KESEHATAN
KERJA
DI PT MITSUBISHI
Kelompok 2 - Kelas B
1. Ajeng Wahyu T. W. (R0218006)
2. Andika (R0218010)
3. Arum Kurniawati A. T. (R0218022)
4. Dinda Retno Cahyani (R0218038)
5. Finisa Putri Maharuta (R0218048)
6. Ilham Fadlila Yaasin (R0218058) KELOMPOK
7. Isna Tasya S (R0218060)
8.
9.
Kireina Denosa
Muh Dicky Tegar S.
(R0218068)
(R0218076)
2
10. Nur Aziza (R0218084)
11. Putri Sulandari (R0218092)
12. Rosy Sasmita (R0218102)
13. Syafrina Ossawanda (R0218112)
14. Veronica Kirana N. (R0218120)
Pokok Bahasan:
01 Kebijakan Kesehatan Kerja di Mitsubishi
1. Penurunan Biaya
2. Peningkatan Kualitas
3. Pengawasan terhadap jadwal pengiriman
4. Mengadakan persiapan yang lancar dan baik
untuk produk modal baru
5. Peningkatan dalam manajemen, keselamatan
dan lingkungan
Termuat dalam Kebijakan Mutu dan Lingkungan
1. Indahnya berbagi
“Kami berkontribusi pada pembangunan masyarakat indonesia
melalui bisnis otomotif yang selaras dengan norma dan
harapan masyarakat.”
3. Manusia berharga
“Kami sangat menghargai karyawan kami. Oleh karena itu.
Kami selalu peduli terhadap karyawan kami”
Sasaran K3
1. Penyakit akibat kerja maksimal 1 kasus perbulan
2. Pelanggaran penggunaan alat pelindung diri
(APD) maksimal 2 kasus per bulan
3. Karyawan ijin tidak bekerja karena sakit
seminimal mungkin.
KOMITMEN PERUSAHAAN DALAM K3 :
FORMULIR HIRA
2021
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan
Pengendalian (IBPRP)
proses pengelasan yang dapat menyebabkan sesak nafas dan iritasi saluran
pernafasan, selain pemakaian masker las untuk mencegah sesak nafas dan iritasi
saluran pernafasan diperlukan juga adanya tambahan pengendalian risiko berupa
penambahan ventilasi udara dan exhaust fan yang berguna untuk menghisap gas-gas
beracun yang muncul saat proses pengelasan sehingga dapat mengurangi paparan
bahaya gas beracun yang diterima pekerja.
Pengendalian (IBPRP)
Pada proses welding terdapat faktor bahaya ergonomi berupa gerakan berulang
yang dapat menyebabkan Musculoskeletal Disorder sehingga perlu adanya training
terkait posisi kerja yang benar dan aman, selain itu perlu juga adanya tambahan
pengendalian risiko berupa rotasi shift kerja untuk mengurangi kemungkinan dampak
yang timbul serta adanya penyuluhan tentang ergonomi kerja supaya pekerja
memahami bahaya yang mungkin timbul dan dapat mengimplementasikan posisi
kerja yang ergonomis.
Pengendalian (IBPRP)
Pada proses press terdapat faktor bahaya fisika berupa kebisingan yang
berasal dari alat-alat yang beroperasi yang dapat menyebabkan ketulian, selain
pemakaian earplug pada pekerja untuk mencegah ketulian diperlukan juga
tambahan pengendalian risiko berupa instalasi peredam suara yang berguna untuk
mengurangi suara-suara bising yang berasal dari alat-alat yang beroperasi
sehingga dapat mengurangi paparan bising yang diterima oleh pekerja.
6. Penegasan SOP/Inspeksi
Pada proses welding sudah terdapat pengendalian berupa penggunaan
topeng las untuk mengurangi paparan sinar las, akan tetapi kemungkinan
bahaya tersebut masih bisa berdampak pada pekerja apabila masih terdapat
pekerja yang tidak memakai topeng las tersebut, maka dari itu diperlukan
rekomendasi tambahan berupa penegasan SOP / Inspeksi untuk memastikan
bahwa pekerja menggunakan APD tersebut dengan benar sesuai prosedur.
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan
Pengendalian (IBPRP)
suite untuk mengurangi paparan api dari proses pengelasan, akan tetapi kemungkinan
bahaya tersebut masih bisa berdampak pada pekerja apabila masih terdapat pekerja
yang tidak memakai all cover suite dengan benar sesuai prosedur, maka dari itu
diperlukan rekomendasi tambahan berupa penegasan SOP / Inspeksi untuk
memastikan bahwa pekerja menggunakan APD dengan benar sesuai prosedur.
Pengendalian (IBPRP)
Pada proses press terdapat faktor bahaya ergonomi berupa gerakan berulang yang
dapat menyebabkan Musculoskeletal Disorder, selain penggunaan meja yang tingginya
sesuai dengan tinggi meja untuk posisi pekerjaan berdiri guna mencegah
Musculoskeletal Disorder diperlukan juga adanya tambahan pengendalian risiko berupa
rotasi shift kerja untuk mengurangi kemungkinan dampak yang timbul serta adanya
penyuluhan tentang ergonomi kerja supaya pekerja memahami bahaya yang mungkin
timbul dan dapat mengimplementasikan posisi kerja yang ergonomis.
Pengendalian (IBPRP)
Pada proses welding terdapat bahaya fisika berupa kebisingan yang berasal
dari alat yang digunakan pada saat pengelasan yang dapat menyebabkan ketulian,
selain pemakaian earplug pada pekerja untuk mencegah ketulian diperlukan juga
tambahan pengendalian risiko berupa pengaturan rotasi shift kerja yang bertujuan
untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan (kebisingan).
Pengendalian (IBPRP)
Pada proses painting terdapat faktor kimia berupa cat yang menguap, akan
tetapi kemungkinan uap kimia tersebut masih bisa terhirup oleh pekerja
walaupun sudah menggunakan masker, maka dari itu diperlukan Gas Mask
Respirator untuk meminimalisir bahaya tersebut karena Gas Mask Respirator
lebih efektif untuk mengurangi paparan uap kimia
PERMENAKERTRANS
PER.08/MEN/VII/2010/ Keputusan Menteri Kesehatan RI
PERMENAKERTRANS
TENTANG ALAT PELINDUNG Nomor 1405/MEN/MENKES/XI/2002
PER.15/MEN/VIII/2008 TENTANG
DIRI Tentang Kesehatan Lingkungan
P3K DI TEMPAT KERJA
Kerja Perkantoran dan Industri
● Pasal 3 tentang macam ➔ Pasal 3 tentang petugas P3K di
APD (pelindung telinga) ● Lampiran 1 bagian III (7)
tempat kerja
Pertukaran Udara (ventlasi)
● Pasal 4 tentang kewajiban ➔ Pasal 8 tentang fasilitas P3K
penggunaan APD di tempat
kerja
Regulasi Mengenai Kesehatan Kerja
P
TRAINING KESEHATAN R
I
KERJA DI MITSUBISHI N
S
I
P
S
M
A
R
T
Training / pelatihan K3 merupakan salah satu persyaratan dalam penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Training dibutuhkan untuk
Memenuhi kewajiban hukum bagi pengusaha untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan pekerja, Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja,
Membantu pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan aman, tanpa
menimbulkan risiko bagi kesehatannya. Berdasarkan analisis potensi bahaya
gangguan kesehatan yang ada dalam proses pembuatan mobil di Mitsubishi yaitu
gangguan Gangguan Pernafasan, Bahaya Ergonomi, Gangguan Penglihatan,
Gangguan Pendengaran, Heat Stress, Dehidrasi.
DELEGASI WORKSHOP
TENTANG KESEHATAN
S : Dilakukan dengan cara mengirimkan delegasi
KERJA
perusahaan untuk mengikuti seminar/workshop
mengenai kesehatan kerja agar pekerja memiliki
pengetahuan tentang jenis-jenis gangguan kesehatan
serta pencegahan dan pengendaliannya yang
selanjutnya dapat di komunikasikan ke internal
perusahaan melalu healthy talk maupun program
lainnya.
M : Pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja /
gangguan kesehatan berkurang sebesar 20%
A : Bertujuan agar pekerja dapat menambah wawasan
yang nantinya dapat diaplikasikan dan diterapkan
dilingkungan kerja.
R : Dengan pengurangan gangguan kesehatan sebesar
20% setiap tahun, diharapkan kesehatan para
pekerja meningkat.
T : Dapat dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sekali
TRAINING ERGONOMIC HAZARD
S : Training ini membahas mengenai posisi atau tata kerja yang benar dalam
bekerja dan bahaya (gangguan kesehatan) yang dapat terjadi apabila
pekerja tidak ergonomis. Bahaya ergonomis sendiri terkait pekerjaan,
peralatan kerja, dan lingkungan kerja.
A : Dilakukan untuk mencegah ada nya postur tubuh tidak tepat sehingga
dapat terhindar dari muskuloskeletal disorder.
Training
Ergonomic
Hazard 04
Delegasi workshop
tentang kesehatan
kerja
03
02
01 Training P3K
Training
pemakaian Alat
Pelindung Diri
TRAINING PEMAKAIAN ALAT
PELINDUNG DIRI
S : Pelatihan untuk membekali perkerja dalam penggunaan APD dan
meningkatkan kesedaran pentingnya menggunakan APD
A : Perlu dilakukan agar pekerja bisa menggunakan APD saat bekerja untuk
pencegahan gangguan kesehatan.
T : Dapat dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan sekali, dengan topik yang
berbeda.
TRAINING P3K
Merupakan pelatihan yang membekali pegawai/tenaga teknis
menangani pencegahan (prevention) keadaan yang lebih
S buruk pada kecelakaan di lingkungan kerja.
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh pekerja pada umumnya dan
secara khusus untuk pekerja terpapar bahaya kesehatan kerja agar taraf
kesehatan tenaga kerja meningkat.
2
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh pekerja yang ada di
perusahaan
3
Program : Inspeksi APD
Salah satu program yang dilaksanakan oleh Team Q-HSE dalam upaya
memantau dan memonitor pemakaian APD. Program ini dilaksanakan 3 bulan
sekali.
Tujuan : Untuk memastikan bahwa APD yang digunakan tepat berdasarkan
jenis pekerjaanya, masih layak pakai dan sesuai dengan standart, serta
memastikan bahwa pekerja menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan
prosedur kerja
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh APD dan seluruh pekerja
yang ada di Perusahaan
4
Program : Penyediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan seperti gas mask,
respirator, kotak P3K, Emergency shower eye and face wash unit, dll.
Tujuan : Untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan seluruh pekerja yang
ada di perusahaan serta pemenuhan komitmen perusahaan
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah tenaga medis perusahaan, fasilitas
kesehatan, dan seluruh pekerja
5
Program : Pengadaan training kesehatan kerja
Bentuk training/pelatihan kesehatan kerja yang diadakan berupa pendelegasian
workshop tentang kesehatan kerja, training ergonomic hazard, training pemakaian
alat pelindung diri, dan training P3K. Training/pelatihan tersebut dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Tujuan : Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pekerja, serta
membantu pekerja melaksanakan pekerjaan dengan aman tanpa menimbulkan
risiko bagi kesehatan pekerja.
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh tenaga kerja yang ada di
perusahaan
RENCANA MANAJEMEN
KEADAAN DARURAT DAN
RENCANA PEMULIHAN
1. Rencana Tanggap Untuk Penderita Sesak Nafas
➔ Mitigation (Mitigasi)
Melaksanakan identifikasi bahaya dalam lingkungan kerja khususnya welding process dan
yang memiliki resiko yang cukup tinggi terjadinya sesak nafas.
Menerapkan dan melaksanakan perbaikan pada hasil temuan bahaya pada area kerja sebagai
tindakan pencegahan terjadinya resiko Sesak nafas.
Mensosialisasikan ancaman resiko sesak nafas pada pekerja difokuskan pada pekerjaan yang
berpeluang tinggi mengalami keluhan sesak nafas seperti welding process dan juga assembly
process.
Memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai teknik kerja yang aman dan sesuai dengan
beban kerja yang diterima pekerja pekerja agar dapat lebih memahami lingkungan dan alat
kerja yang digunakan sehingga para tenaga kerja dapat melakukan penyesuaian dan inovatif
dalam melaksanakan tindakan pencegahan terhadap penyakit akibat kerja.
Pada saat proses pengelasan menimbulkan asap dari logam yang dipanaskan.
asap tersebut dapat terhirup oleh pekerja
Asap pengelasan adalah campuran dari partikel yang sangat halus dan gas.
Ada berbagai macam kandungan pada asap las tergantung dari bahan yang
akan di las.
Fungsi alat pelindung pernapasan ini adalah untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan
udara bersih atau menyaring paparan zat atau benda berbahaya agar tidak masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh
terhindar dari penyakit pernapasan yang berbahaya. Alat pelindung pernapasan yang sudah ada adalah masker
khusus las. Pihak perusahaan juga telah menyediakan alat bantu pernapasan berupa tabung okseigen apabila ada
pekerja yang mengalami gangguan sesak nafas.
2. Tim Medis
Tim medis perusahaan terdiri atas tim P3K dan dokter perusahaan yang berjumlah 2 orang. Tim medis selalu
siap sedia di perusahaan tepatnya di klinik perusahaan sebagai fasilitas untuk pekerja yang mengalami sakit.
Apabila pekerja yang mengalami sakit sudah tidak bisa ditangani lagi oleh tim medis, maka pekerja tersebut akan
dibawa ke Rumah Sakit yang sudah bekerja sama dengan perusahaan.
3. Prosedur Kesiapsiagaan
Adapun prosedur kesiapsiagaan ini disusun untuk mengantisipasi gangguan kesehatan pada
pekerja melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Prosedur tersebut
sebagai berkut :
1. Sebelum bekerja pekerja mengikuti pre task breafing untuk mengetahui potensi bahaya
termasuk bahaya gangguan kesehatan yang ada dan mengetahui tata cara pengendaliannya.
3. Saat bekerja pekerja menggunakan alat pelindung pernapasan yang sudah disediakan.
1. Bawa penderita ke tempat yang lebih tenang dan jauhkan dari kerumunan
2. Segera panggil bantuan medis perusahaan
3. Nyamankan dengan posisi duduk, dan jangan biarkan penderita tiduran
4. Ingatkan penderita untuk bernafas panjang dan dalam
5. Longgarkan pakaian penderita agar lebih mudah bernafas
6. Jika diperlukan, bantu dengan alat bantu pernafasan yang tersedia di kotak P3K terdekat (tabung
oksigen portable)
7. Berikan air hangat untuk menghangatkan dada penderita
8. Jika memungkinkan tanyakan obat pereda sesak nafas yang biasa penderita bawa
9. Berikan pijatan pada jempol kaki penderita
10. Jika keadaan belum membaik, pastikan penderita sudah ditangani oleh klinik perusahaan
11. Jika dirasa klinik perusahaan tidak dapat menangani, hubungi rumah sakit terdekat untuk
pertolongan medis yang lebih lanjut.
➔ Recovery (Pemulihan)
1. Melakukan pendataan pekerja yang mengidap sesak nafas dengan cara pengisian
angket quisioner
2. Setelah mendapat data pekerja yang sesak nafas, dilakukan medical check up ke tenaga
medis ahli agar diketahui jenis penyakitnya serta penanganan yang tepat
3. Memberikan obat sesuai dengan penyakit masing-masing pekerja
4. Secara berkala dilakukan pemantauan kesehatan pekerja agar perkembangan
kesehatan pekerja dapat dilakukan secara maksimal
5. Melakukan sosialisasi perubahan gaya hidup seperti tidak merokok untuk meningkatkan
peluang kesembuhan
2. Rencana Tanggap Untuk Penderita MSDs
➔ Mitigation (Mitigasi)
1. Kotak P3K
Perusahaan memberikan fasilitas kepada tim P3K yaitu berupa kotak P3K yang berisi
obat-obatan. Jadi apabila terdapat pekerja yang mengalami keluhan musculoscelletal disorders
(MSDs), di dalam kotak P3K sudah tersedia obat penghilang rasa nyeri.
1. Tim Medis
Tim medis perusahaan terdiri atas tim P3K dan dokter perusahaan yang berjumlah 2 orang. Tim
medis selalu siap sedia di perusahaan tepatnya di klinik perusahaan sebagai fasilitas untuk
pekerja yang menderita penyakit akibat kerja. Apabila terdapat pekerja yang mengalami keluhan
musculoscelletal disorders yang parah dan sudah tidak bisa ditangani oleh tim medis maka
pekerja tersebut segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
3. Prosedur Kesiapsiagaan
Adanya prosedur kesiapsiagaan yang dibuat untuk mengantisipasi potensi bahaya yang akan
terjadi termasuk gangguan kesehatan pada pekerja. Prosedur sebagai berikut :
1) Sebelum mulai melakukan pekerjaan, para pekerja wajib mengikuti breafing untuk
mengetahui potensi bahaya yang ada di tempat kerja termasuk bahaya gangguan kesehatan
yang ada.
2) Memberi himbauan kepada pekerja melakukan peregangan otot baik sebelum melakukan
pekerjaan maupun di sela-sela waktu bekerja supaya tidak mudah mengalami cedera otot,
saraf dan sebagainya.
3) Penerapan kepada para pekerja untuk menyesuaikan desain stasiun kerja dan peralatan
dengan kebutuhan dari masing-masing pekerja.
4) Memahami prosedur tanggap darurat apabila terjadi keadaan darurat.
➔ Response (Kesigapan)
1. Melakukan pemantauan terhadap pekerja yang beresiko mengalami MSDs terutama pada
area welding process dan juga assembly process.
2. Melakukan teknik relaksasi.
Dengan melakukan teknik relaksasi dapat meringankan ketegangan, kekakuan otot dan dapat
melancarkan peredaran darah.
3. Melakukan terapi Chiropratic
Terapi chiropratic dilakukan pada tulang belakang dengan memberikan tekanan pada tulang
belakang yang terkontrol dengan baik dengan menggunakan tangan atau alat bantu
4. Pemberian obat antiinflamasi dan suntikan anastesi atau antiradang yang bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit yang dirasakan oleh pekerja yang memiliki keluhan
5. Melakukan pemeriksaan ulang atau medical checkup kepada dokter khusus ortopedi sebagai
langkah pemantauan perkembangan perawatan bagi tenaga kerja yang mengalami keluhan
MSDs
3. Rencana Tanggap Untuk Penderita Iritasi Mata
➔ Mitigation (Mitigasi)
1. Kotak P3K
● Penyediaan oleh perusahaan yaitu kotak P3K, yang terdiri dari : Aquades, gelas untuk cuci mata, obat - obatan, dan lain
- lain). Jadi apabila pekerja yang mengalami iritasi mata sudah tersedia obat obatan, berupa obat tetes air mata
● Penempatan kotak P3K dipasang di berbagai tempat yang rawan terjadinya suatu kecelakaan dan mudah dilihat serta
dijangkau oleh pekerja
4. Prosedur
Adapun prosedur kesiapsiagaan ini disusun untuk mengantisipasi gangguan kesehatan pada pekerja melalui
pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Prosedur tersebut sebagai berkut
● Sebelum bekerja pekerja mengikuti breafing untuk mengetahui potensi bahaya termasuk bahaya gangguan kesehatan yang
ada dan mengetahui tata cara pengendaliannya.
● Saat bekerja pekerja menggunakan alat pelindung mata yang sudah disediakan, contohnya googles
● Basuh dengan air bersih apabila mata terkena cairan kimia, jika belum reda basuh mata dengan air bersih kurang lebih
selama 15 menit
● Saat terjadi iritasi mata seperti mata merah segera laporkan kepada kepala divisi agar ditindaklanjuti oleh tim medis
perusahaan
● Melakukan Pertolongan Pertama apabila mampu, jika tidak sebaiknya menunggu tim medis datang menjemput pekerja
yang kena iritasi mata atau mengantarkan ke klinik perusahaan
➔ Response (Kesigapan)
Jika mata terkena partikel yang masuk ke mata, namun tidak menancap di mata:
● Tarik ke bawah kelopak mata bawah dan lihat apakah ada objek yang terletak pada
permukaan membran selaput tutupnya. Jika ya, objek itu harus diangkat secara lembut
dengan kapas atau aplikator lainnya yang sudah dibasahi dengan air (jangan gunakan kapas
kering di sekitar mata).
● Pegang bulu mata kelopak atas dengan lembut antara ibu jari dan telunjuk. Disarankan untuk
melihat ke atas, dan tarik kelopak mata tersebut ke depan dan belakang hingga melalui
kelopak bawah.
● Siram mata dengan air bersih. Hal ini dapat dilakukan dengan semprotan kecil atau dengan
tetes mata.
● Jika benda asing masih hadir atau tertanam pada mata segera hubungi dokter.
● Dalam kasus cedera serius, terapkan pad kain kasa steril atau pada mata oval. Tutup kedua
mata ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Jika terkena cat/thinner :
● Jika mata terkena percikan, langsung pergi ke eyewash station
(wastafel)
● Bilas mata paling tidak selama 10-15 menit sementara itu kelopak mata
dikedip-kedipkan
● Setelah membersihkan mata dengan air bersih, segera pergi ke klinik
perusahaan
➔ Recovery (Pemulihan)
PROGRAM K3
1 Pemantauan Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
Jadwal Pemeriksaan Kesehatan Berkala : 1 tahun sekali (bulan November)
Jadwal Pemeriksaan Kesehatan Khusus : Situasional
Data pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter atau rumah sakit yang ditunjuk
tersedia bagi HSE dan manajemen.
3. Pengujian alat spirometri
Pengujian alat dilakukan untuk memastikan bahwa alat masih berfungsi dengan
baik sehingga hasil pengukuran spirometri dapat sesuai keadaan yang
sebenarnya.
d. Tindakan perbaikan
d. Tindakan perbaikan
➔ Menerapkan sistem punishment jika menemukan pekerja yang tidak
menggunakan APD sesuai ketentuan, serta memberikan peringatan
dan nasihat mengenai perilaku bekerja aman
➔ Memberikan tanda untuk APD yang sudah tidak layak pakai
➔ Jika diperlukan, memperbaiki dan mempertegas SOP/ Prosedur kerja
mengenai APD
➔ Membuat laporan untuk menindaklanjuti hasil temuan
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
- Unsafe Act : masih terdapat pekerja yang tidak memakai APD terutama
pekerja yang berada pada pekerjaan berisiko tinggi
- APD yang sudah tidak layak belum diganti
- Ketersediaan APD tidak sesuai dengan jumlah pekerja
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang
Dari hasil pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran mengenai inspeksi
APD. Didapati masih ada beberapa tenaga kerja yang tidak
menggunakan APD sesuai dengan pekerjaannya.
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan terhadap gas mask dan respirator
yang disediakan oleh perusahaan, dan memastikan bahwa kondisinya
dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan dalam melakukan
pekerjaan
● Dokumentasi
Dalam hal dokumentasi ini dilakukan sebagai bukti bahwa keadaan/kualitas masih
terjangkau atau tidaknya suatu sarana prasarana bagi tenaga kerja
● Pencatatan kelengkapan inventaris sarana dan prasarana
Dalam hal pencatatan ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak sarana
prasarana yang berada di perusahaan, dan pencatatan ini di khususkan tiap
ruangannya agar dalam pengecekan terlihat detail mana yang masih layak pakai
atau tidak layak pakai
d. Tindakan perbaikan
● Melakukan floor stock pada isi P3K
● Selalu melakukan pengecekan tanggal kadaluarsa pada obat-obatan
yang digunakan
● Melakukan perawatan pada alat emergency shower eye dan face
wash unit
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
● Kurangnya pengecekan obat - obatan yang mendekati masa
kadaluwarsa
● Dalam melakukan pemantauan terhadap sarana prasarana kurang teliti
● Kurangnya komunikasi antara tim HSE dengan tim sarana prasarana
● Kurangnya contoh langsung dan alat visual
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang
Dari hasil pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran terhadap sarana dan
prasarana gas mask, respirator, kotak P3K, dan Emergency shower eye
and face wash unit. Didapatkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana
tersebut sudah dalam kondisi baik dan layak untuk digunakan.
d. Tindakan perbaikan
❏ Mempertegas peraturan training
❏ Mengemas acara training lebih menarik
❏ Meningkatkan fasilitas training
❏ Meningkatkan materi dan metode training
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
➔ Metode pelatihan tidak bertahap dan tidak sistematis
➔ Materi pelatihan yang kurang spesifik
➔ Kurangnya komunikasi antara manajemen puncak dan pekerja
➔ Kurangnya contoh langsung dan alat bantu visual