Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN DI KOTA SURABAYA

Bella Anggie Nurjanah1, Mas Roro Lilik Ekowanti2


Program Studi Administrasi Publik, FISIP, Universitas Hang Tuah Surabaya
bellaanggie85@gmail.com
ABSTRACT
Street urchins are children who have psychologically strong mental and
emotional; however, they have to deal with a tough life on the street that tends to
give negative impacts on their character building. The strategy of street urchin
empowerment is one of efforts to overcome the problem of these children.
The study aims to find out the strategy of street urchin empowerment in
Surabaya. Data collection technique uses literature study to determine what the
empowerment strategy is.
The results indicate that the empowerment strategy for street urchin in
Surabaya is conducted through corrective approach, rehabilitation, certain
outreach and prevention. The strategy of empowerment requires collaboration
process and advocacy as one action for successful empowerment. The supporting
factors are participation, skills, education, facilities, infrastructures, and the
problem solution. In addition, the inhibiting factors of empowerment strategy are
translocation process and the situation of street urchin.

Keywords: Advocacy, Collaboration, Empowerment strategy, Literature study,


Street urchin.
I.PENDAHULUAN sumber daya manusia yang mana
dilakukan melalui pemerintah
Pemberdayaan anak jalanan
(Philip Dybicz,2005). Salah satu
adalah pemberian kekuasaan kepada bentuk pemberdayaan pada anak
anak jalanan dengan memberikan
jalanan dapat dilakukan dengan
pengaruh terhadap kehidupan melakukan strategi intervensi anak
individu dengan tujuan memberikan jalanan (Lusk, 1989).
keuntungan bagi anak jalanan.
Pemberdayaan pada anak jalanan Kota Surabaya merupakan
merupakan salah satu upaya yang salah satu kota besar di Indonesia
dapat dilaksanakan untuk yang dijadikan sebagai tempat
memperbaiki kondisi anak jalanan tinggal bagi anak jalanan. Jumlah
atau bahkan menghilangkan anak jalanan di Surabaya masih tidak
keberadaan anak jalanan. dapat diidentifikasi dengan baik
karena melihat sifat anak jalanan
Mengurangi jumlah anak jalanan yang memiliki pergerakan atau
perlu dilakukan pemberdayaan pada
mobilitas yang cukup tinggi selain itu pemerintah kota dalam menangani
jumlah anak jalanan cenderung anak jalanan telah dilakukan dengan
fluktuatif dari tahun ke tahun. Anak cara penanganan seperti
jalanan yang berhasil di data oleh pembentukan Unit Pelaksana Teknis
Dinas Sosial Kota Surabaya dari Dinas Kampung Anak Negeri Kota
tahun 2012 hingga 2016 adalah Surabaya. Selain itu, di Kota
sebagai berikut : Surabaya ada sebuah organisasi
relawan yang melakukan program
Tabel 1. penjangkauan anak jalanan.
Jumlah Anak Jalanan di Kota
Surabaya Tahun 2012-2016 Jumlah anak jalanan yang ada di
Tahun Jumlah Kota Surabaya yang dijelaskan pada
2012 114 tabel 1 mengalami penurunan setiap
2013 94 tahunnya sehingga dapat dilihat
2014 76 bahwa Pemerintah Kota Surabaya
2015 85 tanggap dan mampu menangani anak
2016 50 jalanan yang ada didaerahnya.
Sumber : BPS Kota Surabaya 2019 Berdasarkan latar belakang di atas,
Kota Surabaya sendiri telah memunculkan beberapa rumusan
mengeluarkan suatu kebijakan masalah yaitu :
II. LANDASAN TEORI kemampuan kepada masyarakat
sehingga individu lebih berdaya.
A. PEMBERDAYAAN Kedua, pemberdayaan yang
Pemberdayaan mudah untuk menekankan pada proses
didefinisikan dalam ketiadaan:
menyelimuti, mendorong atau
ketidakberdayaan, nyata atau yang memotivasi agar individu
dibayangkan; ketidakberdayaan mempunyai kemampuan atau
yang dipelajari; pengasingan; keberdayaan untuk menentukan apa
kehilangan rasa kontrol atas yang menjadi pilihan hidupnya
kehidupan sendiri. Lebih sulit untuk
(Putra dkk,2015). Memberikan daya
mendefinisikan secara positif hanya dan memandirikan masyarakat dari
karena mengambil bentuk yang kemiskinan, kesenjangan dan
