2765 3482 1 PB
2765 3482 1 PB
Abstrak
Indonesia adalah salah satu negara beriklim tropis yang masyarakatnya memiliki aktivitas pertanian
yang tinggi, hal tersebut merupakan faktor potensial tingginya kasus gigitan ular di Indonesia. Gigitan
ular merupakan kegawatdaruratan medis yang dapat menyebabkan disabilitas permanen hingga
kematian. Gigitan ular merupakan kasus penyakit daerah tropis yang banyak terabaikan menurut
World Health Organization. Hal ini dapat dikarenakan kurangnya laporan epidemiologi, program
kontrol, dan pedoman nasional penatalaksanaan gigitan ular yang tersedia. Padahal, jumlah kasus
gigitan ular di Asia Tenggara dinilai cukup tinggi. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas gigitan dengan upaya preventif dan kuratif, termasuk didalamnya adalah
manajemen yang komprehensif untuk menjamin penatalaksanaan yang tepat, aman, dan efektif.
Indonesia is a tropical country with high agricultural activities, these are the potential factors of
considerably high snakebite cases in Indonesia. Snakebite is a medical emergency that can lead to
permanent disability even death. Snake bite is considered as one of the neglected tropical diseases
according to World Health Organization. This could be due to the lack of available epidemiological
reports, control programs, and national guidelines of snake bite management. In fact, the number of
snake bite cases in Southeast Asia is considered quite high. However, efforts are needed to decrease
snakebite morbidity and mortality with preventive and curative measures, including comprehensive
management to establish appropriate, safe and effective treatment.
b) Pemeriksaan fisik
Gambar 9. Pressure Bandage Immobilizaition (PBI)
Dapat dimulai dari area gigitan,
pada kaki
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara
umum dan spesifik. Pada area gigitan ular
Usaha pertolongan pertama yang dapat ditemukan pembengkakan, nyeri tekan
tradisional dan populer di masyarakat seperti palpasi, tanda drainase limfonodi, ekimosis,
membuat insisi lokal “tattooing” pada area dan tanda-tanda awal nekrosis (melepuh,
gigitan ular, menghisap bisa dari luka gigitan, perubahan warna, dan bau pembusukan).3,10
memasangkan tourniquet ketat pada
tangan/kaki yang terkena gigitan ular,
menggunakan herbal-herbal tertentu, dan lain-
JK Unila | Volume 4 | Nomor 1 | 2020 | 48
Risal Wintoko l Manajemen Gigitan Ular
Tes laboratorium lainnya yang dapat
dilakukan yaitu:
Manifestasi klinis yang dapat di temukan Pemeriksaan darah rutin berupa
pada pemeriksaaan fisik antara lain: hemoglobin/hematokrit, hitung
Vital sign: denyut nadi dan perbedaan trombosit, dan hitung sel darah putih
tekanan darah saat duduk dan berdiri dapat dijadikan indikasi dari spesies
untuk melihat adanya postural drop. ular yang menggigit (contoh:
Kulit dan membran mukosa: ptekie, peningkatan hemoglobin/hematokrit
purpura, ekimosis, dan pendarahan pada gigitan ular Russell’s viper,
konjungtiva. trombositopenia pada gigitan ular viper
Sulcus gingivalis: tanda perdarahan dan australasian elapids)
sistemik spontan Pemeriksaan Apusan Darah Tepi (ADT)
Hidung: epistaksis dapat ditemukan sel darah merah
Abdomen: nyeri tekan abdomen sebagai terfragmentasi (“sel helm”, schistosit)
tanda pendarahan intrabdomen atau yang menandakan hemolisis
retroperitoneal mikroangiopati
Neurologis: lateralisasi, paralisis flaksid Pemeriksaan fungsi hati dan fungsi
otot ginjal juga dapat dijadikan indikasi dari
Gejala berupa nyeri seluruh tubuh dan spesies ular yang menggigit (contoh:
warna urin yang gelap merupakan kreatinin plasma, urea/nitrogen urea
indikasi kuat terjadinya rhabdomyolisis. darah dan konsentrasi kalium
Pada kasus gigitan ular yang terjadi pada meningkat pada cedera ginjal akut pada
ibu hamil dapat terjadi abortus, gigitan ular Russell's viper, nosed-nosed
kelahiran prematur, dan pendarahan pit-viper, Aminotransferase dan enzim
antepartum/postpartum yang ditandai otot yang meningkat menunjukkan
dengan pendarahan vaginal. kerusakan otot lokal dan umum pada
gigitan ular laut, beberapa kraits,
Identifikasi spesies ular harus dilakukan beberapa Australasia Elapidae dan
guna meningkatkan efektivitas penanganan gigitan ular Russell's viper dan
medis, apabila memungkinkan ular dibawa atau hiponatremia pada gigitan ular kraits.
