Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 2020, Vol VIII, Oktober 2020 hlm 93-100

E-ISSN:2615-8604 P-ISSN:2338-0020
Online di http://ejournal.pancabhakti.ac.id/
DOI : https://doi.org/10.47218/jkpbl.v8i2.90

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK


DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA
Fitra Pringgayuda¹, Andri Yulianto², Agus Safirwansyah³
1,2
Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Lampung, Indonesia
3
Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu, Lampung, Indonesia
Email: fpringgayuda@yahoo.com

Abstrak

Tingkat kecemasan merupakan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas dan kecemasan tersebut
sangat berhubungan dengan komunikasi terapeutik. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan komunikasi
terapeutik dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi benign prostate hyperplasia (BPH) di rumah sakit Mitra
Husada tahun 2020. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien pre operasi BPH Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu Lampung sebanyak 60 orang
dengan tehnik total sampling. Hasil uji statistik chi square didapat nilai p value = 0,00 (0,00<0,05), hal ini menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan. Disarankan kepada
perawat untuk selalu mengaplikasikan komunikasi terapeutik dengan baik kususnya kepada pasien yang akan menjalani
operasi BPH di rumah sakit Mitra Husada Pringsewu.

Kata kunci : bph, komunikasi terapeutik, tingkat kecemasan

Abstract

Anxiety level is a natural disorder that is characterized by feelings of fear or anxiety that is deep and ongoing, but does
not experience interference in assessing reality and anxiety is very much related to therapeutic communication. The
purpose of this study was to determine the correlation of therapeutic communication with anxiety levels in BPH
preoperative patients at Mitra Husada Hospital in 2020. This research uses analytic survey with cross sectional
approach. The sample in this study was 60 BPH preoperative patients at Mitra Husada Pringsewu Hospital in
Lampung with a total sampling technique. Chi square statistical test results obtained p value = 0.00 (0.00 <0.05), this
states that there is a significant correlation of therapeutic communication with anxiety levels. It is recommended to
nurses to always apply therapeutic communication well specifically to patients who will undergo BPH surgery at Mitra
Husada Pringsewu hospital.

Keywords: bph, therapeutic communication, anxiety levels

Dikirim: 11 Oktober 2020 Diterima: 29 Oktober 2020 Terbit: 31 Oktober 2020

93
Pringgayuda, dkk, JKPBL, Volume VIII No 2, Oktober 2020

PENDAHULUAN p value 0,05 (Arbani, 2015; Warsini, 2015).


Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
Lower urinary tractus symptoms (LUTS)
dilakukan selama 6 bulan terakhir dari bulan
merupakan masalah yang banyak dialami oleh
April sampai bulan September tahun 2019
laki-laki di seluruh dunia. Menurut WHO
diperoleh data 506 pasien yang menjalani
terdapat 423 juta orang (9,1%) di dunia
operasi BPH di 3 Rumah sakit yang ada di
mengalami masalah LUTS pada tahun 2017.
Kabupaten Pringsewu. Data hasil laporan dari
Tahun 2018 akan meningkat menjadi 9,6%.
komite keperawatan rata-rata 30% perawat
Di Asia angka prevalensinya berkisar antara
masih belum baik dalam berkomunikasi
19.7-24.4% (WHO, 2017), sedangkan di
terapeutik. Hasil wawancara dengan 20
Indonesia prevalensi terjadinya LUTS
pasien yang akan menjalani operasi BPH, 12
berkisar 13% dan (Sumardi, 2011). Dalam
pasien mengalami kecemasan sedang, 6
sepuluh tahun terakhir laki-laki yang di
pasien mengalami kecemasan berat, 2 pasien
diagnosis LUTS selalu mengalami
mengalami kecemasan ringan.
peningkatan. Gejala yang timbul pada LUTS
Dampak yang dapat ditimbulkan dari tingkat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, Salah satu
kecemasan pada pasien pre operasi BPH di
penyakit yang berasosiasi dengan
Rumah Sakit, peneliti tertarik melakukan
peningkatan gejala LUTS adalah benign
penelitian tentang Hubungan komunikasi
prostate hyperplasia (BPH) (Egan, 2016).
terapeutik dengan tingkat kecemasan pada
Data rumah sakit Cipto Mangunkusumo tahun
pasien pre operasi BPH di Rumah Sakit Mitra
2018 bahwa jumlah pasien yang akan
Husada Pringsewu.
menjalani operasi BPH adalah 579 pasien dan
492 pasien (85%) mengalami kecemasan.
Faktor internal dan eksternal yang dapat METODOLOGI
mempengaruhi turunnya kecemasan adalah
Penelitian ini merupakan penelitian survey
terjalinnya komunikasi yang baik.
analitik dengan cross sectional, di Rumah
Komunikasi terapiutik yang baik antara
sakit Mitra Husada. Pengumpulan data
perawat dan pasien preoperasi BPH akan
dilakukan bulan Mei 2020 sampai bulan Juni
memberikan rasa aman dan berdampak
2020. Populasi dalam penelitian ini pasien
menurunya kecemasan itu sendiri (Kasdu,
yang akan operasi BPH, menggunakan total
2013; Sartika, 2013; Stuart, 2012).
sampling berjumlah 60 responden. Penelitian
Komunikasi terapeutik dengan kecemasan
ini menggunakan variabel komunikasi
pada pasien pre operasi dengan nilai
terapiutik dan variabel kecemasan
probabilitas 0,009 lebih kecil dengan standar
menggunakan insrumen kuisioner. Analisa
94
Pringgayuda, dkk, JKPBL, Volume VIII No 2, Oktober 2020

data penelitian menggunakan univariat, sedang yaitu sebanyak 32 responden


bivariat menggunakan uji Chi-square (53,33%).

HASIL
Analisis Bivariat
Analisis Univariat Hubungan komunikasi terapeutik dengan
Komunikasi Terapeutik tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
Tabel 1 BPH di Rumah Sakit Mitra Husada
Distribusi frekuensi berdasarkan komunikasi Pringsewu Lampung Tahun 2020.
terapeutik pada pasien pre operasi BPH di
Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu Tabel 3
Lampung Tahun 2020 Hubungan komunikasi terapeutik dengan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
Komunikasi Frekuensi Presentase % BPH di Rumah Sakit Mitra Husada
terapeutik
Pringsewu Lampung Tahun 2020
Baik 26 43,3 Komunikasi Tingkat P
Kurang baik 34 56,7 Terapeutik Kecemasan Value
Jumlah 60 100.0 Ringan Sedang Berat
f (%) f (%) f (%)
Berdasarkan tabel 1 hasil analisis didapatkan Baik 15(25) 10(16,66) 1(1,66) 0,00
Kurang Baik 2(3,33) 22(36,33) 10(16,66)
dari 60 responden diketahui bahwa sebagian Jumlah 17(28,33) 32(53,33) 11(18,33)
besar responden mendapatkan komunikasi
terapeutik yang kurang baik yaitu sebanyak Berdasarkan tabel 3 Hasil analisis didapatkan
34 responden (56,7%). bahwa responden mendapatkan komunikasi
terapeutik kurang baik yaitu sebanyak 34
Tingkat Kecemasan responden (56,7%), dimana terdapat 22
Tabel 2 (36,66%) responden yang mengalami
Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat kecemasan sedang, 10 (16,66%) responden
kecemasan pada pasien pre operasi BPH di
Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu mengalami kecemasan berat dan 2 responden
Lampung Tahun 2020 (3,33%) mengalami kecemasan ringan.
Tingkat Frekuensi Presentase % Sedangkan responden yang mendapatkan
kecemasan
Kecemasan komunikasi terapeutik dengan baik sebanyak
17 28.33
ringan 26 (43,3%), dimana terdapat 15 (25%)
Kecemasan
32 53.33 responden mengalami kecemasan ringan, 10
sedang
Kecemasan
11 18.33 (16,66%) responden mengalami kecemasan
berat
Jumlah 60 100.0 sedang dan 1 (1,66%) responden yang

Berdasarkan tabel 2 hasil analisis didapatkan mengalami kecemasan berat. Berdasarkan

dari 60 responden diketahui bahwa sebagian hasil uji statistik chi-square diketahui bahwa

besar responden mengalami kecemasan p-Value yaitu 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-