berbeda pada orang dan konteks
keterbelakangan merupakan salah
yang berbeda (Rappaprot dalam satu tujuan dari pemberdayaan
Hunzeker,1998)
(Kurniawan, 2015).
Pemberdayaan adalah B. ANAK JALANAN
mengembangkan dari keadaan tidak Anak jalanan bisa
berdaya menjadi berdaya (Fitteriya,
diartikan mereka yang tidur di
2012). Proses pemberdayaan jalanan itu sebagian besar waktu dan
terdapat dua bentuk, pertama mempertahankan kontak terbatas
dengan memperhatikan pada proses atau tidak sama sekali dengan
pemberian atau pengalihan sebagian keluarga asal mereka (de Benitez,
kekuasaan, kekuatan atau
2003). Anak jalanan adalah anak
yang sebagian besar menghabiskan “mendidik kembali” (adapt the
waktunya untuk mencari nafkah dan deviant behaviour) agar sesuai
atau berkeliaran di jalanan atau dengan aturan yang diterapkan
tempat-tempat umum lainnya dalam kehidupan masyarakat.
(Kurniawan, 2015). Kelemahan pendekatan terletak
Penyebab kemunculan anak pada kenyataan bahwa petugas
jalanan meliputi tingkat mikro dipandang sebagai musuh oleh anak
(immediate causes) merupakan jalanan (Lusk,1989)
faktor yang berkaitan mengenai anak Pendekatan rehabilitas melihat
dan keluarganya misalnya kabur dari anak jalanan sebagai anak yang
keluarga, dituntut untuk bekerja, berada dalam kondisi
mencari jati diri, terpengaruh teman, ketidakmampuan (inadequate),
keluarga yang miskin, mengalami membutuhkan (needy),
tindak kekerasan atau terpisah dari ditelantarkan (abandoned),
orang tua. Tingkat Mezzo (underlying dirugikan (harmed), sehingga bentuk
causes) adalah faktor yang terdapat intervensi yang dilakukan adalah
pada masyarakat seperti kebiasan dengan memberikan perlindungan
menjadikan bekerja sebagai suatu dan melakukan rehabilitasi
kewajiban sehingga meninggalkan (Dbyciz;2005, Fitteriya;2012, Putra
sekolah, dan kebiasaan mencari dkk;2015, Morgan;2016).
pendapatan atau pekerjaan dikota Penjangkauan mengikutsertakan
karena keterbatasan didaerahnya. partisipasi dari anak jalanan,
Tingkat makro (basic causes) sehingga mampu mengetahui
merupakan faktor yang tentang situasi mereka dan
berhubungan dengan struktur mengikutsertakan peran anak
makro, seperti pekerjaan pada sektor jalanan dalam menemukan
informal yang tidak membutuhkan pemecahan dari masalah bersama
modal dan keahlian khusus, migrasi, (Lusk;1989, Dybicz;2005,
biaya pendidikan yang tinggi dan Kurniawan;2015, Damayanti dan
guru yang melakukan diskriminasi, Agus;2015, dan Morgan;2016).
dan kurangnya kesamaan pandangan Strategi pencegahan dilakukan
instansi pemerintah terkait anak dengan pemberian pendidikan dan
jalanan (Aribowo;2009, Putra;2015, pembelaan (advocacy) pada anak
Kurniawan;2015) jalanan serta mencoba untuk
menemukan dan menyelesaikan apa
C. PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN yang menjadi penyebab
Intervensi pada anak jalanan permasalahannya. Selain itu,
dapat dilakukan pendekatan pencegahan dilakukan dengan
koreksional yaitu dengan berusaha menghentikan kemunculan
memindahkan anak jalanan ke anak di jalanan (Lusk;1989,
tempat yang seharunya serta Aribowo;2009, dan Morgan;2015).
merubah tingkah laku dan kebiasaan
mereka menjadi lebih baik. D. FAKTOR PENDUKUNG DAN
Pendekatan ini memposisikan FAKTOR PENGHAMBAT
Partisipasi masyarakat Kemunculan anak jalanan
merupakan salah satu merupakan disebabkan oleh beberapa masalah
salah satu faktor pendukung yang sosial sehingga tindakan pencegahan
dapat suatu strategi penjangkauan yang perlu dilakukan adalah dengan
dapat berhasil karena tanpa adanya mengatasi permasalah tersebut
partisipasi masyarakat maka sebuah seperti meningkatkan pendapatan
organisasi tidak dapat dibentuk keluarga, mengatasi laju
(Damayanti dan Agus, 2015). perpindahan ke kota dan mengatasi
Partisipasi pemangku kepentingan, kemiskinan (Lusk,1989).
termasuk masyarakat lokal, dalam Seorang anak jalanan yang
desain dan pelaksanaan proyek berprestasi diberikan penghargaan
dipandang penting oleh banyak akan memotivasi anak jalanan lain
pihak dalam pengembangan agar semangat untuk berubah kearah
internasional karena partisipasi yang lebih baik (Lusk,1989).
klien dikatakan menghasilkan
Proses pemindahan anak jalanan
proyek yang memenuhi kebutuhan
yang cenderung melalui beberapa
lokal, lebih dari itu berkelenjutan
tahap hal tersebut menjadikan anak
karena efektif (Johnson dan Wilson
jalanan mudah untuk melarikan diri
2000, dalam Morgan 2015)
sehingga strategi pemberdayaan
Dalam proses pemberdayaan tidak optimal (Lusk,1989).
sarana dan prasarana yang lengkap
Pada pelaksanaan strategi
mampu memberikan hasil
penjangkauan permasalahannya
pemberdayaan yang maksimal
adalah keberadaan anak jalanan
(Damayanti dan Agus,2015)
yang tersebar sehingga kesulitan
Sarana dan Prasarana yang
untuk memonitor (Putra dkk,2015).
memadai dapat mendukung
pelaksanaan pemberdayaan anak Anak jalanan sebagai tulang
jalanan sehingga anak jalanan punggung ekonomi keluarga
merasa nyaman dan pemberdayaan sehingga menyulitkan untuk diajak
dapat dilakukan secara maksimal berdiskusi ataupun diajak untuk
(Fitteriya,2012). diberikan pemberdayaan
(Damayanti dan Agus,2015).
Pelatihan keterampilan dan
pendidikan yang diberikan pada III. HASIL DAN PEMBAHASAN
anak jalanan utamanya pada strategi
pendekatan rehabilitas dalam hal ini Intervensi Pemberdayaan Anak
mampu membantu individu untuk Jalanan Lusk (1989) dapat dijadikan
memperoleh penghasilan (Dybicz, sebagai suatu acuan dalam
2005). Pelatihan keterampilan pada pelaksanaan strategi pemberdayaan
anak-anak desa dapat dilakukan anak jalanan di Kota Surabaya
untuk mencegah perpindahan anak- dilakukan dengan dua cara yaitu
anak ke kota besar yang perawatan dan pencegahan.
menyebabkan kemunculan anak Perawatan yang dilakukan sebagai
jalanan (Lusk,1989). bentuk strategi pemberdayaan anak
jalanan oleh Kota Surabaya adalah pihak pertama saat menemui anak
dengan penjangkauan, pendekatan jalanan di Kota Surabaya Satpol PP
koreksional, dan pendekatan hanya bertindak sebagai perantara
rehabilitas. Selain dengan cara dalam proses memindahkan anak
perawatan Pemerintah Kota jalanan ke tempat yang sudah
Surabaya juga menerapkan cara disediakan karena anak jalanan yang
pencegahan. terazia akan didata di Lingkungan
Pondok Sosial Keputih ( Liponsos
Penjangkauan yang dilakukan di Keputih), jika dalam pendataan anak
Kota Surabaya dilakukan oleh jalanan tersebut masih memiliki
relawan yang tergabung dalam
keluarga akan dipulangkan atau jika
organisasi Save Street Children (SSC) anak jalanan bukan berasal dari
Surabaya. Program yang diberikan Surabaya maka akan diserahkan ke
dalam bentuk strategi daerah asalnya.
pemberdayaan anak jalanan sebagai
bentuk intervensi penjangkauan Pendekatan rehabilitas yang ada
dilakukan dengan berbagai program di Kota Surabaya sebagai salah satu
yaitu Relawan yang tergabung dalam strategi pemberdayaan anak jalanan
organisasi SSCS akan mendatangi di Kota Surabaya sendiri memiliki
anak jalanan yang sedang berbagai macam bentuk yang
beraktivitas dan melakukan dialog dilakukan untuk memberdayakan
dengan anak jalanan sekaligus atau memberi pengetahuan kepada
memberikan perhatian. Program anak jalanan agar tidak tinggal
yang diterapkan dalam hal ini adalah dijalanan.Program yang menjadi
pengajar keren yaitu belajar dan kegiatan Unit Pelaksana Teknis Dinas
bermain bersama dengan anak Kampung Anak Negeri dalam
jalanan yang biasa disebut street menangani anak jalanan, anak
educator. terlantar dan anak nakal antara lain:
1) bimbingan mental spiritual
Pendekatan koreksional dalam hal meliputi pemberian bimbingan
ini Pemerintah Kota Surabaya
secara rutin yang diikuti dengan
melalui Satuan Polisi Pamong Praja kegiatan ibadah, 2) bimbingan
(Satpol PP) sebagai salah satu pihak jasmani dan olahraga meliputi
yang bertanggung jawab terhadap pemberian bimbingan dalam
penertiban daerah yang ada di Kota kegiatan keolahragaan, 3) bimbingan
Surabaya sehingga Satpol PP
pengembangan minat bakat seni
melakukan razia dalam menangani meliputi kegiatan pembinaan
anak jalanan. Jika dalam penelitian pengembangan potensi diri serta
lusk anak jalanan di berikan
minat dan bakat, 4) bimbingan
intervensi dengan kekerasan maka perilaku meliputi kegiatan
Satpol PP juga merazia anak jalanan pembinaan berorientasi pada
dengan melakukan sedikit tindak perubahan sikap dan perilaku, 5)
kekerasan karena anak jalanan tidak bimbingan kognitif meliputi kegiatan
semuanya langsung mengikuti
pembinaan berupa fasilitas sekolah
perintah dari Satpol PP. Sebagai
disekolah formal untuk jenjang adjustment terkait teori Lusk (1984)
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah intervensi anak jalanan pada
Menengah Kejuruan (SMK) dan yang penelitian ini untuk meneliti terkait
tidak menempuh pendidikan formal dengan strategi pemberdayaan anak
dapat menggunakan kejar paket, dan jalanan karena di Kota Surabaya
6) bimbingan keterampilan meliputi strategi yang diterapkan masih
kegiatan pembinaan berorientasi kurang maksimal sehingga perlu
pada pengenalan kegiatan perubahan strategi yang mana di
wirausaha. Kota Surabaya seharusnya
menjadikan strategi pemberdayaan
IV. PENUTUP
secara bertahap dengan menjalin
Kesimpulan kolaborasi antara pihak-pihak
terkait pemberdayaan anak jalanan
Berdasarkan dari hasil di Kota Surabaya.
penelitian yang dilakukan penulis
terkait Strategi Pemberdayaan Anak DAFTAR PUSTAKA
Jalanan di Kota Surabaya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : Dybicz, Philip. “Interventions For
Street Children An Analysis Of
1. Strategi pemberdayaan anak Current Best Practices”.
jalanan di Kota Surabaya sudah International Social Work. Vol 48
berjalan dengan baik namun belum No 6 Page 763–771.
optimal karena belum ada kolaborasi
antara keluarga, masyarkat, dan Hegar, Rebecca L dan Jeanne M
pemerintah sehingga memerlukan Hunzeker. 1988. Moving toward
rekonstruksi intervensi Empowerment-Based Practice in
pemberdayaan anak jalanan dengan Public Child Welfare. Social Work,
melibatkan keluarga, masyarakat Volume 33, Issue 6, Page 499-502.
dan pemerintah.
2. Faktor pendukung strategi Lusk, Mark W. 1989. Street Children
pemberdayaan anak jalanan di Kota Programs in Latin America. The
Surabaya adalah Partisipasi, Journal of Sociology & Social
Welfare. Vol 16.
Pelatihan Keterampilan dan
Pendidikan, Sarana dan Prasarana, Thomas de Benitez, Sarah. 2003.
dan Mengatasi Sumber Masalah. “Reactive, Protective and Rights-
Faktor penghambat strategi Based Approaches in Work with
pemberdayaan anak jalanan di Kota Homeless Street Youth”. Children,
Surabaya adalah Proses Pemindah Youth and Environments. Volume
Anak Jalanan dan Situasi Anak 13, Nomor 1.
Jalanan.
Saran Aribowo, I. (2009). Upaya
Pemberdayaan Anak Jalanan
Penelitian mendatang dapat Melalui Rumah Singgah
menggunakan rekonstruksi
Diponegoro Yogyakarta.
Dimensia, 3(1), 35–53.

Fitteriya. 2012. “Pemberdayaan Anak


Jalanan Melalui Program
Ketrampilan Di Panti Asuhan
Anak Putra Utama V Duren
Sawit”. Skripsi. Jakarta:
Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Kurniawan, Aditya. 2015.


“Pemberdayaan Anak Jalanan Usia
Sekolah Di Rumah Singgah
Ahmad Dahlan Yogyakarta”.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta.

Peraturan Daerah Kota Surabaya


Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan
Anak.

Peraturan Walikota Nomor 55 Tahun


2018 Tentang Pembentukan dan
Susunan Organisasi Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kampung
Anak Negeri pada Dinas Sosial
Kota Surabaya.

Purnama, Y., Hidayat, Z., &


Rihandoyo, R. (2013). Strategi
Pemberdayaan Anak Jalanan Pada
Dinas Sosial Pemuda Dan Olah
Raga Kota Semarang. Journal of
Public Policy and Management
Review, 2(1), 161-170.

Putra, Fikriryandi dkk. 2015.


“Pemberdayaan Anak Jalanan Di
Rumah Singgah”. Share Social
Work Jurnal, Volume 5, Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai