Anda di halaman 1dari 87

SMK3

KESEHATAN
KERJA
DI PT MITSUBISHI
Kelompok 2 - Kelas B
1. Ajeng Wahyu T. W. (R0218006)
2. Andika (R0218010)
3. Arum Kurniawati A. T. (R0218022)
4. Dinda Retno Cahyani (R0218038)
5. Finisa Putri Maharuta (R0218048)
6. Ilham Fadlila Yaasin (R0218058) KELOMPOK
7. Isna Tasya S (R0218060)
8.
9.
Kireina Denosa
Muh Dicky Tegar S.
(R0218068)
(R0218076)
2
10. Nur Aziza (R0218084)
11. Putri Sulandari (R0218092)
12. Rosy Sasmita (R0218102)
13. Syafrina Ossawanda (R0218112)
14. Veronica Kirana N. (R0218120)
Pokok Bahasan:
01 Kebijakan Kesehatan Kerja di Mitsubishi

IBPRP (Identifikasi Bahaya Penilaian Risiko dan


02 Pengendalian)

Peraturan Undang-Undang Tentang


03 Kesehatan Kerja

Analisis Kebutuhan Training Untuk Masalah


04 Kesehatan Kerja di Mitsubishi
( Prinsip SMART )

Analisis Program Kerja serta Tujuan dan


05 Sasarannya

Rencana Manajemen Tanggap Darurat dan


06 Rencana Pemulihan
Kebijakan Kesehatan Kerja
di Mitsubishi
Termuat dalam Misi Perusahaan

1. Penurunan Biaya
2. Peningkatan Kualitas
3. Pengawasan terhadap jadwal pengiriman
4. Mengadakan persiapan yang lancar dan baik
untuk produk modal baru
5. Peningkatan dalam manajemen, keselamatan
dan lingkungan
Termuat dalam Kebijakan Mutu dan Lingkungan

PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia akan


melaksanakan: “Memelihara setinggi-tingginya prinsip
kelestarian lingkungan dalam menjalankan bisnis perusahaan
dan memastikan bahwa bisnis perusahaan dilaksanakan
dengan cara yang ramah lingkungan dengan memperhatikan
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan lingkungan.”

1. Patuh pada perjanjian, hukum, dan peraturan yang


berkaitan dengan lingkungan dan menjaga kesehatan
manusia dan lingkungan sekitar.
Termuat Dalam Prinsip PT Mitsubishi

1. Indahnya berbagi
“Kami berkontribusi pada pembangunan masyarakat indonesia
melalui bisnis otomotif yang selaras dengan norma dan
harapan masyarakat.”

2. Puas berkendara, hidup bahagia


"Sukses kami adalah saat orang senang dan puas serta
meraih sukses dalam hidup melalut manfaat produk dan
layanan kami“

3. Manusia berharga
“Kami sangat menghargai karyawan kami. Oleh karena itu.
Kami selalu peduli terhadap karyawan kami”

PT Mitsubishi berkomitmen untuk memanusiakan manusia


sehingga kesehatan kerja karyawannya terjamin.
Kebijakan K3 di Mitsubishi
Sistem pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT Mitsubishi
dapat dibagi dalam beberapa hal seperti:

· Melindungi tenaga kerja atas keselamatan selama dalam melakukan


pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
dan produktivitas kerja

Menjamin keselamatan pekerja dan keselamatan orang lain


yang berada di tempat kerja beserta lingkungannya

Menjamin pemakaian dan penggunaan sumber-sumber


produksi secara aman dan efisien

Kebijakan Khusus di Masa Pandemi Covid 19


Menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan Pemerintah.
Kebijakan Kesehatan Kerja Pelengkap
PT Mitsubishi Krama Yudha Motors and Manufacturing sebagai
perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif secara konsisten
bertekad untuk senantiasa melindungi pekerja, dan aset perusahaan
dari potensi bahaya yang ada di Perusahaan.

Sasaran K3
1. Penyakit akibat kerja maksimal 1 kasus perbulan
2. Pelanggaran penggunaan alat pelindung diri
(APD) maksimal 2 kasus per bulan
3. Karyawan ijin tidak bekerja karena sakit
seminimal mungkin.
KOMITMEN PERUSAHAAN DALAM K3 :

1. Menjamin K3 di tempat kerja melalui berbagai macam fasilitas


kesehatan yang memadai

2. Mematuhi seluruh peraturan perundang-undangan, persyaratan,


standar dan perangkat hukum lainnya yang terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja

3. Memastikan seluruh potensi bahaya telah teridentifikasi dan


mengendalikan seluruh aktivitas kegiatan yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Perusahaan
KOMITMEN PERUSAHAAN DALAM K3 :

4. Menjamin adanya tenaga kesehatan untuk melakukan pelayanan


kesehatan bagi tenaga kerja

5. Menjamin lingkungan kerja bersih agar terhindar dari sumber


penyakit

6. Berkomitmen untuk melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap


SMK3 guna meningkatkan budaya k3 dan kesehatan kerja di tempat
kerja
Identifikasi Bahaya Resiko Pengendalian (IBPRP)

FORMULIR HIRA
2021
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan

Identifikasi Bahaya Resiko


1. Penambahan Ventilasi Udara dan Exhaust Fan
Pada proses welding terdapat bahaya kimia berupa gas beracun yang berasal dari

Pengendalian (IBPRP)
proses pengelasan yang dapat menyebabkan sesak nafas dan iritasi saluran
pernafasan, selain pemakaian masker las untuk mencegah sesak nafas dan iritasi
saluran pernafasan diperlukan juga adanya tambahan pengendalian risiko berupa
penambahan ventilasi udara dan exhaust fan yang berguna untuk menghisap gas-gas
beracun yang muncul saat proses pengelasan sehingga dapat mengurangi paparan
bahaya gas beracun yang diterima pekerja.

2. Penambahan Ventilasi Udara dan Exhaust Fan


Pada proses painting terdapat bahaya kimia berupa cat yang dapat
menyebabkan iritasi mata dan mata perih, selain pemakaian safety goggles untuk
mencegah cat yang mengenai mata diperlukan juga adanya tambahan pengendalian
risiko berupa penambahan ventilasi udara dan exhaust fan yang berguna untuk
mengurangi paparan cat yang diterima pekerja.
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan

Identifikasi Bahaya Resiko


3. Rotasi Shift Kerja dan Penyuluhan tentang Ergonomi Kerja

Pengendalian (IBPRP)
Pada proses welding terdapat faktor bahaya ergonomi berupa gerakan berulang
yang dapat menyebabkan Musculoskeletal Disorder sehingga perlu adanya training
terkait posisi kerja yang benar dan aman, selain itu perlu juga adanya tambahan
pengendalian risiko berupa rotasi shift kerja untuk mengurangi kemungkinan dampak
yang timbul serta adanya penyuluhan tentang ergonomi kerja supaya pekerja
memahami bahaya yang mungkin timbul dan dapat mengimplementasikan posisi
kerja yang ergonomis.

4. Rotasi Shift Kerja dan Penyuluhan tentang Ergonomi Kerja


Sama halnya seperti pada proses welding pada proses assembly ini juga
terdapat faktor risiko ergonomi yang dapat mengakibatkan Musculoskeletal
Disorder sehingga perlu pengendalian risiko tambahan berupa rotasi shift kerja
dan penyuluhan terkait ergonomi kerja untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan.
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan

Identifikasi Bahaya Resiko


5. Instalasi Peredam Suara

Pengendalian (IBPRP)
Pada proses press terdapat faktor bahaya fisika berupa kebisingan yang
berasal dari alat-alat yang beroperasi yang dapat menyebabkan ketulian, selain
pemakaian earplug pada pekerja untuk mencegah ketulian diperlukan juga
tambahan pengendalian risiko berupa instalasi peredam suara yang berguna untuk
mengurangi suara-suara bising yang berasal dari alat-alat yang beroperasi
sehingga dapat mengurangi paparan bising yang diterima oleh pekerja.

6. Penegasan SOP/Inspeksi
Pada proses welding sudah terdapat pengendalian berupa penggunaan
topeng las untuk mengurangi paparan sinar las, akan tetapi kemungkinan
bahaya tersebut masih bisa berdampak pada pekerja apabila masih terdapat
pekerja yang tidak memakai topeng las tersebut, maka dari itu diperlukan
rekomendasi tambahan berupa penegasan SOP / Inspeksi untuk memastikan
bahwa pekerja menggunakan APD tersebut dengan benar sesuai prosedur.
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan

Identifikasi Bahaya Resiko


7. Penegasan SOP/Inspeksi
Pada proses welding sudah terdapat pengendalian berupa penggunaan all cover

Pengendalian (IBPRP)
suite untuk mengurangi paparan api dari proses pengelasan, akan tetapi kemungkinan
bahaya tersebut masih bisa berdampak pada pekerja apabila masih terdapat pekerja
yang tidak memakai all cover suite dengan benar sesuai prosedur, maka dari itu
diperlukan rekomendasi tambahan berupa penegasan SOP / Inspeksi untuk
memastikan bahwa pekerja menggunakan APD dengan benar sesuai prosedur.

8. Instalasi Dust Collector


Pada proses press terdapat faktor bahaya fisika berupa debu yang berasal dari
proses penghalusan plat dan proses membersihkan kerangka mobil yang dapat
menyebabkan batuk-batuk dan sesak nafas, selain penggunaan masker pada
pekerja untuk mencegah batuk-batuk dan sesak nafas diperlukan juga tambahan
pengendalian risiko berupa instalasi dust collector yang berguna untuk menghisap
debu-debu yang berterbangan dan kemudian dibuang keluar sehingga dapat
mengurangi paparan bahaya debu yang diterima oleh pekerja.
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan

Identifikasi Bahaya Resiko


9. Rotasi Shift Kerja dan Penyuluhan tentang Ergonomi Kerja

Pengendalian (IBPRP)
Pada proses press terdapat faktor bahaya ergonomi berupa gerakan berulang yang
dapat menyebabkan Musculoskeletal Disorder, selain penggunaan meja yang tingginya
sesuai dengan tinggi meja untuk posisi pekerjaan berdiri guna mencegah
Musculoskeletal Disorder diperlukan juga adanya tambahan pengendalian risiko berupa
rotasi shift kerja untuk mengurangi kemungkinan dampak yang timbul serta adanya
penyuluhan tentang ergonomi kerja supaya pekerja memahami bahaya yang mungkin
timbul dan dapat mengimplementasikan posisi kerja yang ergonomis.

10. Instalasi Blower Fan


Pada proses welding terdapat faktor bahaya fisika berupa api yang dihasilkan dari
mesin las dimana mengharuskan pekerja untuk menggunakan all cover suite, dalam
penggunaan all cover suite tersebut memungkinkan pekerja merasakan kondisi
lingkungan yang panas yang dapat menyebabkan heat stress, selain penggunaan
ventilasi dan exhaust fan untuk mencegah heat stress maka diperlukan pengendalian
lain berupa instalasi blower fan karena blower fan menghasilkan rasio tekanan yang
relatif lebih tinggi dengan volume aliran gas yang lebih besar dibanding exhaust fan.
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan

Identifikasi Bahaya Resiko


11. Pengaturan Rotasi Shift Kerja

Pengendalian (IBPRP)
Pada proses welding terdapat bahaya fisika berupa kebisingan yang berasal
dari alat yang digunakan pada saat pengelasan yang dapat menyebabkan ketulian,
selain pemakaian earplug pada pekerja untuk mencegah ketulian diperlukan juga
tambahan pengendalian risiko berupa pengaturan rotasi shift kerja yang bertujuan
untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan (kebisingan).

12. Program One Man One Bottle


Pada proses welding juga terdapat faktor bahaya fisika berupa suhu panas
yang dapat menyebabkan pekerja dehidrasi maka dari itu selain penyediaan air
minum di tempat kerja perlu juga adanya program One Man One Bottle yang
artinya setiap pekerja membawa botol minum sendiri yang dapat diisi secara gratis
ke galon yang sudah disediakan sehingga nantinya pekerja tidak akan bolak-balik
dalam mengambil air minum.
Pengendalian Resiko Tambahan yang Diperlukan

Identifikasi Bahaya Resiko


13. Pengadaan Gas Mask Respirator

Pengendalian (IBPRP)
Pada proses painting terdapat faktor kimia berupa cat yang menguap, akan
tetapi kemungkinan uap kimia tersebut masih bisa terhirup oleh pekerja
walaupun sudah menggunakan masker, maka dari itu diperlukan Gas Mask
Respirator untuk meminimalisir bahaya tersebut karena Gas Mask Respirator
lebih efektif untuk mengurangi paparan uap kimia

14. Penambahan Ventilasi Udara dan Exhaust Fan


Pada proses assembly terdapat faktor bahaya kimia berupa gas beracun
dari keluaran asap mobil berupa gas CO selain penggunaan masker untuk
mengurangi gangguan pernapasan maka perlu adanya tambahan
pengendalian risiko berupa ventilasi dan exhaust fan untuk mengurangi
paparan bahaya gas CO yang diterima pekerja.
Regulasi Mengenai Kesehatan Kerja

UU No. 13 Tahun 2003 PERATURAN MENTERI TENAGA


tentang Ketenagakerjaan KERJA DAN TRANSMIGRASI No:
UU No. 36 tahun 2009 tentang PER.03/MEN/1982 TENTANG
❏ Pasal 77 ayat 2 mengenai Kesehatan PELAYANAN KESEHATAN
Setiap pengusaha wajib TENAGA KERJA.
● Pasal 166
melaksanakan ketentuan ❏ Pasal 2 ayat 1 mengenai tugas pokok
Pasal 166 ayat 1 mengenai pelayanan kesehatan kerja
waktu kerja kewajiban pemilik usaha dalam Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja,
menjamin kesehatan pekerja melalui pemeriksaan berkala dan pemeriksaan
upaya pencegahan, peningkatan, khusus.; Pembinaan dan pengawasan atas
pengobatan dan pemulihan serta wajib penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
menanggung seluruh biaya kerja; Pembinaan dan pengawasan
pemeliharaan kesehatan pekerja. terhadap lingkungan kerja
Peraturan menteri tenaga kerja dan
transmigrasi no. Per.02/men/1980 tentang
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam PP NO. 88 TAHUN 2019 TENTANG
penyelenggaraan keselamatan kerja. KESEHATAN KERJA
★ Pasal 3 ayat 2 mengenai jangka waktu
Pasal 4 mengenai Standar Kesehatan Kerja
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala.
dalam upaya pencegahan penyakit yang
(Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi
meliputi identifikasi, penilaian, dan
tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun sekali
pengendalian potensi bahaya kesehatan;
kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal
pemenuhan persyaratan kesehatan
Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
lingkungan kerja; pelindungan kesehatan
Tenaga Kerja.)
★ Pasal 5 ayat 3 mengenai pelaksaan pemeriksaan reproduksi; pemeriksaan kesehatan; penilaian
kesehatan khusus terdapat keluhan-keluhan diantara kelaikan bekerja; pemberian imunisasi dan
tenaga kerja, atau atas pengamatan pegawai pengawas atau profilaksis bagi Pekerja berisiko tinggi;
keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian pelaksanaan kewaspadaan standar; dan
Pusat Bina Hyperkes dan Keselamatan dan Balaibalainya surveilans Kesehatan Kerja)
atau atas pendapat umum dimasyarakat.
Regulasi Mengenai Kesehatan Kerja

PERMENAKERTRANS
PER.08/MEN/VII/2010/ Keputusan Menteri Kesehatan RI
PERMENAKERTRANS
TENTANG ALAT PELINDUNG Nomor 1405/MEN/MENKES/XI/2002
PER.15/MEN/VIII/2008 TENTANG
DIRI Tentang Kesehatan Lingkungan
P3K DI TEMPAT KERJA
Kerja Perkantoran dan Industri
● Pasal 3 tentang macam ➔ Pasal 3 tentang petugas P3K di
APD (pelindung telinga) ● Lampiran 1 bagian III (7)
tempat kerja
Pertukaran Udara (ventlasi)
● Pasal 4 tentang kewajiban ➔ Pasal 8 tentang fasilitas P3K
penggunaan APD di tempat
kerja
Regulasi Mengenai Kesehatan Kerja

PP No. 88 tahun 2019 tentang kesehatan kerja

PERMENKES RI NOMOR 48 ● Pasal 4 mengenai Standar Kesehatan Kerja dalam


TAHUN 2016 TENTANG upaya pencegahan penyakit.
● Pasal 7 ayat 1 mengenai Standar Kesehatan Kerja
STANDAR KESELAMATAN DAN dalam upaya pemulihan kesehatan meliputi:
KESEHATAN KERJA pemulihan medis; dan pemulihan kerja.
PERKANTORAN ● Pasal 9 mengenai dukungan penyelenggaraan
Kesehatan Kerja yang meliputi sumber daya manusia;
● BAB V Poin E tentang Postur Fasilitas Pelayanan Kesehatan; peralatan Kesehatan
Kerja Kerja; dan pencatatan dan pelaporan.
● Pasal 13 mengenai peralatan kesehatan kerja
merupakan peralatan untuk pengukuran,
pemeriksaan, darr peralatan lainnya termasuk alat
pelindung diri sesuai dengan faktor risiko/bahaya
keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja
P
E
N
E
R
A
P
A
ANALISIS KEBUTUHAN N

P
TRAINING KESEHATAN R
I
KERJA DI MITSUBISHI N
S
I
P

S
M
A
R
T
Training / pelatihan K3 merupakan salah satu persyaratan dalam penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Training dibutuhkan untuk
Memenuhi kewajiban hukum bagi pengusaha untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan pekerja, Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja,
Membantu pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan aman, tanpa
menimbulkan risiko bagi kesehatannya. Berdasarkan analisis potensi bahaya
gangguan kesehatan yang ada dalam proses pembuatan mobil di Mitsubishi yaitu
gangguan Gangguan Pernafasan, Bahaya Ergonomi, Gangguan Penglihatan,
Gangguan Pendengaran, Heat Stress, Dehidrasi.
DELEGASI WORKSHOP
TENTANG KESEHATAN
S : Dilakukan dengan cara mengirimkan delegasi
KERJA
perusahaan untuk mengikuti seminar/workshop
mengenai kesehatan kerja agar pekerja memiliki
pengetahuan tentang jenis-jenis gangguan kesehatan
serta pencegahan dan pengendaliannya yang
selanjutnya dapat di komunikasikan ke internal
perusahaan melalu healthy talk maupun program
lainnya.
M : Pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja /
gangguan kesehatan berkurang sebesar 20%
A : Bertujuan agar pekerja dapat menambah wawasan
yang nantinya dapat diaplikasikan dan diterapkan
dilingkungan kerja.
R : Dengan pengurangan gangguan kesehatan sebesar
20% setiap tahun, diharapkan kesehatan para
pekerja meningkat.
T : Dapat dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sekali
TRAINING ERGONOMIC HAZARD
S : Training ini membahas mengenai posisi atau tata kerja yang benar dalam
bekerja dan bahaya (gangguan kesehatan) yang dapat terjadi apabila
pekerja tidak ergonomis. Bahaya ergonomis sendiri terkait pekerjaan,
peralatan kerja, dan lingkungan kerja.

M : Pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja / gangguan kesehatan


berkurang sebesar 35%

A : Dilakukan untuk mencegah ada nya postur tubuh tidak tepat sehingga
dapat terhindar dari muskuloskeletal disorder.

R : Diharapkan kedepannya gangguan kesehatan MSDs dapat berkurang


seminimal mungkin

T : Dapat dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan sekali.


Penerapan Prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Reasonable, Timeline) dalam
analisis kebutuhan training untuk masalah kesehatan kerja di Mitsubishi :

Training
Ergonomic
Hazard 04
Delegasi workshop
tentang kesehatan
kerja
03
02
01 Training P3K

Training
pemakaian Alat
Pelindung Diri
TRAINING PEMAKAIAN ALAT
PELINDUNG DIRI
S : Pelatihan untuk membekali perkerja dalam penggunaan APD dan
meningkatkan kesedaran pentingnya menggunakan APD

M : Pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja / gangguan kesehatan


berkurang sebesar 40%

A : Perlu dilakukan agar pekerja bisa menggunakan APD saat bekerja untuk
pencegahan gangguan kesehatan.

R : Agar kedepannya pekerja selalu bekerja menggunakan APD yang sesuai


prosedur

T : Dapat dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan sekali, dengan topik yang
berbeda.
TRAINING P3K
Merupakan pelatihan yang membekali pegawai/tenaga teknis
menangani pencegahan (prevention) keadaan yang lebih
S buruk pada kecelakaan di lingkungan kerja.

Pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja /


M gangguan kesehatan berkurang sebesar 50%
Agar pekerja mengetahui cara penanganan yang benar untuk mencegah semakin
memburuknya keadaan apabila terjadi suatu kecelakaan kerja yang tidak dikehendaki dan
A bisa menunjang kesembuhan bagi pekerja lain yang mengalami kecelakan di lingkungan

Diharapkan kedepannya pekerja memiliki kemampuan dalam melakukan P3K


R dan tanggap dalam menangani korban kecelakaan kerja di lingkungan kerja
sehingga meminimalisir keparahan yang terjadi pada korban

T Dapat dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan sekali


Analisis Kebutuhan Training untuk Masalah Kesehatan kerja di Mitsubishi
RANCANGAN PROGRAM
KESEHATAN KERJA
SERTA TUJUAN DAN
SASARANNYA
1

Program : Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus


Pemeriksaan yang dilakukan seperti, pemeriksaan pendeteksian gangguan
nafas (spirometri) , pemeriksaan fisik untuk muskuluskeletal disorder dan
pemeriksaan penunjang seperti X-ray dan MRI jika disarankan oleh dokter,
pemeriksaan audiometri, serta pemeriksaan mata. Program ini dapat dilakukan
minimal 1 tahun sekali atau jika terdapat pelaporan khusus mengenai gangguan
kesehatan.

Tujuan : Untuk melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan yang


timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja dengan melakukan pemeriksaan
kesehatan.

Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh pekerja pada umumnya dan
secara khusus untuk pekerja terpapar bahaya kesehatan kerja agar taraf
kesehatan tenaga kerja meningkat.
2

Program : Healthy Talk (Safety Talk tentang Kesehatan Kerja)

Program ini dilaksanakan 1 bulan sekali.

Tujuan : Untuk mengkomunikasikan kepada pekerja akan bahaya


kesehatan yang dapat timbul akibat dari pekerjaan yang dilakukan ataupun
untuk memberitahu hal yang berkaitan dengan kesehatan pekerja

Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh pekerja yang ada di
perusahaan
3
Program : Inspeksi APD
Salah satu program yang dilaksanakan oleh Team Q-HSE dalam upaya
memantau dan memonitor pemakaian APD. Program ini dilaksanakan 3 bulan
sekali.
Tujuan : Untuk memastikan bahwa APD yang digunakan tepat berdasarkan
jenis pekerjaanya, masih layak pakai dan sesuai dengan standart, serta
memastikan bahwa pekerja menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan
prosedur kerja
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh APD dan seluruh pekerja
yang ada di Perusahaan
4
Program : Penyediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan seperti gas mask,
respirator, kotak P3K, Emergency shower eye and face wash unit, dll.
Tujuan : Untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan seluruh pekerja yang
ada di perusahaan serta pemenuhan komitmen perusahaan
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah tenaga medis perusahaan, fasilitas
kesehatan, dan seluruh pekerja
5
Program : Pengadaan training kesehatan kerja
Bentuk training/pelatihan kesehatan kerja yang diadakan berupa pendelegasian
workshop tentang kesehatan kerja, training ergonomic hazard, training pemakaian
alat pelindung diri, dan training P3K. Training/pelatihan tersebut dilakukan sesuai
jadwal yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Tujuan : Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pekerja, serta
membantu pekerja melaksanakan pekerjaan dengan aman tanpa menimbulkan
risiko bagi kesehatan pekerja.
Sasaran : Sasaran dari program ini adalah seluruh tenaga kerja yang ada di
perusahaan
RENCANA MANAJEMEN
KEADAAN DARURAT DAN
RENCANA PEMULIHAN
1. Rencana Tanggap Untuk Penderita Sesak Nafas
➔ Mitigation (Mitigasi)
Melaksanakan identifikasi bahaya dalam lingkungan kerja khususnya welding process dan
yang memiliki resiko yang cukup tinggi terjadinya sesak nafas.

Menerapkan dan melaksanakan perbaikan pada hasil temuan bahaya pada area kerja sebagai
tindakan pencegahan terjadinya resiko Sesak nafas.

Mensosialisasikan ancaman resiko sesak nafas pada pekerja difokuskan pada pekerjaan yang
berpeluang tinggi mengalami keluhan sesak nafas seperti welding process dan juga assembly
process.

Memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai teknik kerja yang aman dan sesuai dengan
beban kerja yang diterima pekerja pekerja agar dapat lebih memahami lingkungan dan alat
kerja yang digunakan sehingga para tenaga kerja dapat melakukan penyesuaian dan inovatif
dalam melaksanakan tindakan pencegahan terhadap penyakit akibat kerja.
Pada saat proses pengelasan menimbulkan asap dari logam yang dipanaskan.
asap tersebut dapat terhirup oleh pekerja

Asap pengelasan adalah campuran dari partikel yang sangat halus dan gas.
Ada berbagai macam kandungan pada asap las tergantung dari bahan yang
akan di las.

Pengaplikasian ventilasi dan exhaust fan dapat mengurangi konsentrasi asap


las di sekitar pekerja
➔ Preparedness (Kesiapsiagaan)

1. Penyediaan APD (Alat Pelindung Diri)

Fungsi alat pelindung pernapasan ini adalah untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan
udara bersih atau menyaring paparan zat atau benda berbahaya agar tidak masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh
terhindar dari penyakit pernapasan yang berbahaya. Alat pelindung pernapasan yang sudah ada adalah masker
khusus las. Pihak perusahaan juga telah menyediakan alat bantu pernapasan berupa tabung okseigen apabila ada
pekerja yang mengalami gangguan sesak nafas.

2. Tim Medis

Tim medis perusahaan terdiri atas tim P3K dan dokter perusahaan yang berjumlah 2 orang. Tim medis selalu
siap sedia di perusahaan tepatnya di klinik perusahaan sebagai fasilitas untuk pekerja yang mengalami sakit.
Apabila pekerja yang mengalami sakit sudah tidak bisa ditangani lagi oleh tim medis, maka pekerja tersebut akan
dibawa ke Rumah Sakit yang sudah bekerja sama dengan perusahaan.
3. Prosedur Kesiapsiagaan

Adapun prosedur kesiapsiagaan ini disusun untuk mengantisipasi gangguan kesehatan pada
pekerja melalui pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Prosedur tersebut
sebagai berkut :

1. Sebelum bekerja pekerja mengikuti pre task breafing untuk mengetahui potensi bahaya
termasuk bahaya gangguan kesehatan yang ada dan mengetahui tata cara pengendaliannya.

2. Pihak HSE menyediakan APD yang akan digunakan.

3. Saat bekerja pekerja menggunakan alat pelindung pernapasan yang sudah disediakan.

4. Memahami prosedur tanggap darurat apabila terjadi keadaan darurat.


➔ Response (Kesigapan)

1. Bawa penderita ke tempat yang lebih tenang dan jauhkan dari kerumunan
2. Segera panggil bantuan medis perusahaan
3. Nyamankan dengan posisi duduk, dan jangan biarkan penderita tiduran
4. Ingatkan penderita untuk bernafas panjang dan dalam
5. Longgarkan pakaian penderita agar lebih mudah bernafas
6. Jika diperlukan, bantu dengan alat bantu pernafasan yang tersedia di kotak P3K terdekat (tabung
oksigen portable)
7. Berikan air hangat untuk menghangatkan dada penderita
8. Jika memungkinkan tanyakan obat pereda sesak nafas yang biasa penderita bawa
9. Berikan pijatan pada jempol kaki penderita
10. Jika keadaan belum membaik, pastikan penderita sudah ditangani oleh klinik perusahaan
11. Jika dirasa klinik perusahaan tidak dapat menangani, hubungi rumah sakit terdekat untuk
pertolongan medis yang lebih lanjut.
➔ Recovery (Pemulihan)

1. Melakukan pendataan pekerja yang mengidap sesak nafas dengan cara pengisian
angket quisioner
2. Setelah mendapat data pekerja yang sesak nafas, dilakukan medical check up ke tenaga
medis ahli agar diketahui jenis penyakitnya serta penanganan yang tepat
3. Memberikan obat sesuai dengan penyakit masing-masing pekerja
4. Secara berkala dilakukan pemantauan kesehatan pekerja agar perkembangan
kesehatan pekerja dapat dilakukan secara maksimal
5. Melakukan sosialisasi perubahan gaya hidup seperti tidak merokok untuk meningkatkan
peluang kesembuhan
2. Rencana Tanggap Untuk Penderita MSDs
➔ Mitigation (Mitigasi)

● Membatasi melakukan gerakan repetitive


● Mensosialisasikan ancaman resiko MSDs pada pekerja difokuskan pada pekerjaan yang berpeluang
tinggi mengalami keluhan MSDs seperti welding process dan juga assembly process.
● Memberikan pelatihan dan pendidikan mengenai teknik kerja aman.
● Menyusun kebijakan dan prosedur kerja aman
● Melaksanakan pengawasan secara intensif dan berkala agar para pekerja dapat terkontrol dari
kemungkinan mengalami keluhan musculoscelletal disorders.
● Membangun kesesuaian beban kerja dengan zona kekuatan setiap pekerja agar dapat bekerja dengan
aman dan terhindar dari penyakit akibat kerja seperti MSDs.
➔ Preparedness (Kesiapsiagaan)

1. Kotak P3K

Perusahaan memberikan fasilitas kepada tim P3K yaitu berupa kotak P3K yang berisi
obat-obatan. Jadi apabila terdapat pekerja yang mengalami keluhan musculoscelletal disorders
(MSDs), di dalam kotak P3K sudah tersedia obat penghilang rasa nyeri.

1. Tim Medis
Tim medis perusahaan terdiri atas tim P3K dan dokter perusahaan yang berjumlah 2 orang. Tim
medis selalu siap sedia di perusahaan tepatnya di klinik perusahaan sebagai fasilitas untuk
pekerja yang menderita penyakit akibat kerja. Apabila terdapat pekerja yang mengalami keluhan
musculoscelletal disorders yang parah dan sudah tidak bisa ditangani oleh tim medis maka
pekerja tersebut segera dibawa ke rumah sakit terdekat.
3. Prosedur Kesiapsiagaan
Adanya prosedur kesiapsiagaan yang dibuat untuk mengantisipasi potensi bahaya yang akan
terjadi termasuk gangguan kesehatan pada pekerja. Prosedur sebagai berikut :
1) Sebelum mulai melakukan pekerjaan, para pekerja wajib mengikuti breafing untuk
mengetahui potensi bahaya yang ada di tempat kerja termasuk bahaya gangguan kesehatan
yang ada.
2) Memberi himbauan kepada pekerja melakukan peregangan otot baik sebelum melakukan
pekerjaan maupun di sela-sela waktu bekerja supaya tidak mudah mengalami cedera otot,
saraf dan sebagainya.
3) Penerapan kepada para pekerja untuk menyesuaikan desain stasiun kerja dan peralatan
dengan kebutuhan dari masing-masing pekerja.
4) Memahami prosedur tanggap darurat apabila terjadi keadaan darurat.
➔ Response (Kesigapan)

● Mengkondisikan korban untuk tetap tenang dan rileks


● Melakukan teknik relaksasi dan pemijatan pada korban
Otot mengalami gangguan karena terjadi ketegangan, kekakuan dan
keterbatasan ruang gerak. Teknik relaksasi digunakan untuk membuat otot
menjadi jauh lebih rileks dan peredaran darah menjadi lebih lancar
● Pemberian obat pereda nyeri (paracetamol atau ibuprofen) dengan tujuan
menghilangkan rasa nyeri sementara
● Segera memanggil tim medis dan jika kondisi bertambah buruk segera
membawa ke rumah sakit terdekat
● Melakukan suntikan anestesi (wewenang tim medis)
➔ Recovery (Pemulihan)

1. Melakukan pemantauan terhadap pekerja yang beresiko mengalami MSDs terutama pada
area welding process dan juga assembly process.
2. Melakukan teknik relaksasi.
Dengan melakukan teknik relaksasi dapat meringankan ketegangan, kekakuan otot dan dapat
melancarkan peredaran darah.
3. Melakukan terapi Chiropratic
Terapi chiropratic dilakukan pada tulang belakang dengan memberikan tekanan pada tulang
belakang yang terkontrol dengan baik dengan menggunakan tangan atau alat bantu
4. Pemberian obat antiinflamasi dan suntikan anastesi atau antiradang yang bertujuan untuk
menghilangkan rasa sakit yang dirasakan oleh pekerja yang memiliki keluhan
5. Melakukan pemeriksaan ulang atau medical checkup kepada dokter khusus ortopedi sebagai
langkah pemantauan perkembangan perawatan bagi tenaga kerja yang mengalami keluhan
MSDs
3. Rencana Tanggap Untuk Penderita Iritasi Mata
➔ Mitigation (Mitigasi)

● Melaksanakan identifikasi bahaya dalam lingkungan kerja khususnya painting process


yang memiliki resiko yang cukup tinggi terjadinya iritasi mata akibat cat yang digunakan
mengenai mata .
● Melakukan perbaikan pada hasil temuan bahaya pada area kerja sebagai tindakan
pencegahan terjadinya resiko iritasi mata dikemudian hari.
● Membangun kesesuaian dalam pekerjaan agar kasus mata terkena cat pada proses
painting tidak terulang lagi
● Melakukan pengawasan terhadap kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri di area kerja
painting process
➔ Preparedness (Kesiapsiagaan)

1. Kotak P3K
● Penyediaan oleh perusahaan yaitu kotak P3K, yang terdiri dari : Aquades, gelas untuk cuci mata, obat - obatan, dan lain
- lain). Jadi apabila pekerja yang mengalami iritasi mata sudah tersedia obat obatan, berupa obat tetes air mata
● Penempatan kotak P3K dipasang di berbagai tempat yang rawan terjadinya suatu kecelakaan dan mudah dilihat serta
dijangkau oleh pekerja

1. Emergency shower eye and face wash unit


● Dalam peletakan emergency shower dan eye wash station harus mudah dijangkau dalam waktu tempuh 10 detik atau
10 - 20 langkah dari lokasi bahaya yang ditimbulkan
● Dalam penggunaannya cukup mudah, yaitu cabut pull strap (penyumbat air pancar) ke atas dan segerakan posisi mata
tepat pada arah pancaran air. Buka kelopak mata dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
3. Tim Medis
Tim medis pada perusahaan terdiri dari tim P3K dan dokter perusahaan yang berjumlah 2 orang. Tim medis selalu siap
sedia di perusahaan khususnya di klinik perusahaan sebagai fasilitas untuk para pekerja yang mengalami sakit. Apabila pekerja
mengalami sakit/cidera sudah tidak bisa ditangani lagi oleh tim medis, maka pekerja akan dibawa ke Rumah Sakit yang sudah
bekerja sama dengan perusahaan

4. Prosedur
Adapun prosedur kesiapsiagaan ini disusun untuk mengantisipasi gangguan kesehatan pada pekerja melalui
pengorganisasian dan langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Prosedur tersebut sebagai berkut
● Sebelum bekerja pekerja mengikuti breafing untuk mengetahui potensi bahaya termasuk bahaya gangguan kesehatan yang
ada dan mengetahui tata cara pengendaliannya.
● Saat bekerja pekerja menggunakan alat pelindung mata yang sudah disediakan, contohnya googles
● Basuh dengan air bersih apabila mata terkena cairan kimia, jika belum reda basuh mata dengan air bersih kurang lebih
selama 15 menit
● Saat terjadi iritasi mata seperti mata merah segera laporkan kepada kepala divisi agar ditindaklanjuti oleh tim medis
perusahaan
● Melakukan Pertolongan Pertama apabila mampu, jika tidak sebaiknya menunggu tim medis datang menjemput pekerja
yang kena iritasi mata atau mengantarkan ke klinik perusahaan
➔ Response (Kesigapan)

Jika mata terkena partikel yang masuk ke mata, namun tidak menancap di mata:
● Tarik ke bawah kelopak mata bawah dan lihat apakah ada objek yang terletak pada
permukaan membran selaput tutupnya. Jika ya, objek itu harus diangkat secara lembut
dengan kapas atau aplikator lainnya yang sudah dibasahi dengan air (jangan gunakan kapas
kering di sekitar mata).
● Pegang bulu mata kelopak atas dengan lembut antara ibu jari dan telunjuk. Disarankan untuk
melihat ke atas, dan tarik kelopak mata tersebut ke depan dan belakang hingga melalui
kelopak bawah.
● Siram mata dengan air bersih. Hal ini dapat dilakukan dengan semprotan kecil atau dengan
tetes mata.
● Jika benda asing masih hadir atau tertanam pada mata segera hubungi dokter.
● Dalam kasus cedera serius, terapkan pad kain kasa steril atau pada mata oval. Tutup kedua
mata ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Jika terkena cat/thinner :
● Jika mata terkena percikan, langsung pergi ke eyewash station
(wastafel)
● Bilas mata paling tidak selama 10-15 menit sementara itu kelopak mata
dikedip-kedipkan
● Setelah membersihkan mata dengan air bersih, segera pergi ke klinik
perusahaan
➔ Recovery (Pemulihan)

1. Melakukan pendataan dan pemantauan pekerja yang pernah terkena


iritasi mata terutama pekerja di bagian painting process
2. Mengadakan pemeriksaan rutin bagi pekerja di bagian painting process
yang pernah terkena iritasi mata
3. Pemberian obat yang sesuai bagi pekerja yang terkena iritasi mata.
4. Mengadakan konsultasi rutin ke dokter perusahaan terkait penyakit
pekerja tersebut.
KEGIATAN PEMANTAUAN
(PEMERIKSAAN, PENGUKURAN, PENGUJIAN)

PROGRAM K3
1 Pemantauan Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus
Jadwal Pemeriksaan Kesehatan Berkala : 1 tahun sekali (bulan November)
Jadwal Pemeriksaan Kesehatan Khusus : Situasional

a. Personil yang terlibat


Personil yang terlibat dalam pemantauan pemeriksaan kesehatan berkala
dan khusus dilakukan oleh tim HSE dan tim medis yang berkompeten (dokter
perusahaan) yang telah ditunjuk langsung oleh perusahaan.

b. Catatan pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran


1. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru
(bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu. Data pemeriksaan kesehatan berkala oleh dokter tersedia
bagi HSE dan manajemen.
2. Pemeriksaan kesehatan khusus
● Pemeriksaan pendeteksian gangguan nafas / spirometri
Salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi dan mendiagnosis kondisi
paru-paru menggunakan alat yang disebut spirometri. Dilakukan apabila terdapat
keluhan-keluhan diantara tenaga kerja.
● Pemeriksaan fisik untuk muskuluskeletal disorder
Pemeriksaan itu dilakukan dengan dokter perusahaan jika pekerja memiliki keluhan
mengenai masalah otot dan rangka. Apabila dokter perusahaan mendiagnosa pekerja
mengalami MSDs maka perlu pemeriksaan penunjang.
● Pemeriksaan penunjang seperti x-ray dan MRI jika disarankan oleh dokter
Dilakukan apabila dokter perusahaan mendiagnosa pekerja mengalami MSDs maka
perlu pemeriksaa lanjutan seperti x-ray dan MRI di rumah sakit.
● Pemeriksaan mata
Dilakukan apabila terdapat keluhan-keluhan diantara tenaga kerja.

Data pemeriksaan kesehatan khusus oleh dokter atau rumah sakit yang ditunjuk
tersedia bagi HSE dan manajemen.
3. Pengujian alat spirometri
Pengujian alat dilakukan untuk memastikan bahwa alat masih berfungsi dengan
baik sehingga hasil pengukuran spirometri dapat sesuai keadaan yang
sebenarnya.

4. Pengukuran Ergonomi (Stasiun kerja, Posisi Kerja)


Pengukuran ini berdasarkan pada standar faktor ergonomi pada Peraturan
Meteri Ketenagakerjaan republik Indonesia Nomor 5 tahun 2018 tentang
keselamatan dan kesehatam kerja lingkungan kerja.
Data pengukuran ergonomi tersedia bagi manajemen dan HSE
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai
● Spirometer : alat yang digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit
pada sistem pernapasan
● RULA/REBA : Penelitian untuk mengetahui gambaran postur kerja dan
gambaran keluhan subjektif MSDs.
● Pemeriksaan mata : disesuaikan dengan keluhan yang dialami pekerja
● Setiap kegiatan perlu adanya dokumentasi berupa foto dan mengisi
berita acara
d. Tindakan perbaikan

● Memperkuat SOP dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan kesehatan.


● Memperkuat kompetensi pada personil yang terlibat.
● Melakukan perbaikan terhadap fasilitas yang dapat menyebabkan keluhan
pada tenaga kerja.
● Melaksanakan pemantauan terhadap tindakan perbaikan dan perawatan.
● Membuat pelaporan atas temuan dan tindakan untuk dilaporkan.
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
● Masih ada pekerja yang mengalami gangguan pernafasan
● Masih ada pekerja yang mengalami gangguan MSDs

f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang


Dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran mengenai pemeriksaan
kesehatan berkala dan khusus didapatkan bahwa ada pekerja yang
didiagnosis menderita gangguan saluran pernafasan dan muskuluskeletal
disorder.
Oleh karena itu perlu penanganan lebih lanjut mengenai kesehatan pekerja
sehingga kesehatan pekerja dapat terjamin.
2 Pemantauan Healthy Talk (Safety Talk tentang Kesehatan Kerja)
Jadwal Pelaksanaan : 1 bulan sekali

a. Personil yang terlibat


Personil yang terlibat dalam pemantauan healthy talk (safety talk
tentang kesehatan kerja) yaitu dari tim HSE perusahaan dan dibantu
juga dengan tim medis yang berkompeten.

b. Catatan pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran


1.Pemantauan Kehadiran Tenaga Kerja
pada setiap acara Healthy talk diadakan, pekerja akan melakukan
presensi kehadiran yang dibagikan oleh panitia.
2. Pengukuran jumlah keluhan selama satu bulan
setiap terdapat keluhan dari pekerja, petugas akan mencatat dan
mengevaluasi setiap bulannya. Data mengenai keluhan tenaga kerja
dilaporkan oleh tim medis kepada HSE lalu ditindak lanjuti oleh HSE.
c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai
● Pantauan kehadiran tenaga kerja
● Dokumentasi
● Menghimpun data keluhan kesehatan

d. Tindakan perbaikan

● Menerapkan punishment kepada pekerja yang tidak mengikuti healthy talk


sebelum memulai pekerjaan.
● Memberikan peringatan dan nasihat kepada pekerja akan pentingnya
mengikuti safety talk untuk mengetahui bahaya-bahaya kesehatan yang
bisa terjadi akibat kerja.
● Membuat laporan terkait hasil temuan untuk ditindaklanjuti.
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
● Unsafe act
● Unsafe condition
● Faktor lindkungan kerja
● Faktor internal pekerja

f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang


dari hasil pemantauan terhadap kehadiran tenaga kerja yang menghadari
acara healthy talk, masih adanya pekerja yang tidak hadir dengan berbagai
alasan. maka dari itu untuk selanjutnya harus ada sistem reward and
punishment bagi pekerja yang tidak menghadiri acara healthy talk.
3 Pemantauan Program Inspeksi APD
Jadwal Pelaksanaan : 1 tahun sekali (bulan November)

a. Personel yang terlibat


Inspeksi APD dapat dilakukan oleh Tim HSE Officer perusahaan, atau
dapat pula dilakukan oleh pekerja yang kompeten dari level terendah
sampai level tertinggi (top management), manager, maupun supervisor.

b. Catatan Pemeriksaan, pengujian, & pengukuran


- Jumlah APD yang tersedia
Dalam hal ini pemeriksaan dilakukan terhadap jumlah APD yang
disediakan oleh perusahaan. APD yang tersedia jumlahnya harus sesuai
dengan seluruh tenaga kerja, dan sesuai dengan potensi bahaya yang
dapat mengenai tenaga kerja tersebut. Data pemeriksaan jumlah APD
tersedia bagi pihak HSE dan manajemen.
- Kualitas APD yang tersedia

Dalam hal ini pemeriksaan dilakukan terhadap keadaan/kualitas APD yang


disediakan oleh perusahaan, apakah APD masih layak untuk digunakan
oleh tenaga kerja, serta dapat melindungi tenaga tenaga kerja dari potensi
bahaya yang ada. Data pemeriksaan kualitas APD tersedia bagi pihak HSE
dan manajemen.

- Kepatuhan pemakaian APD

Dalam hal ini pemeriksaan dilakukan terhadap kepatuhan penggunaan


APD oleh pekerja, serta kesesuaian penggunaan APD terhadap ketetapan
dan persyaratan yang telah ditentukan. Data kepatuhan pemakaian APD
oleh tenaga kerja tersedia bagi pihak HSE dan manajemen.
c. Peralatan & metode pengujian
● Pengawasan penggunaan APD
● Dokumentasi
● Pencatatan kelengkapan inventaris APD

d. Tindakan perbaikan
➔ Menerapkan sistem punishment jika menemukan pekerja yang tidak
menggunakan APD sesuai ketentuan, serta memberikan peringatan
dan nasihat mengenai perilaku bekerja aman
➔ Memberikan tanda untuk APD yang sudah tidak layak pakai
➔ Jika diperlukan, memperbaiki dan mempertegas SOP/ Prosedur kerja
mengenai APD
➔ Membuat laporan untuk menindaklanjuti hasil temuan
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
- Unsafe Act : masih terdapat pekerja yang tidak memakai APD terutama
pekerja yang berada pada pekerjaan berisiko tinggi
- APD yang sudah tidak layak belum diganti
- Ketersediaan APD tidak sesuai dengan jumlah pekerja
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang
Dari hasil pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran mengenai inspeksi
APD. Didapati masih ada beberapa tenaga kerja yang tidak
menggunakan APD sesuai dengan pekerjaannya.

Oleh sebab itu, perlu peningkatan kesadaran mengenai pentingnya


pemakaian APD pada tenaga kerja demi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menerapkan sistem reward and punishment, penegasan aturan,
pemberian training pemakaian APD.
4 Pemantauan Program Penyediaan Sarana dan Prasarana
Jadwal Pelaksanaan : 6 bulan sekali

a. Personel yang terlibat


Dalam menyediakan sarana dan prasarana personil yang terlibat
adalah Tim HSE dan Tim bagian sarana prasarana yang memiliki
pengalaman cukup dan ditunjuk langsung oleh Perusahaan

b. Catatan Pemeriksaan, pengujian, & pengukuran


- Pemeriksaan kelengkapan kotak P3K
Dilakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dari kotak P3K yang
harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan
memastikan bahwa isi dari kotak P3K benar-benar lengkap.
Pemeriksaan kelengkapan ini bisa dilakukan dengan cara
melakukan checklist
- Pemeriksaan ketersediaan gas mask dan respirator

Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan terhadap gas mask dan respirator
yang disediakan oleh perusahaan, dan memastikan bahwa kondisinya
dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan dalam melakukan
pekerjaan

- Pemeriksaan kondisi Emergency shower eye and face wash unit

Dilakukan pemeriksaan terhadap Emergency shower eye and face wash


unit yang ada di perusahaan apakah masih layak untuk digunakan atau
tidak dan kondisinya masih bagus atau tidak. Memastikan bahwa letak dari
Emergency shower eye and face wash unit pada tempat yang sesuai
c. Peralatan & metode pengujian
● Pengawasan penggunaan sarana dan prasarana
Dalam hal pengawasan ini dilakukan terhadap keadaan/kualitas sarana prasarana
yang disediakan oleh perusahaan, apakah sarana prasarana masih layak untuk
digunakan oleh tenaga kerja, serta dapat melindungi tenaga tenaga kerja dari potensi
bahaya yang ada.

● Dokumentasi
Dalam hal dokumentasi ini dilakukan sebagai bukti bahwa keadaan/kualitas masih
terjangkau atau tidaknya suatu sarana prasarana bagi tenaga kerja
● Pencatatan kelengkapan inventaris sarana dan prasarana
Dalam hal pencatatan ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak sarana
prasarana yang berada di perusahaan, dan pencatatan ini di khususkan tiap
ruangannya agar dalam pengecekan terlihat detail mana yang masih layak pakai
atau tidak layak pakai
d. Tindakan perbaikan
● Melakukan floor stock pada isi P3K
● Selalu melakukan pengecekan tanggal kadaluarsa pada obat-obatan
yang digunakan
● Melakukan perawatan pada alat emergency shower eye dan face
wash unit
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
● Kurangnya pengecekan obat - obatan yang mendekati masa
kadaluwarsa
● Dalam melakukan pemantauan terhadap sarana prasarana kurang teliti
● Kurangnya komunikasi antara tim HSE dengan tim sarana prasarana
● Kurangnya contoh langsung dan alat visual
f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang
Dari hasil pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran terhadap sarana dan
prasarana gas mask, respirator, kotak P3K, dan Emergency shower eye
and face wash unit. Didapatkan bahwa penyediaan sarana dan prasarana
tersebut sudah dalam kondisi baik dan layak untuk digunakan.

Namun untuk para pekerja diharapkan tetap harus berhati-hati dikarenakan


risiko dari proses terkait yang sangat tinggi dan dapat menggangu
kesehatan pekerja. Maka dari itu perlu adanya penanaman pengertian
kepada pekerja akan bahaya yang ada di tempat kerja agar pekerja selalu
dalam kondisi aman. Disamping itu juga perlu diberitahu mengenai
prosedur yang tepat dalam pemakaian sarana prasarana tersebut
5 Pemantauan Training
Jadwal Pelaksanaan : Sesuai Jadwal Pelaksanaan Training

a. Personil yang terlibat


Personil yang terlibat dalam pemantauan kebutuhan training yaitu dari
tim HSE perusahaan dan pihak luar (jasa training) yang bekerja sama
dengan perusahaan.

b. Catatan pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran


❖ Kehadiran peserta training (pekerja)
❖ Output setelah training : Diperiksa dan diukur dengan melihat meningkat tidaknya derajat kesehatan
pekerja setelah diadakan training, dan diuji dengan adanya pre test/post test untuk mengetahui seberapa
pemahaman pekerja terhadap training yang telah diberikan.
❖ Pemeriksaan ketersediaan dan kondisi alat untuk training
c. Peralatan & metode pengujian
● Presensi kehadiran
● Dokumentasi
● Pre test/post test

d. Tindakan perbaikan
❏ Mempertegas peraturan training
❏ Mengemas acara training lebih menarik
❏ Meningkatkan fasilitas training
❏ Meningkatkan materi dan metode training
e. Penyelidikan penyebab penemuan insiden
➔ Metode pelatihan tidak bertahap dan tidak sistematis
➔ Materi pelatihan yang kurang spesifik
➔ Kurangnya komunikasi antara manajemen puncak dan pekerja
➔ Kurangnya contoh langsung dan alat bantu visual

f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang


Apabila masih ditemukan pekerja yang memiliki pemahaman tentang kesehatan kerja
yang belum baik maka dilakukan peninjauan ulang terkait training, apakah akan
diadakan lagi atau memperkuat pemahaman pekerja melalui Program K3 yang lain
seperti Healthty Talk. Apabila ditemukan masalah pada alat training maka hal tersebut
menjadi evaluasi agar selanjutnya ditinjau ulang untuk memastikan bahwa alat training
selalu dalam keadaan baik.
EVALUASI KINERJA
PROGRAM KESEHATAN
KERJA
Thank You

Anda mungkin juga menyukai