1. DASAR HUKUM
KITE Pembebasan
PMK No 254/PMK.04/2011 jo. PMK No 176/PMK.04/2013
Perdirjen BC No PER-16/BC/2012 jo. Perdirjen BC No PER-04/BC/2014
KITE Pengembalian
PMK No 253/PMK.04/2011 jo. PMK No 177/PMK.04/2013
Perdirjen BC No PER-15/BC/2012 jo. Perdirjen BC No PER-05/BC/2014
1. Pembebasan
Bahan baku impor mendapatkan pembebasan atas Bea Masuk dan PPN dan
PPN/PPnBM tidak dipungut dengan menyerahkan sejumlah jaminan.
Bahan baku tersebut diproses di perusahaan yang bersangkutan atau dapat
subkontrakan, lalu hasil produksinya akan diekspor.
Laporan pertanggungjawaban apabila sesuai maka jaminan akan dikembalikan,
namun apabila tidak sesuai maka jaminan akan dicairkan dan dikenakan denda.
2. Pengembalian
Bahan baku impor dibayar Bea Masuknya menggunakan akun khusus (masuk ke kas
negara) lalu diproses oleh perusahaan yang bersangkutan atau dapat
disubkontrakan untuk tujuan diekspor.
Permohonan pengembalian bea masuk akan dipenuhi apabila seluruh prosedur
sudah sesuai dengan ketentuannya apabila tidak sesuai maka bea masuk tidak
dikembalikan.
* Dalam hal masa produksi > 12 bulan, maka dapat diberi periode pembebasan sesuai
masa produksinya.
Jangka waktu jaminan “paling singkat selama periode Pembebasan ditambah jangka
waktu penyelesaian penelitian BCLKT (15 bulan)”
D. KONVERSI
Penyerahan BCLKT.02 Paling lama 6 bulan setelah terbit LPE (Laporan Pemeriksaan
Ekspor)
F. SUBKONTRAK
Perusahaan:
1. Termasuk kategori Tbk (memiliki profil fasilitas low/medium), EAO, atau MITA
2. Mengajukan permohonan ke Kanwil/KPU + perjanjian kontrak ekspor/dokumen
sejenis.
Kanwil/KPU:
1. Menerima surat permohonan + lampiran
2. Setuju = surat persetujuan / Tidak setuju = surat penolakan
G. EKSPOR BARANG GABUNGAN
Ekspor tidak langsung (melalui perusahaan lain dalam rangka ekspor barang gabungan),
syarat:
H. FORCE MAJEURE
Dibebaskan dari Bea Masuk, PPN, dan/atau sanksi jika terjadi force majeure seperti
peperangan, bencana alam, kebakaran, dan lain-lain. Ketentuan :
B. Pengertian IKM
IKM adalah badan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi produktif yang
memenuhi kriteria usaha kecil atau usaha menengah sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang usaha mikro, kecil dan menengah, yang mendapatkan fasilitas KITE
IKM
H. Penerima Fasilitas
Dikecualikan:
1. Pernah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan, kepabeanan dan/atau cukai
2. Dinyatakan pailit oleh pengadilan, Untuk jangka waktu 10 tahun terhitung sejak
selesai menjalani hukuman
J. Pemberian Fasilitas
1. Pemohon mengajukan permohonan ke KPPBC
2. Dilakukan pemeriksaan administratif dan penelitian fisik
3. Dalam jangka waktu 14 hari diberikan keputusan
4. Jika diterima maka akan diberikan Surat Keputusan, Modul, dan Acces
5. Jika ditolak siberikan surat penolakan disertai alasan penolakan
K. Konsorsium KITE
Konsorsium KITE adalah:
badan usaha yang dibentuk oleh gabungan IKM;
IKM yang ditunjuk oleh beberapa IKM dalam 1 Sentra, atau
koperasi, yang melakukan kegiatan impor untuk didistribusikan kepada IKM
dan/atau mengekspor hasil produksi IKM.
BCL.KT 0303BCD
O. Perhitungan Kuota Jaminan KITE IKM
Rules #1 Saldo ada 2, buat KITE Kecil 350jt, KITE Menengah 1 MIlyar
Rules #2 Setiap importasi bahan baku akan mengurangi saldo tersebut, dan setiap
ekspor akan menambah kuota jaminan, namun tidak melebihi kuota
Kecil/Menengahnya
Rules #3 Apabila importasi melebihi kuota jaminan, perusahaan harus meletakan
jaminan sesuai kelebihan atas importasinya (PIB)
Rules #3 Impor mesin, atau barang contoh tidak mengurangi kuota jaminan, tapi
izin kepala kantor, contohnya kaya gini :
EXTRAS
KRITERIA IKM
A. DASAR HUKUM
PMK 178/PMK.04/2017 tentang Impor Sementara
Pasal 10 D Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
Revised Kyoto Convention (RKC) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 69 Tahun 2014
Convention on Temporary Admission sebagaimana ditetapkan dalam Perpres 89 tahun
2014
B. PENGERTIAN
Pemasukan barang impor ke dalam daerah pabean yang benar-benar dimaksudkan
untuk diekspor kembali dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
C. PERSYARATAN/KRITERIA
a. barang impor tersebut tidak akan habis dipakai baik secara fungsi maupun bentuk
b. barang impor tersebut tidak mengalami perubahan bentuk secara hakiki
c. saat diekspor kembali dapat diidentifikasi sebagai barang yang sama saat diimpor;
d. tujuan penggunaan barang impor jelas
e. pada saat impor terdapat bukti pendukung bahwa barang impor akan diekspor
kembali
D. PEMBEBASAN BM
a. Barang pameran selain tujuan ETP
b. Barang untuk seminar, workshop, atau kegiatan semacam itu
c. Barang Peragaan atau demonstrasi
d. Keperluan tenaga ahli
e. Keperluan pendidikan, penelitian, dan ilmu pengetahuan
f. Keperluan olahraga, pertunjukan, dan perlombaan
g. Kemasan untuk pengangkutan barang impor/ekspor secara berulang
h. Barang contoh
i. Yacht yang digunakan sendiri oleh wisata mancanegara
j. Kendaraan/sarkut yang digunakan sendiri oleh WNA
k. Kendaraan/sarkut yang melewati lintas batas
l. Barang untuk diperbaiki, direkondisi, diuji, dan dikalibrasi
m. binatang hidup untuk keperluan perlombaan
n. barang untuk penanggulangan bencana alam
o. barang untuk keperluan TNI dan POLRI
p. Kapal yg diimpor oleh niaga pelayaran nasional
q. Pesawat dan mesin yang diimpor oleh perusahaan nasional
r. Barang pribadi penumbang dan ASP
s. Barang hibah
t. Barang yang diimpor oleh pemerintah
u. Sarana pengangkut yg digunakan ddi DP
v. Peti kemas yang digunakan di DP
E. KERINGANAN BM
Keringanan
Bayar Jaminan
2% X ∑ bulan jangka waktu izin X ∑ selisih antara BM yang seharusnya
BM BM yang seharusnya dibayar dibayar dengan yang telah dibayar
PPN Non PPN atau PPN & PPnBM yang
seharusnya dibayar -
JKP
PPN atau PPN & PPnBM yang
PPN JKP - seharusnya dibayar
I. PENCABUTAN IZIN
Barang Impor Sementara yang dilakukan pindah lokasi atau digunakan tujuan lain, tanpa
mendapat izin terlebih dahulu, dilakukan pencabutan izin impor sementara dengan
ketentuan sebagai berikut :
Diselesaikan dengan diekspor kembali dalam jangka waktu paling lambat 30 hari
terhitung sejak tanggal penerbitan Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pencabutan;
Dilakukan penyegelan saat dicabut (paling lama 30 hari);
Keterlambatan realisasi diekspor kembali barang Impor Sementara (lewat 30 hari),
dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari bea masuk yang
seharusnya dibayar;
Lewat 30 penyegelan belum ada realisasi ekspor kembali, barang dilakukan
penegahan.
Penyegelan dilakukan paling lama 30 hari terhadap barang Impor Sementara yang :
o belum diekspor kembali sampai dengan jangka waktu Impor Sementara
berakhir;
o mendapat keputusan tidak diekspor kembali (selain hibah kepada pemerintah
pusat dan force majeur); atau
o dicabut;
Jika 30 hari barang yang dilakukan penyegelan belum diselesaikan kewajiban
pabeannya, barang impor sementara dilakukan penegahan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan mengenai penindakan di bidang kepabeanan dan cukai.
Penyelesaian penegahan sesuai peraturan perundang-undangan mengenai BTD,
BDN, dan BMN.
CARNET
A. Dasar Hukum
1. PMK 228/PMK.04/2014 Tentang Impor Sementara dengan Menggunakan Carnet
2. Revised Kyoto Convention (RKC) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden
Nomor 69 Tahun 2014
3. Peraturan Presiden Nomor 89 Tahun 2014 Tentang Pengesahan Convention On
Temporary Admission (Istanbul Convention)
4. Perdirjen BC Nomor PER-09/BC/2015 Tentang Tata Kerja Impor Sementara dengan
Menggunakan Carnet
B. Pengertian
Sebuah dokumen kepabeanan yang berlaku secara internasional untuk kepentingan
pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke suatu negara yang telah mengadopsi
ketentuan temporary admission. Berfungsi untuk, Penjamin atas pemasukan barang,
sehingga tidak dikenakan Bea Masuk, Cukai, PDRI atas lalu lintas tersebut.
digunakan untuk impor sementara
digunakan untuk ekspor yang dimaksudkan untuk diimpor kembali dalam jangka
waktu tertentu (Pasal 2)
C. Latar Belakang
1. Simplifikasi Prosedur
2. Melibatkan Rantai Jaminan Internasional
3. Aksesi Convention on Temporary Admission
4. Amanat Undang Undang Kepabeanan
5. Mewujudkan Visi DJBC
F. Keuntungan CARNET
1. Terhadap barang Impor Sementara diberikan pembebasan bea masuk dan pajak
dalam rangka impor
2. Terhadap barang Impor Sementara tidak wajib memenuhi ketentuan larangan dan
pembatasan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan
Note : Permohonan penggantian carnet paling lama 14 (empat belas) hari sebelum
berakhirnya masa berlaku carnet
I. Perubahan CARNET
1. Setiap keterangan dalam carnet dapat diubah atas persetujuan Penerbit dan
Penjamin carnet
2. Apabila carnet sudah diterima bea dan cukai, perubahan keterangan dalam carnet
harus mendapat persetujuan dari kepala kantor pabean atau pejabat bea dan
cukai yang ditunjuk
3. Perubahan tidak dilakukan atas:
Daftar barang (general list) pada ATA Carnet
Deskrispsi kendaraan (description of vehicle) pada CPD Carnet
B. Pengertian
1. Tarif Preferensi adalah tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
internasional yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penetapan tarif bea masuk berdasarkan perjanjian atac. kesepakatan
internasional.
2. SKA, Surat Keterangan Asal ( SKA ) adalah dokumen pelengkap pabean yang
menyatakan bahwa barang yang akan memasuki Daerah Pabean dapat diberikan Tarif
Preferensi.
Note :
Wholly Obtained yaitu barang yang sepenuhnya dihasilkan, diambil dan atau
diproduksi di suatu negara, misalnya produk mineral, hewan, tanaman dan
atau agrikultur yang dipelihara dan atau diambil di negara pengekspor
Not wholly obtained yaitu barang yang tidak seluruhnya diperoleh atau
diproduksi di 1 (satu) Negara Anggota.
2. Kriteria Pengiriman (Consignment Criteria)
I. Barang impor dapat dikirim dari Negara Anggota yang menerbitkan SKA
melalui negara lain (transit dan/atau transshipment) dengan ketentuan:
transit dan/ atau transhipment
barang tersebut tidak diperdagangkan atau dikonsumsi di negara
tujuan transit dan/ atau transshipment; atau
tidak mengalami proses produksi selain bongkar muat dan tindakan
lain yang diperlukan untuk menj aga agar barang tetap dalam kondisi
baik.
II. Kriteria pengiriman meliputi
barang impor dikirim langsung dari Negara Anggota yang menerbitkan
SKA ke dalam Daerah Pabean;
barang impor dikirim melalui wilayah Negara Anggota; atau
barang impor dikirim tidak melalui wilayah selain Negara Anggota.
F. KETENTUAN SANKSI
1. Dalam Hal Jawaban Retroactive Check terhadap SKA, Invoice declaration, atau e Form D
dalam rangka pengenaan tarif preferensi (Retroactive check adalah pejabat BC meminta
instansi penerbit SKA di negara eksportir mengecek keaslian dokumen SKA tersebut)
2. Atas hasil penelitian tersebut dapat dilakukan penelitian ulang dan audit (Pasal 12)
3. Pejabat BC Berkoordinasi Dengan Negara Penerbit SKA, Invoice Declaration atau E-
Form D dinyatakan palsu atau dipalsukan
4. Pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan verification visit (dapat melibatkan kementerian/
lembaga terkait) apabila jawaban dari permintaan retroactive check diragukan kebenarannya
atau tidak cukup membuktikan pemenuhan ketentuan asal barang
5. Apabila terdapat bukti bahwa eksportir melakukan pemalsuan terhadap dokumen
yang bersangkutan, maka importasi yang berasal dari eksportir yang bersangkutan
tidak diberikan tarif preferensi selama 2 tahun
6. Dokumen bersangkutan dari eksportir dilakukan penelitian mendalam untuk
digunakan sebagai evaluasi tingkat penjaluran pengeluaran barang impor
SKA Back-to-Back atau Movement Certificate adalah SKA yang diterbitkan oleh
Negara Anggota pengekspor kedua berdasarkan SKA yang diterbitkan oleh Negara
Anggota pengekspor pertama.
SKA Back-to- Back harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
- SKA Back-to-Back harus berisi informasi yang sama dengan SKA yang diterbitkan
oleh Negara Anggota pengekspor pertama, kecuali jumlah barang dan nilai Freight
on Board (FOB);
- total jumlah barang yang tercantum pada SKA Backto-Back tidak boleh melebihi
jumlah barang yang tercantum pada SKA yang diterbitkan oleh Negara Anggota
pengekspor pertama;
- masa berlaku SKA Back-to-Back tidak boleh melebihi masa berlaku S KA yang
diterbitkan oleh Negara Anggota pengekspor pertama; dan
- nama eksportir yang tercantum dalam SKA Back-to Back harus sama dengan nama
Importir yang tercantum dalam SKA
- Dalam hal informasi pada SKA Back-to-Back diragukan atau tidak lengkap, Pej abat
Bea dan Cukai dapat meminta Importir untuk menyerahkan copy atau pindaian
SKA atau hasil cetak e-Form D dari Negara Anggota pengekspor pertama
Negara anggota pengekspor kedua dapat menerbitkan SKA Back to back berdasarkan
SKA yang diterbitkan oleh negara anggota pengekspor pertama, dengan ketentuan :
- Penerbitan Back to back SKA dibuat berdasarkan SKA yang pertama (asli)
- Masa berlakunya SKA Back to back SKA dimaksud, tidak melebihi masa berlakunya
SKA asli
- Pengiriman barang yang akan diekspor dengan menggunakan back to back SKA,
tidak melewati proses pengolahan lebih lanjut di negara pengekspor kedua,
kecuali :
Untuk pengemasan kembali atau kegiatan logistik seperti : pembongkaran,
pemuatan kembali, penyimpanan
Kegiatan operasional lainnya yang diperlukan untuk menjaga kualitas produk
C. Ketentuan Penolakan
1. Dalam hal hasil penelitian menunjukkan bahwa
barang impor tidak memenuhi 1 (satu) atau
lebih ketentuan dalam Ketentuan Asal Barang,
SKA ditolak dan atas barang impor dimaksud
dikenakan tarif bea masuk yang berlaku umum
(Most Favoured Nation/MFN) ;
2. Dalam hal SKA terdiri dari beberapa Jenis
barang, penolakan terhadap salah satu jenis
barang tidak membatalkan pengenaan Tarif
Preferensi atas Jenis barang lain yang
memenuhi Ketentuan Asal Barang.
3. Ketentuan:
- Jumlah barang impor yang tercantum dalam PIB lebih besar dari SKA, atas
kelebihan dikenakan tarif bea masuk MFN;
- Spesifikasi barang yang tercantum dalam PIB berbeda dengan spesifikasi
barang SKA dikenakan tarif MFN;
- Ketidaksesuaian antara fisik barang yang diberitahukan dalam PIB dengan
SKA dikenakan tarif MFN;
- Tarif preferensi yang diberitahukan berbeda dengan seharusnya yg
dikenakan, Pejabat Bea dan Cukai menetapkan tarif bea masuk yang sesuai;
4. PASAL 19 = SKA tetap sah dalam hal terdapat perbedaan yang bersifat minor
descrapancy
5. Barang impor yang berasal dari negara anggota dengan nilai FOB tidak melebihi
US$200, sepanjang barang tersebut bukan bagian dari importasi yang lain dan
diberitahukan pada PIB, dapat dikenakan tarif preferensi tanpa harus melampirkan
SKA
6. PASAL 21, Tarif preferensi dapat diberikan atas barang yang : diimpor untuk tujuan
pameran; tidak ada proses lebih lanjut dan masih berada di pengawasan DJBC; terjual
pada saat dan/ atau sesudah pameran diselenggarakan di negara anggota
KAWASAN EKONOMI KHUSUS
(KEK)
Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang
hukum NKRI yang ditetapkan untuk memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor,
memperoleh fasilitas tertentu . impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
MAKSUD DAN TUJUAN KEK
1. Meningkatkan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan
geoekonomi dan geostrategis.
2. Memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang
memiliki nilai ekonomi tinggi.
3. Mempercepat perkembangan daerah.
4. Sebagai terobosan pengembangan Kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain
industry, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
DASAR HUKUM
1. UU 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
2. PP 96 tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di KEK
3. PMK 104/PMK.010/2016 tentang Perlakuan Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai pada
KEK
BENTUK-BENTUK KEK
Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas
KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona: pendukung dan perumahan bagi pekerja.
Pengolahan ekspor
Logistik Di dalam setiap KEK disediakan lokasi
Industri untuk usaha mikro, kecil, menengah
Pengembangan teknologi (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku
Pariwisata Usaha maupun sebagai pendukung
Energi; dan/atau kegiatan perusahaan yang berada di dalam
Ekonomi lain KEK
STRUKTUR KELEMBAGAAN
*) Anggota Dewan Nasional KEK:
Dipimpin oleh Presiden selaku kepala negara 1. Menteri Keuangan
Untuk level nasional, dibawah presiden dipegang oleh Dewan 2. Menteri Perdagangan
3. Menteri Perindustrian
Nasional yang diketuai oleh Menko Perekonomian 4. Menteri Dalam Negeri
5. Menteri PU
Di level provinsi dipegang oleh Dewan Kawasan yang diketuai 6. Menteri Perhubungan
oleh Gubrenur, diwakili bupati/walikota terkait 7. Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi
8. Menteri Bappenas
Dan di kabupaten kota, dipegang oleh administrator KEK 9. Kepala BPKM
TUGAS PARA PIHAK
3. Fasilitas ketenagakerjaan:
a. Penggunaan tenaga kerja asing
b. Lembaga kerjasama tripartite khusus
c. Dewan pengupahan KEK
d. Serikat pekerja
e. Perjanjian kerja Bersama
4. Fasilitas keimigrasian:
Izin tinggal terbatas diberikan untuk waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat di perpanjang
dengan ketentuan keseluruhan izin tinggal diwilayah KEK tidak lebih dari 15 (lima belas) tahun
Bagi orang asing yang memiliki rumah tinggal atau hunian di KEK pariwisata diberikan:
a. Izin Tinggal Sementara; atau
b. Izin Tinggal Tetap dalam hal orang asing memiliki Izin Tinggal Sementara.