95
Pringgayuda, dkk, JKPBL, Volume VIII No 2, Oktober 2020

value <0,05), sehingga Ho ditolak. Hal ini dengan penelitian Firmansyah (2017), ada
menunjukan ada hubungan yang sangat kecenderungan bahwa semakin tinggi
signifikan antara komunikasi terapeutik pengetahuan semakin baik pelaksanaan
dengan tingkat kecemasan pada pasien pre komunikasi terapeutik itu sendiri kususnya
operasi BPH di Rumah Sakit Mitra Husada pada anak dengan derajat
Pringsewu Lampung. kemaknaan/signifikansi p value = 0,007.
Menurut pendapat peneliti masih banyaknya
perawat yang tidak melakukan komunikasi
PEMBAHASAN
terapeutik dengan baik pada pasien pre
Analisa Univariat operasi BPH di rumah sakit Mitra Husada
Distribusi frekuensi komunikasi terapeutik
disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian
perawat tentang pentingnya komunikasi
besar responden di Rumah Sakit Mitra
terapeutik dan tidak tersedianya di ruangan
Husada Pringsewu mendapatkan komunikasi
buku panduan SOP tentang komunikasi
terapiutik yang kurang baik yaitu sebanyak 34
terapeutik. Perlu disediakanya panduan SOP
responden (56,7 %) dan pasien yang
komunikasi terapeutik di ruangan sebagai
mendapatkan komunikasi terapiutik yang baik
upaya untuk meningkatkan pengetahuan
sebanyak 26 responden (43,3%). Komunikasi
perawat dan minat membaca tentang
terapiutik adalah termasuk komunikasi
komunikasi perawat yang mana komunikasi
interpersonal yaitu komunikasi antara orang-
terapeutik yang baik akan berdampak kepada
orang secara tatap muka yang memungkinkan
menurunya kecemasan pasien yang akan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang
menjalankan operasi BPH.
lain secara langsung, baik secara verbal dan
nonverbal (Fatimah, 2010). Masih banyaknya
Distribusi frekuensi tingkat kecemasan
pasien yang mendapatkan komunikasi
Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian
terapeutik yang kurang baik disebabkan oleh
besar responden di Rumah Sakit Mitra
rendahnya pengetahuan perawat tentang
Husada Pringsewu mengalami kecemasan
pentingnya komunikasi terapeutik. (Diana,
sedang yaitu sebanyak 32 responden (53,33
2016) dalam penelitiannya menyatakan
%), kecemasan ringan 17 responden (28,33),
bahwa pengetahuan tentang komunikasi
dan kecemasan berat 11 responden (18,33%).
terapeutik menentukan kemampuan
Kecemasan merupakan bagian dari respon
komunikasi terapeutik, perawat tersebut tidak
emosional, dimana kecemasan adalah
tau bagaimna cara membina trust membuat
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar
lawan bicara tenang dan percaya. Sejalan
96
Pringgayuda, dkk, JKPBL, Volume VIII No 2, Oktober 2020

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti melakukan komunikasi terapeutik dengan
dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak baik, pasien merasa gelisah dan tidak tenang,
memiliki objek yang spesifik dimana seharusnya disinilah peran perawat hadir
kecemasan dialami secara subjektif dan untuk menenangkan pasien dengan
dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, menggunakan komunikasi terapeutik sehingga
2012). pasien merasa tidak sendiri dan merasa lebih
tenang. Perlu dilakukanya pelatihan berupa
Tingginnya angka pasien yang mengalami inhouse training tentang pentingnya
kecemasan sedang dan berat diakibatkan oleh komunikasi terapeutik.
perawat yang tidak melakukan komunikasi
terapeutik yang baik. Hal ini sesuai dengan Hubungan komunikasi terapeutik dengan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
teori (Kasdu, 2013) yang menyatakan faktor
BPH di Rumah Sakit Mitra Husada
yang dapat mempengaruhi turunnya Pringsewu Lampung
Hasil penelitian uji statistik chi-square
kecemasan adalah terjalinnya komunikasi
diketahui bahwa p-value = 0,00 (< 0,05)
yang baik. Komunikasi terapeutik yang baik
sehingga Ho ditolak. Hal ini menunjukan
antara perawat dan pasien saat akan
bahwa terdapat hubungan komunikasi
melakukan tindakan operasi diharapkan dapat
terapeutik dengan tingkat kecemasan pada
menurunkan kecemasan, karena pasien
pasien pre operasi BPH di Rumah Sakit Mitra
merasa bahwa interaksinya dengan perawat
Husada Pringsewu Lampung. Kecemasan
merupakan kesempatan untuk berbagi
merupakan bagian dari respon emosional.
perasaan yang dialami pasien, sehingga
Seorang individu yang mengalami kecemasan
kecemasan yang dialami pasien saat akan
secara langsung dapat mengekspresikan
melakukan tindakan operasi dapat menurun.
kecemasannya melalui respon yang fisiologis
Sejalan dengan penelitian (Sartika, 2013)
dan perilaku. Secara tidak langsung dapat
yang menyatakan sebagian besar responden
mengembangkanya melalui mekanisme
mendapatkan komunikasi terapetik yang
pertahanan dan melawan kecemasan.
kurang baik dari perawat berbanding lurus
Berdasarkan penggolonganya kecemasan
dengan banyaknya responden yang
dapat dibedakan menjadi empat yaitu;
mengalami kecemasan pada pasien pre
kecemasan ringan, kecemasan sedang,
operasi di RSUD Kota Makassar. Menurut
kecemasan berat, dan panik (Stuart, 2012).
pendapat peneliti banyaknya pasien yang
Sejauh ini kecemasan dapat dikurangi dengan
mengalami kecemasan pada saat pre operasi
obat-obat farmakologis dan psikoterapi. Salah
BPH diakibatkan oleh perawat tidak
satu tindakan keperawatan yang dapat
97
Pringgayuda, dkk, JKPBL, Volume VIII No 2, Oktober 2020

