Buku Hasil Konas Xii Final
Buku Hasil Konas Xii Final
SEMARANG 2010
(PERDAMI)
JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya Kongres
Nasional Perdami XII telah diselenggarakan pada tanggal 23-26 juli 2010 di Semarang dengan
lancar dan sukses.
Pada Konas tersebut telah dihasilkan program kerja untuk kepengurusan Perdami periode
2010-2013. Program kerja tersebut menjadi tugas pengurus Perdami periode 2010 – 2013
dalam mengemban amanah Kongres Nasional XII.
Seluruh Pengurus Pusat Perdami periode 2010-2013 mengucapkan terima kasih atas
pengorbanan dan jerih payah setiap anggota dalam melaksanakan program kerja selama ini,
adanya kendala pada pelaksanaan program kerja sebelumnya dapat dijadikan sebagai cambuk
bagi kita untuk mengerjakan tugas yang diemban dengan lebih baik.
Demi kelancaran pelaksanaan program kerja baik di Pusat maupun di cabang , bersama ini
disampaikan salinan Hasil – hasil Kongres Nasional Perdami XII. Besar harapan kami hasil – hasil
ini dapat dipahami oleh seluruh anggota Perdami.
Semoga buku ini memberikan informasi bagi seluruh anggota Perdami dan bermanfaat untuk
pengembangan Perdami menjadi organisasi yang mandiri dan professional untuk mencapai
Vision 2020 The Right To Sight.
Kata Pengantar
Daftar Isi
( PERDAMI )
MUKADDIMAH
Dengan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa, kami dokter – dokter spesialis mata Indonesia
bertekad untuk melanjutkan cit-cita perjuangan dalam rangka mengisi kemerdekaan Indonesia
demi tercapainya kehidupan rakyat yang sehat, adil dan makmur.
Bahwa untuk mencapai kehidupan rakyat yang sehat, adil, dan makmur yang
berasaskan Pancasila, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 didalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, perlu ditingkatkan pengamalan profesi keahlian mata kepada
masyarakat dengan berpegang teguh kepada sumpah dokter dan kode etik kedokteran
Indonesia.
Bahwa peningkatan pengamalan profesi keahlian ini kepada masyarakat hanya mungkin
dilakukan jika rasa dan semangat persatuan dan kesatuan dokter – dokter spesialis mata
Indonesia yang telah terwujud sejak tahun 1964 dapat diteruskan dengan jalan menggalang
semua potensi dokter – dokter spesialis mata Indonesia kedalam suatu organisasi.
Bahwa kualitas pengamalan profesi keahlian itu berkaitan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi secara global, perkembangan sistem kesehatan, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
BAB - I
Pasal 1
Organisasi ini bernama Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia dengan akronim PERDAMI,
untuk internasional digunakan nama Indonesian Opthalmologists Association, disingkat IOA.
Pasal 2
PERDAMI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1964 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.
Pasal 3
BAB - II
Pasal 4
PERDAMI berazaskan Pancasila, berdasarkan Undang- Undang Dasar 1945 dan berpegang
kepada sumpah dokter serta etik kedokteran Indonesia.
Pasal 5
PERDAMI adalah satu – satunya organisasi profesi dokter spesialis mata sebagai Badan
Kelengkapan Ikatan Dokter Indonesia.
BAB - III
Pasal 6
1. Peningkatan derajat kesehatan rakyat Indonesia umumnya dan kesehatan mata khususnya.
2. Pengembangan Ilmu Kesehatan Mata dan Kemampuan profesi, sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
3. Peningkatan kesejahteraan anggota.
BAB - IV
KEANGGOTAAN
Pasal 7
1. Anggota Biasa
2. Anggota Muda
3. Anggota Luar Biasa
4. Anggota Kehormatan.
BAB - V
ORGANISASI
Pasal 8
1. Organisasi PERDAMI terdiri dari Badan Legislatif, Badan Eksekutif, Kolegium Oftalmologi
Indonesia (KOI), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Kehormatan Etik
Kedokteran (DKEK).
