Anda di halaman 1dari 3

Nama : Millavenia Pusparini

NIM : 178114131

Menanam Hati Pada Sanata Dharma


Agustus 2017, dimana suatu kisah baru yang mengawali sebuah perasaan istimewa itu
dimulai. Saat itu, aku baru saja menuntaskan pendidikan SMA ku dan mulai menapaki kaki
di dunia perkuliahan. Aku seorang perantau dari Kalimantan Barat. Suatu awal yang baru,
lingkungan baru, juga teman baru bagi perantau seperti ku. Aku berkuliah disalah satu
universitas swasta ternama di Indonesia, Univesitas Sanata Dharma dengan prodi farmasi.
Saat pertama kali meninjakkan kaki di Sanata Dharma dan mengikuti serangkaian kegiatan
inisiasi, aku sadar bahwa ada sesuatu yang berbeda dan menarik dari Universitas ini. Ya, aku
diam-diam mulai menaruh hati pada Universitas ini. Lalu, bagaimana bisa universitas ini bisa
meluluhkan hatiku? Mari simak sedikit tulisan yang ku buat ini.
Menurut informasi yang beredar dikalangan netizen, Sanata Dharma kerap kali
dijuluki Indonesia mini dikarenakan mahasiswanya yang berasal dari beragam daerah di
Indonesia. Keberagaman inilah yang membuat Sanata Dharma semakin unik dan menarik
bagiku. Secara tidak langsung, keberagaman menjadi poin bagi ku untuk menaruh hatiku
sedikit lebih dalam untuk Sanata Dharma.
Tak bisa ku pungkiri, perasaan itu kian berlanjut setelah aku mengikuti serangkaian
kegiatan difakultas farmasi seperti TITRASI (tiga hari temu akrab farmasi) hingga memasuki
awal perkuliahan yang sesungguhnya. Namun, pada awal menerima materi di perkuliahan
kuakui bahwa saat itu adalah saat-saat yang sulit. Hal ini membuatku menjadi sedikit
mengganggu perasaan ku untuk Sanata Dharma kala itu. Aku khawatir bila tidak mampu
mengejar materi yang disampaikan, selain itu aku juga rindu akan kampung halaman ku,
lebih tepatnya aku sangat merindukan kedua orangtua ku. Rasa yang bercampur aduk itu
membuat ku kerap kali ingin sekali pulang karena rindu yang sungguh tak terbendungkan.
Kemudian aku pun merenungkan bahwa aku harus dapat mengatasi kesulitan tersebut dan
tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan juga rasa rindu atau dengan kata lain, aku perlu
menyesuaikan diri agar aku dapat menerima lingkungan baru ini dan mempertahankan rasa
yang nyaris runtuh tersebut. Tentu saja aku tidak mungkin membiarkan rasa yang sudah ku
bangun tersebut runtuh begitu saja. Tidak hanya motivasi dari diri sendiri yang membantu ku
mengatasi masa sulit tersebut. Namun Universitas Sanata Dharma juga ikut mengambil peran
yang dapat membantu dalam hal tersebut. Salah satunya adalah PPKMB.
PPKMB adalah salah satu faktor yang membantu ku untuk menyesuaikan diri atau
dengan kata lain membantu ku dalam mengatasi saat-saat sulit diawal perkuliahan. PPKMB
merupakan mata kuliah yang ditambahkan supaya mahasiswa dan mahasiswi dapat saling
memberikan sharing yang di dampingi oleh seorang DPA dan seorang asisten dosen. Sharing
mencakup bagaimana kita mengenal diri kita sendiri, mengembangkan diri, mengatur waktu
dengan baik, menentukan prioritas hingga mengetahui metode belajar yang cocok dengan diri
kita masing-masing.
Pepatah seringkali mengatakan “alah bisa karna biasa”. Peribahasa ini benar-benar
sangat cocok untuk kehidupan perkuliahan ku saat ini. Kesulitan yang kualami pada awal
perkuliahan sekarang tidaklah menjadi sebuah kesulitan namun sudah menjadi makanan
sehari-hari hingga aku terbiasa dan tidak lagi menganggapnya sebagai sesuatu yang
