Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Jamban Sehat

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu penyakit umum

oleh dosen pengampu Maria Alia Rahayu, S.Si.T.,M.Kes

Kelompok 15

Asfarina Puspanagara 1610630100009


Ayu Rohaeti Fatonah 1610630100073
Rina Anggaraeni 1610630100043
Lia Widia 1610630100072

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Unsur-unsur SAP :

I. Latar belakang
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki
masyarakat dan masyarakat harus sadar dan mengerti pentingnya memiliki
jamban. Akses pada sanitasi khususnya pada penggunaan jamban sehat
saat ini memang masih menjadi masalah serius di banyak negara
berkembang seperti Indonesia. Masih tingginya angka buang air besar
disembarang tempat atau open defecation, menjadi salah satu indikator
rendahnya akses ini. Dampak serius yang ditimbulkan kondisi diatas
sangat diyakini banyak pihak berpengaruh baik secara ekonomi maupun
kesehatan masyarakat. Menurut studi yang dilakukan Wordl Bank,
Indonesia kehilangan lebih dari Rp 58 triliun, atau setara dengan Rp
265.000 per orang per tahun karena sanitasi yang buruk. Dan  sebagai
akibat dari sanitasi yang buruk ini, diperkirakan menyebabkan angka
kejadian diare sebanyak 121.100 kejadian dan mengakibatkan lebih dari
50.000 kematian setiap tahunnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARANUMUM (TPU)

Tujuan umum :
Setelah diadakan penyuluhan tentang Jamban Sehat pada masyarakat
khusunya diharapkan dapat mencegah terjadinya penyakit diare pada
masyarakat khususnya ibu hamil dan anak balita.
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)
a. Mengetahui manfaat jamban sehat bagi masyarakat
b. Mengetahui agar masyarakat bisa hidup bersih dan sehat jika
mempunyai jamban sehat

III. SASARAN
Primer : Masyarakat desa

VI. Pesan Pokok


Merumuskan prilaku :
Yang di harapkan Semua masyarakat khususnya di wilayah
jatisari memahami apa yang di sampai kan dan dapat
menerapkan pola hidup sehat dan bersih dengan mempunyai
jamban sehat.
Keuntungan bagi sasaran:
Masyarakat bisa mengetahui apa manfaat dan keuntungan
jamban sehat.
Pesan pokok :
Masyarakat agar bisa memiliki jamban sehat, dan tidak BAB
atau BAK dimana saja , terutama di sungai. Karena akan
berpengaruh pada kesehatan masyarakat.

VII. Menetapkan Metode/Saluran Langkah-langkah Operasional Kegiatan

- Ceramah

- Diskusi/ Tanya jawab

VI. Menetapkan Sasaran dan Media


- Ruangan aula
- Laptop
- Lcd
- Power Point
VII. Menetapkan Waktu Kegiatan
Hari/tanggal : Senin, 30 Juli 2018
Waktu : 30 menit
Sasaran : Masyarakat terutama wilayah jatisari
Tempat : Aula balai desa jatisari

Susunan Acara Kegiatan


No Waktu Topik Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Oleh
1 5 menit Perkenalan Menyampaikan salam 1)      Menyambut salam Moderator
pembuka 2)     
3)      Mendengarkan
2.      Memperkenalkan diri
3.      Menyampaikan tujuan
4) Menyetujui kontak
penyuluhan waktu bersama

4.     Mengingatkan kontrak
waktu dan mekanisme
pelaksanaan
penyuluhan
2 20 menit Penyajian 1.      Menyampaikan materi Mendengarkan dan
Materi tentang jamban sehat memperhatikan
Penyaji
2.      Menjelaskan
mengenai pentingnya
jamban sehat
3.      Menjelaskan
mengenai cara
membuat jamban
sehat
3 15 menit Penutup 1.      Membuka kesempatan 1 Berpartisipasi aktif Moderator
untuk diskusi. dalam kegiatan
diskusi dan tanya
2.   Melakukan evaluasi : jawab
Menanyakan pada Penyaji
masyarakat tentang2Menjawab
kejelasan materi pertanyaan.
pertanyaan.
3 Mendengarkan dan
3.      Mengucapkan salam membalas salam
Moderator
4
4. Menyimpulkan kegiatan
penyuluhan,
menyampaikan salam
dan penutup
MATERI PENYULUHAN

A. Kategori Jamban Sehat


Jamban sehat secara prinsip harus mampu memutuskan hubungan
antara tinja dan lingkungan.. Sebuah jamban dikategorikan sehat jika :
1. Mencegah kontaminasi ke badan air
2. Mencegah kontak antara manusia dan tinja
3. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta
binatang lainnya
4. Mencegah bau yang tidak sedap
5. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik dana man bagi
pengguna
B. Prinsip Jamban Sehat
Secara kontruksi kriteria diatas dalam prakteknya mempunyai banyak
bentuk pilihan tergantung jenis material penyusun maupun bentuk
konstruksi jamban. Pada prinsipnya bangunan jamban dibagi menjadi 3
bagian utama yaitu :

1. Bangunan bagian atas (rumah jamban)


Bagunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka, dan
dinding. Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat
setempat.
Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain :
a) Sirkulasi udara yang cukup
b) Bangunan mampu menghindari pengguna terlihat dari luar
c) Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim
panas maupun musim hujan)
d) Kemudahan akses dimalam hari
e) Disarankan untuk menggunakan bahan lokal
f) Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk
cuci tangan.

2. Slab/ dudukan jamban (bangunan bagian tengah)


Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi
dengan tempat berpijak. Pada jamban cemplung slab dilengkapi
dengan penutup, sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl
(leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang
secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang
cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu,
beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya. Selain
slab, pada bagian ini juga dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan
sedikit abu ke dalam sumur tinja (pit) setelah digunakan akan
mengurangi bau dan kelembaban, dan membuatnya tidak menarik bagi
lalat untuk berkembang biak. Sedangkan air dan sabun digunakan
untuk cuci tangan. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah.
 Terdapat penutup pada lubang sebagi pelindung terhadap
gangguan serangga atau binatang lain.
 Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor
keamanan (menghindari licin, runtuh, atau terperosok).
 Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan
timbulnya bau.
 Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.
3. Penampung Tinja (Bangunan bagian bawah)
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat
berbentuk persegi, lingkaran, bundar atau yang lainnya. Kedalaman
tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di musim
hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus
dilapisi seluruhnya atau sebagian dengan bahan penguatseperti
anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain – lain.
Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain :
 Daya resap tanah (jenis tanah)
 Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan)
 Ketinggian muka air tanah
 Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak
bangunan terhadap sumber air minum (lebih baik diatas 10
m)
 Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman
lubang/kapasitas)
 Diutamakan dapat menggunakan bahan lokal
 Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole
Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat
berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan,
sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses
masyarakat pada jamban (sehat) harus mencapai 100% pada
seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan
istilah Open Defecation Free (ODF). Suatu Masyarakat Disebut
ODF jika :
1. Semua masyarakat telah BAB (Buang Air Besar) hanya di jamban
yang sehat dan membuang tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban
yang sehat (termasuk di sekolah)
2. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
3. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat
untuk mencegah kejadian BAB di sembarang tempat
4. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk
mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat
5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total
Sanitasi
Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar
Sembarangan, pada tahap pasca ODFdiharapkan akan mencapai tahap yang
disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua masyarakat di suatu
komunitas, telah :
1. Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat
2. Mencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan,
setelah BAB, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak
dan sebelum menyiapkan makanan
3. Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman
4. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat)
DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesian-publichealth.com/syarat-jamban-keluarga/

Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Azwar, A. 1983. Mutiara, Jakarta.


dan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Direktorat Jenderal PPM &
PL. 2003

http://www.indonesian-publichealth.com/sanitasi-jamban/

Azwar, A, 1990,  Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara, Jakarta.


Kusnoputranto, H, 2000. Kesehatan Lingkungan, FKM-UI Jakarta

Riskesdas 2010

Depkes RI, 1985

http://www.indonesian-publichealth.com/jamban-sehat/

Prof. Dr.Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan,


Jakarta, PT Rineka Cipta

Prof. Dr.Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan


Seni cetakan pertama, Jakarta, PT Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai