Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MENGENAI JAMBAN SEHAT

Bidang study : Kebidanan Komunitas


Pokok bahasan : Jamban Sehat
Sasaran : Ibu dan Bapak di
Tempat :
Hari, tanggal :
Waktu :

I. Latar Belakang
Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai 67,3%. Dari
angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat bakteriologis. Sedangkan
penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah sebabnya penyakit diare
sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu diare merupakan
penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua
umur.
II. Tujuan
Tujuan Umum
Diharapkan setelah proses penyuluhan, keluarga dapat menerapkan tindakan jamban
sehat dalam keluarga dan juga masyarakat.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x60 menit diharapkan bapak-bapak RT
I RW I Desa Grantung dapat :
1. Menjelaskan betapa pentingnya jamban sehat
2. Menyebutkan tujuan dilaksanakannya jamban sehat
3. Menyebutkan 8 kriteria jamban sehat
III. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

IV. Media
1. Leaflet berisikan tentang jamban sehat
2. LCD, laptop, dan layar
3. Media Power Point untuk presentasi
V. Pengorganisasi
Moderator:
Penyuluh :
Fasilitator :

Observer :
Pembagian Tugas
Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya
Observer : Mengamati jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir

VI. Isi Materi


Pengertian jamban sehat
Manfaat jamban sehat
8 kriteria jamban sehat
VII. Tatalaksana Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Peserta

1 Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam


(5 menit) 2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan dan
diri memperhatikan
3. Menggali 3. Menjawab pertanyaan
pengetahuan
keluarga pasien
tentang jamban sehat 4. Mendengarkan dan
4. Menjelaskan tujuan memperhatikan
Penyuluhan 5. Menyetujui kontrak
5. Membuat kontrak waktu
waktu
2 Kegiatan Inti 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan
(25 menit) Menjelaskan memperhatikan
pengertian penjelasan Penyuluh
jamban sehat
Menjelaskan
manfaat jamban
sehat
Menjelaskan 8
kriteria jamban
sehat
2. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya 2. Aktif bertanya

3. Menjawab
pertanyaan peserta 3. Mendengarkan
3 Penutup 1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan dan
(15 menit) materi yang Memperhatikan
disampaikan oleh
penyuluh
2. Mengevaluasi 2. Menjawab pertanyaan
peserta atas yang diberikan
penjelasan yang
disampaikan dan
penyuluh
menanyakan kembali 3. Menjawab salam
mengenai materi
penyuluhan
3. Salam Penutup
VIII. Evaluasi
1. Kegiatan : jadwal, tempat, alat bantu/media, pengorganisasian, proses penyuluhan
2. Hasil penyuluhan, memberi pertanyaan pada warga tentang :
a. Apa pengertian jamban sehat ?
b. Apa saja manfaat yang diperoleh dari adanya jamban sehat ?
c. Sebutkan 8 kriteria jamban sehat ?
IX. Materi
JAMBAN SEHAT
1. Pengertian Jamban Sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher
angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran air untuk
membersihkannya.
2. Jenis jamban ada 3, yaitu :
1. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
2. Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah
padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu satu lubang
penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat
menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban).

3. Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan


kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang. Setiap aggota rumah tangga harus
menggunakan jamban untuk buang airbesar/buang air kecil.
3. Tujuan menggunakan jamban :
1. Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau
2. Tidak mencemari sumber air yang ada di sekitamya.
3. Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri, Thypus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracuanan
4. Persyaratan jamban sehat (Notoadmojo, 2003) :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut
2. Tidak mengotori air tanah
4. Tidak menimbulkan bau
5. Mudah dipergunakan
6. Mudah dipelihara
7. Desain sederhana
8. Biaya pembangunan murah
5. Cara memelihara jamban sehat :
1. Lantai jamban selalu bersih dan tidak ada genangan air
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih)
6. Bila ada kerusakan segera diperbaiki
7. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar bebas penyakit
8. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak pembuangan/atau ke dalam kloset agar
bakteri pembusuk tetap berperan aktif
9. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar kloset tidak cepat rusak.
10. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke dalam air misal : kertas, kain
bekas, dll.

Secara konstruksi kriteria di atas dalam prakteknya mempunyai banyak bentuk pilihan,
tergantung jenis material penyusun maupun bentuk konstruksi jamban. Pada prinsipnya
bangunan jamban dibagi menjadi 3 bagian utama, bangunan bagian atas (rumah jamban),
bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta bangunan bagian bawah (penampung
tinja).
1. Rumah jamban (bangunan bagian atas)
Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding. Dalam
prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
Beberapa pertimbangan pada bagian ini antara lain :
- Sirkulasi udara yang cukup
- Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar
- Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan)
- Kemudahan akses di malam hari
- Disarankan untuk menggunakan bahan local
- Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan
2. Slab / dudukan jamban (bangunan bagian tengah)
Slab berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak. Pada
jamban cemplung slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan pada kondisi jamban berbentuk
bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang secara otomatis
tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang
penggunanya. Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti
kayu, beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya. Selain slab, pada
bagian ini juga dilengkapi dengan abu atau air. Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja
(pit) setelah digunakan akan mengurangi bau dan kelembaban, dan membuatnya tidak
menarik bagi lalat untuk berkembang biak. Sedangkan air dan sabun digunakan untuk cuci
tangan.
Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah:
o Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga
atau binatang lain.
o Dudukan jamban dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan (menghindari
licin, runtuh, atau terperosok).
o Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya bau.
o Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.
3. Penampung tinja (bangunan bagian bawah)
Penampung tinja adalah lubang di bawah tanah, dapat berbentuk persegi, lingkaran, bundar
atau yang lainnya. Kedalaman tergantung pada kondisi tanah dan permukaan air tanah di
musim hujan. Pada tanah yang kurang stabil, penampung tinja harus dilapisi seluruhnya atau
sebagian dengan bahan penguat seperti anyaman bambu, batu bata, ring beton, dan lain lain.
Pertimbangan untuk bangunan bagian bawah antara lain:
o Daya resap tanah (jenis tanah)
o Kepadatan penduduk (ketersediaan lahan
o Ketinggian muka air tanah
o Jenis bangunan, jarak bangunan dan kemiringan letak bangunan terhadap sumber air
minum (lebih baik diatas 10 m)
o Umur pakai (kemungkinan pengurasan, kedalaman lubang/kapasitas)
o Diutamakan dapat menggunakan bahan local
o Bangunan yang permanen dilengkapi dengan manhole

Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit
berbasis lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa
pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada jamban (sehat) harus
mencapai 100% pada seluruh komunitas. Keadaan ini kemudian lebih dikenal dengan istilah
Open Defecation Free (ODF). Suatu masyarakat disebut ODF jika :
Semua masyarakat telah BAB (Buang Air Besar) hanya di jamban yang sehat dan
membuang tinja/ kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah)
Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar
Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
kejadian BAB di sembarang tempat
Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100%
KK mempunyai jamban sehat
Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total Sanitasi

Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, pada
tahap pasca ODFdiharapkan akan mencapai tahap yang disebut Sanitasi Total. Sanitasi Total
akan dicapai jika semua masyarakat di suatu komunitas, telah:
Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat
Mencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB,
sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan
makanan
Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman
Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).
Untuk menentukan suatu komunitas telah mencapai status ODF, dilakukan dengan
proses verifikasi.

Anda mungkin juga menyukai