5. Fasilitas pertanahan:
• Pengadaan Tanah : mengacu ke peraturan terkait pengadaan tanah untuk
kepentingan umum
• Pelayanan : kewenangan dilimpahkan kepada administrator KEK atau petugas di
PTSP
• Kepemilikan Hunian/Properti : Pada KEK pariwisata, orang asing/badan usaha
asing dapat memiliki hunian/properti yang berdiri sendiri dibangun atas bidang
tanah yang dikuasai berdasarkan perjanjian dengan pemegang hak atas tanah
a. bidang usaha
yang merupakan
Kegiatan Utama
KEK; dan
b. Bidang usaha
yang merupakan
Kegiatan
Lainnya di Luar
keiatan utama
KEK
Sanksi < 4 Tahun dan Pembangunan atau Membayar BM + bunga 2% setiap bulan (max 24 bulan
pengembangan proyek blm selesai PDRI + Administratif
• PMK 48/PMK.04/2012
DEFINISI
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) adalah suatu kawasan yang berada dalam
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari
pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, dan cukai.
Jangka waktu suatu Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah 70 (tujuh puluh) tahun
terhitung sejak ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
STRUKTUR KELEMBAGAAN
TUGAS DAN WEWENANG DJBC DI KPBPB
Berdasarkan PP Nomor 10 Tahun 2012, DJBC memiliki tugas dan wewenang untuk mengawasi pemasukan
dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan yan telah ditetapkan sebagai KPBPB.
PPFTZ 02
Pemberitahuan Pabean untuk pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Bebas dari dan
ke Tempat Penimbunan Berikat, Kawasan Bebas lainnya, dan Kawasan Ekonomi Khusus.
PPFTZ 03
Pemberitahuan Pabean untuk pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam Daerah
Pabean
BC 1.2 FTZ
Pemberitahuan Pabean pengeluaran barang dari Kawasan Pabean di Kawasan Bebas untuk diangkut ke
Tempat Penimbunan Sementara di Kawasan Pabean lainnya.
CK-FTZ
Dokumen cukai untuk pemberitahuan pengeluaran sekaligus pelindung pengangkutan atas barang kena
cukai dari Pabrik untuk kebutuhan konsumsi penduduk di Kawasan Bebas dengan fasilitas pembebasan
cukai.
Memiliki NIK
Memiliki NPWP dengan domisili KPBPB
Memiliki NPPBKC terkait pemasukan dan pengeluaran BKC
Pemasukan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk ke Kawasan Bebas dari luar Daerah Pabean,
hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah mendapatkan izin usaha dari Badan Pengusahaan
Kawasan, dalam jumlah dan jenis yang ditetapkan oleh Badan Pengusahaan Kawasan.
Pemasukan barang konsumsi untuk kebutuhan penduduk ke Kawasan Bebas dari tempat lain dalam
Daerah Pabean dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
a. Barang perwakilan Negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik
b. Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia
c. Buku Ilmu Pengetahuan
d. Barang Kiriman Hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial atau kebudayaan
atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam
e. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam
f. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
g. Barang untuk keperluan kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya
h. Persenjataan, amunisi dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang
diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan Negara
i. Barang untuk keperluan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi
keperluan pertahanan dan keamanan Negara
j. Barang contoh yang tidak diperdagangkan
k. Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah
l. Barang pindahan
m. Baran pribadi penumpang; awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu
n. Obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang
diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat
o. Barang yang telah dieskpor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, pengujian
p. Barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan
kualitas pada saat diekspor
q. Bahan terapi manusia, pengelompokkan darah, dan bahan penjenisan jaringan
a. Barang dan bahan untuk pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka
penanaman modal
b. Mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri
c. Barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri untuk
jangka waktu tertentu
d. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan
e. Bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian,
peternakan, dan perikanan
f. Hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkapan yang telah mendapat izin
g. Barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan atau penyusutan
volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan
saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai
h. Barang oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum
i. Barang untuk keperluan olah raga yang diimpor oleh induk organisasi olah raga
nasional
j. Barang untuk keperluan proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dan/atau
hibah dari luar negeri
k. Barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan
tujuan untuk diekspor (KITE)
B. Dasar Hukum
C. Objek BMDTP
1. Barang dan bahan belum diproduksi di dalam negeri;
2. Barang dan bahan sudah diproduksi di dalam negeri, tapi belum memenuhi spesifikasi;
3. Barang dan bahan sudah diproduksi di dalam negeri, tapi belum mencukupi kebutuhan
(demand)
D. Latar Belakang
Fasilitas ini timbul karena Undang-Undang Kepabeanan membatasi barang-barang yang
mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud pada pasal 25 dan 26 UUK. Oleh karena
pemerintah masih menganggap perlu adanya pemberian insentif terhadap barang impor
tertentu, pemerintah (dalam hal ini Menkeu) memberikan subsidi bea masuk dan PPN Impor.
Biasanya bersifat temporer, diberikan dalam periode satu tahun. Sektor Industri yang
diberikan fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah, antara lain:
a. pembuatan kemasan plastic, biaxially oriented polypropylene film, cast polypropylene film,
barang dan/atau perabot rumah tangga dari plastic, karung plastic, benang dari plastic,
terpal plastic dan atau geotekstil
b. Pembuatan kosmetik
c. Pembuatan Polyester berlapis logam dan kaca film
d. Pembuatan amplas
e. Pembuatan Bahan Kimia Khusus seperti masterbach, penetralisir air limbah, bahan
kimia untuk kertas dan katalis
f. Pembuatan Karpet, Permadani, Sajadah dan/atau PU, PVC Artificial
g. Pembuatan Mainan Anak
h. Pembuatan Kacamata
i. Pembuatan peralatan telekomunikasi
j. Pembuatan tinta khusus (toner)
k. Pembuatan kemasan infus dan/atau produksi obat infus
l. Pembuatan perbaikan dan/atau pemeliharaan pesawat terbang
m. Pembuatan resin berupa alkyd resin, unsaturated polyester resin, amino resin, pigment
phthalate, solution acrylic/syntetic latex, plasticizer
n. Pembuatan pupuk borate
o. Pembuatan kabel serat optik
p. Pembuatan komponen dan/atau produk elektronika
q. Pembuatan dan/atau perbaikan kapal
r. Pembuatan dan/atau perbaikan gerbong barang, kereta penumpang, kereta rel
listrik/diesel, bogie, dan komponen kereta api
s. Pembuatan komponen kendaraan bermotor
t. Pembuatan alat tulis berupa ballpoint
u. Pembuatan bagian tertentu alat besar dan/atau perakitan alat besar
v. Pembuatan komponen alat mesin pertanian
w. Pembuatan peralatan energy dan ketenagalistrikan
MItra uTAma Kepabeanan (eks Jalur Prioritas)
MITRA UTAMA X JALUR PRIORITAS
A. Sejarah
Mitra Utama Kepabeanan diawali dengan uji coba Jalur Prioritas pada tahun 2002 kemudian
berkembang menjadi MITA pada tahun 2007, dan diatur kemudian pada Peraturan Menteri
Keuangan nomor PMK-229/PMK.04/2015 tentang Mitra Utama Kepabeanan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK-211/PMK.04/2016.
Dukungan dalam rangka untuk mengurangi dwelling time dan biaya logistik
Apresiasi bagi importir /eksportir yang memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi
Mendorong importir /eksportir untuk memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi
Mengamankan dan memperlancar penerimaan negara dengan mekanisme Monev
C. Definisi
MITA adalah importir dan/atau eksportir yang diberikan pelayanan khusus di bidang
Kepabeanan.
D. Penetapan
E. Bentuk Pelayanan Khusus
F. Syarat MITA
Locomotive Facility: rekomendasi dari MITA Kepabeanan atas mitra dagangnya untuk
memperoleh pelayanan khusus di bidang kepabeanan sehubungan dengan pengeluaran
barang. Fasilitas ini hanya diberikan kepada impor/ekspor mitra dagang MITA untuk
keperluan MITA Kepabeanan.
Member Get Member: mitra dagang MITA Kepabeanan mendapat prioritas ditetapkan
sebagai MITA Kepabeanan
1. Monitoring
Dilakukan oleh: Dit. Teknis Kepabeanan; Ka Kanwil; Ka Kantor Pabean
Dilakukan dengan: Analisis Data; Peninjauan Lapangan
Ditindaklanjuti dengan: Saran/Perbaikan; Rekomendasi Penul; Rekomendasi Evaluasi.
2. Evaluasi
Dilakukan oleh: Dit. Teknis Kepabeanan
Dilakukan dengan: Analisis mendalam hasil monitoring; Peninjauan lapangan
Ditindaklanjuti dengan: Surat Peringatan; Pembekuan; Pencabutan.
I. Pembekuan
Pembekuan atas fasilitas MITA Kepabeanan dilakukan apabila persyaratan sebagai MITA
Kepabeanan sudah tidak terpenuhi dan kemudian diterbitkan surat keterangan pembekuan
sebagai MITA Kepabeanan oleh Direktur Teknis Kepabeanan. Pada saat pembekuan, fasilitas
pelayanan khusus tidak diberikan.
J. Pencabutan
Penetapan sebagai MITA Kepabeanan dicabut oleh Direktur Jenderal dalam hal:
1. 3 (tiga) bulan setelah pembekuan belum menindaklanjuti hasil monev;
2. Melakukan tindak pidana di bidang Kepabeanan;
3. Permohonan pencabutan;
4. Selama 2 (dua) tahun terakhir, dalam 3 (tiga) kali hasil monev tidak memenuhi persyaratan
sebagai MITA Kepabeanan; atau
5. MITA Kepabeanan dinyatakan pailit.
Authorized Economic Operator (AEO)
AEO (AUTHORIZED ECONOMIC OPERATOR)
A. Sejarah
B. Dasar Hukum
Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK 227/PMK.04/2014 tentang Operator
Ekonomi Bersertifikat
C. Definisi
AEO adalah Operator Ekonomi yang mendapat pengakuan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai sehingga mendapat perlakuan kepabeanan tertentu.
D. Subjek
Importir
Eksportir
PPJK
Pengangkut
TPB
TPS
Pihak lain terkait dengan pergerakan barang dalam fungsi rantai pasokan global
(konsolidator dan penyelenggara pos)
E. Syarat
1. Menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan Kepabeanan dan/atau Cukai;
2. Mempunyai sistem pengelolaan data perdagangan;
3. Mempunyai kemampuan keuangan;
4. Mempunyai system konsultasi, kerjasama dan komunikasi;
5. Mempunyai system pendidikan, pelatihan dan kepedulian;
6. Mempunyai pertukaran informasi, akses dan kerahasiaan;
7. Mempunyai system keamanan kargo;
8. Mempunyai system keamanan pergerakan barang;
9. Mempunyai system keamanan lokasi;
10. Mempunyai system keamanan pegawai;
11. Mempunyai system keamanan mitra dagang;
12. Mempunyai system manajemen krisis dan pemulihan insiden; dan
13. Mempunyai system perencanaan dan pelaksanaan pemantauan, pengukuran analisis
dan peningkatan system.
F. Pengajuan
G. Keuntungan
1. Penelitian dokumen dan/atau pemeriksaan fisik yang minimal;
2. Prioritas untuk mendapatkan penyederhanaan prosedur kepabeanan;
3. Pelayanan khusus dalam hal terjadi gangguan terhadap pergerakan pasokan logistic
serta ancaman yang meningkat;
4. Pre-notification;
5. Corporate Guarantee;
6. Pembayaran berkala;
7. Trucklossing;
8. Prioritas untuk diikutsertakan dalam program baru DJBC;
9. Client Manager; dan/atau
10. Mendapatkan layanan penyelesaian kepabeanan di luar jam kerja kantor pabean.
H. Tanggung Jawab
1. Mempertahankan dan/atau meningkatkan kondisi persyaratan sebagai AEO;
2. Melakukan audit internal secara periodic sekali dalam setahun, berupa penilaian atas
pemenuhan kondisi dan persyaratan sebagai AEO;
3. Menyampaikan hasil audit internal kepada client manager;
4. Menyampaikan laporan lainnya dalam hal terjadi perubahan signifikan yang dapat
memengaruhi kondisi dan persyaratan sebagai AEO;
5. Melakukan komunikasi secara intensif dengan client manager dalam rangka
mempertahankan dan/atau meningkatkan kondisi dan persyaratan sebagai AEO;
6. Mengembangkan dan menjaga nilai-nilai etika dan akuntabilitas dalam praktik
perdagangan;
7. Menunjuk manajer yang menangani kegiatan AEO.
J. Pembekuan
Dirjen membekukan pengakuan AEO paling lama 12 bulan dalam hal:
Hasil evaluasi menyimpulkan AEO tidak memenuhi kondisi dan syarat;
Terbukti melakukan tindak pidana kepabeanan dan/atau cukai;
Tidak melakukan tanggung jawabnya sebagai AEO;
Terdapat suatu kondisi dimana barang yang terkait rantai pasokan global dapat
menyebabkan kegentingan yang membahayakan keamanan, kesehatan masyarakat
dan/atau lingkungan.
K. Pencabutan
Dirjen mencabut pengakuan sebagai AEO dalam hal:
Permohonan pencabutan dari AEO;
Tidak melakukan kegiatan kepabeanan selama 6 bulan secara terus menerus;
Dalam 5 tahun mendapatkan pembekuan sebanyak 3 kali;
Setelah jangka waktu pembekuan tidak memenuhi kondisi dan syarat sebagai AEO
dan tidak memenuhi tanggung jawab sebagai AEO;
Adanya putusan pengadilan bahwa terbukti melakukan tindak pidana kepabeanan,
cukai dan/atau perpajakan;
Dinyatakan pailit oleh pengadilan.
Setelah dicabut, AEO dapat mengajukan kembali penetapan sebagai AEO paling cepat
2 tahun setelah pencabutan.
RUSH HANDLING
1. Pengertian
Rush Handling merupakan kemudahan prosedural yang diberikan atas barang impor tertentu
yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk dikeluarkan dari kawasan
pabean.
2. Dasar Hukum
a. UU NOMOR 10 TAHUN 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 17 Tahun 2006
b. PMK 148/PMK.04/2007 tentang Pengeluaran Barang Impor untuk Dipakai dengan
Pelayanan Segera (RUSH HANDLING)
Syarat Umum
Kategori Barang
1. Organ tubuh manusia, antara lain: ginjal, kornea mata, atau darah;
2. Jenazah dan abu jenazah
3. Barang yang merusak lingkungan
4. Binatang hidup
5. Tumbuhan hidup
6. Surat kabar dan majalah yang peka waktu
7. Dokumen atau surat
8. Barang lain yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera,
apabila mendapat ijin dari Kepala Kantor
1. Pengeluaran
a. Barang Impor dapat dikeluarkan dari Kawasan Pabean sebelum diajukan PIB
b. Mengajukan permohonan kepada Kepala kantor/Pejabat BC dengan dilampiri:
Dok. Pelengkap Pabean
c. Dilakukan Pemeriksaan Fisik BA Pemeriksaan dan Perhitungan Jaminan
d. Penyerahan Jaminan.
2. Setelah Pengeluaran
a. Wajib menyerahkan PIB dan melakukan Pelunasan BM+PDRI Paling Lambat
3 hari kerja sejak pengeluaran barang
b. Sanksi : denda administrasi 10% dari BM
c. Jaminan dicairkan (Bayar BM + PDRI) dan fasilitas RH tidak lagi diberikan
sampai penyelesaian
VOORUITSLAG
1. Pengertian
2. Dasar Hukum
UU Kepabeanan Pasal 10B ayat (2)
PMK No 160/PMK.04/2007 ttg pengeluaran barang impor untuk dipakai dengan
menggunakan jaminan (vooruitslag)
7. Penyelesaian Vooruitslag
1. Ybs. Menyerahkan KEP Fasilitas Pembebasan/Keringanan BM, Cukai, PDRI (jaminan
dikembalikan dengan mengajukan permohonan); atau
2. Menyerahkan Surat Penolakan atas permohonan fasilitas pembebasan/keringanan.
Terkait jangka waktu, apabila sudah melewati jangka waktu vooruitslag dan keputusan
fasilitas pembebasan/ringan belum juga terbit, maka:
Jaminan dicairkan; dan
Penetapan sanksi adm. Berupa denda sebesar 10% dari BM yang wajib dilunasi
Ketentuan diatas tidak berlaku kalo importir sudah melunasi BM, Cukai, PDRI.
Q : Trus kalo BM, Cukai PDRI udah dilunasi, kemudian dapet pembebasan, gimana?
A : ya dilakukan Pengembalian BM, Cukai, PDRI
2. RETURNABLE PACKAGE
Digunakan untuk penyelesaian barang impor yang telah dikeluarkan terlebih dahulu
dengan menggunakan Dokumen Pelengkap Pabean dan jaminan dalam periode
paling lama 30 (tiga puluh) hari.
PIB Berkala dan Bukti Pembayaran (BM, C, PDRI) atas seluruh importasi dalam
periode tersebut wajib diserahkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
terhitung sejak tanggal jatuh tempo
4. TRUCK LOOSING
5. PRE-NOTIFICATION
Pemberian kesempatan kepada importir untuk menyampaikan pemberitahuan
pendahuluan dengan mengajukan PIB sebelum BC 1.1 didaftarkan oleh pihak
pengangkut. Dengan tujuan agar proses pengeluaran barang dari pelabuhan
berjalan cepat sehingga biaya handling di Pelabuhan/Kawasan Pabean menjadi
lebih murah.
Penjaluran dilakukan setelaah kapal tiba atau langsung ditentukan akan tetapi
harus dirahasiakan, untuk menghindari resiko kecurangan oleh importir.
Importir wajib menyerahkan PIB paling cepat 3 Hari Kerja sebelum melakukan
pembongkaran.
Syarat Pengajuan:
Importir sudah memiliki nomor identitas untuk dapat melakukan kegiatan
kepabeanan;
Importir tidak sedang mengajukan Pemberitahuan Pabean Impor atas barang
yang diajukan penetapan klasifikasi; dan
atas barang yang diajukan penetapan klasifikasi tidak sedang dalam proses
keberatan dan/ atau banding di Pengadilan Pajak sesuai peraturan perundang-
undangan.
Penetapan klasifikasi berlaku selama 3 tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan dan
sepanjang barang yang diimpor mempunyai identifikasi yang sesuai dengan
identifikasi yang tercantum dalam PKSI (Penetapan Klasifikasi Sebelum Impor).
1. Definisi
2. Proses Pengajuan
3. Penggunaan VA
a. Oleh Importir : sebagai petunjuk kesamaan penentuan unsur biaya dan/atau
nilai penambah, pengurang atau tidak termasuk ke dalam NP antara Importir
dan Pejabat BC saat pemberitahuan pabean impor (VA dilampirkan saat
mengajukan BC 2.0);
b. Oleh Pejabat BC : sebagai petunjuk saat melakukan penelitian/penetapan NP,
penelitian ulang, audit kepabeanan.
4. Tidak berlakunya VA
a. Data yang diajukan permohonan tidak akuran dan tidak benar, based on:
i. Informasi hasil pemeriksaan dok saat customs clearance; dan/atau
ii. Temuan pejabat BC setelah pengeluaran dari K.Pabean (post customs
clearance)
b. Terdapat perubahan ketentuan tentang NP yang bisa mempengaruhi Valuation
Advice
c. Pertimbangan lain terkait international best practice atau referensi lain terkait
NP
Direktur a.n Dirjen menerbitkan surat pencabutan VA dan disampaikan kepada
importir