didokumentasikan untuk diidentifikasi oleh ahli Pemeriksaan urin: tes dipstick untuk
dibidang tersebut, namun bila tidak darah, hemoglobin atau myoglobin dan
memungkinkan informasi terkait ciri khas ular proteinuria. Mikroskopis untuk
yang menggigit dapat diambil dari keterangan mendeteksi eritrosit dan silinder sel
pasien. 3,10,16 darah merah, menunjukkan perdarahan
3. Pemeriksaan penunjang dan uji glomerulus, eosinofilia menunjukkan
laboratorium nefritis interstitial akut.10,19
20 Minute Whole Blood Clotting Test
(20WBCT) adalah tes yang memerlukan 4. Anti Bisa Ular
perlengkapan sederhana seperti tabung gelas, Pemberian anti bisa ular dilakukan sesegera
botol atau tabung suntik yang baru, bersih, mungkin jika pasien memenuhi indikasi, hal ini
kering. Hasil positif (non-pembekuan) dikarenakan anti bisa ular memiliki harga yang
menunjukkan koagulopati konsumsi parah dan relatif mahal dan ketersediaannya terbatas. Di
kebutuhan untuk pengobatan anti bisa ular Indonesia, anti bisa ular polyvalent diproduksi
segera. Akan tetapi, perlengkapan yang salah oleh Biofarma untuk menangani bisa
dan pembersihan alat dengan deterjen atau neurotoksik Naja sputatix, Bungarus fasciatus
cairan pencuci dapat menghasilkan false dan Calloselasma rhodostoma.4,10
negative.19
Tes laboratorium yang lebih sensitif dari Indikasi pemberian anti bisa ular:
pembekuan darah adalah International A. Keracunan Sistemik
Normalized Ratio (INR) berdasarkan waktu 1. Gangguan hemostasis : perdarahan
protrombin (PT) (> atau = 1,2 tidak normal), spontan sistemik yang jauh dari lokasi
waktu activated partial thromboplastin time gigitan, koagulopati (20 WBCT positif),
(aPPT), antigen terkait fibrin (ogen) (produk atau INR>1.2 atau PT>4-5 detik lebih.
degradasi fibrin - FDP) atau D-dimer. 19
JK Unila | Volume 4 | Nomor 1 | 2020 | 49
Risal Wintoko l Manajemen Gigitan Ular
2. panjang dari nilai kontrol terutama pada kasus keracunan neurotoksik
laboratorium, atau trombositopenia yang disebabkan gigitan kobra. Sebelumnya
(<100x109/liter). pasien diberikan atropine sulfat (0.6 mg untuk
3. Gejala neurotoksik : ptosis, dewasa; 50µg/kg untuk anak-anak) secara IV
oftalmoplegia, paralisis, dan lain-lain. kemudian diikuti neostigmine bromide atau
methylsulphate (prostigmin) secara IM dengan
4. Gangguan kardiovaskular : hipotensi,
dosis 0.02 mg/kg untuk dewasa, 0.04 mg/kg
syok, aritmia, EKG abnormal.
untuk anak-anak.
5. Gagal ginjal akut : oligouria/anuria,
peningkatan kreatinin/urea.
6. Hemoglobin/myoglobin-uria : urin
cokelat gelap, dipstick, temuan
hemolisis intravaskuler atau
rhabdomiolisis.
B. Keracunan Lokal
Gambar 10. Sebelum (a) dan sesudah (b) pemberian
1. Pembengkakan lokal lebih dari atropine diikuti dengan edrophonium klorida
setengah tungkai yang tergigit (tanpa intravena.6
tourniquet) dalam 48 jam atau
pembengkakan setelah gigitan pada
jari. Kemudian pasien diobservasi selama 30-60
menit ke depan. Jika responnya baik, maka
2. Pembengkakan yang meluas : misalnya maintain dengan neostigmine methylsulphate
bengkak pada ankle dalam beberapa 0.5-2.5 mg setiap 1-3 jam hingga 10 mg/24 jam
jam setelah gigitan di kaki. untuk dewasa dan 0.01-0.05 mg/kg tiap 2-4 jam
3. Pembengkakan limfonodi pada daerah untuk anak-anak, injeksi IV atau subkutan
gigitan. bersamaan dengan atropine.10
Hipotensi dan syok dapat terjadi akibat
Anti bisa ular diberikan melalui intravena hypovolemia. Pengukuran dengan tensi dapat
jika memungkinkan, baik secara slow IV push dilakukan pada posisi supinasi atau duduk.
injection (maksimum 2 ml/menit) atau infus IV Selain itu, dapat dilakukan passive leg raising
yang diencerkan dengan 5 ml cairan isotonis test untuk menilai respon cairan. Terapi dengan
per kg berat badan selama 30-60 menit. Di kristaloid harus diobservasi (tekanan JVP, laju
Indonesia, dosis yang dianjurkan yaitu 2 vial napas, dan krepitasi), pada pasien yang
SABU (10 ml) diencerkan dalam 100 ml Normal mengalami peningkatan permeabilitas kapiler
Saline 0.9% kemudian drip 60-80 tetes per dapat diberikan vasokonstriktor seperti
menit, dapat diulang setiap 6-8 jam. dopamin. Selain itu, evaluasi adanya tanda-
Dianjurkan tersedia epinefrin untuk tanda gagal ginjal akut seperti oligouri,
penanganan reaksi anafilaktik akibat peningkatan kreatinin serum, dan sindrom
administrasi anti bisa ular. Pemberian secara uremia. Pada pasien oligouri dapat dilakukan
intramuskular tidak direkomendasikan kecuali fluid challenge atau furosemide test. Dialisis
jika akses intravena tidak memungkinkan. dapat dilakukan jika terjadi tanda-tanda uremia
Setelah pemberian pertama, observasi (ensefalopati, perikarditis), overload cairan
keadaan umum, perdarahan sistemik, serta yang tidak merespon dengan diuretik, asidosis
gejala neurotoksik. Pengulangan dosis awal simptomatik, dan nilai ureum >130 mg/dl atau
dapat dilakukan jika ada gangguan koagulasi kreatinin >4 mg.10
persisten setelah 6 jam atau terdapat
perdarahan setelah 1-2 jam serta timbul 6. Manajemen Luka Gigitan Ular
deteriorasi neurotoksik atau kardiovaskular
setelah 1 jam.4,10 Pada bagian tubuh yang digigit dapat
terbentuk bulla yang besar dan tegang yang
membutuhkan aspirasi jika terancam ruptur.
5. Terapi Tambahan Abses harus dibersihkan, surgical debridement
Pemberian kolinesterase dianjurkan diindikasikan untuk menghilangkan risiko sepsis