menyusahkan namun sebagai sesuatu yang membantu ku untuk menjadi pribadi yang lebih
kuat dari sebelumnya. Hingga detik ini, aku masih mengagumi Sanata Dharma dan prodi
farmasi yang aku pilih. Khusus untuk prodi ku, aku ingin menyelami kamu lebih dalam lagi,
hingga nanti pada saat yang tepat atau waktu yang tepat dapat ku temukan arti yang pasti
akan sangat istimewa dan berguna dimasa depan.
Aku tidak pernah menyesal untuk berkuliah di universitas ini, aku bersyukur. Aku
bersyukur berada pada lingkungan yang tepat dengan toleransi yang luar biasa di universitas
ini. Aku bersyukur disini aku dapat mengembangkan diriku dengan mengikuti kegiatan
universitas maupun fakultas sehingga perkuliahanku tidaklah hanya “kupu-kupu” (kuliah-
pulang-kuliah-pulang).
Disisi lain, aku sangat bersyukur dengan teman-teman yang kudapatkan selama
berkuliah di Sanata Dharma. Mereka sungguh ramah dan mau membaur satu sama lain.
Mereka tidak membedakan suku dan agama. Aku pun sadar bahwa aku sudah diberi tempat
yang sungguh pas untuk dapat bersosialisasi dengan baik. Harapan ku ialah semoga saja
toleransi dan kekompakkan kita dapat terjaga hingga kelak kita dapat lulus secara bersama-
sama seperti halnya kita memulainya disini secara bersama-sama.
Waktupun berjalan begitu cepat, sungguh tak terasa aku sudah berada di ujung
semester satu. Walaupun terasa seperti baru saja kemarin rasanya menempuh UN, SBMPTN,
dan lainnya namun saat ini aku sudah hampir mengakihiri semester satu ku di perkuliahan.
Bahagia ? Sudah pasti, pada akhirnya aku berhasil menaklukkan kesulitan-kesulitan ku dan
tinggal selangkah lagi untuk menuju semester dua. Tidak lupa, semua yang kulalui ini
merupakan bagian dari rencana indah Tuhan yang selalu bekerja didalam hidupku juga doa
dari orang tua yang selalu mengiringi setiap langkah yang ku ambil.
Menanam hati di Sanata Dharma sudah ku mulai sejak semester ini. Harapan ku ialah
agar apa yang aku tanam di Sanata Dharma, bisa menghasilkan buah yang berguna di masa
mendatang. Untuk mendapatkan buah yang baik, harus rajin dirawat bukan ? Disirami dan
dipupuki agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Begitu pula halnya dengan
perkuliahan, kita harus dan rajin dalam menempuh perkuliahan dan kita sendiri harus
dipupuki oleh ilmu yang didapat selama perkuliahan agar kemampuan kita dapat berkembang
dan kelak dapat berguna bagi orang lain.
Dari sudut pandangku, Sanata Dharma sejauh ini sudah mengajarkan aku untuk
menjadi seorang pemimpin walaupun hal itu diawali dari diri sendiri. Aku belajar memimpin
diriku seperti mulai menentukan prioritas dalam hidupku, mengatur waktu antara kuliah,
sosial, dan kegiatan lainnya. Aku sangat berterimakasih pada Sanata Dharma. Universitas ini
sudah memiliki tempat yang istimewa di hatiku. Aku sangat tidak sabar dan sungguh
menantikan moment antara aku dan Sanata Dharma di kemudian hari. Let’s make a moment
to remember. Cepat atau lambat, Sanata Dharma pasti akan menjadi suatu bagian dari
hidupku yang akan menjadi sebuah kenangan manis di hari tua nanti dan dapat menjadi satu
cerita yang mengisi hari tua ku kelak. Terakhir, untuk kejelasan perasaan ku pada Sanata
Dharma. Ya, aku sudah jatuh hati padamu.
Special untuk Bu Fenty dan kak Alicia, terimakasih sudah membimbing dengan
penuh kesabaran. Sungguh beruntung bisa mendengarkan sharing yang bisa menjadi
pelajaran agar kami dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari -hari.

Anda mungkin juga menyukai