2. Badan Legislatif adalah Kongres Nasional dan/atau Kongres Luar Biasa sebagai kekuasaan
tertinggi organisasi.
3. Badan Eksekutif adalah Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang.
BAB - VI
KEKAYAAN
Pasal 9
1. Uang pangkal
2. Uang iuran
3. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
BAB - VII
Pasal 10
1. PERDAMI dapat memberi Penghargaan dan Tanda Jasa berdasarkan ketentuan khusus
yang ditetapkan pada Rakernas.
BAB - VIII
Pasal 11
Perubahan Anggaran dasar ini hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional.
BAB - IX
PEMBUBARAN PERDAMI
Pasal 12
Pembubaran PERDAMI hanya dapat dilakukan oleh Kongres Nasional yang khusus diadakan
untuk itu atas usul ¾ ( tiga per empat ) jumlah cabang dan dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per
tiga) jumlah anggota PERDAMI.
BAB - X
ATRIBUT
Pasal 13
PERDAMI mempunyai lambang, himne PERDAMI dan lain-lain yang diusulkan kemudian.
Lambang dan Himne PERDAMI dimasukkan dalam Aturan Tambahan.
BAB - XI
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 14
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar PERDAMI dicantumkan dalam Anggaran
Rumah Tangga PERDAMI sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar PERDAMI.
BAB - XII
LAMBANG PERDAMI
Berbentuk segilima dengan sisi lengkung bersudut 144o dan puncak diatas. Ular menghadap ke
kanan lidahnya bercabang dua dengan ekor dua lengkungan dan menuju kebawah. Mata
netral, bukan kekanan atau ke kiri tanpa epikantus dan alis sama tebal. Tepi segilima, huruf
dan gambar bewarna kuning emas. Dasar lambang bewarna hijau.Lambang PERDAMI
bertuliskan Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia melingkari ular dan dibawah ekor
bertuliskan PERDAMI. Untuk cap cabang dibawah tulisan PERDAMI tersebut diberi tulisan
akronim nama cabang.
Arti lambang :
Segilima : sesuai dengan azas Pancasila
Warna hijau : sesuai dengan warna kedokteran
Warna kuning : melambangkan sifat satria
Ular : sesuai dengan lambang induk organisasi IDI
Mata : sesuai persatuan profesi
BAB - XIII
HYMNE PERDAMI
MARS PERDAMI
BAB – I
Pasal 1
BAB – II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
1. Anggota biasa yaitu dokter spesialis mata, warga negara Indonesia yang telah menjadi
anggota IDI yang diakui keahliannya oleh Kolegium Oftalmologi Indonesia.
2. Anggota muda yaitu calon dokter spesialis mata yang menjalani pendidikan spesialis mata
di pusat pendidikan yang terakreditasi oleh KOI.
3. Anggota luar biasa yaitu dokter anggota IDI yang telah berjasa dan atau mempunyai minat
serta perhatian besar dalam lapangan ilmu kesehatan mata.
4. Anggota kehormatan yaitu mereka yang bukan dokter spesialis mata dan dokter spesialis
mata asing yang telah berjasa dalam ilmu kesehatan mata, Pelayanan Kesehatan Mata,
dan/atau terhadap PERDAMI di Indonesia.
Pasal 3
Penerimaan Anggota
1. Anggota biasa dan anggota muda diterima oleh Pengurus Pusat atas permintaan yang
bersangkutan melalui Pengurus cabang setempat.
2. Anggota luar biasa adalah dokter spesialis mata asing yang telah memenuhi
persyaratan yang berlaku.
3. Anggota kehormatan diusulkan oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Pusat dan
disahkan oleh Kongres Nasional.
Pasal 4
1. Anggota biasa mempunyai hak bicara, hak memilih dan hak dipilih sebagai Ketua Badan
Eksekutif, BPK, DKEK, dan KOI melalui Kongres Nasional.
2. Anggota muda, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan mempunyai hak bicara
tetapi tidak mempunyai hak memilih dan hak dipilih.
3. Tiap anggota berhak mendapat perlindungan dan pembelaan dan pembinaan dalam
melaksanakan tugas dan/atau pekerjaan profesi.
4. Anggota biasa, anggota muda berhak mengadakan pembelaan diri terhadap pemecatan
dalam suatu rapat paripurna anggota terhadap pemecatannya.
5. Setiap anggota berhak mendapat perlindungan dan kesetiakawanan dari organisasi.
6. Setiap anggota berhak menjalankan profesi sebagai dokter spesialis mata di Republik
Indonesia, apabila telah memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan oleh PERDAMI.
Pasal 5
Kewajiban anggota
1. Anggota biasa, anggota muda dan anggota luar biasa wajib menjunjung tinggi sumpah
dokter dan etika kedokteran.
2. Anggota biasa, anggota muda, dan anggota luar biasa wajib patuh kepada Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga, KODEKI, Standar Etik, peraturan dan keputusan
PERDAMI.
3. Anggota Kehormatan wajib menjaga, mempertahankan kehormatan PERDAMI.
4. Anggota biasa dan anggota muda wajib membayar uang pangkal dan uang iuran.
5. Anggota biasa dan anggota muda, keanggotaannya adalah pada cabang dimana ia
berdomisili sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau berdasarkan domisili kerja.
Pasal 6
Sanksi
1. Anggota PERDAMI yang terlambat membayar iuran 6 bulan diberi sangsi tidak
boleh mengikuti kegiatan resmi PERDAMI pada tahun yang berlaku.
2. Anggota PERDAMI yang telah melanggar Kode Etik PERDAMI tidak boleh
mengikuti kegiatan resmi PERDAMI selama 1 tahun.
3. Pelanggaran etik dimaksud dan ditetapkan oleh DKEK Pusat atas masukan DKEK
Cabang.
Pasal 7
Pemberhentian anggota
BAB – III
KEPENGURUSAN
Pasal 7
Pengurus Pusat terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Bila dianggap perlu
Pengurus Pusat dapat membentuk departemen dan seksi – seksi. Pengurus Pusat merupakan
Badan Eksekutif tertinggi dari PERDAMI.
Pasal 9
1. Ketua dipilih oleh anggota yang hadir dalam rapat paripurna pada Kongres Nasional
berdasarkan suara terbanyak secara langsung bebas dan rahasia.
2. Calon Ketua diusulkan dari anggota biasa paling sedikit oleh 5 orang anggota biasa,
dengan kriteria :
a. Mempunyai cukup waktu untuk kegiatan organisasi PERDAMI.
b. Memiliki latar belakang pengalaman organisasi.
c. Mempunyai wawasan yang luas dalam profesi kedokteran pada umumnya.
d. Mempunyai integritas yang tinggi dan diakui oleh para anggota.
3. Anggota pengurus lainnya diangkat oleh Ketua.
4. Ketua dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun, dan hanya dapat dipilih 2 (dua) kali
masa jabatan berturut-turut.
5. Apabila Ketua berhenti sebelum masa jabatan selesai, maka fungsi jabatan ketua
dilaksanakan oleh Wakil Ketua sampai jabatannya berakhir.
6. Apabila anggota pengurus berhenti dari tugasnya karena sesuatu hal sebelum masa
jabatannya selesai, maka Ketua berhak mengangkat penggantinya.
7. Jika Ketua Pengurus Pusat tidak berdomisili di Ibu Kota Negara, maka Wakil Ketua
ditunjuk berdomisili di Ibu Kota Negara.
Pasal 10
Pengurus cabang
Pengurus cabang terdiri dari unsur Ketua, Wakil Ketua (bila diperlukan) Sekretaris, Bendahara
dan kalau perlu seksi – seksi.
Pasal 11
1. Dalam 1 propinsi dapat dibentuk lebih dari satu cabang dengan jumlah minimal 20 orang
anggota biasa. Apabila jumlah anggota tidak mencukupi maka dalam suatu propinsi
dimungkinkan dibentuk satu cabang, sekalipun jumlah anggota kurang dari 20 dengan
ketentuan minimal anggota 7
2. Apabila setiap kabupaten / kotamadya dalam suatu propinsi telah mempunyai cabang
maka nama cabang akan disesuaikan.