digunakan untuk menurunkan kecemasan probabilitas 0,009 lebih kecil dengan standar
adalah dengan memberikan komunikasi p value 0,05. Warsini (2015) dalam
terapeutik. Komunikasi terapeutik termasuk penelitiannya juga menyatakan terhadap
komunikasi interpersonal yaitu komunikasi kemaknaan antara komunikasi terapeutik
antara orang-orang secara tatap muka yang yang baik dapat menurunkan kecemasan
memungkinkan setiap pesertanya menangkap pasien yang akan menjalanin operasi di
reaksi orang lain secara langsung, baik secara RSUD Saras Husada Purworejo tahun 2015.
verbal dan nonverbal (Fatimah, 2010). (Basra, 2017) dalam penelitianya
Komunikasi terapiutik yang diberikan kepada menyimpulkan ada hubungan yang signifikan
pasien akan menurunkan kecemasan antara komunikasi terapeutik perawat
seseorang dalam kasus ini pasien yang akan dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi
menjalankan operasi BPH, begitu juga di Rumah Sakit Umum Daerah Nene
sebaliknya semakin buruk komunikasi Mallomo tahun 2017.
terapeutik yang diberikan perawat kepada Peneliti juga berpendapat demikian bahwa
pasien akan berdampak meningkatnya responden yang mendapatkan komunikasi
kecemasan pasien tersebut (Mulyani, 2018). terapeutik yang baik maka tingkat kecemasan
Sesuai dengan teori Stuart (2012) salah satu pada pasien pre operasi BPH menurun,
faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah sebaliknya responden yang mendapatkan
komunikasi interpersonal atau komunikasi komunikasi terapeutik kurang baik maka
terapeutik. Kasdu (2013) juga berpendapat tingkat kecemasan pada pasien pre operasi
demikian bahwa faktor yang dapat BPH meningkat. Hal ini sesuai dengan hasil
mempengaruhi turunnya kecemasan adalah penelitian yang mana terdapat 15 responden
terjalinnya komunikasi yang baik. Sejalan yang mendapatkan komunikasi terapeutik
dengan penelitian yang dilakukan oleh yang baik dan mengalami kecemasan ringan,
(Sartika, 2013) terdapat pengaruh antara serta terdapat 32 responden yang
komunikasi terapeutik dengan kecemasan mendapatkan komunikasi terapeutik kurang
pada pasien yang akan menjalani operasi di baik dan mengalami kecemasan sedang dan
RSUD makasar tahun 2013. Sejalan dengan berat. Menurut Manurung (2011) perawat
penelitian Arbani (2015) membuktikan dikatakan baik dalam berkomunikasi
terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik jika sudah sesuai dengan SOP dan
terapeutik dengan kecemasan pada pasien pre dalam proses melibatkan usaha-usaha untuk
operasi di RSU PKU Muhammadiyah membina hubungan terapeutik antara
Sukoharjo tahun 2015 dengan nilai perawat-klien dan saling membagi pikiran,

98
Pringgayuda, dkk, JKPBL, Volume VIII No 2, Oktober 2020

perasaan, dan perilaku untuk membentuk baik namun mengalami kecemasan berat yaitu
keintiman yang terapeutik dan berorientasi sebanyak 1 responden (1,66%), ini
pada masa sekarang yaitu kesembuhan pasien. disebabkan oleh faktor lain yang
Dalam hal ini perawat masih banyak yang mempengaruhi kecemasan itu sendiri faktor
kurang baik atau kurang sempurna dalam internal dan faktor eksternal. faktor internal
melakukan komunikasi terapeutik maka yaitu potensi stressor, maturasi, pendidikan
menurut pendapat peneliti perlu langkah nyata dan sosial ekonomi. sedangkan faktor
untuk meningkatkan komunikasi terapeutik eksternal yaitu ancaman integritas fisik
perawat seperti melakukan edukasi dalam (penyakit, trauma fisik, jenis pembedahan
bentuk inhouse treaning secara berkala dan yang dilakukan) dan ancaman sistem diri
menyediakan SOP komunikasi terapeutik seperti komunikasi terapeutik (Stuart, 2012).
yang baik di tiap ruangan demi meningkatkan
pengetahuan perawat akan pentingnya KESIMPULAN
komunikasi terapeutik. Sesuai dengan teori
Responden yang mendapatkan komunikasi
menurut Ali (2013) yang menyatakan
terapeutik yang kurang baik lebih banyak,
pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan
responden yang mengalami kecemasan dari
seseorang karena dalam pelatihan terdapat
cemas sedang dan berat lebih banyak. Hasil
proses belajar dan mendapatkan informasi
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
sehingga meningkatkan kualifikasi dalam
antara komunikasi terapeutik dengan tingkat
menjalankan pekerjaan menjadi lebih baik.
kecemasan pada pasien pre operasi BPH di
Sementara untuk perawat yang sudah
Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu
melakukan komunikasi terapeutik dengan
Lampung.
baik perlu di pertahankan dengan memberikan
reward demi meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, karena menurut teori (Griffin,
KEPUSTAKAAN
2013) reward berdampak menarik,
mempertahankan, dan memotivasi pegawai
Ali, H. (2013). Training and Profesional
untuk terus meningkatkan kualitas pekerjaan. Development. Jakarta: Cendikia Putra.
Meskipun komunikasi terapeutik merupakan
Arbani. (2015). Hubungan Komunikasi
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Terapiutik Terhadap Tingkat
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Kecemasan pada pasien Pre op di
RSU PKU Muhammadiyah
BPH, namun terdapat responden yang Sukoharjo.
mendapatkan komunikasi terapeutik yang

99
Pringgayuda, dkk, JKPBL, Volume VIII No 2, Oktober 2020

Basra. (2017). Hubungan Komunikasi Warsini. (2015). Hubungan Komunikasi


terapiutik dengan tingkat kecemasan Terapeutik Perawat Berhubungan
pasien preop di RSUD nene malomo Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
kabupaten sidenreng Rappang. Pre-Operasi Di Ruang Instalasi Bedah
Sentral RSUD Saras Husada
Diana. (2016). Hubungan Pengetahuan Purworejo.
Komunikasi terapiutik terhadap WHO. (2017). Global LUTS Report 2017.
kemampuan komunikasi perawat
dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di RS Elisabet
Purwokerto.

Fatimah, M. d. (2010). Komunikasi


Keperawatan : Plus Materi
Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Firmansyah. (2017). Hubungan Tingkat


pengetahuan perwt tentang
komunikasi terapiutik dengan
pelaksanaan komunikasi terapiutik
pada anak usia prasekolah di ruang
perawatan 1 RSUD Polewali Mandar.

Griffin, M. (2013). Perilaku Organisasi


Manajemen Sumber Daya Manusia
dan Organisasi. (Vol. 9). Jakarta:
Salemba Empa.

Kasdu, D. (2013). Operasi BPH masalah dan


solusinya. Jakarta: Puspa Suwara.

Manurung. (2011). Jaminan Mutu Layanan


Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian
Dan Penerapa. Jakarta: EGC.

Mulyani. (2018). Komunikasi dan Hubungan


Terapeutik Perawat Klien Terhadap
Kecemasan Prabedah Mayor.

Sartika. (2013). Pengaruh Komunikasi


Terapeutik Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi
Di Ruang Perawatan Bedah Rsud
Kota Makassar Tahun 2013.

Stuart, G. W. (2012). Buku Saku


Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

100

Anda mungkin juga menyukai