Anda di halaman 1dari 12

Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran

Rhafidilla Vebrynda Jl. Mulawarman No. 49 RT.07 Kelurahan Sarijaya Kecamatan


Sangasanga Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Email : dillareswa@yahoo.com

The Lewis Cross-Cultural Communication model,


namun berbeda negara pasti juga memiliki
banyak perbedaan yang terjadi di dalamnya. India
merupakan salah satu tujuan belajar mahasiswa
Indonesia untuk belajar di luar negeri. Dalam
artikel ini menjelaskan mengenai penelitian yang
dilakukan kepada beberapa mahasiswa Indonesia
yang belajar di India untuk melihat bagaimana
pandangan mereka tentang India serta bagaimana
persepsi dari diri mereka untuk kemudian
menjalankan komunikasi lintasbudaya sebagai
mahasiswa Indonesia di India.
Kata Kunci : Komunikasi lintas budaya; Persepsi;
Mahasiswa Indonesia di India

PENDAHULUAN
Belajar di luar negeri secara langsung
merupakan salah satu pengaplikasian belajar
Persepsi Antarbudaya komunikasi multikultur. Sebagian besar
Mengenai Mahasiswa mahasiswa Indonesia juga menjadi salah satu
bagian dari mahasiswa yang belajar di luar
Indonesia di India negeri. Untuk bisa hidup berbaur dengan
banyak orang secara baik di luar negeri,
mahasiswa Indonesia kemudian juga dibekali
Abstract dengan pengetahuan negara tujuan.
Number of Indonesian students studying Pada tahun 2010 tercatat pelajar Indonesia
abroad is increasingly rising. In fact when in a yang sedang menempuh pendidikan tingkat
different country to the place where grew up, S1, S2 dan S3 di Eropa mencapai 4000 jiwa
will give rise to a variety of internal and external dan itu terus bertambah hingga akhir 2013
conflicts themselves. India is close to Indonesian
yang mencapai angka 7000 jiwa. Tidak
culture in The Lewis Cross-Cultural Communication
models, but definitely different countries also have hanya Eropa yang menjadi pilihan, Amerika
many differences that occur in it. India is one of Serikat (AS) juga menjadi tujuan pelajar
the learning objectives of Indonesian students to Indonesia. Hingga saat ini jumlah pelajar yang
study abroad. In this article describes the research menempuh pendidikan di AS berkisar 7000
done to some Indonesian students studying in jiwa. Dan berdasarkan data statistik Unesco,
India to see how their views about India and
jumlah pelajar di Indonesia yang melanjutkan
how perceptions of themselves and then run
intercultural communication as an Indonesian studi ke luar negeri terus mengalami
student in India. pertambahan sejak tahun 2000 dan mencapai
Key words : Cross-Cultural Communication; jumlah tertinggi pada tahun 2004. Meskipun
Perception; Indonesian students in India terdapat penurunan jumlah pada tahun 2006,
jumlah ini kembali meningkat hingga tahun
Abstrak 2011 (http://edukasi.kompasiana.com/2013/
Jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar 12/29/study-abroad--620381.html). Dari data
ke luar negeri semakin hari semakin meningkat. di atas kebanyakan mahasiswa indonesia
Faktanya ketika berada di negara yang berbeda berminat untuk bersekolah di Eropa, Amerika
dengan tempat dimana dibesarkan, akan
dan Australia, namun sekarang tak jarang
menimbulkan berbagai konflik baik internal
maupun eksternal diri. India berada pada mahasiswa Indonesia memilih negara-negara
kebudayaan yang dekat dengan Indonesia dalam Asia sebagai tujuan studinya seperti Jepang,
132
Jurnal Komunikator

Singapura, Korea Selatan, Cina, Mesir hingga dapat didiplomasikan (The Lewis Cross-
India. Bahkan banyak beasiswa-beasiswa Cultural Communication model dalam http://
baik dari pemerintah hingga Universitas bestcareermatch.com/cross-cultural-
itu sendiri menyediakan beasiswa untuk communication#lewis ). Posisi kebudayaan
mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan India dalam diagram tersebut berdekatan
pendidikannya ke negara mereka. dengan Indoensia.
Richard Donald Lewis membuat model Berada di luar negeri bersama dengan
cross cultural yang dinamakan The Lewis orang yang memiliki kebiasaan dan budaya
Cross-Cultural Communication model, yaitu berbeda, akan menimbulkan berbagai konflik.
model yang memperlihatkan bagaimana Baik internal dalam menanggapi keadaan
orang-orang dari budaya yang berbeda, yang terjadi maupun eksternal dengan orang
memiliki keragaman dalam konsep waktu dan lain yang berinteraksi dengan kita. Latar
ruang, jarak, diam, dan kontak mata. Selian belakang dan cara hidup yang berbeda bahkan
itu model ini menjelaskan bagaimana gaya dari sesama negara juga memungkinkan
komunikasi mereka tercermin dalam pola adanya konflik lintas budaya, apalagi dalam
bahasa yang mereka gunakan serta bagaimana konteks berbeda negara. Hampir setiap
mereka melihat kebenaran, sebagai yang siswa yang mulai belajar di luar negeri,
absolut atau dimodifikasi sesuai situasi akan mengalami beberapa masalah dalam
dan bagaimana mereka menilai sikap dan berkomunikasi serta penyesuaian terhadap
pandangan dunia. Lewis membagi menjadi kebiasaan serta kebudayaan negara asing,
3 karaketristik komunikasi dalam sebuah hal ini akan dijelaskan dalam artikel ini
diagram yaitu cross cultural, yaitu linear- dengan menganalisis berdasar wawancara
active, multi-active, dan reactive (The Lewis serta dokumentasi dari pengalaman beberapa
Cross-Cultural Communication model dalam mahasiswa dengan menggunakan analisis
http://bestcareermatch.com/cross-cultural- teori-teori dari komunikasi lintas budaya.
communication#lewis ). Artikel ini berkaitan dengan beberapa
Salah satu Negara tujuan belajar teori dalam kajian komunikasi lintas budaya,
siswa Indonesia antara lain adalah India. pada artikel ini akan menjelaskan pertama
India menempati posisi ke dua dalam mengenai diagram The Lewis Cross-Cultural
jumlah penduduk terbanyak (http:// Communication Survey, kemudian beberapa
ilmupengetahuanumum.com/10-negara- pembahasan yaitu tentang pandangan dunia
dengan-jumlah-penduduk-populasi- atau worldview dalam kajian komunikasi
terbanyak-di-dunia/) dan merupakan negara lintasbudaya, konsep diri dan persepsi sebagai
terbesar ketujuh menurut ukuran wilayah inti dari komunikasi lintasbudaya.
geografis yang memiliki banyak kebudayaan The Lewis Cross-Cultural Communication
dan masih sangat kental tradisionalitasnya di Model oleh Richard Donald Lewis, seorang
beberapa daerah tertentu seperti juga di New konsultan cross cultural communication asal
Delhi. Menurut The Lewis Cross-Cultural Inggris menjelaskan kecenderungan sebuah
Communication Survey menyatakan posisi negara dalam kebiasaannya dengan membagi
India berada di tengah-tengah multiactive- menjadi 3 karaketristik komunikasi yaitu cross
reactive, di mana orang-orang yang berada cultural, yaitu linear-active, multi-active, dan
pada posisi ini dijelaskan dengan beberapa reactive.
ciri seperti terkadang banyak bicara juga Sebagaimana diperlihatkan dalam gambar
banyak mendengarkan, berada dalam posisi 1, orang-orang dengan tanda biru atau
terkadang sabar dan tidak sabar, prinsipnya linear-active berada pada kecenderungan
dapat fleksibel namun terkadang terlalu orang-orang yang faktual dan decisive planners,
133
Vol. 7 No. 2 November 2015

Gambar 1. The Lewis Cross-Cultural Communication Model

kemudian pada diagram yang ditandai dengan kebudayaan. Komunikasi lintas budaya pada
warna merah atau multi-active, emosional, umumnya terfokus kepada hubungan antar
suka berbicara dan impulsif sedangkan pada bangsa tanpa harus membentuk kultur baru
diagram dengan warna kuning atau reactive sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi
berada pada kecenderungan sopan, ramah, antar budaya.
suka menolong, mudah berkompromi dan Dalam Encyclopedia of Communication
pendengar yang baik. Sedangkan India berada Theory (cross-cultural-communication
di tengah-tengah multiactive dan reactive. dalam SAGE Reference, Encyclopedia of
Model tersebut berada pada kajian cross communication theory http://studysites.
cultural communication yaitu komunikasi sagepub.com/edwards/study/materials/
lintas budaya adalah suatu proses pengiriman reference/77593_6.1ref.pdf), Cross Cultural
atau penyampaian pesan yang dilakukan dianggap sebagai komunikasi yang terjadi
oleh anggota budaya tertentu kepada antara orang-orang dari berbagai budaya atau
anggota lainnya yang dari budaya lain. orang yang mewakili budayanya. Cross cultural
Komunikasi seperti ini berhubungan dengan atau komunikasi lintas-budaya dibedakan dari
perilaku manusia dan juga kepuasan atas komunikasi intracultural, yang terjadi antara
terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan orang-orang berbagi budaya umum, dan
manusia lain. Komunikasi lintas budaya komunikasi intercultural, yang mengacu pada
ini sering kali dimaksudkan kepada makna pertukaran dalam pengaturan interpersonal
yang terkandung pada komunikasi antar antara individu- individu dari budaya yang
budaya atau intercultural communication, berbeda.
tanpa adanya batasan konteks geografis, ras William B. Gudykunst dalam Encyclopedia
dan etnik. Maka, komunikasi lintas budaya of Communication Theory mengidentifikasi
didefinisikan sebagai analisis perbandingan baik komunikasi intercultural dan cross
yang memprioritaskan relativitas kegiatan cultural budaya sebagai segmen komunikasi
134
Jurnal Komunikator

antarkelompok. Lebih jelasnya cross cultural kepercayaan mengenai cara berprilaku, layak
terjadi bila kita membandingkan atau kontras tidak layak suatu keadaan dan lain sebagainya
komunikasi orang dari budaya yang berbeda juga termasuk dalam sistem kepercayaan.
dan menjelaskan bagaimana komunikasi Kepercayaan adalah anggapan subjektif
bervariasi dari satu budaya ke yang lain atau bahwa suatu objek atau peristiwa punya ciri
membandingkan, Variabel budaya tertentu atau nilai tertentu dengan atau tanpa bukti
dan Konsekuensi atau akibat dari pengaruh (Mulyana, 2008, h. 215). Kepercayaan bukan
kebudayaan. perkara benar atau salah secara universal
Dalam cross- cultural communication dikenal melainkan bagaimana kita mengenal dan
berbagai istilah diantaranya World view atau menghadapi kepercayaan tersebut bila kita
pandangan dunia yaitu gagasan abstrak ingin melakukan komunikasi yang sukses dan
tentang apa itu dunia, biasanya merupakan memuaskan (Sihabudin, 1996, h. 56 dalam
tempat di mana tantangan dan perdebatan Sihabudin, 2013, h. 40).
dilakukan. Pandangan dunia biasanya terjadi Nilai adalah komponen evaluatif dari
di alam bawah sadar kita sehingga kita kepercayaan kita, mencakup keinginan,
sering tidak menyadari bahwa ada cara lain kebaikan, estetika dan kepuasan. Jadi nilai
dalam melihat dunia yang mungin juga sama bersifat normatif memberi tahu suatu anggota
baik dan sahnya, pandangan dunia adalah budaya mengenai apa yang baik dan yang
bagian penting dari siapa diri kita tetapi buruk, benar dan salah, siapa yang harus
terkadang itu bukan sesuatu yang terlalu kita dibela, apa yang harus diperjuangka, apa yang
fikirkan (materi kuliah perdana komunikasi mesti kita takuti dan lain sebagainya (Mulyana,
internasional dan multikultural oleh Dr. Siti 2008, h. 215). Menururt Sihabudin, (2013,
Chaerani D.A., MA, Jum’at, 22/08/2014). h. 40), Nilai adalah seperangkat aturan yang
Pandangan dunia berkaitan dengan orientasi terorganisasikan untuk membuat pilihan-
suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, pilihan dan mengurangi konflik dalam suatu
kemanusiaan, alam semesta dan masalah masyarakat. Nilai memiliki aspek evaluative
filosofis lainnya yang berkenaan dengan dan sistem kepercayaan dan sikap. Dimensi
konsep makhluk (Sihabudin, 2013:41). evaluative ini meliputi kualitas-kualitas seperti
Menurut Samovar dan Porter dalam Dedy kemanfaatan, kebaikan, estetika, kebutuhan
Mulyana (2008:219) pandangan dunia adalah dan kesenangan. Berkaitan dengan nilai,
orientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan, seseorang dalam interaksinya juga memiliki
kematian, alam semesta, kebenaran, materi konsep diri. Konsep Diri adalah bagaimana
(kekayaan) dan isu-isu filosofis lainnya yang individu mempersepsi dirinya sendiri
berkaitan dengan kehidupan. (Shavelson dan Marsh, 1986 dalam Widodo
Istilah lain dalam cross cultural 2006, h. 2).
communication adalah kepercayaan, yang Persepsi adalah proses internal yang
secara umum dapat dipandang sebagai memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan
kemungkinan subjektif, yang diyakini individu dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan
bahwa suatu objek atau peristiwa memiliki kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku
karateristik tertentu (Sihabudin, 2013, h. 39) kita (Baron dan Paulus, 1991, h. 34 dalam
kepercayaan melibatkan hubungan antara Mulyana 2008, h. 179).
objek yang dipercaya dengan karateristik Menurut Dedy Mulayana, persepsi adalah
tertentu. Kepercayaan melibatkan hubungan inti komunikasi (2008, h. 180) :
antara objek yang dipercaya dan karateristik “Persepsi disebut inti komunikasi karena
yang membedakannya. Kepercayaan tidaklah jika persepsi kita tidak akurat, tidak
hanya sebatas kepercayaan mengenai agama, mungkin kita berkomunikasi dengan
135
Vol. 7 No. 2 November 2015

efektif. Persepsilah yang menentukan kita persoalan lintasbudaya, bahkan tidak jarang
memilih suatu pesan dan mengabaikan karena prasangka terjadi perang antar suku
pesan yang lain. Semakin tinggi derajat hingga menyebabkan terenggutnya nyawa orang
kesamaan persepsi antar individu,
lain.
semakin mudah dan semaskin sering
mereka berkomunikasi, dan sebagai Menurut Milton J. Bennet dalam Dedy
konsekuensinya semakin cenderung Mulyana (2010, h. 76), etnosentrisme
membentuk kelompok budaya atau didefinisikan sebagai :
kelompok identitas.” “Kecenderungan memandang orang lain
secara tidak sadar dengan menggunakan
Persepsi, sebagai inti dari komunikasi kelompok kita sendiri dan kebiasaan
menjelaskan bahwa dalam setiap simbol kita sendiri sebagai kriteria untuk segala
yang kita kirimkan kepada orang lain penilaian. Semakin besar kesamaan kita
tidaklah begitu saja dimengerti oleh orang dengan mereka, makin dekat mereka
kepada kita, makin besar ketidaksamaan,
tersebut. Proses interpretasi dan belajar dari
makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung
pengalaman merupakan hal utama dalam melihat kelompok kita, negeri kita, budaya
memahami komunikasi atau simbol-simbol kita sendiri sebagai yang paling baik,
yang disampaikan. Persepsi sebagai hasil sebagai yang paling bermoral. Pandangan
belajar dari pengalaman akan menjelaskan ini menuntut kesetiaan kita yang pertama
mengapa budaya Indonesia dan India dan melahirkan kerangka rujukan yang
menolak eksistensi kerangka rujukan yang
bahkan dengan negara manapun akan selalu
lain. Pandangan ini adalah posisi mutlak yang
mengalami perbedaan. Itu semua dikarenakan menafikan posisi yang lain dari tempatnya
perbedaan asal atau belajar dari pengalaman yang layak bagi budaya yang lain (Porter
masa lalunya yang berbeda juga. Dalam dalam Samovar (1976, h. 10) dalam Milton J.
persepsi kemudian dikenal prasangka dan Bennet dalam Dedy Mulyana (2010, h. 77).”
etnosentrisme.
Persepsi definisi klasik prasangka oleh Gordon Selain prasangka, etnosentrisme yang
Allport dalam Liliweri (2005, h. 199) yakni berlebihan akan memicu kesalahpahaman
pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu komunikasi lintasbudaya dan akan rawan
berdasarkan perasaan atau pengalaman yang terjadi konflik. Etnosentrisme akan membuat
dangkal terhadap seseorang atau sekelompok seseorang cenderung tidak mempercayai
orang tertentu. Prasangka juga diartikan sebagai orang lain dan menyebabkan kita menjadi
suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang susah bergaul, meremehkan orang yang
berbeda adalah prasangka. Prasangka adalah berbeda dengan kita serta akan menjadikan
sikap yang tidak adil terhadap seseorang atau kita merasa paling benar.
suatu kelompok. Istilah prasangka (prejudice)
berasal dari kata latin prajeudicium yang berarti METODE PENELITIAN
preseden atau penilaian berdasarkan keputusan Artikel ini ditulis berdasarkan hasil
dan pengalaman terdahulu (Gordon W. Alport, penelitian dengan menggunakan studi kasus
1954, h. 6 dalam Dedy Mulyana, 2008, h. 243). dengan teknik pengumpulan data berupa
Richard W. Brislin mendefinisikan prasangka wawancara mendalam, observasi dan studi
sebagai sikap tidak adil, menyimpang dan atau dokumen. Studi kasus merupakan penelitian
tidak toleran terhadap sekelompok orang. yang akan menjelaskan strategi penyelidikan
Seperti juga stereotype, meskipun dapat positif dimana peneliti mengeksplorasi secara
atau negatif, prasangka umumnya negative mendalam sebuah program, acara, kegiatan,
(Somovoar dan Porter dalam Mulyana, 2008, proses atau satu atau lebih individu. Dalam
h. 244). Prasangka inilah yang kerap memicu penelitian ini adapun objek yang menjadi
penelitian adalah komunikasi lintasbudaya
136
Jurnal Komunikator

pada mahasiswa India terutama berfokus kalau di India keadaannya berbeda dan
kepada bagaimana konflik yang mereka alami sedikit di bawah Indonesia. Sebelum
baik internal maupun eksternal tentang berangkat, sudah share dengan beberapa
senior.” (wawancara dengan Agoes Aufiya,
perbedaan-perbedaan kebiasaan dan budaya
16 Oktober 2014)
yang terjadi selama belajar di India.
Patton (2002, h. 447) dalam Pawito (2008, Agoes sebagai mahasiswa S2 Indonesia,
h. 141) melihat bahwa studi kasus merupakan sebelum melakukan perjalanan ke India,
upaya mengumpulkan dan kemudian mengobservasi tentang tempat tinggalnya
mengorganisasikan serta menganalisis data nanti. Dalam hal ini, Agoes selain sudah
tentang kasus-kasus tertentu berkenaan memiliki latar belakang sebagai mahasiswa
dengan permasalahan-permasalahan yang Indonesia juga harus mengetahui banyak
menjadi perhatian peneliti untuk kemudian tentang India. Sebagaimana dijelaskan
data tersebut dibanding-bandingkan atau dalam diagram The Lewis Cross-Cultural
dihubung-hubungkan satu dengan lainnya Communication Model yang menyatakan posisi
dengan tetap berpegang pada prinsip India berada di tengah-tengah multiactive-
holistik dan kontekstual. Hal itulah yang reactive, di mana orang-orang yang berada
dilakukan dalam penelitian ini, yakni pada posisi ini dijelaskan dengan beberapa
dilakukan pengumpulan dan kemudian ciri seperti terkadang banyak bicara juga
mengorganisasikan serta menganalisis data banyak mendengarkan, berada dalam posisi
tentang berbagai kejadian dalam komunikasi terkadang sabar dan tidak sabar, prinsipnya
lintasbudaya mahasiswa Indonesia di India. dapat fleksibel namun terkadang terlalu
Adapun penelitian studi kasus adalah dapat didiplomasikan (The Lewis Cross-
berupa multi source atau merupakan studi Cultural Communication model dalam http://
dengan banyak sumber, yaitu dari wawancara bestcareermatch.com/cross-cultural-
mendalam dengan beberapa orang mahasiswa communication#lewis ). Posisi kebudayaan
Indonesia di India, studi dokumen tentang India dalam diagram tersebut berdekatan
pengalaman beberapa orang belajar di India dengan Indonesia.
serta dari teori-teori di dalam literatur buku “Karakter orang India adalah sedikit kasar
yang digunakan. (menurut norma mereka itu wajar), suka
Teknik analisis data yang digunakan adalah berbicara (berdebat), namun baik hati.
menurut Robert K. Yin (2011, h. 178) yaitu Sebenarnya tergantung individunya dan
pertama compiling, selanjutnya dissasemble data, penilaian kita. Perbedaannya sedikit saja
dengan orang Indonesia.” (wawancara
lalu reasemble, kemudian interpreted data dan
dengan Agoes Aufiya, 16 Oktober 2014).
terakhir diambil kesimpulan atau concluding.
Umumnya, dalam memandang sebuah
PEMBAHASAN fenomena, masing-masing dari kita memiliki
Sembari bekerja di KBRI India, pandangan sendiri tentang ‘dunia’. World view
Mohd Agoes Aufiya, S.Sos mendapatkan atau pandangan dunia adalah gagasan abstrak
kesempatan untuk melanjutkan kuliah S2nya tentang apa itu dunia, biasanya merupakan
di jurusan Hubungan Internasional Jawahar tempat di mana tantangan dan perdebatan
Lal Nehru University, India. Jawahar Lal dilakukan. Pandangan dunia biasanya terjadi
Nehru University terletak di New Delhi, di alam bawah sadar kita sehingga kita
India, Asia Selatan. Menurutnya, sebelum sering tidak menyadari bahwa ada cara lain
berangkat ke India, dia sudah dibekali dengan dalam melihat dunia yang mungin juga sama
beberapa pengetahuan tentang negara tujuan. baik dan sahnya, pandangan dunia adalah
“Sebelumnya memang sudah ada bayangan bagian penting dari siapa diri kita tetapi
137
Vol. 7 No. 2 November 2015

terkadang itu bukan sesuatu yang terlalu kita menjadi banyak golongan dan India yang
fikirkan (materi kuliah perdana komunikasi memang negara pluralism (Kisahku di India –
internasional dan multikultural oleh Dr. Siti Muhammad Rusyid dalam http://muslim.or.id/
Chaerani D.A., MA, Jum’at, 22/08/2014). jejak-islam/kisahku-di-india.html).
Pandangan dunia berkaitan dengan orientasi Kepercayaan secara umum dapat
suatu budaya terhadap hal-hal seperti Tuhan, dipandang sebagai kemungkinan subjektif,
kemanusiaan, alam semesta dan masalah filosofis yang diyakini individu bahwa suatu objek
lainnya yang berkenaan dengan konsep makhluk atau peristiwa memiliki karateristik tertentu
(Sihabudin, 2013, h. 41). Menurut Samovar (Sihabudin, 2013, h. 39) kepercayaan
dan Porter dalam Dedy Mulyana (2008, h. melibatkan hubungan antara objek yang
219) pandangan dunia adalah orientasi budaya dipercaya dengan karateristik tertentu.
terhadap Tuhan, kehidupan, kematian, alam Kepercayaan melibatkan hubungan antara
semesta, kebenaran, materi (kekayaan) dan objek yang dipercaya dan karateristik yang
isu-isu filosofis lainnya yang berkaitan dengan membedakannya. Kepercayaan tidaklah
kehidupan. hanya sebatas kepercayaan mengenai agama,
Dalam hal ini, kepercayaan Agoes yang kepercayaan mengenai cara berprilaku, layak
mengatakan bahwa di India keadaannya tidak layak suatu keadaan dan lain sebagainya
berbeda dan sedikit berada di bahwa juga termasuk dalam sistem kepercayaan.
Indonesia, merupakan abstraksi dari Kepercayaan adalah anggapan subjektif
fikiran yang didasarkan pada pengalaman. bahwa suatu objek atau peristiwa punya ciri
Pengalaman yang didapatkannya selama atau nilai tertentu dengan atau tanpa bukti
tinggal dan berinteraksi di Indonesia. (Mulyana, 2008, h. 215).
Sebagai muslim, Agoes juga memiliki satu Kepercayaan bukan perkara benar atau
sistem kepercayaan, yakni agama islam yang salah secara universal melainkan bagaimana
dianutnya, dimana India mayoritas agamanya kita mengenal dan menghadapi kepercayaan
adalah hindu. Dalam interaksinya nilai-nilai tersebut bila kita ingin melakukan komunikasi
islam yang dibawa oleh Agoes di Indonesia yang sukses dan memuaskan (Sihabudin,
bahkan akan sangat berbeda dengan yang ada 1996:56 dalam Sihabudin, 2013, h. 40).
di India. Sebagai salah satu pengalamannya Orang Indonesia umumnya, akan
saat ia berbincang dengan temannya tentang memberikan pelayanan terbaik dengan
sholat lima waktu. Sebagai seseorang lulusan menjunjung tinggi kesopanan terhadap tamu,
pesantren dan terbiasa dengan sholat lima apalagi orang asing. Takaran kewajaran India
waktu tepat pada waktunya, Agoes menemui dan Indonesia meskipun dalam model lewis
teman Indianya yang masih belum bisa cultural communication (sudah dijelaskan di
menjalankan sholat lima waktu. Karena atas) berada dalam posisi yang dekat, namun
kebiasaannya itu, Agoes mendapat pujian ternyata berbeda jauh. Masyarakat India
atas sesuatu yang dianggap biasa olehnya terkenal lebih kotor dibanding Indonesia,
(sholat tepat waktu lima kali sehari). Menurut meskipun menurut mereka itu wajar, namun
Muhammad Rusyid seorang mahasiswa dengan kebiasaan Indonesianya Agoes
S2 di India juga menegaskan bahwa cara menjadi heran dengan kejadian yang dia
sholat juga sangat berbeda di sana, ada yang alami. Suatu hari Agoes makan di kantin dan
menggunakan pakaian minim (singlet) dan meminta ikan goreng kepada pelayan, dan
lebih memilih sholat sendiri-sendiri, berbeda dengan cepat pelayan memberikan ikan itu
dengan Indonesia yang umumnya jika pria langsung dengan tangannya, tanpa perantara
sholat bersama akan memilih berjamaah. (sendok/penjepit makanan) dan langsung
Hal ini memang lumrah karena islam terbagi menaruh di piring makan Agoes. Hal-hal yang
138
Jurnal Komunikator

berbeda, jika tidak disikapi dengan wajar, akan Orang-orang India masih sangat kental
menimbulkan kesalahpahaman, untungnya terhadap budaya tradisionalnya, itu yang
Agoes sudah memaklumi dan meskipun mungkin menjadi satu alasan mengapa
setengah hati karena jijik, tetap memakan kesederhanaan yang sejak dulu menjadi
ikan tersebut. Di Indonesia menggunakan kebiasaan susah hilang. Bahkan dalam sistem
tangan yang kotor percaya akan menyebabkan pendidikanpun, kesederhanaan menjadi
sakit perut dan selain itu dinilai tidak sopan hal yang sering dijumpai. Misalnya masih
karena itu akan dimakan oleh orang lain. menggunakan tulis tangan di beberapa
India juga terkenal dengan kekumuhan sekolah bahkan universitas untuk tugas
dan kesederhanaannya yang lebih mengarah dan masih menggunakan kapur tulis. Masih
kepada kekurangan jika dibandingkan dengan banyak yang menggunakan sepeda juga
Indonesia. Menurut Rusyid dan Agoes dalam termasuk professor-professor yang mengajar di
memandang India berdasar latar belakang sana (Kisahku di India – Muhammad Rusyid
ke-Indonesiaannya, India memang terkenal dalam http://muslim.or.id/jejak-islam/kisahku-
kumuh dan sangat padat. di-india.html).
“Siapa yang bisa hidup di India, maka Jika dulu, bahkan sampai sekarangpun
bisa hidup di mana saja. Anekdot itu ada masih banyak tersebar film India di Indonesia,
benarnya, karena tidak kita pungkiri, hal itu juga yang menjadi patokan dalam
saya sering mendengar ada beberapa melihat India. India sebagai salah satu pusat
mahasiswa baru kita di India yang baru
sepekan, dua pekan, sebulan, dan tiga perfilman nomor dua karena bollywodnya
bulan akhirnya ‘tereleminiasi’ karena banyak menyebarkan pandangan mengenai
beberapa sebab, biasanya karena tidak India ke negara-negara lain termasuk
cocok dengan makanan, ada yang tidak Indonesia. Jika di dalam film terkenal dengan
cocok lingkungannya karena agak kotor/ tarian, nyanyian dan pakaian tradisional
jorok (kebersihan lebih berada di bawah (sarinya), begitupun menurut Agoes yang
Indonesia), sering dibohongi, birokrasi
yang ribet dan lain-lainnya.” (wawancara menyatakan kalau orang India memang
dengan Agoes Aufiya, 16 Oktober 2014) suka bernyanyi walaupun dia belum pernah
melihat tarian massal seperit yang sering
Agoes menjabarkan bagaimana pandangan ia tonton di televisi, untuk pakaiannya
tentang dunia yang layak sebagai hunian memang masih banyak di daerah-daerah
bagi mahasiswa Indonesia ternyata sangat tertentu yang menggunakan sari, namun sama
jauh berbeda dengan kenyataan di India. seperti Indoensia juga mulai banyak yang
Jika seseorang tidak mampu menyesuaikan mengenakan pakaian modern ala barat.
pandangan dunia dan kepercayaan yang Dalam komunikasi lintasbudaya, kita
dianutnya terhadap hal lain yang ternyata selalu melekatkan nilai dan konsep diri,
berbeda, maka hasilnya komunikasi lintasbudaya baik secara sadar maupun tidak dalam
tak dapat terlaksana dengan baik. berinteraksi dengan orang lain. Sesuai
Rusyid juga mengungkapkan hal yang sama dengan teori pengurahan ketidakpastian saat
tentang kesederhanaan India. Dalam muslim. pertama kali orang asing bertemu. Dalam
or.id ia menulis saat pertama kali mendengar tahapan komunikasinya, seseorang akan
hotel, ia membayangkan tempat yang nyaman membawa nilai dan konsep dirinya pada
dan dapat beristirahat setelah perjalanan awal percakapan atau interaksi, itupun yang
panjang, namun kenyataannya, hotel di umumnya terjadi termasuk pada mahasiswa
India yang ia kunjungi jauh dari kesan layak Indonesia yang belajar di India.
menururtnya dan lebih seperti barak yang Nilai adalah komponen evaluatif dari
tidak nyaman menururtnya. kepercayaan kita, mencakup keinginan,
139
Vol. 7 No. 2 November 2015

kebaikan, estetika dan kepuasan. Jadi nilai faktor pemicu individualitas masyarakat India
bersifat normatif memberi tahu suatu anggota seperti fenomena dalam video tersebut.
budaya mengenai apa yang baik dan yang Untuk waktu, sangat berbeda dengan
buruk, benar dan salah, siapa yang harus Indonesia, meskipun sama-sama mengenal
dibela, apa yang harus diperjuangkan, apa yang jam karet, di India waktu kerja adalah pukul
mesti kita takuti dan lain sebagainya (Mulyana, 9.30 yang bisa aktif hingga pukul 10 sampai 11
2008, h. 215). Menururt Sihabudin, (2013, siang, kemudian istirahat pukul 1 sampai 2.30
h. 40), Nilai adalah seperangkat aturan yang dan waktu kerja selesai pukul 5 sore. Hal ini
terorganisasikan untuk membuat pilihan- dikarenakan cuaca yang jika di musim panas
pilihan dan mengurangi konflik dalam suatu sangat panas bisa mencapai 450C dan jika
masyarakat. Nilai memiliki aspek evaluative dingin bisa di bawah 30C (Kisahku di India –
dan sistem kepercayaan dan sikap. Dimensi Muhammad Rusyid dalam http://muslim.or.id/
evaluative ini meliputi kualitas-kualitas seperti jejak-islam/kisahku-di-india.html).
kemanfaatan, kebaikan, estetika, kebutuhan Konsep Diri adalah bagaimana individu
dan kesenangan. mempersepsi dirinya sendiri (Shavelson
Dalam interaksi awalnya Agoes membawa dan Marsh, 1986 dalam Widodo 2006,
nilai-nilai dalam takaran kesopanan Indonesia h. 2). Sebagai seorang Indonesia konsep
(berbicara lembut, pelan dll) meskipun diri sebagai penduduk yang suka tolong
ternyata nilai-nilai kesopanan atau kewajaran menolong dan berbudaya high context dalam
di sana sangat berbeda dengan Indonesia. komunikasinya, melihat fenomena dalam
Orang Indonesia kemudian memberikan video mengenai ambulans tersebut adalah
stereotype atau pelabelan terhadap orang- hal yang memprihatinkan, namun kurangnya
orang India yang cenderung keras dan suka kesadaran orang-orang India mengenai
berdebat sebagai sesuatu yang tidak wajar. hal tersebut menjadi tidak bisa banyak
Nilai sebagai acuan mahasiswa-mahasiswa dipermasalahkan dikarenakan memang sudah
Indonesia yang dibawa ke luar negeri kebiasaannya yang seperti itu. Dengan konsep
kemudian bisa dinegosiasikan lagi karena diri yang dibawa mahasiswa Indonesia ke
di mana kita hidup dan bergaul, seharusnya negara tujuan studinya begitu juga di India,
disitulah kita menyesuaikan jika kita benar- akan banyak sekali perbedaan-perbedaan
benar ingin diterima di sana, singkatnya dirasakannya, ternyata kebanyakan orang
jika ingin bertahan di India, ada baiknya India menurut pengalaman Agoes lebih
mengikuti atau setidaknya memaklumi kepada budaya konteks rendah atau lebih
perbedaan-perbedaan kebiasaan yang terjadi. suka langsung dalam mengungkapkan sesuatu
Toleransi dan tolong menolong, masih namun juga berbelit dalam meminta sesuatu,
menjadi nilai-nilai yang dianut kental warga sangat berbeda dengan Indonesia. Komunikasi
Indonesia pada umumnya yang berbanding nonverbal seperti yang memang sering sekali
terbalik dengan India. Dalam video berjudul punya ciri khas masing-masing juga ada
“Shocking Ambulance Experiment, would you di India. Jika kita biasa mengenal budaya
survive heart attact - India VS Foreign – Social itu bertolak belakang dengan Indonesia
Experiment,” yang berdurasi 7 menit 18 detik itu (Anggukan iya, gelengan tidak) namun Agoes
menceritakan tentang ambulance di New Delhi meluruskan dengan istilah toleh kanan kiri
yang menyalakan sirine namun semua pengguna untuk tidak (sama Indonesia) dan patah
jalan tidak ada yang menghiraukannya. Tingkat kanan kiri untuk tidak.
pendidikan yang masih rendah di beberapa Persepsi adalah proses internal yang me-
tempat di India dan juga tidak adanya ajaran mungkinkan kita memilih, mengorganisasikan
tentang saling menghormati menjadi salah satu dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan
140
Jurnal Komunikator

kita dan proses tersebut mempengaruhi seperti benda, hewan dan objek-objek tanda
perilaku kita (Baron dan Paulus, 1991, h. 34 lainnya. Selanjutnya, (2) persepsi terhadap
dalam Mulyana 2008, h. 179). manusia yang sering disebut persepsi sosial
Menurut Dedy Mulayana, persepsi adalah yaitu proses menangkap arti objek-objek sosial
inti komunikasi (2008, h. 180) : dan kejadian-kejadian yang kita alami dengan
“Persepsi disebut inti komunikasi karena lingkungan kita, ini lebih kompleks karena
jika persepsi kita tidak akurat, tidak manusia selalu berubah. Manusia bersifat
mungkin kita berkomunikasi dengan emosional, sehingga penilaian terhadap
efektif. Persepsilah yang menentukan kita mereka mengandung resiko. Inilah yang harus
memilih suatu pesan dan mengabaikan
pesan yang lain. Semakin tinggi derajat selalu difahami dalam melakukan komunikasi
kesamaan persepsi antar individu, lintasbudaya. Persepsi saya terhadap anda
semakin mudah dan semaskin sering mempengaruhi persepsi anda terhadap saya
mereka berkomunikasi, dan sebagai dan pada gilirannya persepsi anda terhadap
konsekuensinya semakin cenderung saya juga mempengaruhi persepsi saya
membentuk kelompok budaya atau terhadap anda (Mulyana, 2008, h. 191).
kelompok identitas.”
Setiap orang memiliki gambaran berbeda
Persepsi, sebagai inti dari komunikasi menganai realitas di sekelilingnya (Mulyana,
menjelaskan bahwa dalam setiap simbol 2008, h. 191), ini tergantung bagaimana
yang kita kirimkan kepada orang lain dia tumbuh, di mana, bersama siapa,
tidaklah begitu saja dimengerti oleh orang bagaimana dan faktor-faktor lain dalam
tersebut. Proses interpretasi dan belajar dari proses perkembangan serta hidupnya. Persepsi
pengalaman merupakan hal utama dalam berdasar pengalaman yang telah dipelajari
memahami komunikasi atau simbol-simbol dari masa lalu, sehingga persepsi sangat
yang disampaikan. Persepsi sebagai hasil bergantung pada apa yang diajarkan budaynya
belajar dari pengalaman akan menjelaskan mengenai hal itu. Persepsi umumnya selektif
mengapa budaya Indonesia dan India dengan faktor internal berupa motivasi,
bahkan dengan negara manapun akan selalu dorongan, pengharapan dan emosi sebagai
mengalami perbedaan. Itu semua dikarenakan patokan dan faktor eksternal seperti gerakan
perbedaan asal atau belajar dari pengalaman intensitas, kontras, kebaruan dan perulangan
masa lalunya yang berbeda juga. Dalam objek yang ada.
satu tanda bahkan akan berbeda makna jika Karena persepsi yang merupakan inti
diarahkan kepada orang yang berbeda latar komunikasi itu merupakan hasil belajar.
belakangnya. Sebagaimana kasus-kasus yang Maka akan sangat memungkinkan untuk
dijelaskan sebelumnya mengenai ucapan mempelajarinya, mempelajari kebiasaan-
keras yang memiliki arti berbeda, Indonesia kebiasaan dan kebudayaan orang lain dalam
dikatakan kasar, di India itu wajar dan lain rangka membentuk persepsi yang sesuai
sebagainya. dengan tempat di mana kita berada. Proses
Makna pesan yang dikirim ke otak harus belajar itu merupakan nilai lebih untuk
dipelajari (Mulyana, 2008, h. 181). Hal ini mahasiswa-mahasiswa rantau yang tinggal di
berkaitan dengan ungkapan sebelumnya daerah, bahkan negara yang berbeda seperti
mengenai makna bukanlah datang dengan kasus di atas yaitu India.
sendirinya melainkan sebuah proses belajar. Prasangka dan etnosentrisme yang berlebih
Persepsi manusia terbagi menjadi dua yaitu sebagaimana dijelaskan dalam kajian teori
(1) persepsi terhadap objek atau lingkungan sebelumnya dapat menimbulkan berbagai
fisik yakni melalui lambang-lambang fisik, konflik. Untuk itu dalam mengurangi
menanggapi sifat-sifat luar yang tidak bereaksi terjadinya konflik maka prasangka dapat juga
141
Vol. 7 No. 2 November 2015

dikurangi. Menurut Liliweri dalam bukunya pandangan dunia, kepercayaan, nilai, konsep
Prasangka dan Konflik, menyatakan bahwa diri, prasangka dan etnosentrisme, haruslah
prasangka dapat dikurangi melalui beberapa benar-benar menjadi akar untuk melakukan
tahap : komunikasi lintasbudaya. Pemahaman
a. Mengurangi cara berfikir kita yang tersebut tidak hanya mencakup pemahaman
etnosentris, yang menempatkan terhadap diri sendiri, melainkan juga
kebudayaan kita sebagai pusat dari segala- pemahaman terhadap hal yang umum dan
galanya personal di lingkungan tempat tinggal kita
b. Berkomunikasi dengan memasuki kode di negara asing. Apalagi sebagai mahasiswa
simbolik pesan dari kebudayaan orang yang sedang ‘bertamu’ di negara orang dalam
lain. Implikasinya, kita harus menjadi penelitian ini adalah India, menyesuaikan
seperti orang lain (berempati) sebagaimana serta memilah-milah kebiasaan haruslah
apa adanya dan bukan sebagaimana kita terus dilakukan agar dapat berbaur dengan
kehendaki kebiasaan dan masyarakat sekitar.
c. Dalam komunikasi budaya, hendaklah India, sebagai salah satu negara yang
kita melakukan desentralisasi relasi memiliki kebiasaan yang berdekatan dengan
melalui kode budaya yang kita miliki, Indonesia menurut model Lewis, memang
terus menerus berfikir tentang orang lain ternyata memiliki beberapa kesamaan
(thinking about others), dan meningkatkan dengan Indonesia. Namun perbedaan lain
kesadaran bahwa kebudayaan itu selalu juga sangatlah banyak seperti kepercayaan,
relative dalam relasi antar budaya. Inilah budaya, gaya hidup, cara berbicara dan
yang disebut relativisme budaya, yakni kebiasaan yang jika dibandingkan dengan
menempatkan semua budaya secara setara. Indonesia bisa dikatakan berada di bawah
d. Mencari dan menciptakan media standar Indonesia.
antarbudaya demi menyatukan simbol
antarbudaya. Belajarlah beralih kode DAFTAR PUSTAKA
budaya dari kode budaya kita dan Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik, Komunikasi
memasuki kode budaya orang lain, sehingga Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta:
kita dapat membentuk kode budaya umum LKiS.
sebagai basis yang dapat menjembatani diri Mulyana, Dedy. 2004. Komunikasi Efektif. Suatu
kita dengan diri mereka (Byram & Morgan, Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: Remaja
1994:66 dalam Liliweri, 2005:239). Rosdakarya.
____________ . 2008. Ilmu Komunikasi, Suatu
SIMPULAN Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dalam komunikasi lintasbudaya dikenal ____________. 2010. Komunikasi Antarbudaya,
berbagai istilah untuk menjelaskan berbagai Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang
fenomena yang terjadi di dalamnya. Model Berbeda Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
the lewis cross cultural communication, Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif.
persepsi, konsep diri, nilai, prasangka dan Yogyakarta: LkiS.

etnosentrisme adalah beberapa diantaranya. Pratiwi, Mutia Rahmi. 2014. Peran ICT bagi Organisasi

Dalam prakteknya, sangat penting Media Massa dan Budaya Masyarakat. Jurnal
Komunikator, 6 (2): 20-26.
menjadikan persepsi lintasbudaya yang kita
Sihabudin, Ahmad. 2013. Komunikasi Antarbudaya,
miliki menjadi inti atau tolak ukur untuk
satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara
kita dalam berkomunikasi lintasbudaya.
Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research from Start to
Pemahaman mengenai semua aspek dalam
Finish. London: The Guilfors Press.
persepsi lintasbudaya seperti worldview atau
142
Jurnal Komunikator

Halaman Web (diakses : 10 Oktober 2014)


Daya tarik dan keunikan dan tantangan kuliah di India.
(2012). diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com
Study Abroad. (2013). diunduh dari http://edukasi.
kompasiana.com
Gunawan. (2010. Melirik India Unutk Kuliah S2,
diunduh dari http://grelovejogja.wordpress.com
Indrayanto. (2010). Mengapa Saya Kuliah di India,
diunduh dari http://indrayanto72.blogspot.com
Yulian Purnama .(2011). Kisahku di India, Jejak Islam,
diunduh dari http://muslim.or.id
Mat, Zahwah & Sulaiman, Mashitah. (Volume 8,
2007). Interaksi budaya India & Cina ke atas
pengukuhan bahasa dalam Tamadun Melayu.
Malaysia : Jurnal Pengajian Umum University
Kebangsaan Malaysia
Budi, Widodo Prasetyo. (2006). Konsep Diri
Mahasiswa Jawa Pesisiran dan Pedalaman.
Semarang : Jurnal Psikologi Undip

Anda mungkin juga menyukai