3. Apabila ( ketentuan pada ayat 1) tidak tercapai maka dapat digabung dengan wilayah
yang terdekat.
4. Ketua dipilih langsung oleh rapat anggota cabang yang dihadiri oleh dua pertiga jumlah
anggota dan dilaksanakan berdasarkan AD/ART yang berlaku selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah KONAS.
5. Ketua mengangkat dan mengganti pengurus lainnya.
6. Pengurus Cabang disahkan dan dilantik oleh Pengurus Pusat.
7. Ketua dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih untuk masa jabatan 2
(dua) kali berturut-turut.
8. Apabila Ketua berhenti sebelum masa jabatan selesai, maka ia digantikan oleh salah
seorang anggota pengurus sampai jabatannya berakhir
Pasal 12
1. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
semua keputusan yang telah ditetapkan oleh Kongres.
2. Ketua PP merupakan Koordinator kegiatan organisasi, dan sedikitnya 2 (dua) kali dalam
1 (satu) tahun mengadakan Rapat Koordinasi dengan KOI, DKEK dan BPK.
3. Mengumumkan kepada seluruh Pengurus Cabang yang menyangkut pengambilan
keputusan organisasi ataupun perubahan keputusan kongres dan kemudian
mempertanggungjawabkannya pada Kongres Nasional atau Kongres Luar Biasa.
4. Membina hubungan baik dengan semua aparat yang ada, pemerintah ataupun swasta,
di dalam ataupun di luar negeri, khususnya dengan aparat yang berhubungan dengan
dunia kesehatan.
5. Mewakili dan bertindak atas nama PERDAMI di tingkat Pengurus Besar IDI.
6. Mempertanggungjawabkan kepengurusan pada Kongres Nasional atau Kongres Luar
Biasa.
7. Meningkatkan profesi dokter spesialis dan calon dokter spesialis mata melalui
penyelenggaraan PIT.
8. Membentuk Komisi Sertifikasi.
9. Membentuk Dewan Pemberian Tanda Penghargaan.
Pasal 13
BAB – IV
Pasal 14
Pasal 15
Kolegium Oftamologi Indonesia adalah Badan PERDAMI yang mengatur dan berfungsi dalam
proses pendidikan akademik profesional di bidang oftalmologi.
Pasal 16
1. Kolegium Oftalmologi Indonesia beranggotakan Guru Besar dan Doktor Ilmu Kesehatan
Mata yang masih aktif dalam institusi pendidikan Ilmu Kesehatan Mata, dan anggota
ex–officio yang terdiri dari Kepala Bagian / Departemen dan Ketua Program Studi Dokter
Spesialis Mata, Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata Konsultan lembaga
pendidikan, Ketua P.P. PERDAMI serta anggota yang diangkat yang kriterianya
ditentukan oleh rapat anggota KOI.
2. Calon Ketua diusulkan oleh anggota KOI, dengan kriteria :
Anggota KOI kecuali anggota KOI ex-officio
Dicalonkan oleh minimal 5 (lima) anggota.
Anggota KOI yang masih aktif minimal 1 (satu) periode kepengurusan KOI.
Memiliki latar belakang pengalaman organisasi dan proses pendidikan dokter spesialis
mata.
Mempunyai wawasan yang luas dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi ilmu penyakit mata dan kedokteran.
Mempunyai integritas yang tinggi dan mampu berhubungan dengan institusi sejenis di
luar negeri.
3. Ketua KOI dipilih oleh anggota biasa pada sidang paripurna Kongres Nasional
berdasarkan suara terbanyak secara langsung, bebas dan rahasia. Pengurus Harian
KOI dibentuk oleh Ketua terpilih dan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris, serta
dapat membentuk komisi – komisi sesuai dengan kebutuhan.
4. Ketua bertanggungjawab kepada rapat paripurna Kongres Nasional. Masa bakti
Pengurus Harian disesuaikan dengan masa bakti Pengurus Pusat PERDAMI.
5. Apabila Ketua KOI tidak berdomisili di Ibu Kota Negara, maka wakil dan Sekretaris
ditunjuk yang berdomisili di Ibu Kota Negara.
6. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugas sampai masa baktinya, maka fungsi
jabatan ketua dilaksanakan oleh Wakil Ketua sampai berakhirnya masa jabatan
tersebut.
7. Wakil Ketua dan Sekretaris harus anggota Kolegium Oftalmologi Indonesia pada masa
bakti tersebut.
8. Apabila Ketua tidak dapat menjalankan tugas sampai akhir masa baktinya, maka fungsi
jabatan ketua dilaksanakan oleh Wakil Ketua sampai berakhirnya masa jabatan
tersebut.
9. Wakil Ketua harus anggota Kolegium Oftalmologi Indonesia pada masa bakti tersebut.
Pasal 17
1. Merencanakan mutu dokter spesialis mata dan dokter spesialis mata konsultan.
2. Membuat dan merevisi Standar Pendidikan dan Standar Kompetensi pendidikan dokter
spesialis mata dan dokter spesialis mata konsultan yang berkoordinasi dengan organisasi
profesi, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran, Asosiasi Rumah sakit Pendidikan,
Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Kesehatan.
3. Menyusun standar pendidikan dokter spesialis mata dan dokter spesialis mata konsultan
yang berkoordinasi dengan organisasi profesi, Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran,
Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian
Kesehatan.
4. Mengampu cabang ilmu kesehatan mata.
5. Menyelenggarakan ujian dokter spesialis mata dan dokter spesialis mata konsultan secara
nasional.
6. Membina pusat – pusat pendidikan dokter spesialis mata yang ada dan yang berpotensi
untuk dikembangkan.
7. Melaksanakan program akreditasi untuk menjamin mutu pelaksanaan pendidikan spesialis
mata dan pendidikan spesialis mata konsultan bekerjasama dengan Badan Akreditasi
Nasional (BAN) sebagai payung hukum.
8. Menilai dokter spesialis mata / spesialis mata konsultan lulusan Luar Negeri.
9. Memberikan sertifikat kompetensi bagi dokter spesialis mata dan dokter spesialis mata
konsultan yang telah lulus ujian nasional.
10. Mengatur tata cara pencabangan keilmuan dalam ilmu kesehatan mata.
11. Bekerjasama dengan badan / instansi pendidikan didalam dan Luar Negeri.
12. Melakukan pembinaan dan pengembangan pendidikan ilmu kesehatan mata bagi tenaga
kesehatan.
13. Mewakili dan bertindak atas nama PERDAMI ditingkat MKKI (Majelis Kelegium Kedokteran
Indonesia)
BAB - VI
Pasal 18
Badan Periksa Keuangan (selanjutnya disingkat BPK) adalah Badan Perdami yang
bertanggungjawab kepada Konggres dan berfungsi untuk melakukan verifikasi terhadap
Laporan Kinerja Operasional dan Laporan Keuangan Unit-Unit Kerja Perdami serta
membimbing pelaksanaan administrasi/pelaporan Kinerja Operasional dan Keuangan
Unit-Unit Kerja Perdami.
Pasal 19
1. BPK PERDAMI melakukan verifikasi terhadap Laporan Kinerja dan Laporan Keuangan
Unit-Unit Kerja di tingkat Pusat.
BPK PERDAMI Cabang melakukan verifikasi terhadap Laporan Kinerja dan Laporan
Keuangan Cabang.
4. BPK PERDAMI menyampaikan Laporan Gabungan Hasil Verifikasi yang meliputi unit
kerja Pusat dan unit kerja Cabang, yang memperlihatkan kinerja kegiatan dan kinerja
keuangan sebagai satu kesatuan organisasi.
Pasal 20
Keanggotaan
1. Ketua BPK PERDAMI Cabang yang dipilih oleh Rapat Anggota Cabang, dibantu oleh
sekurang-kurangnya 2 (orang anggota).
BPK PERDAMI Cabang bertanggungjawab kepada RAP Cabang.
BAB – VII
Pasal 21
Pasal 22
Kepengurusan
1. Calon Ketua DKEK Perdami diusulkan oleh perwakilan cabang dan dipilih oleh
Kongres, dengan kriteria :
a. Mempunyai cukup waktu untuk kegiatan DKEK.
b. Mempunyai integritas yang tinggi dan diakui oleh para anggota.
c. Mempunyai wawasan yang luas dalam profesi kedokteran pada umumnya.
d. Memiliki latar belakang pengalaman menyelesaikan KTD.
2. Ketua terpilih merupakan formatur tunggal pembentukan Kepengurusan DKEK
Perdami.
3. Anggota Pengurus DKEK Perdami terdiri dari minimal 11 orang maksimal 15 orang.
4. Ditingkat cabang dibentuk DKEK Cabang yang dipilh oleh Rapat Anggota Cabang
sebanyak minimal 3 (tiga) orang.
5. DKEK Cabang merupakan perpanjangan tangan DKEK Perdami.
Pasal 23
Pasal 25
BAB – VIII
RAPAT
Pasal 26
1. Rapat Anggota.
2. Rapat Pengurus Pusat dengan Pengurus Cabang dan BadanBadan dibawah Kongres.
3. Rapat Pengurus Pusat.
4. Rapat Pengurus Cabang.
Pasal 27
Pasal 28
1. Rapat Anggota Paripurna diadakan sekali dalam 3 (tiga) tahun disebut Kongres
Nasional PERDAMI.
2. Kongres Nasional diadakan ditempat yang akan dipilih / ditentukan oleh Kongres
sebelumnya.
3. Kongres Nasional adalah badan tertinggi untuk mencapai keputusan bagi perhimpunan
dalam :
Mengesahkan Tata Tertib Rapat Anggota Paripurna dan Memilih Ketua
Pengurus Pusat.
Mengesahkan perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
Mengesahkan pemberian penghargaan pada anggota.
Mengumumkan anggota biasa baru, anggota muda baru, anggota luar biasa dan
anggota kehormatan.
Mengesahkan garis besar Program Kerja periode berikutnya.
Menyelesaikan hal-hal yang tidak dapat diatasi Pengurus Pusat, BPK,KOI dan
DKEK.
4. Perhitungan suara dalam rapat paripurna berdasarkan atas suara yang masuk secara
sah.
5. Rapat Anggota Paripurna adalah sah apabila dihadiri lebih setengah jumlah anggota
biasa.
6. Apabila kuorum tidak tercapai maka Rapat Anggota Paripurna ditunda untuk waktu 30
menit dan dianggap sah dengan jumlah yang hadir. Keputusan Rapat Anggota
Paripurna merupakan kekuasaan tertinggi didalam perhitungan.
Pasal 29
1. Rapat Anggota Paripurna Luar Biasa dan disebut Kongres Luar Biasa dapat diadakan
bila dianggap perlu atas permintaan lebih dari setengah jumlah anggota biasa.
2. Rapat Anggota Paripurna Luar Biasa dilaksanakan sesuai dengan tata cara dan
mempunyai ketetapan hukum yang sama dengan Rapat Anggota Paripurna.
Pasal 30
1. Rapat Anggota Cabang / Komisariat dapat diadakan paling sedikit setahun sekali.
2. Rapat Anggota Cabang / Komisariat tidak boleh mengambil keputusan yang
bertentangan dengan keputusan Rapat Paripurna.
3. Semua kegiatan dan keputusan Rapat Anggota Cabang harus dilaporkan kepada
Pengurus Pusat untuk diketahui.
Pasal 31
Rapat Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang dapat sewaktu – waktu diadakan.
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 36
Rapat Pengurus Dewan Kehormatan Etik Kedokteran diadakan bila dianggap perlu.
Pasal 37
BAB – IX
KEKAYAAN
Pasal 38
1. Uang pangkal dan iuran anggota yang besarnya ditentukan oleh Rapat Pengurus Pusat
dan Cabang.
2. Sumbangan yang tidak mengikat.
3. Sumber wajar, yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 39
Pengelolaan Keuangan
1. Uang Pangkal dan iuran anggota sebagian untuk Pengurus Pusat dan sebagian untuk
Pengurus Cabang.
2. Iuran anggota muda dan institusi pendidikan untuk menunjang kegiatan KOI.
3. Penggunaan keuangan oleh Pusat dan Cabang mengacu pada pedoman yang
dikeluarkan oleh PP.
4. Pembiayaan Badan Pemeriksa Keuangan dibebankan kepada Pengurus Pusat.
5. Pembiayaan Dewan Kehormatan Etik Kedokteran (DKEK) dibebankan kepada Pengurus
Pusat.
BAB – X
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 40
1. Kebijakan KOI yang bersifat mengikat seluruh anggota perhimpunan harus terlebih dahulu
secara tertulis disetujui oleh Pengurus Pusat.
2. Hal – hal yang tidak tercantum pada ART PERDAMI dapat diputuskan oleh Pengurus Pusat
atau Pengurus KOI dan dipertanggungjawabkan pada Rapat Paripurna Kongres Nasional.
Pasal 41
1. Setiap anggota PERDAMI dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga PERDAMI.
2. Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diputuskan
oleh Pengurus Pusat.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dimuat dalam peraturan
tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga PERDAMI..
Hasil Sidang Komisi II
Bidang Organisasi
Perdami sebagai organisasi profesi dokter spesialis mata yang resmi memiliki tanggung
jawab profesi dalam melakukan pengembangan bidang kesehatan mata, baik untuk internal
organisasi maupun untuk seluruh masyarakat Indonesia. Tanggung jawab yang besar tersebut
tentu menuntut pengelolaan organisasi secara profesional agar dapat mewujudkan amanah
AD/ART.
1. Tata kerja dan tata kelola organisasi (Landasan hukum, Struktur organisasi, Tugas pokok
dan Fungsi, Wewenang)
3. Rencana strategis
4. Melaksanakan program VISION 2020 The Right to Sight secara konsisten dan
berkesinambungan
c. Penyempurnaan tata kerja dan tata laksana serta tata kelola organisasi yang
terukur dan transparan
Strategi dalam rangka meningkatkan kualitas anggota diharapkan memiliki suatu tolak
ukur tertentu berupa terpenuhinya benchmarking tingkat regional dalam kurun waktu 3 tahun
(tercapai pada tahun 2013). Untuk mencapai target tersebut, dipersiapkan berbagai kegiatan
dengan objektif sebagai berikut:
Monev
Sertifikasi kompetensi
Mensosialisasikan Buku Saku DKEK tentang Panduan Etika Profesi dan Hukum
Kedokteran Perdami Edisi 1.
Membuat kuesioner tentang buku saku DKEK untuk mendapatkan feed back dan akan
dibagikan pada Konas XII / PIT 35 Semarang di Booth Perdami.
Merumuskan payung hukum untuk pelaksanaan operasi katarak masal yang sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional (SPO).
Pengesahan Buku standar Etik Profesi Dokter spesialis Mata Indonesia dalam Konas XII
di Semarang dan kemudian didaftarkan di ISBN/ISSN agar bisa diarsip di Perpustakaan
Nasional. Sosialisasi paradigma baru tentang Etika dariAKS à ASKERA sebanyak 5 kali
disertai dengan 16 hal yang harus diketahui untuk menghindari tuntutan di P2KB yang
telah direncanakan sebelumnya
Sosialisasi struktur Organisasi Dewan Kehormatan Dewan Etik Kedokteran yang baru
pada setiap kesempatan yang memungkinkan. Mengusahakan penjelasan tentang tugas
dan rencana pengembangannya
Mengadakan konsultasi/ koordinasi dengan PP, DKEK dan KOI. Terutama tentang hal-2
yg sedang terjadi.
Mengikuti dan ikut serta aktif dalam Kegiatan-2 yang dilakukan okeh organisai lain
dilingkungan IDI dan terutama dalam bidang Etika, Hukum Kedokteran dan Humaniora.
Membantu DKEK Cabang dalam melakukan mediasi tentang masalah etika yang terjadi
didaerah, serta lebih meningkatkan budaya lapor apabila mengalami hal-hal yang
mempunyai potensi yg berkaitan tuntutan baik Etika maupun Pelanggaran Disiplin
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)
Pelatihan Bendahara
Pelatihan BPK
Komisi Sertifikasi
- 2011 : Menado
- 2012 : Surabaya
- 2013 : Palembang (KONAS)
- 2014 : Yogyakarta
Buku Standar Etik Profesi Dokter Spesialis Mata telah mendapat persetujuan dan
disahkan dalam Konas XII. Selanjutnya akan diupload di website Perdami, sehingga dapat
diunduh oleh setiap anggota Perdami.
Hasil Rapat Komisi IV
Mengenai Cataract Surgical Rate, target Indonesia pada tahun 2010 adalah 2000 operasi
katarak/1 juta populasi (500.000 operasi katarak/th). Perdami (Cabang & Pusat) merancang
Sistem Pencatatan Pelaporan Jumlah Operasi Katarak secara Komputerisasi atau melalui Hot
Line SMS.
Untuk kelancaran kerja sama pemerintah dengan NGO / pihak asing dalam Pelayanan
Kesehatan Mata, diperlukan suatu Pedoman / Standar yang mengatur kerjasama dengan LSM /
Lembaga Donor dalam dan luar negeri dengan melibatkan anggota Perdami Cabang setempat.
Peran Perdami dalam hal Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (PGPK)
Nasional masih belum jelas. Hal ini disebabkan belum adanya evaluasi pelaksanaan / aktivitas
yang selama ini sudah dikerjakan, serta masih menjadi pertimbangan juga mengenai perlunya
restrukturisasi kepengurusan.
Setiap tahun selalu diperingati World Sight Day dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan
pelayanan kesehatan mata pada masyarakat. Hal ini mendukung dan melaksanan program
Count Down to 2020.
Agar pelaksanaan Operasi Masal oleh Perdami tertib administratif, diwajibkan kepada
SPBK Perdami Pusat / Cabang untuk mengacu pada Standar Prosedur Operasional Pelaksanaan
Operasi Masal Perdami yang dibuat DKEK. Upayanya adalah dengan penggunaan sarana IT
(informasi dan teknologi), serta efektifitas pencatatan operasi katarak di setiap institusi
Pelayanan Kesehatan Pemerintah / Swasta.
Membuat Buku Panduan Rapat Organisasi Konas XII yang terdiri dari
Amandemen AD ART
Jadwal Rapat
Rapat Komisi
Skoring untuk pemberian penghargaan Perdami, saat ini tetap memakai rumus yang
lama apabila, ada perbaikan akan dibahas pada forum tersendiri.
Usulan yang akan mendapat penghargaan harus sudah masuk ke DP 4 paling lambat 6
bulan sebelum pelaksanaan pemberian penghargaan.
Pengurus cabang dituntut untuk berperanan memberikan masukan calon yang akan
mendapatkan tanda penghargaan
Kriteria tingkatan saat ini masih dipakai emas, perak dan perunggu sampai dengan
didapatkan istilah/sebutan untuk penghargaan yang tepat.
Melakukan revisi modul pendidikan yang sudah ada, disesuaikan dengan IPDS masing-
masing. Diperlukan adanya sistem kontrol dari tiap IPDS.
Apabila diperlukan dapat dipertimbangkan dibuat kurikulum khusus untuk para peserta
‘tugas belajar’ .
Untuk program pendidikan yang terstruktur diusulkan untuk combined degree dengan
program S3
Organisasi dan jenis task force perlu diperbaharui sesuai kebutuhan pencabangan ilmu
dan persyaratan
Task force diminta untuk menyusun standar pendidikan dan standar kompetensi
program pendidikan konsultan yang terstruktur
Perlu monitoring konsultan dalam melakukan kewajibannya sebagai pendidik
Bila dalam 5 tahun konsultan tersebut tidak melakukan kewajibannya sebagai pendidik,
sertifikasi kompetensi dapat dicabut
Perlu pelatihan kmb cara pembuatan soal UDOT kepada calon penguji yang belum
mengikuti pelatihan