atau
PPN dan PPnBM, pungut PPN atau PPN dan PPnBM dan bikin Faktur
Pajak ke buyer
ii. kalau sudah digunakan > 4 tahun sejak diimpor  BM, PPN atau PPN dan
PPnBM dibebaskan, pungut PPN atau PPN dan PPnBM dan Faktur Pajak
ke buyer.
b. Ke LDP atau TPB  ??
3. Barang Contoh, Untuk menunjang proses produksi, Hasilnya telah
diekspor/penyerahan

H. Penerima Fasilitas
Dikecualikan:
1. Pernah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan, kepabeanan dan/atau cukai
2. Dinyatakan pailit oleh pengadilan, Untuk jangka waktu 10 tahun terhitung sejak
selesai menjalani hukuman

I. Dokumen Persyaratan IKM


1. TDI/IUI atau dokumen sejenis (ditambah kontrak ekspor untuk badan usaha yang
kegiatan usaha < 3 thn)
2. NPWP & SPT PPh Wajib Pajak badan tahun terakhir
3. Sertifikat/Bukti sewa min 2 thn, disertai denah lokasi produksi & penyimpanan
4. Laporan keuangan tahun terakhir, pembukuan atau pencatatan keuangan lain

J. Pemberian Fasilitas
1. Pemohon mengajukan permohonan ke KPPBC
2. Dilakukan pemeriksaan administratif dan penelitian fisik
3. Dalam jangka waktu 14 hari diberikan keputusan
4. Jika diterima maka akan diberikan Surat Keputusan, Modul, dan Acces
5. Jika ditolak siberikan surat penolakan disertai alasan penolakan
K. Konsorsium KITE
Konsorsium KITE adalah:
 badan usaha yang dibentuk oleh gabungan IKM;
 IKM yang ditunjuk oleh beberapa IKM dalam 1 Sentra, atau
 koperasi, yang melakukan kegiatan impor untuk didistribusikan kepada IKM
dan/atau mengekspor hasil produksi IKM.

L. Dokumen Persyaratan Konsorsium KITE


Terdapat setidaknya dokumen yang menjadi persyaratan, yaitu:
 Izin Usaha
 NPWP dan SPT WP Badan usaha tahun terakhir
 Kontrak Kerja sama (Konsorsium dan KITE IKM)
 Akte Pendirian & Perubahan
 Daftar IKM anggota Konsorsium
 Daftar barang serta hasil produksi masing masing IKM Anggota
 Bukti Sewa atau Sertifikat Tempat usaha dan penyimpanan min 3 tahun disertai
denah atau peta

M. Ketentuan Impor Lain


1. Untuk Impor barang kena cukai, tetap berlaku peraturan sesuai UU Cukai.
2. Dalam hal Pembatasan, Belum ada ketentuan dalam hal tersebut
3. Terdapat 2 barang yang diimpor namun harus dengan seizin kepala kantor KPPBC,
yaitu Mesin dan Barang-Barang Sampel / Contoh. (atas pembelian barang tersebut
tidak mengurangi kuota jaminan impor)

N. Pertanggungjawaban KITE IKM (BCLKT.03)


Dilakukan dengan menggunakan dokumen BCLKT. 03 disampaikan kepada Kepala
Kantor Pabean, alurnya sama dengan KITE Pembebasan

BCL.KT 0303BCD
O. Perhitungan Kuota Jaminan KITE IKM
 Rules #1 Saldo ada 2, buat KITE Kecil 350jt, KITE Menengah 1 MIlyar
 Rules #2 Setiap importasi bahan baku akan mengurangi saldo tersebut, dan setiap
ekspor akan menambah kuota jaminan, namun tidak melebihi kuota
Kecil/Menengahnya
 Rules #3 Apabila importasi melebihi kuota jaminan, perusahaan harus meletakan
jaminan sesuai kelebihan atas importasinya (PIB)
 Rules #3 Impor mesin, atau barang contoh tidak mengurangi kuota jaminan, tapi
izin kepala kantor, contohnya kaya gini :

EXTRAS
KRITERIA IKM

Trus bedanya KITE IKM dan KITE apa?

No Konsep KITE Besar KITE IKM


1 Dasar Hukum Pembebasan : PMK 254/2011 dan PMK 177/PMK.04/2016
PMK 176/2013
Pengembalian : PMK 253/2011
dan PMK 177/2013
2 Barang yang mendapat Barang dan/atau bahan asal impor Barang dan/atau bahan asal impor
fasilitas untuk diolah, dirakit, atau untuk diolah, dirakit, atau dipasang
dipasang pada barang lain di pada barang lain di Perusahaan
Perusahaan dengan tujuan untuk dengan tujuan untuk diekspor +
diekspor, Mesin + Barang Contoh
3 Jaminan saat impor Ada, khususnya KITE Pembebasan Tidak perlu jaminan selama masih
dibawah kuota
4 Modul KITE & IT Disediakan Modul Disediakan, diasistensi
Inventory IT Inventory Bikin Sendiri
6 Pengeluaran/Pemasukan Dilakukan mandiri Bisa melalui Konsorsium
Barang
IMPOR SEMENTARA

A. DASAR HUKUM
 PMK 178/PMK.04/2017 tentang Impor Sementara
 Pasal 10 D Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
 Revised Kyoto Convention (RKC) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 69 Tahun 2014
 Convention on Temporary Admission sebagaimana ditetapkan dalam Perpres 89 tahun
2014

B. PENGERTIAN
Pemasukan barang impor ke dalam daerah pabean yang benar-benar dimaksudkan
untuk diekspor kembali dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.

C. PERSYARATAN/KRITERIA
a. barang impor tersebut tidak akan habis dipakai baik secara fungsi maupun bentuk
b. barang impor tersebut tidak mengalami perubahan bentuk secara hakiki
c. saat diekspor kembali dapat diidentifikasi sebagai barang yang sama saat diimpor;
d. tujuan penggunaan barang impor jelas
e. pada saat impor terdapat bukti pendukung bahwa barang impor akan diekspor
kembali

D. PEMBEBASAN BM
a. Barang pameran selain tujuan ETP
b. Barang untuk seminar, workshop, atau kegiatan semacam itu
c. Barang Peragaan atau demonstrasi
d. Keperluan tenaga ahli
e. Keperluan pendidikan, penelitian, dan ilmu pengetahuan
f. Keperluan olahraga, pertunjukan, dan perlombaan
g. Kemasan untuk pengangkutan barang impor/ekspor secara berulang
h. Barang contoh
i. Yacht yang digunakan sendiri oleh wisata mancanegara
j. Kendaraan/sarkut yang digunakan sendiri oleh WNA
k. Kendaraan/sarkut yang melewati lintas batas
l. Barang untuk diperbaiki, direkondisi, diuji, dan dikalibrasi
m. binatang hidup untuk keperluan perlombaan
n. barang untuk penanggulangan bencana alam
o. barang untuk keperluan TNI dan POLRI
p. Kapal yg diimpor oleh niaga pelayaran nasional
q. Pesawat dan mesin yang diimpor oleh perusahaan nasional
r. Barang pribadi penumbang dan ASP
s. Barang hibah
t. Barang yang diimpor oleh pemerintah
u. Sarana pengangkut yg digunakan ddi DP
v. Peti kemas yang digunakan di DP

E. KERINGANAN BM

 Barang Impor Sementara selain yang diberikan pembebasan BM;


 huruf a - n, huruf p - r, dan huruf u - v, berupa:
a) mesin dan peralatan untuk kepentingan produksi atau pengerjaan proyek
infrastruktur;
b) barang yang digunakan untuk melakukan perbaikan; atau
c) barang yang digunakan untuk melakukan pengetesan atau pengujian.

F. KEWAJIBAN FASILITAS FISKAL


Pembebasan
Bayar Jaminan
BM - bea masuk yang seharusnya dibayar
PPN atau PPN & PPnBM yang
PPN -
seharusnya dibayar

PPh - PPh yang seharusnya dibayar

Keringanan
Bayar Jaminan
2% X ∑ bulan jangka waktu izin X ∑ selisih antara BM yang seharusnya
BM BM yang seharusnya dibayar dibayar dengan yang telah dibayar
PPN Non PPN atau PPN & PPnBM yang
seharusnya dibayar -
JKP
PPN atau PPN & PPnBM yang
PPN JKP - seharusnya dibayar

PPh yang seharusnya dibayar


PPh -

G. IZIN IMPOR SEMENTARA

 Permohonan diajukan kepada Kepala Kantor Pabean melalui Sistem Komputer


Pelayanan (SKP).
 Permohonan sebagaimana dimaksud paling sedikit harus memuat:
a. rincian jenis, jumlah, spesifikasi, identitas, dan perkiraan nilai barang Impor
Sementara;
b. pelabuhan tempat pemasukan barang Impor Sementara;
c. lokasi penggunaan barang Impor Sementara;
d. tujuan penggunaan barang Impor Sementara; dan
e. jangka waktu Impor Sementara

H. PERPANJANGAN WAKTU IZIN

 Pengajuan permohonan dan dokumen melalui SKP.


 Dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen (kecuali AEO dan MITA yang
didasarkan manajemen risiko). Jika KMK awal JKP (jasa kena pajak) : harus ada
surat keterangan (SKTJLN) atau PPN dipungut yang diajukan ke Kepala Kantor
Pabean.
 Disetujui : KMK Perpanjangan
a) Bayar BM dan/atau Jaminan paling lambat 30 hari terhitung sejak
berakhirnya jangka waktu izin impor sementara sebelumnya.
b) Apabila lewat 30 hari maka KMK Perpanjangan “tidak berlaku” dan
barang harus diekspor kembali + dikenai sanksi keterlambatan reekspor.
 Ditolak : Surat Penolakan
a) Barang harus diekspor kembali paling lambat 30 hari terhitung sejak
berakhirnya jangka waktu izin impor sementara sebelumnya.
b) Apabila lewat 30 hari maka dianggap “terlambat” dan barang harus
diekspor kembali + dikenai sanksi keterlambatan reekspor.

I. PENCABUTAN IZIN

Barang Impor Sementara yang dilakukan pindah lokasi atau digunakan tujuan lain, tanpa
mendapat izin terlebih dahulu, dilakukan pencabutan izin impor sementara dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Diselesaikan dengan diekspor kembali dalam jangka waktu paling lambat 30 hari
terhitung sejak tanggal penerbitan Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pencabutan;
 Dilakukan penyegelan saat dicabut (paling lama 30 hari);
 Keterlambatan realisasi diekspor kembali barang Impor Sementara (lewat 30 hari),
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari bea masuk yang
seharusnya dibayar;
 Lewat 30 penyegelan belum ada realisasi ekspor kembali, barang dilakukan
penegahan.

J. PINDAH LOKASI DAN PERUBAHAN TUJUAN PENGGUNAAN


Mengajukan permohonan dan mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Pabean
Pemasukan melalui SKP Impor Sementara.
“Barang Impor Sementara yang dilakukan pindah lokasi atau perubahan tujuan
penggunaan tanpa mendapat persetujuan, izin impor sementaranya dicabut.”
K. PENYELESAIAN IMPOR SEMENTARA
 Diekspor Kembali
 Tidak Diekspor Kembali
a. Tujuan Tertentu
1) diperlukan untuk pengerjaan proyek pemerintah;
2) mengalami kerusakan berat dalam penggunaan;
3) hilang tanpa ada unsur kesengajaan;
4) barang Impor Sementara digunakan untuk tujuan lainnya berdasarkan
pertimbangan Direktur Jenderal atau Pejabat Bea dan Cukai yang
ditunjuk
b. Tujuan Hibah yang diberikan kepada Pemerintah Pusat
c. Keadaan Memaksa (Force Majeure), dilengkapi pernyataan dari:
i. BNPB, untuk bencana alam;
ii. POLRI, untuk huru-hara, kebakaran, dan kecelakaan darat;
iii. KNKT, untuk keadaan kecelakaan laut dan udara; atau
iv. Kementerian Pertahanan atau TNI, untuk keadaan perang

L. PENYEGELAN DAN PENEGAHAN

 Penyegelan dilakukan paling lama 30 hari terhadap barang Impor Sementara yang :
o belum diekspor kembali sampai dengan jangka waktu Impor Sementara
berakhir;
o mendapat keputusan tidak diekspor kembali (selain hibah kepada pemerintah
pusat dan force majeur); atau
o dicabut;
 Jika 30 hari barang yang dilakukan penyegelan belum diselesaikan kewajiban
pabeannya, barang impor sementara dilakukan penegahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengenai penindakan di bidang kepabeanan dan cukai.
Penyelesaian penegahan sesuai peraturan perundang-undangan mengenai BTD,
BDN, dan BMN.
CARNET
A. Dasar Hukum
1. PMK 228/PMK.04/2014 Tentang Impor Sementara dengan Menggunakan Carnet
2. Revised Kyoto Convention (RKC) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 69 Tahun 2014
3. Peraturan Presiden Nomor 89 Tahun 2014 Tentang Pengesahan Convention On
Temporary Admission (Istanbul Convention)
4. Perdirjen BC Nomor PER-09/BC/2015 Tentang Tata Kerja Impor Sementara dengan
Menggunakan Carnet

B. Pengertian
Sebuah dokumen kepabeanan yang berlaku secara internasional untuk kepentingan
pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke suatu negara yang telah mengadopsi
ketentuan temporary admission. Berfungsi untuk, Penjamin atas pemasukan barang,
sehingga tidak dikenakan Bea Masuk, Cukai, PDRI atas lalu lintas tersebut.
 digunakan untuk impor sementara
 digunakan untuk ekspor yang dimaksudkan untuk diimpor kembali dalam jangka
waktu tertentu (Pasal 2)

C. Latar Belakang
1. Simplifikasi Prosedur
2. Melibatkan Rantai Jaminan Internasional
3. Aksesi Convention on Temporary Admission
4. Amanat Undang Undang Kepabeanan
5. Mewujudkan Visi DJBC

D. Sifat barang Carnet:


1. Tidak habis pakai
2. Mudah di identifikasi
3. Tidak mengalami perubahan bentuk secara hakiki.
Sama kaya sifat barang impor sementara
E. Perbedaan barang ATA dan CPD CARNET
1. ATA CARNET (Admission Temporaire/Temporary Admission Carnet)
Adalah dokumen pabean internasional yang diterima sebagai Pemberitahuan
Pabean dan juga berfungsi sebagai jaminan yang berlaku secara internasional serta
digunakan untuk barang-barang keperluan selain sarana pengangkut dengan tujuan
untuk dikendarai. (Pasal 7)
Tujuan Penggunaan:
a. Keperluan pertunjukan atau pameran, pekan raya, pertemuan atau kegiatan
sejenis;
b. Peralatan profesional atau tenaga ahli
c. Tujuan pendidikan, ilmu pengetahuan, atau kebudayaan;
d. Keperluan pribadi wisatawan dan/atau barang yang diimpor untuk tujuan
olahraga;
e. Tujuan kemanusiaan (Pasal 3)

2. CPD CARNET (Carnet de Passages en Douane)


adalah dokumen pabean internasional yang diterima sebagai Pemberitahuan Pabean
dan juga berfungsi sebagai jaminan yang berlaku secara internasional serta
digunakan untuk sarana pengangkut dengan tujuan untuk dikendarai. (pasal 7)
sarana pengangkut dengan tujuan untuk dikendarai

F. Keuntungan CARNET
1. Terhadap barang Impor Sementara diberikan pembebasan bea masuk dan pajak
dalam rangka impor
2. Terhadap barang Impor Sementara tidak wajib memenuhi ketentuan larangan dan
pembatasan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan

G. Prosedur Operasional Carnet


H. Pergantian CARNET
1. Rusak atau Hilang
2. masa berlaku carnet pengganti sama dengan carnet awal
3. Belum Dapat Mereekspor sesuai Masa Berlaku Carnet
4. masa berlaku carnet pengganti sesuai realisasi reekspor

Note : Permohonan penggantian carnet paling lama 14 (empat belas) hari sebelum
berakhirnya masa berlaku carnet
I. Perubahan CARNET
1. Setiap keterangan dalam carnet dapat diubah atas persetujuan Penerbit dan
Penjamin carnet
2. Apabila carnet sudah diterima bea dan cukai, perubahan keterangan dalam carnet
harus mendapat persetujuan dari kepala kantor pabean atau pejabat bea dan
cukai yang ditunjuk
3. Perubahan tidak dilakukan atas:
 Daftar barang (general list) pada ATA Carnet
 Deskrispsi kendaraan (description of vehicle) pada CPD Carnet

J. Masa berlaku CARNET


1. Paling lama 12 (dua belas) bulan dan harus dicantumkan dalam ATA Carnet atau CPD
Carnet.
2. CPD Carnet dapat diperpanjang satu kali dengan jangka waktu perpanjangan paling
lama 12 (dua belas) bulan sedangkan ATA Carnet tidak dapat diperpanjang.
Note : Perpanjangan jangka waktu reekspor berdasarkan persetujuan kepala kantor pabean
terdekat dan tidak melebihi masa berlaku carnet serta barang tidak dapat digunakan

K. Lembaga Penjamin / Issuing and Guaranteeing Authority


1. ATA Carnet
 International : ICC WCF (Internaional Chambers of Commerce, World
Chambers Federation)
 Local : Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN)

2. CPD Carnet = Ikatan Motor Indonesia (IMI)


 International : FIA (Fédération Internationale de I’Automobile) / AIT (Asian
Instiitute of Technology)
 Local : Ikatan Motor Indonesia
TARiF PREFERENSI
A. Dasar Hukum
1. UU Kepabeanan Nomor 17 Tahun 2006 tentang perubahan atas UU Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan, Pasal 13 Ayat 1 Huruf a,
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.04/2017 tentang tata cara pengenaan
tarif bea masuk atas barang impor berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
internasional

B. Pengertian
1. Tarif Preferensi adalah tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
internasional yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atac. kesepakatan
internasional.
2. SKA, Surat Keterangan Asal ( SKA ) adalah dokumen pelengkap pabean yang
menyatakan bahwa barang yang akan memasuki Daerah Pabean dapat diberikan Tarif
Preferensi.

C. Tarif Preferensi di Indonesia


Nama Form SKA Jenis FTA
Form D AFTA/ATIGA (ASEAN Free Trade Area/ASEAN Trade in Goods
Agreement)
Form E AC-FTA (ASEAN China Free Trade Area/)
Form AK AK-FTA (ASEAN Korea - Free Trade Agreement)
Form JIEPA & IJEPA IJ-EPA (Indonesia Japan Economic Partnership Agreement)
Form AI AANZ-FTA (ASEAN Australia New Zealand Free Trade Area)
Form AANZ AANZ-FTA (ASEAN Australia New Zealand Free Trade Area)
Form IP IP-PTA (Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement)

D. Tarif Preferensi dikenakan terhadap barang


1. impor barang untuk dipakai yang menggunakan PIB (BC 2.0)
2. impor barang untuk dipakai yang menggunakan PIB dari TPB (BC 2.5)
3. impor barang untuk dipakai yang menggunakan PIB dari PLB (BC 2.8)
4. pengeluaran barang hasil produksi dari Kawasan Bebas ke TLDDP (PPFTZ-03)

E. Persyaratan Tarif Preferensi : Ketentuan Asal Barang


1. Kriteria Asal Barang (Origin Criteria)

Note :
 Wholly Obtained yaitu barang yang sepenuhnya dihasilkan, diambil dan atau
diproduksi di suatu negara, misalnya produk mineral, hewan, tanaman dan
atau agrikultur yang dipelihara dan atau diambil di negara pengekspor
 Not wholly obtained yaitu barang yang tidak seluruhnya diperoleh atau
diproduksi di 1 (satu) Negara Anggota.
2. Kriteria Pengiriman (Consignment Criteria)
I. Barang impor dapat dikirim dari Negara Anggota yang menerbitkan SKA
melalui negara lain (transit dan/atau transshipment) dengan ketentuan:
 transit dan/ atau transhipment
 barang tersebut tidak diperdagangkan atau dikonsumsi di negara
tujuan transit dan/ atau transshipment; atau
 tidak mengalami proses produksi selain bongkar muat dan tindakan
lain yang diperlukan untuk menj aga agar barang tetap dalam kondisi
baik.
II. Kriteria pengiriman meliputi
 barang impor dikirim langsung dari Negara Anggota yang menerbitkan
SKA ke dalam Daerah Pabean;
 barang impor dikirim melalui wilayah Negara Anggota; atau
 barang impor dikirim tidak melalui wilayah selain Negara Anggota.

3. Ketentuan Prosedural (Procedural Provisions) / Penerbitan SKA


Ketentuan prosedural terkait dengan penerbitan SKA, harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. SKA diterbitkan oleh Instansi Penerbit/Issuing Authority yang telah ditunjuk di
negara masing-masing.
b. SKA dibuat dalam dalam Bahasa Inggris, terdiri dari 3 lembar, 1 lembar asli
(original) dan dua copy (duplicate or triplicate) dan format tertentu , termasuk
halaman depan dan Overleaf Notes; Lembar asli dikirim oleh eksportir kepada
importir untuk diserahkan kepada kantor pabean di pelabuhan pemasukan
(negara Pengimpor)
c. Memuat nomor referensi, tanda tangan pejabat dan stempel dari instansi yang
berwenang, dan stempel resmi dari Instansi Penerbit SKA Negara Anggota
pengekspor;
d. Ditandatangani oleh eksportir, dalam hal terdapat ketentuan dalam perjanjian
atau kesepakatan internasional
e. Diterbitkan dengan batasan waktu tertentu;
f. Dicantumkan kriteria asal barang ( origin criteria) untuk setiap uraian barang,
dalam hal SKA mencantumkan lebih dari 1 (satu) uraian barang;
g. Kolom-kolom pada SKA diisi sesuai dengan keten tuan pengisian pada Overleaf
Notes;
h. SKA dapat diterbitkan sebelum, pada saat, atau segera setelah Tanggal
Pengapalan atau Tanggal Eksportasi;
i. Harus tercantum tanda/ tulisan/ cap "ISSUED RETROACTIVELY" atau "ISSUED
RETROSPECTIVELY’ , dalam hal SKA tidak diterbitkan segera setelah Tanggal
Pengapalan atau Tanggal Eksportasi
j. SKA berlaku selama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal penerbitan
k. Apabila mengunakan SKA pengganti, diberi cap “Certified True Copy”,
mencantumkan nomor referensi dan tanggal SKA sebelumya, serta tidak melewati
1 tahun sejak tanggal SKA sebelumnya (apabila SKA hilang sebelum dikasih ke BC,
perlakuannya sama kaya gini, cuman disini Eksportir bisa minta ke penerbit SKA
buat nerbitin SKA certified true copy)

F. KETENTUAN SANKSI
1. Dalam Hal Jawaban Retroactive Check terhadap SKA, Invoice declaration, atau e Form D
dalam rangka pengenaan tarif preferensi (Retroactive check adalah pejabat BC meminta
instansi penerbit SKA di negara eksportir mengecek keaslian dokumen SKA tersebut)
2. Atas hasil penelitian tersebut dapat dilakukan penelitian ulang dan audit (Pasal 12)
3. Pejabat BC Berkoordinasi Dengan Negara Penerbit SKA, Invoice Declaration atau E-
Form D dinyatakan palsu atau dipalsukan
4. Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan verification visit (dapat melibatkan kementerian/
lembaga terkait) apabila jawaban dari permintaan retroactive check diragukan kebenarannya
atau tidak cukup membuktikan pemenuhan ketentuan asal barang
5. Apabila terdapat bukti bahwa eksportir melakukan pemalsuan terhadap dokumen
yang bersangkutan, maka importasi yang berasal dari eksportir yang bersangkutan
tidak diberikan tarif preferensi selama 2 tahun
6. Dokumen bersangkutan dari eksportir dilakukan penelitian mendalam untuk
digunakan sebagai evaluasi tingkat penjaluran pengeluaran barang impor

G. KESALAHAN PENGISIAN SKA


1. Melakukan Koreksi dengan cara :
 Mencoret (Striking out) data yang salah;
 Menambah data yang benar;
 Disetujui oleh pejabat yang berwenang untuk menandatangani SKA dan
disahkan oleh Instansi Penerbit/Issuing Authority
2. Menerbitkan SKA Baru (Form JIEPA)
Note : Khusus Form D, dapat dilakukan dengan kedua cara tersebut.
H. SKA Back to Back

SKA Back-to-Back atau Movement Certificate adalah SKA yang diterbitkan oleh
Negara Anggota pengekspor kedua berdasarkan SKA yang diterbitkan oleh Negara
Anggota pengekspor pertama.
SKA Back-to- Back harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- SKA Back-to-Back harus berisi informasi yang sama dengan SKA yang diterbitkan
oleh Negara Anggota pengekspor pertama, kecuali jumlah barang dan nilai Freight
on Board (FOB);
- total jumlah barang yang tercantum pada SKA Backto-Back tidak boleh melebihi
jumlah barang yang tercantum pada SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota
pengekspor pertama;
- masa berlaku SKA Back-to-Back tidak boleh melebihi masa berlaku S KA yang
diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama; dan
- nama eksportir yang tercantum dalam SKA Back-to Back harus sama dengan nama
Importir yang tercantum dalam SKA
- Dalam hal informasi pada SKA Back-to-Back diragukan atau tidak lengkap, Pej abat
Bea dan Cukai dapat meminta Importir untuk menyerahkan copy atau pindaian
SKA atau hasil cetak e-Form D dari Negara Anggota pengekspor pertama

Negara anggota pengekspor kedua dapat menerbitkan SKA Back to back berdasarkan
SKA yang diterbitkan oleh negara anggota pengekspor pertama, dengan ketentuan :
- Penerbitan Back to back SKA dibuat berdasarkan SKA yang pertama (asli)
- Masa berlakunya SKA Back to back SKA dimaksud, tidak melebihi masa berlakunya
SKA asli
- Pengiriman barang yang akan diekspor dengan menggunakan back to back SKA,
tidak melewati proses pengolahan lebih lanjut di negara pengekspor kedua,
kecuali :
 Untuk pengemasan kembali atau kegiatan logistik seperti : pembongkaran,
pemuatan kembali, penyimpanan
 Kegiatan operasional lainnya yang diperlukan untuk menjaga kualitas produk

I. THIRD COUNTRY (PARTY INVOICE)


Third Country/Party Invoice adalah invoice yang diterbitkan oleh perusahaan
yang berlokasi di negara ketiga (baik negara anggota atau negara bukan anggota) atau
oleh eksportir yang berlokasi di negara anggota yang bertindak atas nama dan untuk
kepentingan perusahaan lain di negara anggota tersebut.
Perusahaan lain yang berlokasi di negara ketiga atau perusahaan lain yang
berlokasi di negara yang sama dengan negara tempat diterbitkannya SKA, dapat
menerbitkan Third Country Invoicing/ Third Party Invoicing.
Harus memenuhi ketentuan :
- penggunaan Third Country Invoicing/ Third Party Invoicing harus dicantumkan dalam
SKA ;
- nama perusahaan dan negara pihak ketiga harus dicantumkan dalam SKA;
- Dalam hal invoice dari pihak ketiga belum diterbitkan, pada SKA dapat dicantumkan
nomor invoice negara asal barang.
- Dalam hal invoice dari pihak ketiga belum diterbitkan, pada SKA dapat dicantumkan
nomor invoice negara asal barang.

A. Untuk dapat menggunakan Tarif Preferensi, Importir wajib :


1. menyerahkan lembar asli SKA atau Invoice Declaration;
2. mencantumkan kode fasilitas secara benar,
3. mencantumkan nomor dan tanggal SKA atau Invoice Declaration pasca
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan benar
4. Penyerahan Lembar Asli SKA atau Invoice Declaration Importir Jalur Kuning dan Merah
Paling lambat paca pukul 12 .00 pada hari kerja berikutnya; terhitung sejak PIB
mendapatkan SPJK atau SPJM.
5. Jalur hijau 6. AEO
 Paling lambat 3 hari berikutnya;  Paling lambat 5 hari kerja berikutnya;
 Terhitung sejak PIB mendapatkan SPPB.  Terhitung sejak PIB mendapatkan SPPB
B. Syarat Penyelenggara / Pengusaha mendapatkan tarif preferensi
1. TPB dan PLB
a. Menyerahkan lembar asli SKA atau Invoice Declaration beserta Dokumen
Pelengkap Pabean paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak pemberitahuan
pabean impor untuk ditimbun di TPB mendapatkan SPPB;
b. TPB dan PLB yang AEO : paling lama 5 (tiga) hari kerja terhitung sejak
pemberitahuan pabean impor untuk ditimbun di TPB mendapatkan SPPB;
2. Kawasan Bebas
a. Menyerahkan lembar asli SKA atau Invoice Declaration, hasil cetak PPF-01
pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean,beserta Dokumen
Pelengkap Pabean Penelitian SKA paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak
PPFTZ-0 1 pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean
mendapatkan SPPB.

C. Ketentuan Penolakan
1. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan bahwa
barang impor tidak memenuhi 1 (satu) atau
lebih ketentuan dalam Ketentuan Asal Barang,
SKA ditolak dan atas barang impor dimaksud
dikenakan tarif bea masuk yang berlaku umum
(Most Favoured Nation/MFN) ;
2. Dalam hal SKA terdiri dari beberapa Jenis
barang, penolakan terhadap salah satu jenis
barang tidak membatalkan pengenaan Tarif
Preferensi atas Jenis barang lain yang
memenuhi Ketentuan Asal Barang.
3. Ketentuan:
- Jumlah barang impor yang tercantum dalam PIB lebih besar dari SKA, atas
kelebihan dikenakan tarif bea masuk MFN;
- Spesifikasi barang yang tercantum dalam PIB berbeda dengan spesifikasi
barang SKA dikenakan tarif MFN;
- Ketidaksesuaian antara fisik barang yang diberitahukan dalam PIB dengan
SKA dikenakan tarif MFN;
- Tarif preferensi yang diberitahukan berbeda dengan seharusnya yg
dikenakan, Pejabat Bea dan Cukai menetapkan tarif bea masuk yang sesuai;
4. PASAL 19 = SKA tetap sah dalam hal terdapat perbedaan yang bersifat minor
descrapancy
5. Barang impor yang berasal dari negara anggota dengan nilai FOB tidak melebihi
US$200, sepanjang barang tersebut bukan bagian dari importasi yang lain dan
diberitahukan pada PIB, dapat dikenakan tarif preferensi tanpa harus melampirkan
SKA
6. PASAL 21, Tarif preferensi dapat diberikan atas barang yang : diimpor untuk tujuan
pameran; tidak ada proses lebih lanjut dan masih berada di pengawasan DJBC; terjual
pada saat dan/ atau sesudah pameran diselenggarakan di negara anggota
KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK)

DEFINISI & FUNGSI (UU NOMOR 39 TAHUN 2009)

Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang
hukum NKRI yang ditetapkan untuk memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
memperoleh fasilitas tertentu . impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
MAKSUD DAN TUJUAN KEK
1. Meningkatkan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis.
2. Memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi.
3. Mempercepat perkembangan daerah.
4. Sebagai terobosan pengembangan Kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industry, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

DASAR HUKUM
1. UU 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
2. PP 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di KEK
3. PMK 104/PMK.010/2016 tentang Perlakuan Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai pada
KEK

BENTUK-BENTUK KEK
Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona: pendukung dan perumahan bagi pekerja.
 Pengolahan ekspor
 Logistik Di dalam setiap KEK disediakan lokasi
 Industri untuk usaha mikro, kecil, menengah
 Pengembangan teknologi (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku
 Pariwisata Usaha maupun sebagai pendukung
 Energi; dan/atau kegiatan perusahaan yang berada di dalam
 Ekonomi lain KEK

STRUKTUR KELEMBAGAAN
*) Anggota Dewan Nasional KEK:
 Dipimpin oleh Presiden selaku kepala negara 1. Menteri Keuangan
 Untuk level nasional, dibawah presiden dipegang oleh Dewan 2. Menteri Perdagangan
3. Menteri Perindustrian
Nasional yang diketuai oleh Menko Perekonomian 4. Menteri Dalam Negeri
5. Menteri PU
 Di level provinsi dipegang oleh Dewan Kawasan yang diketuai 6. Menteri Perhubungan
oleh Gubrenur, diwakili bupati/walikota terkait 7. Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi
8. Menteri Bappenas
 Dan di kabupaten kota, dipegang oleh administrator KEK 9. Kepala BPKM
TUGAS PARA PIHAK

MACAM-MACAM FASILITAS KEK


1. Fasilitas perpajakan dan kepabeanan dan cukai:
a. Penangguhan bea masuk, pembebasan cukai, dan tidak dipungut PDRI
b. Pengurangan PBB
c. Tidak dipungut PPN
d. Fasilitas PPh Badan
2. Fasilitas kemudahan dan lalu lintas barang:
• Administrator KEK sebagai Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal
• Barang yang dikeluarkan ke TLDDP dilengkapi dengan surat keterangan kandungan nilai lokal
yang diterbitkan oleh Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal
• Surat Keterangan Asal dapat dipergunakan untuk pengeluaran barang secara parsial dari KEK
ke TLDDP dengan menggunakan pemotongan kuota
• Pembatasan belum berlaku

3. Fasilitas ketenagakerjaan:
a. Penggunaan tenaga kerja asing
b. Lembaga kerjasama tripartite khusus
c. Dewan pengupahan KEK
d. Serikat pekerja
e. Perjanjian kerja Bersama

4. Fasilitas keimigrasian:
Izin tinggal terbatas diberikan untuk waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat di perpanjang
dengan ketentuan keseluruhan izin tinggal diwilayah KEK tidak lebih dari 15 (lima belas) tahun
Bagi orang asing yang memiliki rumah tinggal atau hunian di KEK pariwisata diberikan:
a. Izin Tinggal Sementara; atau
b. Izin Tinggal Tetap dalam hal orang asing memiliki Izin Tinggal Sementara.
5. Fasilitas pertanahan:
• Pengadaan Tanah : mengacu ke peraturan terkait pengadaan tanah untuk
kepentingan umum
• Pelayanan : kewenangan dilimpahkan kepada administrator KEK atau petugas di
PTSP
• Kepemilikan Hunian/Properti : Pada KEK pariwisata, orang asing/badan usaha
asing dapat memiliki hunian/properti yang berdiri sendiri dibangun atas bidang
tanah yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah

6. Fasilitas perizinan dan non perizinan:


 Kewenangan Penerbitan izin pada Administrator KEK
 Izin Investasi
 AMDAL : dikecualikan
 PTSP : disediakan
 Kegiatan usaha yang berada dalam KEK tidak memerlukan Izin Gangguan (Hinder
Ordonnantie).

FASILITAS KEPABEANAN DI KEK


SYARAT MEMPEROLEH FASILITAS KEPABEANAN DI KEK
Bidang usaha yang
memperoleh fasilitas
dan kemudahan di
KEK meliputi:

a. bidang usaha
yang merupakan
Kegiatan Utama
KEK; dan
b. Bidang usaha
yang merupakan
Kegiatan
Lainnya di Luar
keiatan utama
KEK

KETENTUAN PEMBEBASAN BEA MASUK

SKEMA KELUAR MASUK BARANG KE DAN DARI KEK


 Dokumentasi barang sama dengan TPB, menggunakan dokumen BC 2.3, 2.5, 2.6.1/2.6.2
dkk
 Ketentuan perpindahan barang KEK ke kawasan bebas tetap mengikuti ketentuan tentang
Kawasan bebas, menggunakan dokumen berkode PPFTZ
PEMINDAHTANGANAN BARANG MODAL
Jangka Waktu Ketentuan

< 4 Tahun Membayar BM dan PDRI

Sanksi < 4 Tahun dan Pembangunan atau Membayar BM + bunga 2% setiap bulan (max 24 bulan
pengembangan proyek blm selesai PDRI + Administratif

> 4 Tahun Tidak membayar BM dan PDRI yang terutang

Pemindahtanganan kepada perusahaan penerima


fasilitas pembebasan Bea Masuk dan tidak dipungut Tidak membayar BM dan PDRI yang terutang
PDRI

TANGGUNG JAWAB DAN KEWAJIBAN PARA PELAKU USAHA KEK


 Tanggung jawab:
1. Pelaku Usaha bertanggung jawab atas bea masuk, cukai, dan/atau PDRI yang terutang
atas barang impor yang mendapat fasilitas
2. Pelaku Usaha di KEK dibebaskan dari tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dalam hal barang impor yang mendapat fasilitas perpajakan, kepabeanan,
dan/atau cukai: a. musnah tanpa sengaja; atau b. dimusnahkan di bawah pengawasan
pejabat bea dan cukai.
 Kewajiban :
1. Memasang tanda nama perusahaan
2. Menyediakan sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan pertukaran data secara
elektronik
3. IT Inventory
4. Memasang CCTV
5. Memiliki NPPBKC
6. Menyelenggarakan pembukuan
7. Menyerahkan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan Pelaku Usaha apabila
dilakukan audit
8. Menyimpan dan memelihara dengan baik buku dan catatan serta dokumen
FASILITAS KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS
(KPBPB)
DASAR HUKUM

• UU Nomor 36 Tahun 2000;

• UU Nomor 17 Tahun 2006

• PP Nomor 10 Tahun 2012;

• PMK 47/PMK.04/2012 junto PMK


120/PMK.04/2017;

• PMK 48/PMK.04/2012

• PMK 62/PMK.03/2012 j.o PMK


171/PMK.03/2017

DEFINISI
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) adalah suatu kawasan yang berada dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari
pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai.

KPBPB merupakan wilayah hukum NKRI yang pembentukannya dengan Undang-undang.

Jangka waktu suatu Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah 70 (tujuh puluh) tahun
terhitung sejak ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

STRUKTUR KELEMBAGAAN
TUGAS DAN WEWENANG DJBC DI KPBPB
Berdasarkan PP Nomor 10 Tahun 2012, DJBC memiliki tugas dan wewenang untuk mengawasi pemasukan
dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan yan telah ditetapkan sebagai KPBPB.

DOKUMEN PABEAN DI KPBPB


 PPFTZ 01
Pemberitahuan Pabean untuk pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas dari dan
ke luar Daerah Pabean, dan pengeluaran barang dari Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah
Pabean.

 PPFTZ 02
Pemberitahuan Pabean untuk pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas dari dan
ke Tempat Penimbunan Berikat, Kawasan Bebas lainnya, dan Kawasan Ekonomi Khusus.

 PPFTZ 03
Pemberitahuan Pabean untuk pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah
Pabean

 BC 1.2 FTZ
Pemberitahuan Pabean pengeluaran barang dari Kawasan Pabean di Kawasan Bebas untuk diangkut ke
Tempat Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean lainnya.

 CK-FTZ
Dokumen cukai untuk pemberitahuan pengeluaran sekaligus pelindung pengangkutan atas barang kena
cukai dari Pabrik untuk kebutuhan konsumsi penduduk di Kawasan Bebas dengan fasilitas pembebasan
cukai.

FASILITAS KEPABEANAN DI KPBPB *Pasal 14 & Pasal 17 PP Nomor 10 Th 2012


1. Bebas BM
2. Bebas PPN dan PPnBM
3. Bebas Cukai

KETENTUAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI KPBPB


 Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas hanya dapat dilakukan oleh
pengusaha yang telah mendapat izin usaha dari BP Kawasan.
Kecuali:
Barang yang mendapat pembebasan mutlak sebagaimana Pasal 25 UU Kepabenan

 Memiliki NIK
 Memiliki NPWP dengan domisili KPBPB
 Memiliki NPPBKC terkait pemasukan dan pengeluaran BKC
 Pemasukan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean,
hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapatkan izin usaha dari Badan Pengusahaan
Kawasan, dalam jumlah dan jenis yang ditetapkan oleh Badan Pengusahaan Kawasan.
 Pemasukan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam
Daerah Pabean dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BARANG YANG DILARANG DIKELUARKAN DARI KPBPB


kendaraan bermotor asal luar Daerah Pabean tidak dapat dikeluarkan dari
Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean

(Ps.68 PMK 47/2012 jo. PMK 120/2017)

Barang yang terkena ketentuan larangan, dilarang untuk:

a. dimasukkan ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean; dan

b. dikeluarkan dari Kawasan Bebas ke luar Daerah Pabean.

(Ps.66 PMK 47/2012 jo. PMK 120/2017)


FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK PASAL 25 UU
KEPABEANAN

Pembebasan bea masuk adalah peniadaan pembebasan bea masuk yang


diwajibkan. Pembebasan yang diberikan dalam pasal ini bersifat MUTLAK, artinya jika
persyaratan yang diatur dalam pasal ini dipenuhi, barang yang diimpor akan diberikan
pembebasan bea masuk. Ada 17 barang yang dimaksud dalam pasal 25 ini, yaitu

a. Barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik
b. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia
c. Buku Ilmu Pengetahuan
d. Barang Kiriman Hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau kebudayaan
atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam
e. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam
f. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
g. Barang untuk keperluan kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya
h. Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan Negara
i. Barang untuk keperluan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan Negara
j. Barang contoh yang tidak diperdagangkan
k. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah
l. Barang pindahan
m. Baran pribadi penumpang; awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu
n. Obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang
diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat
o. Barang yang telah dieskpor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, pengujian
p. Barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan
kualitas pada saat diekspor
q. Bahan terapi manusia, pengelompokkan darah, dan bahan penjenisan jaringan

FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK PASAL 26 UU


KEPABEANAN
Pembebasan yang dimaksud pada pasal 26 adalah pembebasan RELATIF, yaitu
diberikan berdasarkan persyaratan dan tujuan tertentu, sehingga terhadap barang
impor dapat diberikan pembebasan atau keringanan bea masuk. Yang dimaksud
keringanan bea masuk adalah pengurangan sebagian pembayaran bea masuk yang
diwajibkan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Kepabeanan, dengan kata lain
pembebasan sebagian bea masuk. Pembebasan pasal 26 diberikan terhadap

a. Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka
penanaman modal
b. Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri
c. Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk
jangka waktu tertentu
d. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan
e. Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan, dan perikanan
f. Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkapan yang telah mendapat izin
g. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan atau penyusutan
volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan
saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai
h. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum
i. Barang untuk keperluan olah raga yang diimpor oleh induk organisasi olah raga
nasional
j. Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dan/atau
hibah dari luar negeri
k. Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor (KITE)

FASILITAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH


(BMDTP)
A. Definisi
Adalah adalah fasilitas bea masuk terutang yang dibayar oleh pemerintah dengan alokasi dana
yang telah ditetapkan dalam APBN dan/atau APBN-P.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Tiap Tahun
Anggaran)
4. PMK Nomor 248/PMK.011/2014 jo. PMK Nomor 14/PMK.010/2018 (Bea Masuk
Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan untuk Memproduksi Barang
dan/Atau Jasa Guna Kepentingan Umum dan Peningkatan Daya Saing Industri Sektor
Tertentu.
5. Perdirjen tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Sektor Industri Tertentu (Tiap Tahun
Anggaran), misalnya Peraturan Dirjen Bea Cukai Nomor 4/BC/2016 tentang Tata Cara
Pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah untuk Memproduksi Barang dan/atau Jasa
Guna Kepentingan Umum dan Peningkatan Daya Saing Industri Sektor Tertentu Tahun
Aggaran 2016; Peraturan Dirjen Bea Cukai Nomor 29/BC/2014 tentang Tata Cara
Pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Guna
Pembuatan Komponen dan/atau Produk Elektronika untuk Tahun Anggaran 2014.
6. Perdirjen BC Nomor PER-10/BC/2018 tentang Tata Cara Pemberian Bea Masuk
Ditanggung Pemerintah.

C. Objek BMDTP
1. Barang dan bahan belum diproduksi di dalam negeri;
2. Barang dan bahan sudah diproduksi di dalam negeri, tapi belum memenuhi spesifikasi;
3. Barang dan bahan sudah diproduksi di dalam negeri, tapi belum mencukupi kebutuhan
(demand)

BMDTP diberikan kepada industri sektor tertentu dengan kriteria penilaian:

1. Memenuhi penyediaan barang/jasa untuk kepentingan umum, dikonsumsi masyarakat luas,


melindungi kepentingan konsumen
2. Meningkatkan daya saing – penyerapan tenaga kerja – pendapatan negara

D. Latar Belakang
Fasilitas ini timbul karena Undang-Undang Kepabeanan membatasi barang-barang yang
mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud pada pasal 25 dan 26 UUK. Oleh karena
pemerintah masih menganggap perlu adanya pemberian insentif terhadap barang impor
tertentu, pemerintah (dalam hal ini Menkeu) memberikan subsidi bea masuk dan PPN Impor.
Biasanya bersifat temporer, diberikan dalam periode satu tahun. Sektor Industri yang
diberikan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah, antara lain:
a. pembuatan kemasan plastic, biaxially oriented polypropylene film, cast polypropylene film,
barang dan/atau perabot rumah tangga dari plastic, karung plastic, benang dari plastic,
terpal plastic dan atau geotekstil
b. Pembuatan kosmetik
c. Pembuatan Polyester berlapis logam dan kaca film
d. Pembuatan amplas
e. Pembuatan Bahan Kimia Khusus seperti masterbach, penetralisir air limbah, bahan
kimia untuk kertas dan katalis
f. Pembuatan Karpet, Permadani, Sajadah dan/atau PU, PVC Artificial
g. Pembuatan Mainan Anak
h. Pembuatan Kacamata
i. Pembuatan peralatan telekomunikasi
j. Pembuatan tinta khusus (toner)
k. Pembuatan kemasan infus dan/atau produksi obat infus
l. Pembuatan perbaikan dan/atau pemeliharaan pesawat terbang
m. Pembuatan resin berupa alkyd resin, unsaturated polyester resin, amino resin, pigment
phthalate, solution acrylic/syntetic latex, plasticizer
n. Pembuatan pupuk borate
o. Pembuatan kabel serat optik
p. Pembuatan komponen dan/atau produk elektronika
q. Pembuatan dan/atau perbaikan kapal
r. Pembuatan dan/atau perbaikan gerbong barang, kereta penumpang, kereta rel
listrik/diesel, bogie, dan komponen kereta api
s. Pembuatan komponen kendaraan bermotor
t. Pembuatan alat tulis berupa ballpoint
u. Pembuatan bagian tertentu alat besar dan/atau perakitan alat besar
v. Pembuatan komponen alat mesin pertanian
w. Pembuatan peralatan energy dan ketenagalistrikan
MItra uTAma Kepabeanan (eks Jalur Prioritas)
MITRA UTAMA X JALUR PRIORITAS
A. Sejarah

Mitra Utama Kepabeanan diawali dengan uji coba Jalur Prioritas pada tahun 2002 kemudian
berkembang menjadi MITA pada tahun 2007, dan diatur kemudian pada Peraturan Menteri
Keuangan nomor PMK-229/PMK.04/2015 tentang Mitra Utama Kepabeanan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-211/PMK.04/2016.

B. Maksud dan Tujuan

 Dukungan dalam rangka untuk mengurangi dwelling time dan biaya logistik
 Apresiasi bagi importir /eksportir yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi
 Mendorong importir /eksportir untuk memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi
 Mengamankan dan memperlancar penerimaan negara dengan mekanisme Monev

C. Definisi

MITA adalah importir dan/atau eksportir yang diberikan pelayanan khusus di bidang
Kepabeanan.

D. Penetapan
E. Bentuk Pelayanan Khusus

1. Penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik yang relatif sedikit;


2. Truck Lossing;
3. Part off container tanpa pengajuan permohonan;
4. Corporate Guarantee;
5. Pembayaran berkala;
6. Pengecualian penyerahan hard copy PIB dan dokkap (kecuali mendapat fasilitas);
7. Client Coordinator.

F. Syarat MITA

1. Memiliki reputasi kepatuhan yang baik selama 6 (enam) bulan;


2. Tidak mempunyai tunggakan kewajiban kepabeanan, cukai dan/atau pajak dalam rangka
impor yang sudah jatuh tempo;
3. Tidak pernah melakukan pelanggaran pidana di bidang kepabeanan dan/atau cukai;
4. Mendapatkan penetapan jalur hijau selama 6 (enam) bulan terakhir termasuk terkena jalur
merah berdasarkan metode acak dalam hal melakukan kegiatan impor;
5. Mempunyai bidang usaha (nature of business) yang jelas dan spesifik;
6. Mendapatkan Surat Keterangan tidak memiliki tunggakan pajak dari Direktorat Jenderal
Pajak;
7. Menyatakan kesediaan untuk ditetapkan sebagai MITA Kepabeanan.

G. “Locomotive Facility” and “Member get Member”

 Locomotive Facility: rekomendasi dari MITA Kepabeanan atas mitra dagangnya untuk
memperoleh pelayanan khusus di bidang kepabeanan sehubungan dengan pengeluaran
barang. Fasilitas ini hanya diberikan kepada impor/ekspor mitra dagang MITA untuk
keperluan MITA Kepabeanan.
 Member Get Member: mitra dagang MITA Kepabeanan mendapat prioritas ditetapkan
sebagai MITA Kepabeanan

H. Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring
 Dilakukan oleh: Dit. Teknis Kepabeanan; Ka Kanwil; Ka Kantor Pabean
 Dilakukan dengan: Analisis Data; Peninjauan Lapangan
 Ditindaklanjuti dengan: Saran/Perbaikan; Rekomendasi Penul; Rekomendasi Evaluasi.
2. Evaluasi
 Dilakukan oleh: Dit. Teknis Kepabeanan
 Dilakukan dengan: Analisis mendalam hasil monitoring; Peninjauan lapangan
 Ditindaklanjuti dengan: Surat Peringatan; Pembekuan; Pencabutan.

I. Pembekuan

Pembekuan atas fasilitas MITA Kepabeanan dilakukan apabila persyaratan sebagai MITA
Kepabeanan sudah tidak terpenuhi dan kemudian diterbitkan surat keterangan pembekuan
sebagai MITA Kepabeanan oleh Direktur Teknis Kepabeanan. Pada saat pembekuan, fasilitas
pelayanan khusus tidak diberikan.

J. Pencabutan

Penetapan sebagai MITA Kepabeanan dicabut oleh Direktur Jenderal dalam hal:
1. 3 (tiga) bulan setelah pembekuan belum menindaklanjuti hasil monev;
2. Melakukan tindak pidana di bidang Kepabeanan;
3. Permohonan pencabutan;
4. Selama 2 (dua) tahun terakhir, dalam 3 (tiga) kali hasil monev tidak memenuhi persyaratan
sebagai MITA Kepabeanan; atau
5. MITA Kepabeanan dinyatakan pailit.
Authorized Economic Operator (AEO)
AEO (AUTHORIZED ECONOMIC OPERATOR)
A. Sejarah

Pada tahun 2005 Indonesia menandatangani letter of intent mengimplementasikan


World Customs Organization SAFE Framework of Standards to Secure and Facilitate Global Trade
(WCO SAFE FoS). Kemudian ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Inpres nomor 1 tahun 2010
yang menginstruksikan implementasi AEO dan teknologi informasi untuk mendukung iklim
investasi.

B. Dasar Hukum
 Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK 227/PMK.04/2014 tentang Operator
Ekonomi Bersertifikat

C. Definisi
AEO adalah Operator Ekonomi yang mendapat pengakuan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai sehingga mendapat perlakuan kepabeanan tertentu.

D. Subjek
 Importir
 Eksportir
 PPJK
 Pengangkut
 TPB
 TPS
 Pihak lain terkait dengan pergerakan barang dalam fungsi rantai pasokan global
(konsolidator dan penyelenggara pos)

E. Syarat
1. Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan Kepabeanan dan/atau Cukai;
2. Mempunyai sistem pengelolaan data perdagangan;
3. Mempunyai kemampuan keuangan;
4. Mempunyai system konsultasi, kerjasama dan komunikasi;
5. Mempunyai system pendidikan, pelatihan dan kepedulian;
6. Mempunyai pertukaran informasi, akses dan kerahasiaan;
7. Mempunyai system keamanan kargo;
8. Mempunyai system keamanan pergerakan barang;
9. Mempunyai system keamanan lokasi;
10. Mempunyai system keamanan pegawai;
11. Mempunyai system keamanan mitra dagang;
12. Mempunyai system manajemen krisis dan pemulihan insiden; dan
13. Mempunyai system perencanaan dan pelaksanaan pemantauan, pengukuran analisis
dan peningkatan system.

F. Pengajuan

G. Keuntungan
1. Penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik yang minimal;
2. Prioritas untuk mendapatkan penyederhanaan prosedur kepabeanan;
3. Pelayanan khusus dalam hal terjadi gangguan terhadap pergerakan pasokan logistic
serta ancaman yang meningkat;
4. Pre-notification;
5. Corporate Guarantee;
6. Pembayaran berkala;
7. Trucklossing;
8. Prioritas untuk diikutsertakan dalam program baru DJBC;
9. Client Manager; dan/atau
10. Mendapatkan layanan penyelesaian kepabeanan di luar jam kerja kantor pabean.

H. Tanggung Jawab
1. Mempertahankan dan/atau meningkatkan kondisi persyaratan sebagai AEO;
2. Melakukan audit internal secara periodic sekali dalam setahun, berupa penilaian atas
pemenuhan kondisi dan persyaratan sebagai AEO;
3. Menyampaikan hasil audit internal kepada client manager;
4. Menyampaikan laporan lainnya dalam hal terjadi perubahan signifikan yang dapat
memengaruhi kondisi dan persyaratan sebagai AEO;
5. Melakukan komunikasi secara intensif dengan client manager dalam rangka
mempertahankan dan/atau meningkatkan kondisi dan persyaratan sebagai AEO;
6. Mengembangkan dan menjaga nilai-nilai etika dan akuntabilitas dalam praktik
perdagangan;
7. Menunjuk manajer yang menangani kegiatan AEO.

I. Monitoring dan Evaluasi


1. Monitoring
 Dilakukan oleh: Client manager
 Dilakukan terhadap:
 Penelitian laporan hasil audit internal
 Penelitian perubahan signifikan
 Pengumpulan informasi dari internal maupun eksternal
 Peninjauan lapangan sewaktu-waktu
 Komunikasi, konsultasi dan koordinasi dengan manajer AEO
 Ditindaklanjuti dengan: evaluasi AEO apabila terjadi penurunan kualitas syarat
dan kondisi
2. Evaluasi
Selama proses evaluasi perlakuan kepabeanan tertentu tetap diberikan.

J. Pembekuan
Dirjen membekukan pengakuan AEO paling lama 12 bulan dalam hal:
 Hasil evaluasi menyimpulkan AEO tidak memenuhi kondisi dan syarat;
 Terbukti melakukan tindak pidana kepabeanan dan/atau cukai;
 Tidak melakukan tanggung jawabnya sebagai AEO;
 Terdapat suatu kondisi dimana barang yang terkait rantai pasokan global dapat
menyebabkan kegentingan yang membahayakan keamanan, kesehatan masyarakat
dan/atau lingkungan.

Selama proses pembekuan perlakuan kepabeanan tertentu tidak diberikan.

K. Pencabutan
Dirjen mencabut pengakuan sebagai AEO dalam hal:
 Permohonan pencabutan dari AEO;
 Tidak melakukan kegiatan kepabeanan selama 6 bulan secara terus menerus;
 Dalam 5 tahun mendapatkan pembekuan sebanyak 3 kali;
 Setelah jangka waktu pembekuan tidak memenuhi kondisi dan syarat sebagai AEO
dan tidak memenuhi tanggung jawab sebagai AEO;
 Adanya putusan pengadilan bahwa terbukti melakukan tindak pidana kepabeanan,
cukai dan/atau perpajakan;
 Dinyatakan pailit oleh pengadilan.

Setelah dicabut, AEO dapat mengajukan kembali penetapan sebagai AEO paling cepat
2 tahun setelah pencabutan.
RUSH HANDLING

1. Pengertian

Rush Handling merupakan kemudahan prosedural yang diberikan atas barang impor tertentu
yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk dikeluarkan dari kawasan
pabean.

2. Dasar Hukum
a. UU NOMOR 10 TAHUN 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 17 Tahun 2006
b. PMK 148/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor untuk Dipakai dengan
Pelayanan Segera (RUSH HANDLING)

3. Syarat dan Kategori Barang

Syarat Umum

1. Barang yang terkait waktu (peka waktu)


2. Memerlukan penanganan khusus
3. Barang lain yang sangat diperlukan

Kategori Barang
1. Organ tubuh manusia, antara lain: ginjal, kornea mata, atau darah;
2. Jenazah dan abu jenazah
3. Barang yang merusak lingkungan
4. Binatang hidup
5. Tumbuhan hidup
6. Surat kabar dan majalah yang peka waktu
7. Dokumen atau surat
8. Barang lain yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera,
apabila mendapat ijin dari Kepala Kantor

4. Prosedur Layanan Rush Handling

1. Pengeluaran
a. Barang Impor dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean sebelum diajukan PIB
b. Mengajukan permohonan kepada Kepala kantor/Pejabat BC dengan dilampiri:
Dok. Pelengkap Pabean
c. Dilakukan Pemeriksaan Fisik  BA Pemeriksaan dan Perhitungan Jaminan
d. Penyerahan Jaminan.
2. Setelah Pengeluaran
a. Wajib menyerahkan PIB dan melakukan Pelunasan BM+PDRI Paling Lambat
3 hari kerja sejak pengeluaran barang
b. Sanksi : denda administrasi 10% dari BM
c. Jaminan dicairkan (Bayar BM + PDRI) dan fasilitas RH tidak lagi diberikan
sampai penyelesaian
VOORUITSLAG
1. Pengertian

Kemudahan Prosedural yang diberikan atas pengeluaran Barang Impor dengan


penangguhan pembayaran Bea Masuk, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor
dengan mempertaruhkan jaminan.

2. Dasar Hukum
 UU Kepabeanan Pasal 10B ayat (2)
 PMK No 160/PMK.04/2007 ttg pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan
menggunakan jaminan (vooruitslag)

3. Alasan Pemberian Fasilitas

1. Barang impor masih menunggu keputusan atas permohonan pemberian fasilitas


pembebasan atau keringanan bea masuk, cukai dan atau PDRI.
2. Terhadap Barang Impor untuk keperluan penanggulangan bencana alam dapat
dikeluarkan sebelum diajukan permohonan pembebasan atau keringanan.
Q : trus kalo lartas gimana?
A : Penuhi dulu lartasnya, baru barang bisa keluar
.
4. Ketentuan Permohonan
1. Alasan Penundaan
2. Jumlah dan Jenis Barang
3. Jumlah BM dan Cukai yang dimintakan penundaan pembayaran
4. Jumlah PDRI (bila ada)
5. Melampirkan :
 Bukti penerimaan permohonan fasilitas, berupa: Pembebasan BM, Cukai
dan/atau PDRI atau keringanan BM
 Jaminan (Uang tunai, Jaminan Bank, Customs Bond, atau Jaminan
Lainnya)
 Dokumen Pelengkap (Invoice, packing list, bill of lading, dan manifest)
 Ketentuan Lartas sudah dipenuhi
5. Prosedur
Importir Mengajukan permohonan kepada Kepala kantor/Pejabat BC dengan
dilampiri: Dok. Pelengkap Pabean dan menyebutkan Alasan dan buktinya
a. Ditolak  Alasan Penolakan
b. Setuju  SK Vooruitslag
1. Pengeluaran dilakukan dengan PIB Penangguhan Pembayaran + jaminan
2. Dilakukan Pemeriksaan Fisik
3. PIB diselesaikan sebelum jatuh tempo dgn penyerahan SK fasilitas
4. Bila melanggar, BM dan PDRI dibayar + Sanksi Denda

6. Jangka Waktu Penangguhan

1. 30 Hari sejak input PIB


2. Dapat diperpanjang selama 30 hari atas persetujuan Direktur Jenderal atau
Pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri

7. Penyelesaian Vooruitslag
1. Ybs. Menyerahkan KEP Fasilitas Pembebasan/Keringanan BM, Cukai, PDRI (jaminan
dikembalikan dengan mengajukan permohonan); atau
2. Menyerahkan Surat Penolakan atas permohonan fasilitas pembebasan/keringanan.

Terkait jangka waktu, apabila sudah melewati jangka waktu vooruitslag dan keputusan
fasilitas pembebasan/ringan belum juga terbit, maka:
 Jaminan dicairkan; dan
 Penetapan sanksi adm. Berupa denda sebesar 10% dari BM yang wajib dilunasi
Ketentuan diatas tidak berlaku kalo importir sudah melunasi BM, Cukai, PDRI.
Q : Trus kalo BM, Cukai PDRI udah dilunasi, kemudian dapet pembebasan, gimana?
A : ya dilakukan Pengembalian BM, Cukai, PDRI

Kalau permohonan pembebasan/keringanan ditolak dan masih dalam jangka waktu


vooruitslag, maka:
 Jaminan dicairkan; dan
 Penetapan bunga 2% perbulan sejak PIB sampai dengan tanggal surat penolakan
Kalo Penolakannya melebihi jangka waktu vooruitslag maka:
 Jaminan dicairkan; dan
 Penetapan bunga 2% perbulan sejak PIB sampai dengan jangka waktu
vooruitslag
FASILITAS PROSEDURAL LAINNYA

1. BONGKAR TIMBUN DILUAR KAWASAN PABEAN

Pasal 10A UU Kepabeanan menyatakan bahwa dalam hal-hal tertentu barang


impor dapat dilakukan pembongkaran dan penimbunan di luar kawasan pabean.

Yang dimaksud keadaan tertentu yaitu:


 Keadaan darurat (force majeur)
 Sifat dan karakteristik barang tidak dapat ditimbun di kawasan pabean
 Kongesti yang dinyatakan secara tertulis oleh Pengusaha Pelabuhan
 Alasan lain berdasarkan pertimbangan Kepala Kantor.

2. RETURNABLE PACKAGE

 Importir dapat mempergunakan pengemas yang dipakai berulangkali dalam


pelaksanaan importasinya.
 Ijin pemasukan dan pengeluaran pengemas yang dipakai berulangkali ke dan
dari daerah pabean diberikan Kepala Kantor Pabean di tempat importasi dan
berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan setiap tahunnya dapat
diperpanjang atas permohonan importir.
 Pejabat BC yg berwenang berkoordinasi dengan pejabat bea cukai di seksi
perbendaharaan terkait penyelesaian atau eksportasi returnable package yg
sudah kosong, untuk kemudian direkonsiliasi dengan pemasukannya
 Terhadap pengemas impor yang tidak dipergunakan sesuai dengan ijin yang
diberikan, importir wajib mengekspor dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal teguran dari Kepala Kantor Pabean.
 Importir yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut wajib membayar Bea
masuk dan PDRI serta dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar
100% dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.
3. PIB BERKALA

Digunakan untuk penyelesaian barang impor yang telah dikeluarkan terlebih dahulu
dengan menggunakan Dokumen Pelengkap Pabean dan jaminan dalam periode
paling lama 30 (tiga puluh) hari.

PIB Berkala dan Bukti Pembayaran (BM, C, PDRI) atas seluruh importasi dalam
periode tersebut wajib diserahkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak tanggal jatuh tempo

PIB Berkala diberikan dalam hal:


 Importir yang mengimpor barang dalam frekuensi tinggi dan perlu segera
digunakan
 Barang yang diimpr melalui saluran pipa atau jaringan transmisi
 Berdasarkan Pertimbangan Direktur Jenderal

Dengan terlebih dahulu memenuhi persyaratan:


 Barang yang diimpor telah memenuhi ketentuan lartasnya jika ada
 Jumlah barang yang diimpor dapat diukur dengan alat ukur yang ada di kantor
Bea Cukai
 Jenis barang yang diimpor melalui pipa atau transmisi tidak berubah-ubah

4. TRUCK LOOSING

Fasilitas Truck Lossing memberikan kemudahan berupa pengeluaran barang


impor tanpa melewati Gudang dan langsung dimuat diatas alat angkut darat, untuk
kemudian dikeluarkan dari Kawasan Pabean.
Truckloosing diberlakukan atas barang – barang In bulk (curah) seperti Pupuk,
Beras, Gula, atau barang barang tertentu seperti Scrap Iron / Besi Tua, Bahan
Peledak atau barang strategis (s.a mesin pembangkit tenaga listrik, dll). Untuk
keperluan ini, defaultnya, izin dapat diberikan oleh Kepala Hanggar dan atau
Kepala Seksi Pabean, namun untuk barang barang tertentu atau strategis, izin
harus diberikan oleh Kepala Kantor Pabean

5. PRE-NOTIFICATION
Pemberian kesempatan kepada importir untuk menyampaikan pemberitahuan
pendahuluan dengan mengajukan PIB sebelum BC 1.1 didaftarkan oleh pihak
pengangkut. Dengan tujuan agar proses pengeluaran barang dari pelabuhan
berjalan cepat sehingga biaya handling di Pelabuhan/Kawasan Pabean menjadi
lebih murah.
Penjaluran dilakukan setelaah kapal tiba atau langsung ditentukan akan tetapi
harus dirahasiakan, untuk menghindari resiko kecurangan oleh importir.
Importir wajib menyerahkan PIB paling cepat 3 Hari Kerja sebelum melakukan
pembongkaran.

6. PRE ENTRY CLASSIFICATION

Penetapan klasifikasi barang impor yang diajukan kepada Direktur Teknis


Kepabeanan sebelum penyerahan pemberitahuan pabean atas permohonan importir
sebagai dasar perhitungan Bea Masuk.

Syarat Pengajuan:
 Importir sudah memiliki nomor identitas untuk dapat melakukan kegiatan
kepabeanan;
 Importir tidak sedang mengajukan Pemberitahuan Pabean Impor atas barang
yang diajukan penetapan klasifikasi; dan
 atas barang yang diajukan penetapan klasifikasi tidak sedang dalam proses
keberatan dan/ atau banding di Pengadilan Pajak sesuai peraturan perundang-
undangan.

Penetapan klasifikasi berlaku selama 3 tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan dan
sepanjang barang yang diimpor mempunyai identifikasi yang sesuai dengan
identifikasi yang tercantum dalam PKSI (Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor).

PKSI tidak berlaku dalam hal:


 Terdapat perubahan ketentuan mengenai klasifikasi barang dalam Peraturan
Menteri Keuangan yang mengatur mengenai klasifikasi barang;
 Identifikasi barang yang diimpor berbeda dengan yang tercantum dalam
Keputusan Direktur Jenderal mengenai PKSI;
 Terhadap Keputusan Direktur Jenderal mengenai PKSI diganti atau dibatalkan;
atau;
 Digunakan oleh importir yang bukan merupakan Importir yang mengajukan
permohonan PKSI yang diterbitkan.
VALUATION ADVICE
DASAR HUKUM : 134/PMK.04/2018

1. Definisi

Valuation advice adalah petunjuk tentang cara penghitungan nilai pabean


terhadap barang yang akan diimpor, yang berisi perlakuan atas biaya atau nilai
yang harus ditambahkan, dikurangkan, atau tidak termasuk pada nilai transaksi,
yang tidak mencantumkan besaran nilai pabean, yang diterbitkan atas
permintaan Importir.

2. Proses Pengajuan

Permohonan VA diajukan kepada Dirjen u. Direktur Teknis Kepabeanan, proses


pengerjaan adalah : 30 hari kerja (AEO, MITA) 40 hari kerja (Importir Lainnya)
Tahapannya adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan VA ke DirTekPab;
b. Permintaan tambahan data, dokumen paling lama 10 hari kerja;
c. Importir harus menyerahkan data, dokumen yang diminta dalam 5 hari kerja;
d. Meminta penjelasan lisan dari Importir dlm hal dokumen belum memadai
untuk proses VA lebih lanjut dalam 3 hari kerja;
e. Dalam hal dokumen/data tambahan tidak diserahkan dalam 5 hari kerja atau
penjelasan lisan tidak dilakukan dalam 3 hari kerja setelah diminta,
permohonan ditolak
f. Dalam hal permohonan memenuhi ketentuan, diterbitkan VA

Q : kalo setelah VA terbit trus ada dokumen, data baru gimana ?


A : tenang saja Pablo, masih bisa diajukan permohonan selama tidak melewati 7
HK sejak diterbitkan VA, tapi perubahan itu hanya bisa diajukan 1x
Q : prosesnya berapa lama tuh?
A : 30 hari kerja, bos

3. Penggunaan VA
a. Oleh Importir : sebagai petunjuk kesamaan penentuan unsur biaya dan/atau
nilai penambah, pengurang atau tidak termasuk ke dalam NP antara Importir
dan Pejabat BC saat pemberitahuan pabean impor (VA dilampirkan saat
mengajukan BC 2.0);
b. Oleh Pejabat BC : sebagai petunjuk saat melakukan penelitian/penetapan NP,
penelitian ulang, audit kepabeanan.
4. Tidak berlakunya VA

a. Kondisi transaksi barang impor berbeda dengan kondisi transaksi


sebagaimana tercantum di VA;
b. VA digunakan oleh Importir yang berbeda dengan yang tercantum; atau
c. Pejabat BC punya alasan berdasarkan bukti nyata dan terukur untuk tidak
mengikuti VA

Bukti nyata = invoice, kontrak, kesepakatan atau


dok. Lainnya yang berhubungan dengan transaksi
tersebut

5. Pencabutan VA dilakukan dalam hal

a. Data yang diajukan permohonan tidak akuran dan tidak benar, based on:
i. Informasi hasil pemeriksaan dok saat customs clearance; dan/atau
ii. Temuan pejabat BC setelah pengeluaran dari K.Pabean (post customs
clearance)
b. Terdapat perubahan ketentuan tentang NP yang bisa mempengaruhi Valuation
Advice
c. Pertimbangan lain terkait international best practice atau referensi lain terkait
NP
Direktur a.n Dirjen menerbitkan surat pencabutan VA dan disampaikan kepada
importir

Anda mungkin juga menyukai